Penelitian dilaksanakan di pesisir KKLD Selat Dampier (kasus di dua pulau yaitu Pulau Friwen dan Arborek) Kabupaten Raja Ampat, pengambilan data di lapangan dilakukan selama satu bulan dimulai Mei 2007. Lokasi penelitian Friwen terletak di antara 130041’19.844”BT dan 130041’55.554”BT; serta antara 0028’52.6”LS dan 0028’14.847”LS. Arborek terletak di antara 130030’51.766”BT dan 130031’12.713”BT serta antara 0033’50.452”LS dan 0033’57.935”LS. KKLD Selat Dampier masuk ke dalam dua distrik yaitu Distrik Waigeo Selatan dan Meos Mansar dengan luas dua pulau adalah 45.87 ha, Gambar 3.
Gambar 3 Lokasi penelitian (COREMAP, 2005)
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei utama dilaksanakan terhadap aspek ekologis (biofisik), sosial ekonomi dan budaya. Sebelum penelitian utama dilakukan prasurvei untuk menentukan lokasi penelitlian. Data yang telah terkumpul, ditabulasi dan dipetakan serta dianalisis secara deskriptif dan spasial sesuai dengan tujuan penelitian.
3.3. Tahapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui empat tahap kegiatan seperti yang tertera pada Gambar 4.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Gambar 4 Tahapan penelitian
Kategori : - Rekreasi pantai - Ekowisata mangrove - Ekowisata lamun - Wisata selam - Wisata snorkling Kesesuaian lahan Skoring dan pembobotan
Kepekaan ekologis
Zonasi kepekaan lingkungan
Kondisi dan peluang pemberdayaan masyarakat lokal
Kategori: Peluang pemberdayaan
Zonasi akseptabilitas dan peluang pemberdayaan masyarakat Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Dampier
Pola Pemberdayaan masyarakat Skoring Tingkat akseptabilitas masyarakat Obyek dan atraksi
ekowisata potensial Ketersediaan obyek dan atraksi ekowisata
Kategori: Biofisik dan sosial budaya
Kategori: Akseptabilitas masyarakat
Zonasi ketersediaan obyek dan atraksi ekowisata
Zonasi Ekowisata Pesisir
Skoring Skoring
Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir Interpretatif Rencana Pengembangan Kawasan
Rencana Pengembangan Interpretasi Ekowisata Pesisir
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui metode eksplorasi. Metode ini bertujuan menginventarisasi potensi dan kegiatan wisata pantai dan budaya serta kualitas lingkungan yang dimasukkan sebagai bagian dari tahapan pengembangan wisata dengan konsep ekowisata. Data sosial ekonomi dan budaya dikumpulkan melalui studi dokumen dan Focus Group Discussion (FGD) dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh adat, agama dan masyarakat setempat.
Tabel 1 Data primer yang dikumpulkan
Lingkungan Wisata
`
Data Darat dan air Darat dan air
Aspek ekologis Kesesuaian lahan Obyek dan atraksi
Aspek sosial budaya Akseptabilitas masyarakat Obyek dan atraksi*) Aspek sosial ekonomi Potensi peluang pemberdayaan
masyarakat lokal
Obyek dan atraksi*) *) Dalam analisis obyek dan atraksi ini selanjutnya dijadikan satu
3.4.2. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber yang relevan. Data sekunder ini terdiri dari dua bentuk yaitu data keruangan (spatial) dan data tabular (atribut). Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan seperti laporan tahunan, laporan hasil survei, publikasi lainnya (CII, Coremap, DKP) dan peta Citra Landsat ETM+7 tahun 2006.
3.5. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan cara mentabulasikan dan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian.
3.5.1. Penentuan Zonasi Kepekaan Lingkungan
Penentuan zonasi dilakukan untuk melihat berbagai kesesuaian spasial untuk peruntukan ekowisata pesisir KKLD Selat Dampier Kabupaten Raja Ampat. Kesesuaian peruntukan kawasan tersebut dianalisis berdasarkan matriks kesesuaian untuk keperluan deskripsi kawasan ekowisata sehingga dapat diperoleh ruang kawasan ekowisata pesisir dengan berbagai daya dukung di KKLD Selat Dampier Kabupaten Raja Ampat.
a. Sumber dan Metode Pengambilan Data
Ada dua jenis data yang dikumpulkan untuk tujuan ini, yaitu data primer dan data sekunder (Tabel 2).
Tabel 2 Bentuk dan metode pengambilan data
No Data Peubah Bentuk
(tabular/peta) Sumber Metode pengambilan dan sumber analisis data 1. Biofisik : a. Pantai b. Darat
tipe pantai, panjang pantai, material pantai, penutupan lahan, ketersediaan air tawar, pasang surut, kedalaman dasar perairan, kedalaman dasar laut, kecepatan arus, tutupan terumbu karang, jenis terumbu karang, ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, tutupan lamun,
flora dan fauna
vegetasi Peta tutupan terumbu karang Peta landcover Peta fauna COREMAP CII BAPLAN Dinas Kehutanaan Wawancara Survei Yulianda (2007) Studi pustaka Survei 2. Sosial budaya ekonomi
Tapak arkeologi dan jaman pra sejarah
Adat istiadat, Industri rakyat Pekerjaan, atraksi peta potensi wisata tabular Responden Wawancara Survei Gunn (1991) b. Analisis Data Kesesuaian Lahan
Metode yang digunakan berupa analisis deskriptif kuantitatif, dan analisis spasial. Analisis deskriptif kuantitatif berupa penilaian dengan skoring dan
pembobotan untuk mendapatkan kesesuaian ekowisata pantai sehingga diperoleh obyek dan atraksi ekowisata. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis keruangan (spatial). Analisis keruangan (spatial) untuk identifikasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan software Arc View. 3.3.
Penggunaan SIG lebih memudahkan dan mempercepat analisis keruangan dan pemantauan terhadap perubahan lingkungan wilayah pesisir. Analisis spasial dapat dilakukan dengan teknik spatial overlay modelling (Setiawan, 2003). Metode ini menggunakan pembobotan pada sejumlah alternatif faktor yang berpengaruh dan skor kesesuaian pada setiap kriteria yang ditentukan. Dalam hal ini, skor kesesuaian diberikan dengan selang 1-4 dimana 1 menyatakan sesuai dan 4 menyatakan tidak sesuai. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas, yakni sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (TS).
Hasil kesesuaian kegiatan wisata pesisir diperoleh dengan mengkombinasikan nilai bobot dan skor pada setiap layer. Formula yang digunakan adalah:
Rumus umum penentuan kesesuaian wisata tersebut adalah: IKW = ∑ [Ni/Nmaks] x 100 %
Di mana :
IKW = indeks kesesuaian wisata
Ni = nilai bobot untuk setiap faktor berpengaruh Nmaks = nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Tabel 3 Sistem penilaian kesesuaian ekowisata pantai untuk rekreasi pantai No. Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor TS Skor
1. Kedalaman dasar perairan (m) 5 0-3 4 >5-10 3 >10-15 2 >15 1 2. Material dasar perairan 5 Pasir 4 Karang berpasir 3 Pasir berlumpur 2 Lumpu r 1 3. Kecepatan arus (m/det) 5 0-0,17 4 >0,17-0,34 3 >0,34-0,51 2 >0,51 1 4. Kemiringan pantai (0) 4 <10 4 10-25 3 >25-45 2 >45 1 5. Kecerahan perairan (m) 3 >10 4 >5-10 3 >3-5 2 <2 1 6. Tipe pantai (0) 5 Pasir
putih 4 Pasir putih, sedikit karang 3 Pasir hitam, berkarang, sedikit terjal 2 Lumpu r, berbatu , terjal 1 7. Penutup lahan pantai 3 Kelapa, lahan terbuka 4 Semak, belukar rendah, savana 3 Belukar tinggi 2 Hutan bakau, permuk iman, pelabuh an 1 8. Biota berbahaya 3 Tidak ada
4 Bulu babi 3 Bulu babi, ikan pari 2 Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 1 9. Ketersediaan air tawar (jarak/km) 3 <0,5 4 >0,5-1 3 >1-2 2 >2 1 Sumber: Yulianda (2007)
Tabel 4 Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata pantai kategori wisata mangrove
No. Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor TS Skor 1. Ketebalan mangrove (m) 5 >500 4 >200-500 3 50-200 2 <50 1 2. Kerapatan mangrove (100 m2) 4 > 15-25 4 > 10-15 3 5-10 2 <5 1 3. Jenis mangrove 4 > 5 4 3-5 3 1-2 2 0 1 4. Pasang surut (m) 3 0-1 4 >1-2 3 >2-5 2 >5 1 5. Obyek biota 3 Ikan, udang, kepiting, moluska, reptil,burung 4 Ikan, udang, kepiting, moluska 3 Ikan, molusk a 2 Salah satu biota air 1 Sumber : Yulianda (2007)
Dengan demikian untuk ekowisata pantai, wilayah perairan yang ada di kategorikan dengan kelas-kelas sebagai berikut :
S1 (Sangat Sesuai) : 80~ 100%
S2 (Sesuai) : 60 ~< 80%
S3 (Sesuai Bersyarat) : 35 ~ <60% TS (Tidak Sesuai) : < 35%
Tabel 5 Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata bahari kategori wisata selam
No. Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor TS Skor
1. Kecerahan perairan (%) 5 > 80 4 50-80 3 20-<50% 2 <20 1 2. Tutupan komunitas karang (%) 5 > 75 4 >50-75 3 25-50 2 <25 1
3. Jenis life form 4 > 12 4 <7-12 3 4-7 2 <4 1 4. Jenis ikan karang 4 > 100 4 50-100 3 20-<50 2 <20 1 5. Kecepatan arus (cm/det) 3 0-15 4 >15-30 3 >30-50 2 >50 1 6. Kedalaman terumbu karang (m) 3 6-15 4 >15-20 3 >20-30 2 >30- <3 1 Sumber : Yulianda (2007)
Tabel 6 Matriks kesesuaian lahan ekowisata bahari kategori wisata snorkling
No. Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor TS Skor 1. Kecerahan perairan (%) 5 100 4 80-<100 3 20-<50% 2 <20 1 2. Tutupan komunitas karang (%) 5 >75 4 >50-75 3 25-50 2 <25 1
3. Jenis life form 4 >12 4 <7-12 3 4-7 2 <4 1 4. Jenis ikan karang 4 >50 4 30-50 3 10-<30 2 <10 1 5. Kecepatan arus (cm/dt) 3 0-15 4 >15-30 3 >30-50 2 >50 1 6. Kedalaman terumbu karang (m) 3 1-3 4 >3-6 3 >6-10 2 >10-<1 1 7. Lebar hamparan datar karang (m) 3 >500 4 >100-500 3 20-100 2 <20 1 Sumber : Yulianda (2007)
Tabel 7 Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata bahari kategori wisata lamun No. Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor TS Skor 1. Tutup lamun (%) 5 >75 4 >50-75 3 25-50 2 <25 1 2. Kecerahan perairan (%) 4 >75 4 >50-75 3 25-50 2 <25 1 3. Jenis ikan 4 >10 4 6-10 3 3-5 2 <3 1 4. Jenis lamun 4 Cymodoc ea, Halodule, halophila 4 Syringodium, Thalasso dendron 3 Thalassia 2 Enhalu s 1 5. Jenis
substrat 3 berkarang Pasir
4 Pasir 3 Pasir berlumpur 2 Berlum pur 1 6. Kecepatan arus (cm/dt) 3 0-15 4 >15-30 3 >30-50 2 >50 1 7. Kedalaman lamun (m) 3 1-3 4 >3-6 3 >6-10 2 >10-<1 1 Sumber : Yulianda (2007)
3.5.2. Obyek dan Atraksi Ekowisata a. Sumber dan Metode Pengambilan Data
Ada dua jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer atau data lapangan diperoleh melalui wawancara dan survei sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Bentuk dan metode pengambilan data
Data Peubah Bentuk /cara
(tabular/peta) pengambilan dan Metode teknik analisis
Obyek dan atraksi Letak,
Atraksi,
Fasilitas pendukung,
Dukungan dan partisipasi masyarakat
Penutup lahan sekitar pesisir
Estetika dan keaslian
Daya tarik
Akses dan transportasi
Tabular
Peta Survey Kuisioner
MacKinnon (1986)
Gunn (1991)
b. Analisis Data
Analisis data yaitu pengelolaan terhadap data yang telah dikumpulkan kemudian digunakan untuk menyusun perencanaan interpretasi lingkungan di KKLD Selat Dampier. Analisis yang ada berupa analisis deskriptif dan analisis spasial, data yang berhasil dikumpulkan dan kemudian diolah sesuai peruntukannya. Analisis dalam mengidentifikasi obyek dan atraksi biofisik, sosial budaya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Penilaian terhadap obyek dan atraksi ekowisata
Nilai
1 2 3 4
No. Peubah
Sangat buruk Buruk Baik Sangat baik 1. Letak dari
jalan utama Jarak >1 km Jarak 500 -1000 m Jarak 50-500 m Jarak < 40 m 2. Atraksi Terdapat (> 5 lokasi) di tempat lain Terdapat (3-5 lokasi) di tempat lain Terdapat (1-3 lokasi) di tempat lain Hanya terdapat di obyek wisata ini 3. Fasilitas pendukung Prasarana dan sarana tidak tersedia Prasarana dan sarana tersedia kondisi kurang baik Prasarana dan sarana tersedia kondisi baik Tersedia dengan kondisi sangat baik 4. Penutup lahan
sekitar obyek Hutan bakau/ pemukiman dan darmaga
Belukar tinggi Semak belukar rendah, berbatu Lahan terbuka + pohon kelapa 5. Estetika dan
keaslian Sudah berubah sama sekali Asimilasi, dominan bentuk baru Asimilasi, dominan bentuk asli Asli 6. Daya tarik (sejarah, etnis, arkeologi, geologi legenda) Tidak terdapat
sama sekali Terdapat (3-5 lokasi) di tempat lain Terdapat (< 3 lokasi) ditempat lain Hanya terdapat diobyek wisata ini 7. Akses dan
transportasi Tidak ada alat transportasi Jalan lokal dan katinting Jalan lokal dan speedboat Jalan lokal dan tersedia kapal motor 8. Dukungan dan
partisipasi masyarakat
Tidak
mendukung Kurang mendukung Mendukung Sangat mendukung Sumber: Modifikasi MacKinnon et al., (1986), Gunn (1994) dalam Rahmadani (2005), Umar
(2006)
Perhitungan penilaian terhadap obyek dan atraksi ekowisata :
∑ Fltk + ∑ Fatr +∑ Ffp + ∑ Fplp + ∑ Fek + ∑ Fdt + ∑ Fat + ∑ Fdpm
Keterangan :
Fltk = faktor letak Fplp = Faktor penutup lahan sekitar pesisir Fatr = faktor atraksi Fek = Faktor estetika dan keaslian
Ff = faktor fasilitas pendukung Fdt = Faktor daya tarik
Fdpm = fasilitas dukungan dan Fat = Faktor akses dan transportasi partisipasi masyarakat
Skor masing-masing obyek dan atraksi dijumlahkan dengan ketentuan sebagai berikut :
S1 (Kategori potensial ) : 25 ~ 32
S2 (Kategori cukup potensial) : 17 ~ 24 S3 (Kategori kurang potensial) : 9 ~16 TP (Kategori tidak potensial) : 1~ 8
c. Sintesis
Tahapan ini merupakan tahap identifikasi obyek dan atraksi ekowisata yang menghasilkan kawasan dengan obyek dan atraksi potensial untuk sebuah jalur dan program interpretasi yang direncanakan dalam pengembangan kawasan dan interpretasi ekowisata pesisir.
3.5.3. Kondisi dan Peluang Pemberdayaan Masyarakat Lokal a. Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini, yaitu data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat lokal. Jenis data yang dikumpulkan adalah data akseptabilitas masyarakat dengan adanya ekowisata didaerahnya dan peluang pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat lokal.
b. Analisis Data
Akseptabilitas Masyarakat
Dalam perencanaan suatu kawasan ekowisata perlunya akseptabilitas masyarakat yang tinggi agar aktivitas ekowisata dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya.
Tabel 10 Penilaian akseptabilitas masyarakat KKLD Selat Dampier
Peringkat
1 2 3 4
No. Peubah Bersedia Biasa Kurang Tidak ingin
1. Kawasan dikelola dengan baik dan masyarakat lokal diikutsertakan (Fkwdb) Sangat berpartisipasi Biasa Kurang berpartisipasi Tidak sama sekali 2. Menerima wisatawan di rumah (Fmwr)
Sangat bersedia Biasa Kurang bersedia
Tidak bersedia 3. Menerima wisatawan di
pantai (Fmwp)
Sangat bersedia Biasa Kurang bersedia
Tidak bersedia 4. Harapan pengembangan
kegiatan ekowisata (Fhpke)
Sangat bermanfaat Biasa Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat 5. Bersikap ramah, jika
wisatawan datang ke tempat anda (Fbr)
Sangat ramah Biasa Kurang ramah
Tidak ramah
6. Menjawab jika wisatawan
bertanya (Fmjwb) Sangat bersedia Biasa Kurang bersedia Tidak bersedia Sumber : Hasil diskusi bimbingan (2007)
Asumsi : Bobot semua parameter adalah sama
Penilaian akseptabilitas masyarakat untuk faktor tertentu di setiap kampung didasarkan pada perhitungan berikut ini :
6 4
Fx desa p = ∑∑ Spij .nfij j=1 i=1
∑∑ fij . n Keterangan :
Fx = total nilai faktor tertentu P = desa tertentu
Sp = skor peringkat ke 1-4
fij = frekuensi peubah dari peubah ke i-j
n = responden
Akseptabilitas masyarakat terhadap ekowisata, adalah akseptabilitas yang termasuk dalam kisaran:
Sangat menerima (S1) : 3,50 ~ 4,00; Menerima (S2) : 2,50 ~ 3,49 Kurang menerima (S3) : 1,50 ~ 2,49; Tidak menerima (TM) : ≤ 1,00
Peluang Pemberdayaan Masyarakat
Tabel 11 Penilaian peluang pemberdayaan masyarakat KKLD Selat Dampier
Nilai 1 2 3 4 No. Parameter
Ingin sekali Biasa saja Kurang Tidak ingin 1. Kegiatan wisata dapat
memberikan keuntungan (Fkw)
Banyak sekali
Biasa saja Sedikit Tidak ada 2. Berperan aktif dalam
pengelolaan kawasan wisata (Fba)
Ingin sekali Biasa saja Kurang Tidak ingin 3. Pemandu wisata/guide
(Fpw) Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin
4. Berjualan makanan dan minuman (Fbmm)
Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 5. Pembuatan dan penjualan
souvenir (Fpps) Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 6. Pembuatan/peminjaman
baju renang (Fpbr)
Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 7. Pagelaran seni dan budaya
(Fpsb) Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 8. Pengelolaan cafe/tempat
makan (Fpc) Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 9. Penyewaan
penginapan/homestay (Fph) Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 10. Penyewaan alat menyelam
(Fpam)
Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 11. Penyewaan perahu (Fpp) Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin 12. Transportasi (Ftrns) Tidak ingin Biasa saja Kurang Tidak ingin Sumber : Hasil diskusi bimbingan (2007)
Asumsi: Bobot semua paramater adalah sama
Penilaian akan peluang pemberdayaan masyarakat untuk faktor tertentu di tiap kampung didasarkan pada perhitungan berikut ini :
12 4 Fx desa p = ∑∑ Spij .n fij j=1 i=1 ∑∑ fij . n Keterangan :
Fx = total nilai faktor tertentu P = desa tertentu
Sp = skor peringkat ke 1-4
fij = frekuensi peubah dari peubah ke i-j
Skor preferensi pada setiap kampung untuk faktor tertentu di jumlahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
Sangat berpeluang (S1) : 3,50 ~ 4,00 ; Kurang berpeluang (S3) : 1,50 ~ 2,49 Berpeluang (S2) : 2,50 ~ 3,49 ; Tidak berpeluang (TB) : ≤ 1,00
c. Sintesis
Tahapan ini merupakan tahap identifikasi kondisi dan peluang pemberdayaan masyarakat lokal dalam hal akseptabilitas masyarakat akan adanya ekowisata di tempat mereka dan aktivitas wisata yang dapat memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal sehingga menghasilkan kawasan dengan nilai ekonomi potensial untuk sebuah kawasan yang direncanakan dalam pengembangan kawasan dan interpretasi ekowisata pesisir.
3.5.4. Zonasi Ekowisata
a. Jenis Data Yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini, yaitu data hasil zonasi kepekaan lingkungan, obyek dan atraksi ekowisata, akseptabilitas dan peluang pemberdayaan masyarakat lokal.
b. Analisis Data
Pengelolaan terhadap data yang telah dihasilkan pada kesesuaian lahan (overlay dari beberapa kriteria) kemudian akseptabilitas dan peluang pemberdayaan masyarakat lokal yang memiliki nilai sangat sesuai dan sesuai dioverlay sehingga hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan jalur interpretasi lingkungan di KKLD Selat Dampier.
Overlay untuk mendapat zonasi ekowisata yang akan dikembangkan sebagai kawasan yang sesuai untuk dikembangkan (Gambar 5).
(Ovl 1)
(Ovl 2)
Gambar 5 Overlay layer-layer zonasi ekowisata
Penentuan bobot pada indeks kesesuaian dilakukan dengan metode rangking berdasarkan pendapat ahli (expert judgement). Rangking dari setiap peubah yang telah ditentukan terhadap rencana pengembangan kawasan ekowisata pesisir interpretatif KKLD Selat Dampier diperoleh melalui wawancara dengan 2 ahli di bidang ekowisata. Data yang berhasil dikumpulkan dan diolah dengan cara mentabulasikan dan kemudian dianalisis menggunakan model indeks kesesuaian seperti dibawah ini :
Indeks kesesuaian = 0,7 KL + 0,2 AM + 0,1PB Keterangan :
KL = kesesuaian lahan
AM = akseptabilitas masyarakat
PB = peluang pemberdayaan masyarakat lokal
Kriteria zonasi pada setiap kampung dikelompokkan, berdasarkan skornya dengan kelas sebagai berikut:
Zona intensif (Z1) : skor 3,50 ~ 4,00 Zona semi intensif (peyangga) (Z2) : skor 2,50 ~ 3,49 Zona konservasi (Z3) : skor 1,50 ~ 2,49 Zona inti (Z4) : skor ≤ 1,00
c. Sintesis
Tahapan ini merupakan tahap analisis zonasi ekowisata yang akan menghasilkan zonasi ekowisata berdasarkan kesesuaian lahan, obyek dan atraksi
Kesesuaian lahan pesisir
Akseptabilitas masyarakat
Peluang pemberdayaan masyarakat
ekowisata, akseptabilitas dan peluang pemberdayaan masyarakat lokal yang direncanakan dalam pengembangan kawasan dan interpretasi ekowisata pesisir sehingga menghasilkan composite value zonasi.
3.5.5. Deliniasi Kawasan Ekowisata Pesisir
Tahapan ini merupakan tahap analisis potensi dan seleksi suatu kawasan berupa kawasan teresterial maupun akuatik untuk mendapatkan kawasan ekowisata pesisir berdasarkan overlay aspek biofisik, sosial budaya dan pemberdayaan masyarakat lokal.
3.5.6.Rencana Interpretasi Ekowisata a. Jenis Data yang Dikumpulkan
Ada dua jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer atau data lapangan diperoleh melalui wawancara dan survei sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 12.
b. Analisis Data
Analisis data yaitu pengelolaan terhadap data yang telah dikumpulkan untuk digunakan menyusun perencanaan interpretasi lingkungan di KKLD Selat Dampier. Data yang berhasil dikumpulkan dan diolah dengan cara mentabulasikan dan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penggunaannya.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis potensi kawasan. Analisis potensi kawasan yang mencakup sumberdaya alam hayati, fisik dan budaya digunakan untuk mengetahui potensi sumberdaya kawasan untuk kegiatan ekowisata pesisir. Analisis terhadap masyarakat di kawasan bertujuan untuk mengetahui persepsi dan partisipasi mereka terhadap kegiatan wisata yang akan dilakukan. Setiap jawaban yang diperoleh ditabulasi kemudian dihitung prosentasenya dengan jumlah keseluruhan responden dan selanjutnya dibahas secara deskriptif. Analisis pengelolaan kawasan bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kawasan saat ini, keinginan, rencana, serta arah pengembangan kegiatan wisata pada masa yang akan datang.
Tabel 12 Bentuk dan metode pengambilan data
No. Data Peubah Bentuk /cara (tabular/peta)
Sumber pengambilan Metode dan teknik
analisis 1. Fisik
a)Keadaan umum kawasan b)Iklim (suhu, curah
hujan, bulan basah dan bulan kering) c)Arus air d)Fenomena alam Tabular Peta Kawasan Peta topografi Peta batimetri BMG Bapeda DKP Baplan Responden 2. Biologi Flora
a)Jenis (jenis yang ada, jenis yang terkait dengan cerita rakyat dan budaya masyarakat setempat) b)Letak c)Habitat dan penyebaran d)Keunikan Tabular Dinas Kehutanan DKP Responden 1 Potensi sumberdaya alam dan budaya 3. Sosial Budaya a)Kehidupan tradisional b)Kehidupan nelayan c)Atraksi budaya d)Interaksi masyarakat
dengan flora dan fauna e)Sistem sosial masyarakat f)Cerita rakyat Tabular Responden Survei Wawancara Studi pustaka Pengamatan dan pengukuran di lapangan Inventarisasi kegiatan fisik, flora dan fauna
2 Masyarakat lokal Keinginan, partisipasi Pengetahuan masyarakat tentang kawasan
Tabular Responden Wawancara
3 Pengelolaan Rencana dan arah pengembangan Fasilitas pendukung yang ada a)Macam fasilitas b)Jumlah c)Letak Tabular Dinas Pariwisata dan Kebudayaan BPS Wawancara Inventarisasi fasilitas c. Sintesis
Tahapan ini merupakan tahap analisis rencana interpretasi ekowisata yang dilakukan menghasilkan sebuah jalur dan program interpretasi berdasarkan obyek-obyek yang direncanakan dalam pengembangan kawasan dan interpretasi
ekowisata pesisir. Hasil sintesis diharapkan dapat menghasilkan jalur-jalur interpretasi alternatif.
3.5.7. Rencana Kawasan Ekowisata Pesisir Interpretatif
Analisis rencana kawasan ekowisata pesisir interpretatif merupakan suatu rencana yang menggabungkan antara rencana pengembangan kawasan ekowisata dan rencana interpretasi lingkungan.
a. Jenis Data yang Dikumpulkan
Ada dua jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer atau data lapangan diperoleh melalui wawancara dan survei sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, sebagaimana disajikan pada Tabel 13.
b. Analisis data
Tahapan ini merupakan tahap analisis rencana pengembangan kawasan berkonsep ekowisata dengan rencana interpretasi ekowisata pesisir menggunakan analisis deskriptif dan analisis spasial dapat dilakukan dengan teknik spatial overlay modelling (Setiawan, 2003).
c. Sintesis
Tahap sintesis ini berupa hasil analisis spasial menggunakan sistem informasi geografis yang nanti akan menghasilkan sebuah kawasan yang berkonsep ekowisata dan interpretasi ekowisata pesisir di KKLD Selat Dampier.
3.6. Peringkat dan Pembobotan
Perhitungan kesesuaian diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan skor, kemudian hasil perkalian untuk semua variabel kesesuaian tersebut dijumlahkan. Interval skor dalam penentuan kriteria ekowisata pantai di KKLD Selat Dampier ditentukan dengan memanfaatkan nilai parameter dan nilai maksimum total skor dari masing-masing kelas kesesuaian.
Tabel 13 Bentuk dan metode pengambilan data
No. Data Peubah Bentuk (tabular/peta) Sumber Metode pengambilan
1 Potensi
sumberdaya alam
1. Fisik
keadaan umum kawasan, tanah, iklim (suhu, curah hujan, bulan basah da bulan kering), topografi dan kelerengan, Arus air kemiringan pantai, tipe pantai, panjang pantai, material pantai, penutupan lahan, ketersediaan air tawar, pasang surut, kedalaman dasar perairan, kedalaman dasar laut,
kecepatan arus, kecerahan air, tutupan terumbu karang, jenis terumbu karang, dan jenis ikan karang, fenomena alam seperti air terjun, sumber air panas, gua dan lain-lainnya)
2). Biologi Flora
jenis (jenis yang ada, jenis yang terkait dengan cerita rakyat dan budaya masyarakat setempat)
letak, habitat dan penyebaran, keunikan, hidrologi, vegetasi, kepekaan tanah
Peta Kawasan
Peta Batimetri
Peta tutupan terumbu karang Tabular BMG DKP COREMAP BAPLAN LAPAN Dinas Kehutanan DKP Responden Wawancara Survei Studi pustaka Pengamatan dan pengukuran di lapangan Inventarisasi atraksi fisik,
flora dan fauna Yulianda (2007)
Survei, Wawancara
Studi pustaka, Gunn (1991)
2 Sosial budaya kehidupan tradisional, perladangan, atraksi budaya interaksi masyarakat dengan flora dan fauna sistem sosial masyarakat, cerita rakyat
aksesibilitas, daya tarik, fasilitas pendukung, dukungan masyarakat
sistem religi, sistem kemasyarakatan, kesenian, bahasa, nilai sejarah dan tapak arkeologi.
tabular peta jalan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bapeda Responden
Wawancara, Studi pustaka Survei,Pengamatan dan
pengukuran di lapangan
Inventarisasi atraksi fisik, flora dan fauna
MacKinnon et al. (1986)
3 Ekonomi Pekerjaan, aktifitas ekonomi
Tingkat pendapatan
Letak, atraksi, fasilitas pendukung, dukungan dan partisipasi masyarakat
tabular Responden
BPS
Wawancara, Survei MacKinnon et al. (1986)
4 Masyarakat
lokal keinginan , partisipasi, pengetahuan masyarakat tentang kawasan tabular Responden Wawancara, Inventarisasi
5 Pengelolaan rencana dan arah pengembangan
fasilitas pendukung yang ada a.Macam fasilitas b.Jumlah c.Letak tabular Responden Dinas Pariwisata dan Kebudayaan BPS wawancara Inventarisasi fasilitas
3.6.1. Parameter dan Peubah
Berikut parameter-parameter sebagai faktor pembatas yang diukur untuk menentukan kelas kesesuaian kawasan berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan. Dalam penyusunan matriks kesesuaian untuk peruntukan ekowisata pantai berdasarkan kondisi fisik alam di wilayah pesisir. Maka kriteria yang diperlukan untuk kegiatan ekowisata pantai dan ekowisata bahari (Bakosurtanal, 1996), berikut parameter-parameter sebagai faktor pembatas yang diukur untuk menentukan kelas kesesuaian kawasan berdasarkan kegiatan tersebut:
a. Ekowisata Pantai
a. Faktor Fisik Perairan Dangkal, yang terdiri dari: 1. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan yang relatif dangkal merupakan lokasi yang paling ideal untuk rekreasi di wilayah pantai, dimana para pengunjung dapat bermain air maupun berenang dengan aman. Dalam hal ini kedalaman 0-5 m serta topologi dasar laut landai (<250) merupakan syarat yang paling sesuai untuk pariwisata pantai. Toleransi juga diberikan untuk kedalaman 5-10 m. Kedalaman lebih dari 10 m dianggap kurang ideal untuk kegiatan ini.
2. Material Dasar Perairan
Material dasar perairan sangat menentukan kecerahan maupun turbiditas perairannya. Dengan demikian pada daerah di sekitar pantai, subtrat pasir merupakan lokasi yang sangat sesuai untuk pariwisata pantai. Toleransi diberikan pada subtrat pasir berkarang atau karang berpasir dengan hancuran karang yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan karangnya maupun pasir berlumpur dengan perlakuan khusus. Subtrat lumpur maupun karang merupakan lokasi yang tidak sesuai untuk kegiatan berenang dan bermain air. 3. Kecepatan Arus
Kecepatan arus berkaitan dengan keamanan para wisatawan dalam melaksanakan aktivitasnya. Pantai dengan kecepatan arus yang relatif lemah yaitu berkisar 0-0,17 m/detik dan gelombang kecil (arus menyusur pantai)
merupakan kawasan yang sangat ideal untuk kegiatan wisata pantai. Toleransi diberikan bagi pantai dengan kecepatan arus 0,17-0,34 m/detik, sedangkan pantai yang mempunyai kecepatan arus >0,51 m/detik adalah lokasi yang tidak sesuai untuk kegiatan wisata.
Kecepatan arus yang relatif lemah dan tidak ada gelombang (arus menyusur pantai) merupakan syarat ideal untuk kegiatan berenang, bermain air dan sebagainya. Untuk daerah dengan gelombang besar dapat dikembangkan kegiatan wisata selancar (surfing).
4. Kecerahan Perairan
Wilayah perairan yang cerah merupakan lokasi yang paling sesuai untuk pariwisata pantai, di mana para pengunjung dapat bermain air, berenang, bahkan berperahu. Kecerahan perairan > 30 m merupakan syarat yang sangat sesuai atau diinginkan untuk pariwisata pantai. Kecerahan perairan yang direkomendasikan untuk kegiatan wisata pantai adalah 15-20 m. Toleransi diberikan bagi pantai yang mempunyai kecerahan 5-10 m. Jika kecerahan < 5 m maka lokasi tersebut tidak sesuai untuk kegiatan wisata.
5. Jenis lamun
Wilayah perairan yang terdapat hidup padang lamun (Sea Grass Beds) hidup bermacam-macam biota laut. Pada padang lamun di Indonesia terdiri dari 7 marga lamun. Dari 7 marga lamun tersebut, tiga marga lamun termasuk suku Hydrocaritaceae yaitu Enhalus, Thalassia dan Halophila, dan empat marga suku Pomatogetonaceae yaitu Halodule, Cymodocea, Syringodium dan Thalassodendron (Nontji, 1987 dalam Dahuri dkk (2001). Jenis lamun yang terdiri dari Cymodocea, Halodule, Halophila, mewakili ke tiga suku. Ketika satu kawasan terdapat lebih dari satu suku akan memberikan nilai estetika yang sangat ideal bagi wisata pantai. Syringodium dan Thalassodendron terdiri dari satu suku Pomatogetonaceae yang masih terdiri dari satu marga merupakan kawasan yang masih sesuai bagi wisata pantai.
6. Obyek biota mangrove
Wilayah perairan yang terdapat hidup mangrove, dimana semakin banyak jumlah biota yang ada pada ekosistem mangrove maka semakin ideal atau sangat sesuai bagi wisata pantai dimana terdapat ikan, udang, kepiting, molusca, reptil dan burung yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata bagi pengunjung. Toleransi diberikan bagi kawasan yang memiliki ikan, udang, kepiting, moluska. Toleransi diberikan bagi pantai yang mempunyai biota ikan dan moluska. Jika hanya salah satu biota air maka lokasi tersebut tidak sesuai untuk kegiatan wisata.
b. Faktor Fisik Pantai 1. Tipe Pantai
Pantai yang landai dan berpasir adalah kawasan wisata. Hal ini memungkinkan para wisatawan melakukan berbagai aktivitas seperti berjemur, berolahraga, berenang dan sebagainya. Toleransi dapat diberikan pada pantai berpasir dengan sedikit karang maupun daerah yang sedikit terjal. Pantai berlumpur, berkarang dan terjal merupakan kawasan yang tidak sesuai untuk kegiatan wisata.
2. Penutupan Lahan
Penentuan kelas kesesuaian kawasan untuk kegiatan wisata pantai juga melibatkan faktor penutupan lahan sebagai salah satu faktor sekunder. Pantai dengan penutupan lahan berupa tanaman alami pantai seperti kelapa dan cemara laut merupakan kawasan yang sesuai untuk kegiatan wisata walaupun faktor penutupan lahan ini dapat diubah dan direncanakan sesuai dengan kemauan pihak pengelola. Toleransi diberikan bagi pantai dengan penutupan lahan berupa semak belukar rendah sedangkan pantai dengan penutupan lahan berupa pemukiman dan pelabuhan merupakan kawasan yang tidak sesuai untuk kegiatan wisata.
3. Ketersediaan Air Tawar
Faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan wisata di suatu pantai adalah ketersediaan air tawar. Kebutuhan air tawar ini selain untuk konsumsi juga
digunakan untuk MCK dan bilas setelah mandi, bermain air laut dan bermain pasir. Pantai yang mempunyai sumberdaya air bersih dengan jarak < 2 km merupakan kawasan yang sangat ideal untuk kegiatan wisata, sedangkan pantai yang mempunyai sumber air berjarak > 2 km merupakan kawasan yang kurang baik untuk kegiatan wisata.
b. Ekowisata Bahari
Syarat-syarat yang diperlukan untuk kegiatan ekowisata bahari, antara lain: 1. Kecerahan perairan
kecerahan perairan merupakan syarat utama dalam kegiatan pariwisata bahari, dimana semakin cerah suatu perairan semakin indah taman laut yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, daerah dengan nilai kecerahan >80 % yang tidak termasuk laut dalam merupakan lokasi yan paling sesuai untuk kegiatan ini. Toleransi diberikan pada wilayah perairan dengan kecerahan 20-<50%. Sedangkan daerah dengan nilai kecerahan < 20 % tidak sesuai.
2. Tutupan komunitas terumbu karang
Tutupan komunitas terumbu karang juga merupakan syarat utama dalam pariwisata bahari, karena merupakan unsur utama dari nilai estetika taman laut yang akan dinikmati oleh wisatawan. Daerah dengan tutupan karang hidup > 75% merupakan lokasi yang paling sesuai untuk wisata bahari. Toleransi diberikan pada daerah dengan tutupan terumbu karang >25 – 75 %. Sedangkan daerah dengan tutupan terumbu karang < 25% dianggap tidak sesuai karena tidak lagi termasuk ke dalam kategori indah.
3. Jenis ikan karang
Keragaman ikan karang merupakan faktor utama yang dapat menunjang keindahan alam laut. Kategori dari parameter ini adalah daerah yang mempunyai ikan karang > 70 spesies dikategorikan ke dalam daerah dengan jenis ikan karang sangat beragam (sangat sesuai), daerah yang mempunyai jenis ikan karang antara 50-70 % species dikategorikan ke dalam daerah denga jenis ikan beragam, daerah yang mempunyai jenis ikan karang 20-50 %
species dikategorikan ke dalam daerah dengan jenis ikan sedang atau toleransi bagi kegiatan pariwisata bahari, dan daerah yang mempunyai jenis ikan karang < 20 species dikategorikan ke dalam daerah dengan jenis ikan sedikit (tidak sesuai untuk wisata).
4. Kecepatan arus
Kecepatan arus berkaitan dengan keamanan wisatawan dalam melaksanakan aktivitasnya. Dengan demikian kecepatan arus yang relatif lemah merupakan syarat ideal untuk kegiatan berenang, bermain air dan sebagainya. Kecepatan arus maksimal yang dapat ditolerir oleh seorang penyelam maksimal 1 knots atau setara dengan 0,51 m/det. Wisata selam dan snorkling hanya akan dilakukan pada daerah dengan kecepatan arus dibawah 0,51 m/det. Daerah dengan kecepatan arus 0-0,17 m/det merupakan lokasi yang paling sesuai, kecepatan arus > 0,17-0,34 m/det dikategorikan ke dalam lokasi masih sesuai, toleransi diberikan pada kecepatan arus > 0,34- 0,51 m/det atau dikategorikan ke dalam sesuai bersyarat, dan daerah dengan kecepatan arus diatas > 0,51 m/det dikategorikan ke dalam lokasi yang tidak sesuai.
Dalam menyusun matrik kesesuaian kemudian menilai kelayakan atas dasar pemberian bobot dan skor pada parameter-parameter pembatas untuk kegiatan ekowisata pesisir. Di dalam parameter ini mengandung kriteria-kriteria yang berfungsi untuk menentukan kelas kesesuaian. Dari parameter yang ada kemudian disusun matriks kesesuaian untuk keperluan ekowisata pantai. Kelas kesesuaian pada matriks ini menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu kawasan untuk penggunaan ekowisata. Dalam kelas kesesuaian dibagi kedalam empat kelas, yang didefinisikan sebagai berikut :
Kelas S1 : Sangat sesuai
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.
Kelas S2 : Cukup Sesuai
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diperlukan.
Kelas S3 : Sesuai Bersyarat
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diperlukan.
Kelas TS : Tidak Sesuai
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
3.6.2. Zonasi Ekowisata Pesisir
Masing-masing faktor yang memiliki dampak dan tingkat kepentingan yang berbeda akan berubah berdasarkan waktu maka diberikan faktor pembobot. Jumlah faktor pembobot berdasarkan masing-masing sumberdaya berdasarkan kepentingannya. Berdasarkan kepentingannya maka setiap parameter memiliki total 70 (kesesuaian lahan), 20 (akseptabilitas masyarakat) dan 10 (peluang pemberdayaan masyarakat), hal tersebut dengan asumsi bahwa faktor kesesuaian lahan atau sumberdaya alam pada kasus perencanaan pengembangan kawasan ekowisata pesisir interpretatif KKLD Selat Dampier di Kabupaten Raja Ampat akan lebih tinggi dampaknya jika tidak di jaga dengan baik (Gunn, 1994).
3.7. Batasan dan Asumsi
Penelitian ini mencakup wilayah KKLD Selat Dampier, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Secara administratif batas wilayah studi ke arah daratan yang akan digunakan adalah Kampung Friwen, Arborek sedangkan batas ke arah laut adalah garis pantai.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan ekologis. Penilaian atas kesesuaian lahan yang diperoleh berkaitan erat dengan perlindungan dan kelestarian sumberdaya alam yang berpotensi wisata. Asumsi yang digunakan membatasi kriteria, subkriteria, bentuk, peringkat, dan pembobot berdasarkan kelestarian, perlindungan dan pemanfaatan yang baik
3.8. Definisi Operasional
1. Obyek dan daya tarik wisata alam adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata;
2. Ekowisata adalah suatu bentuk pariwisata alternatif yang mencakup perjalanan ke kawasan-kawasan yang tidak terganggu atau terkontaminasi dengan tujuan spesifik untuk mempelajari, mengagumi, dan menikmati pemandangan, flora dan fauna dan hidupan liar, termasuk manifestasi budaya yang ditemukan di kawasan tersebut;
3. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;
4. Interpretasi adalah pelayanan kepada pengunjung yang merupakan mata rantai komunikasi antara pengunjung dengan sumberdaya alam dan membantu pengunjung untuk merasakan sesuatu yang dirasakan oleh interpreter tentang keindahan, keunikan alam, keanekaragaman dan yang berhubungan dengan lingkungan, keajaiban alam dan perasaan ingin tahu;
5. Jalur interpretasi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan jalur yang baik agar tidak terjadi kerusakan ekologi pada daerah yang akan dikunjungi;
6. Kawasan pesisir yang interpretatif adalah suatu upaya untuk menata suatu areal pendukung kegiatan wisata pesisir yang dapat mencerminkan ragam kekayaan ekologis dan budaya, potensi ekonomi dan potensi bahaya yang dimilikinya serta keindahan bentang pemandangan alam (landscape) dan bentang pemandangan laut (seascape);
7. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemberian fasilitas, dorongan atau bantuan kepada masyarakat pesisir agar mampu menentukan pilihan yang
terbaik dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari;
8. Kesiapan masyarakat lokal adalah masyarakat yang siap menghadapi adanya pariwisata bukan hanya sebagai obyek tetapi dapat mejadi pelaku dalam aktivitas pariwisata yang akan dilakukan.