• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

1

Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar

Ade Momon S., Ir, MT dan Ana Ahdiat, ST

Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, 2012

RINGKASAN

Tingkat pelayanan Puskesmas Mulya Mekar yang berada di Kecamatan Babakan Cikao perlu dianalisis karena untuk saat ini dirasakan pelayanan pada pengobatan bagian umum sudah tidak maksimal melayani pasien yang datang untuk berobat dikarnakan kedatangan pasien cukup tinggi sehingga terjadi antrian yang cukup panjang.

Permasalahan ini dapat dicari solusinya dengan melakukan analisa simulasi sistem antrian dimana salah satu model antrian tersebut adalah model yang mengasumsikan bahwa kedatangan terjadi berdasarkan distribusi poisson dan pelayanan berdistribusi

eksponensial. Karena hanya satu pelayanan maka model antrian yang digunakan adalah

model (M/M/1) : (FIFO //).

Dari hasil penelitian analisis dan simulasi maka di dapat dari data existing adalah (λ) = 0,215 pasien per menit, (µ) = 0,237 pasien per menit, (ρ) = 0,907, (P0) = 0,093, (Lq) = 8,66 pasien per menit, (L) = 9,773 pasien per menit, (W) = 45,45 menit, (Wq) = 41,24 menit dan dari data simulasi adalah (λ) = 0,184 pasien per menit, (µ) = 0,228 pasien per menit, (ρ) = 0,807, (P0) = 0,193, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 3,375 pasien per menit, (L) = 4,182 pasien per menit, (W) = 22,73 menit, (Wq) = 18,34 menit.

Kata kunci : waktu pelayanan, tingkat kedatangan, simulasi antrian

1. Pendahuluan

Sistem antrian dapat terlihat setiap hari, seperti deretan mobil yang berhenti karena lampu merah, antrian dari permintaan telepon pada suatu switchboard, penonton pada gedung teater pada box office atau pada restauran menunggu pesanan. Sebagian besar orang sadar atau tidak sadar paling tidak pernah sekali mengalami sistem antrian, misal pembayaran SPP yang melelahkan bagi mahasiswa-mahasiswa suatu universitas, antri untuk membeli bahan bakar dan sebagainya (Pangestu,1988).

Sebenarnya fenomena tersebut merupakan suatu proses antrian (queueing process) yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu pasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) jika semua pelayanan sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas pelayanan tersebut.

Teori antrian sendiri pertama kali dikemukakan oleh A.K. Erlang, seorang ahli matematika bangsa Denmark pada Tahun 1913 dalam bukunya ”Solution Of Some Problem In The Theory Of Probability Of

Significance In Automatic Telephone Exchange”. Penggunaan istilah sistem antrian (queueing system)

dijumpai pertama kali pada tahun 1951 didalam Journal Royal Ststistical Sosiety, sedangkan masalah antrian itu sendiri sudah di jumpai sejak zaman Moses atau Noah.

Namun dalam kesempatan ini implementasi masalah antrian secara khusus akan dirancang dan diimplementasikan oleh penulis pada “Puskesmas Mulya Mekar yang bertempat di Kecamatan Babakan Cikao Kabupaten Purwakarta”. Berdasarkan pertimbangan hampir setiap hari pasien banyak yang datang untuk berobat, dimana dengan banyaknya pasien berdatangan tersebut maka terjadi kesibukan pelayanan

(2)

2

sehingga terjadinya antrian. Sebagai akibat tidak seimbangnya antara tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan, kondisi ini sudah menjadi biasa terjadi di puskemas yang bersangkutan.

Puskesmas Mulya Mekar yang bertempat di Kecamatan Babakan Cikao Kabupaten Purwakatra sebenarnya, selalu berinvestasi terhadap pengembangan karyawan-karyawati menjadi pribadi-pribadi ramah dan santun dalam melayanai masyarakat. Pelayanan yang ramah dan santun merupakan nilai kultur utama dari Puskesmas Mulya Mekar, sehingga melahirkan layanan Puskesmas Mulya Mekar setara dengan layanan oleh pihak swasta yang sudah menjadikan keharusan dalam membuat pasien terpuaskan.

Masyarakat Kecamatan Babakan Cikao khususnya Kelurahan Mulya Mekar lebih memilih pergi ke Puskesmas dibandingkan pergi ke Rumah Sakit atau Klinik untuk mengobati sakitnya, dikarenakan selain biaya dan obatnya gratis kualitas obat yang diberikan juga tidak kalah bagus, sehingga banyak masyarakat yang sakit datang untuk berobat ke Puskesmas, dan akhirnya mengakibatkan jumlah kedatangan pasien lebih besar dibandingkan jumlah pasien yang dilayani oleh dokter persatuan waktu, sehingga muncul masalah antrian khususnya di bagian pengobatan umum

Masalah utama yang sering dihadapi oleh Puskesmas Mulya Mekar dalam melayani pasiennya adalah seringkali terjadi antrian yang panjang, dimana menyebabkan pasien mengalami waktu tunggu yang cukup lama. Dengan demikian berdasarkan kondisi permasalahan tersebut dapat di identifikasikan permasalahan sebagai berikut

a. Bagaimana model antrian pasien di Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum ?

b. Bagaimana sistem antrian yang terjadi di Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum menurut hasil existing ?

c. Bagaimana sistem antrian yang terjadi di Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum menurut hasil simulasi ?

Sasaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan hasil rancangan sistem model antrian yang dapat diimplementasikan di puskemas. Adapun lokasi kegiatan adalah Dinas Kesehatan Puskesmas Mulya Mekar. Jl. Veteran No. 246 Purwakarta

2. Kerangka Pemecahan Masalah a. Kerangka Berfikir

Tingkat pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar yang berada di Purwakarta perlu dianalisis karena untuk saat ini dirasakan pelayanan pada bagian umum sudah tidak maksimal melayani pasien yang datang untuk berobat dikarenakan jumlah pengantri yang cukup banyak sehingga mencapai rata-rata 73 pasien perhari. Secara garis besar pemecahan masalah dalam pengabdian ini diantaranya, yaitu :

(a) Menganalisis kondisi Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum saat ini apakah mampu melayani permintaan pasien dengan teori antrian.

(b) Dapat memberikan usulan pemecahan masalah atas masalah yang terjadi pada pasian yang akan berobat ke bagian umum di Puskesmas Mulya Mekar.

(c) Mengimplementasikan hasil perancangan dari sistem antrian yang dihasilkan. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini antara lain:

(a) Jumlah kedatangan pasien yang berobat ke bagian umum.

(b) Waktu pelayanan pelayanan dokter terhadap pasien.

Dalam metode pemecahan masalah diperlihatkan secara normatif tahap-tahap yang harus dilakukan dalam suatu rangkaian proses perancangan dimulai dari survei pendahuluan, studi pustaka, identifikasi, pengumpulan data baik data primer maupun sekunder, serta pada tahap akhir berupa rekomendasi.

Dalam perancangan model sistem antrian ini jumlah kedatangan pasien puskesmas berdistribusi

Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi eksponensial. Untuk menguji kebenaran dilakukan uji

kebaikan-suai chi kuadrat.

b. Survey Pendahuluan

Pada tahapan ini dijelaskan mengenai kondisi tempat survey dilakukan. Dalam hal ini menjelaskan terkait kondisi perkembangan puskemas di wilayah studi yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari gejala yang saat ini terjadi di Puskesmas Mulya Mekar.

(3)

3

c. Survey

Pada tahapan ini dijelaskan mengenai bagaimana kondisi dan kemungkinan yang akan terjadi dengan mencari keterangan secara faktual dari Puskesmas Mulya Mekar, dan melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap sistem antrian yang selama ini berjalan di puskesmas. Selanjutnya melakukan pengambilan data secara sampel terhadap jumlah pasien dan lamanya pelayanan yang diberikan oleh puskesmas. Atas dasar dari hasil survey tersebut berikutnya dilakukan penelitian pengembangan sistem antrian berdasarkan hasil data yang telah disurvey.

d. Tahap Perancangan Sistem Antrian

(1) Pengolahan data Hasil Survey

1) Pengujian Distribusi Antar Kedatangan dan Waktu Pelayanan

(a) Uji Kesesuaian Poisson

Ho : Waktu antar kedatangan pasien berdistribusi poisson H1 : Waktu antar kedatangan pasien tidak berdistribusi

poisson

(1) Tentukan taraf kenyataan alpha

(2) Hitung distribusi frekwensi distribusi chi square

(3) Keputusan dengan menerima atau menolak hipotesis

(b) Uji Kesuaian Eksponensial

(1) Tentukan Range (R) = Xmaksimum - Xminimum (2) Tentukan banyak kelas interval (K) dengan rumus :

K = 1 + 3,3 Log. N

(3) Tentukan lebar kelas interval (I) = R/K

(c) Pengujian Hipotesis Untuk Distribusi Pelayanan (Eksponensial) (1) Ho : Waktu pelayanan pasien Eksponensial

H1 : Waktu pelayanan pasien tidak Eksponensial (2) Tentukan taraf kenyataan alpha

(3) Pengujian Statistik

= −

t1,t2 = batas kelas interval

= = harga rata-rata waktu pelayanan e = 2, 7183

(4) Hitung frekwensi harapan : = = ∑ (5) Perhitungan Distribusi Chi Square :

= −

(6) Pengambilan Keputusan

Menerima hipotesis nol (Ho), bila ℎ < dan menolak hipotesis nol bila kondisi sebaliknya.

(2) Tahapan Pembangkitan Bilangan Random

Bilangan random digunakan untuk menentukan berapa lama waktu yang digunakan sesuai dengan jenis distribusinya

1) Algoritma untuk menentukan nilai x

Diketahui jenis distribusi eksponensial dengan rata-rata waktu kedatangan µ dan bilangan random u.

(4)

4 (1) Bangkitkan Bilangan Random (0-1).

(2) x = - µ ln (u). (3) Diperoleh x

2) Menentukan Peluang Masa Sibuk

Ketika λ menandai tingkat kedatangan dan µmenandai tingkat pelayanan dimana λ > µ menyertai sebagai asumsi maka tingkat kesibukan sistem dapat dinyatakan.

=

3) Menentukan Peluang Semua Pelayanan Menganggur

Tingkat kesibukan sistem adalah 100% dan jika tingkat kedatangan λ semakin kecil dan tingkat pelayanan µ yang tidak berubah maka tingkat kesibukan akan menurun. Dengan demikian, probabilitas dengan sistem yang sedang kosong dihitung :

! =

Secara umum Po merupakan peluang waktu menganggur berlaku untuk semua sistem pelayanan baik sistem pelayanan tunggal ataupun sistem pelayanan ganada. Bila yang berada dalam sistem, maka pelayanan akan sibuk dan c-1 pelayan akan menganggur.

Maka dinyatakan dengan pormula :

! = " #$"1 − #

4) Menentukan Jumlah Pasien Dalam Antrian (Lq)

Untuk sistem saluran tunggal jumlah pasien dinyatakan :

&' =

5) Menentukan Jumlah Pasien Dalam Sistem (Ls)

Untuk sistem saluran tunggal jumlah pasien dinyatakan :

& = − 6) Menentukan Lamanya Pasien Dalam Antrian (Wq)

(' = λλ 7) Menentukan Lamanya Pasien Dalam Sistem (Ws)

( = 1λ

8) Penentuan Tingkat Pelayanan Optimal

:

= + *++

Dimana:

C1 = Ongkos Tenaga Kerja Per Jam C2 = Ongkos Mesin Menganggur Per Jam

λ = Rata-rata waktu antar kedatangan µ = Rata-rata waktu pelayanan.

(5)

5

3. Hasil Dan Pembahasan

a. Data Kedatangan Pasien yang Berobat Ke Puskesmas

Tabel Data Jumlah Kedatangan Pasien

Hari/Tanggal Jam Jumlah Kedatangan Pasien Senin, 13 Juni 2011 08.00 – 09.00 17 09.00 – 10.00 11 10.00 – 11.00 12 Selasa,14 Juni 2011 08.00 – 09.00 14 09.00 – 10.00 9 10.00 – 11.00 12 Rabu, 15 Juni 2011 08.00 – 09.00 15 09.00 – 10.00 18 10.00 – 11.00 11 Kamis, 16 Juni 2011 08.00 – 09.00 13 09.00 – 10.00 16 10.00 – 11.00 14 Jumat, 17 Juni 2011 08.00 – 09.00 10 09.00 – 10.00 9 10.00 – 11.00 13 Sabtu, 18 Juni 2011 08.00 – 09.00 15 09.00 – 10.00 12 10.00 – 11.00 13 Senin, 20 Juni 2011 08.00 – 09.00 13 09.00 – 10.00 11 10.00 – 11.00 8 Selasa, 21 Juni 2011 08.00 – 09.00 15 09.00 – 10.00 16 10.00 – 11.00 14 Rabu, 22 Juni 2011 08.00 – 09.00 11 09.00 – 10.00 11 10.00 – 11.00 8 Kamis, 23 Juni 2011 08.00 – 09.00 16 09.00 – 10.00 18 10.00 – 11.00 12 Jumat, 24 Juni 2011 08.00 – 09.00 8 09.00 – 10.00 12 10.00 – 11.00 15 Sabtu, 25 Juni 2011 08.00 – 09.00 14 09.00 – 10.00 13 10.00 – 11.00 15

(6)

6

b. Data Waktu Pelayanan

Data pelayanan pasien lama dan baru, dimana data yang diperoleh di jam-jam sibuk dalam satuan menit, yaitu :

Tabel 4.2 Data Waktu Pelayanan Bagian Umum

ari/Tanggal Jam Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien Senin, 13 Juni 2011 08.00 – 09.00 4.24 09.00 – 10.00 3.04 10.00 – 11.00 3.68 Selasa,14 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.35 09.00 – 10.00 3.38 10.00 – 11.00 4.12 Rabu, 15 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.55 09.00 – 10.00 4.05 10.00 – 11.00 5.75 Kamis, 16 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.48 09.00 – 10.00 4.42 10.00 – 11.00 3.45 Jumat, 17 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.36 09.00 – 10.00 3.42 10.00 – 11.00 4.25 Sabtu, 18 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.37 09.00 – 10.00 4.24 10.00 – 11.00 3.86 Senin, 20 Juni 2011 08.00 – 09.00 5.46 09.00 – 10.00 4.75 10.00 – 11.00 4.62 Selasa, 21 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.85 09.00 – 10.00 5.22 10.00 – 11.00 4.42 Rabu, 22 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.88 09.00 – 10.00 4.86 10.00 – 11.00 4.78 Kamis, 23 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.86 09.00 – 10.00 5.72 10.00 – 11.00 5.14 Jumat, 24 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.88 09.00 – 10.00 4.28 10.00 – 11.00 5.75 Sabtu, 25 Juni 2011 08.00 – 09.00 3.85 09.00 – 10.00 5.04 10.00 – 11.00 4.84

(7)

c. Pembahasan

Berdasarkan data yang terkumpul dan telah diklarifikasikan maka untuk mengetahui rata kedatangan dan rata-rata pelayanan harus dilakukan uji data sebelum digunakan

diperlukan, dengan proses sbb. : a. Pengujian Hipotesis

(1) Pengujian Distribusi Waktu Kedatangan Pasien

= Kedatangan pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar berdistribusi

,= Kedatangan pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar tidak berdistribusi

(a) Tarap kenyataan (

(b) Menghitung rata

Dari tabel sebelumnya didapat nilai rata

=- . ℎ/ 0 =50536 =

(c) Menghitung Distribusi Probabilitas

=

= . = 0,1024

(d) Menghitung frekwensi yang

= .

18 0 1,8432

(e) Menghitung Chi Square (

!

: ,;:<

,;:<

Perhitungan lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Perhitungan Chi Square Distribusi Kedatangan Pasien

i xi 1 8 2 9 3 10 4 11 5 12 6 13 7 14 lanjutan 8 15 9 16 11 17 12 18

Berdasarkan data yang terkumpul dan telah diklarifikasikan maka untuk mengetahui rata yanan harus dilakukan uji data sebelum digunakan

Pengujian Distribusi Waktu Kedatangan Pasien

= Kedatangan pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar berdistribusi Poisson

= Kedatangan pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar tidak berdistribusi Poisson.

Tarap kenyataan (α) = 0,05

Menghitung rata-rata waktu kedatangan pasien lama yang akan dilayani ( Dari tabel sebelumnya didapat nilai rata-rata kedatangan

0 = > ?

/ 0 > .

14,03

Menghitung Distribusi Probabilitas Poisson

@. A

!

.C ;<DEF,GH. :,I<EG I!

0,1024

Menghitung frekwensi yang diharapkan :

0,1024 8432

Menghitung Chi Square ( )

;:< J

;:< 2,523756

Perhitungan lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Perhitungan Chi Square Distribusi Kedatangan Pasien

xi Oi pi(x) ei ei [rev] Oi [rev] 8 3 0.048 1.71749 7.3473 6 9 2 0.068 2.45962 10 1 0.088 3.17018 11 5 0.103 3.71455 7.7043 10 12 5 0.111 3.9897 13 5 0.11 3.9556 7.5973 9 14 4 0.101 3.64167 15 5 0.087 3.12914 5.6498 8 16 3 0.07 2.52069 17 1 0.053 1.91111 7.7014 3 18 2 0.038 1.36845 7

Berdasarkan data yang terkumpul dan telah diklarifikasikan maka untuk mengetahui rata-rata yanan harus dilakukan uji data sebelum digunakan terhadap data yang

= Kedatangan pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar = Kedatangan pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar tidak

yang akan dilayani (λ)

Tabel Perhitungan Chi Square Distribusi Kedatangan Pasien

[rev] x 2 0.247 0.684 0.259 0.978 2.87

(8)

13 > 18

jumlah

(f) Pengambilan Keputusan

Dari tabel

Didapat nilai tabel (

Sedangkan dari perhitungan square (

Karena X

data waktu kedatangan pasien berdistribusi Berikut tabel

(2) Pengujian Distribusi Waktu Pemeriksaan Pasien

= Pelayanan kepada pasien lama/pasien berdistribusi eksponensial.

,= Pelayanan kepada pasien lama/pasien baru bagian poli umumdi puskesmas mulya mekar tidak berdistribusi eksponensial.

Hasil pengamatan waktu pelayanan pasien lama setelah data di

(a) Range (R) = Xmaks

= 5,75

(b) Banyak kelas interval

K = 1 + 3,3 Log.18 => (Log 36 = 1, 556) = 6,136

(c) Panjang atau lebar kelas interval

I = R/K = 0,471 Catatan :

Banyak kelas (K)

Perhitungan berikutnya sbb:

- menghitung frekwensi waktu pelayanan setiap kelas (fi)

- menghitung besarnya probabilitas eksponensial untuk masingmasing kelas interval

(d) Menghitung Distribusi Probabilitas Eksponensial

Dimana Y rata-rata

0,201

(e) Menghitung frekwensi harapan: ei

0,201

Jika suatu sel sel-sel berdekatan.

(f) Menghitung Nilai Chi Square.

N O O

Perhitungan secara lengkap untuk tabel distribusi eksponensial, Tabel Hasil Perhitungan Waktu Pelayanan Pasien Bagian Umum

Kelas

> 18 0.123 4.42179

36 1 36 36 36

Pengambilan Keputusan

Dari tabel chi square dengan alpha 0,05 dan v = (5-1) = 4 Didapat nilai tabel (Chi Square, tabel) = 9,488

Sedangkan dari perhitungan chi square, didapat nilai ) x² hitung = 5,038

Karena X² hitung ≤ X² tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima, Artinya data waktu kedatangan pasien berdistribusi Poisson.

Berikut tabel chi square sesuai data diatas.

Pengujian Distribusi Waktu Pemeriksaan Pasien

= Pelayanan kepada pasien lama/pasien baru bagian poli umumdi puskesmas mulya mekar berdistribusi eksponensial.

= Pelayanan kepada pasien lama/pasien baru bagian poli umumdi puskesmas mulya mekar tidak berdistribusi eksponensial.

Hasil pengamatan waktu pelayanan pasien lama setelah data diurutkan, didapat parameter sbb: Range (R) = Xmaks - Xmin atau

= 5,75– 2,86 = 2,89 Banyak kelas interval

K = 1 + 3,3 Log.18 => (Log 36 = 1, 556)

Panjang atau lebar kelas interval

Banyak kelas (K) diambil 6 dan lebar kelas (I) = 0,471 Perhitungan berikutnya sbb:

menghitung frekwensi waktu pelayanan setiap kelas (fi)

menghitung besarnya probabilitas eksponensial untuk masingmasing kelas interval Menghitung Distribusi Probabilitas Eksponensial

. <,PPC 0,273 rata < :<P 3,667 2,7183 I, C<. ,;P. 2,7183 I, C<.<,<< 201

Menghitung frekwensi harapan: .ΣQ

201 36 7,253

Jika suatu sel-sel yang frekuensi harapanya kurang dari 5 maka di gabungkan dengan sel berdekatan.

Menghitung Nilai Chi Square.

O J O

I C, R<J C, R< 1,04

Perhitungan secara lengkap untuk tabel distribusi eksponensial, Tabel Hasil Perhitungan Waktu Pelayanan Pasien Bagian Umum

Kelas Oi pi(x) ei ei [rev] Oi [rev]

8

5.038 1) = 4

, didapat nilai perhitungan chi nol (Ho) diterima, Artinya

baru bagian poli umumdi puskesmas mulya mekar = Pelayanan kepada pasien lama/pasien baru bagian poli umumdi puskesmas mulya mekar urutkan, didapat parameter sbb:

diambil 6 dan lebar kelas (I) = 0,471

menghitung besarnya probabilitas eksponensial untuk masingmasing kelas interval

frekuensi harapanya kurang dari 5 maka di gabungkan dengan

Perhitungan secara lengkap untuk tabel distribusi eksponensial, Tabel Hasil Perhitungan Waktu Pelayanan Pasien Bagian Umum

(9)

9 2.86 - 3.33 10 0.201 7.25 7.253 10 1.04 3.33 - 3.80 8 0.158 5.68 5.684 8 0.943 3.80 - 4.27 5 0.124 4.45 7.946 9 0.14 4.27 - 4.74 4 0.097 3.49 4.74 - 5.22 6 0.076 2.74 15.12 9 2.475 5.22 - 5.69 3 0.06 2.14 > 5.69 0.284 10.2 Jumlah 36 1 36 36 36 4.598 (g) Pengambilan Keputusan

Dari hasil perhitungan Chi Square, didapat nilai dari X² tabel (0,05) dan v = (4-1) = 7,815

karena X² hitung ≤ X² tabel = 4.598 ≤ 7,815, maka Ho diterima, artinya data waktu pemeriksaan berdistribusi eksponensial.

b. Pembangkit Bilangan Random

1) Waktu Antar Kedatangan Pasien

Distribusi tingkat kedatangan pasien mengikuti distribusi Poisson, sehingga waktu antar kedatangan pasien mengikuti distribusi eksponensial. Diketahui waktu rata-rata antar kedatangan 0,215 pasien/menit.

Algoritma untuk menentukan nilai x:

(1) Hitung e-λ, a = 1 dan i =0

(2) Bangkitkan Bilangan Random Ui+1 = U(0,1).

(3) Jika e-λ< amaka didapat x =1, jika e-λ> a lanjut ke nomor 4. (4) Ganti i = i + 1

Diketahui : λ1 =17

Langkah 1: e-λ = 4.13947E-08, a = 1 dan i = 0,

Langkah 2 : U1 = 0,00155 Langkah 3 : a = aU1 = (1)(0,00155) a = 0,00155 > e-λ = 4.13947E-08 → i = i + 1 = 0 + 1 = 1 Langkah 2 : U2 = 0.506142 Langkah 3 : a = aU2 = (0,00155) (0.506142) = 0.000134577 a = 0,00155 > e-λ = 4.13947E-08 → i = i + 1 = 1 + 1 = 2

Seterusnya seperti langkah di atas sampai a < e-λ

Langkah 2 : U13 = 0.506142

Langkah 3 : a = aU13 = (3.1E-08) (0.13979) = 4.3E-09

a = 4.3E-09 > e-λ = 4.13947E-08 → i = i + 1 = 13 + 1 = 14 dan seterusnya λ1, λ2, λ3………. λ14.

Dari perhitungan di atas maka didapat seperti tabel di bawah ini : Hasil Simulasi Jumlah Kedatangan Pasien

λ ke- X λ ke- X λ ke- X

1 14 13 9 25 9 2 9 14 7 26 9 3 10 15 11 27 12 4 12 16 13 28 14 5 7 17 10 29 15 6 11 18 11 30 10 7 13 19 11 31 6

(10)

10 8 16 20 9 32 10 9 9 21 6 33 13 10 11 22 13 34 12 11 14 23 14 35 11 12 12 24 12 36 13 Jumlah 398

2) Waktu Pemeriksaan Pasien

Dari uji distribusi diketahui waktu pemeriksaan berdistribusi Eksponensial. Diketahui waktu rata-rata pemeriksaan 0,237 pasien/menit.

Algoritma untuk menentukan nilai x:

(1) Bangkitkan Bilangan Random U=U(0,1).

(2) Variable Random Distribusi Eksponensial x = − µ ln (u) (3) diperoleh x

Tabel Hasil Simulasi Waktu Pemeriksaan Pasien Kedatangan

Pasien Baru

Bilangan Random (u)

Rata-rata waktu pemeriksaan x x = - 0.237 lan (u). 1 0.151575 0.447142 2 0.179868 0.406581 3 0.837648 0.041986 4 0.203037 0.377865 5 0.067903 0.637454 6 0.374713 0.232638 7 0.254954 0.323902 8 0.683478 0.090193 9 0.221155 0.357608 10 0.401563 0.216236 11 0.142272 0.462154 12 0.887923 0.028172

(11)

11 Lanjutan 13 0.518549 0.155643 14 0.758561 0.065491 15 0.769433 0.062118 16 0.982748 0.004124 17 0.389847 0.223254 18 0.879113 0.030535 19 0.567201 0.134389 20 0.243581 0.334717 21 0.505035 0.161901 22 0.257945 0.321137 23 0.044285 0.738754 24 0.793185 0.054913 25 0.29322 0.290759 26 0.532088 0.149534 27 0.879225 0.030505 28 0.929662 0.017285 29 0.893723 0.026629 30 0.031913 0.816402 31 0.398001 0.218349 32 0.670916 0.094589 33 0.825694 0.045393 34 0.99766 0.000555 35 0.732163 0.073885 36 0.102968 0.538781 Jumlah 8,211564 Rara-rata 0.228099

c. Menentukan Model Antrian

Berdasarkan kondisi tersebut, maka model antrian yang digunakan dinotasikan sebagai (M/M/1) : (GD/∞/∞) yang mana model ini mengasumsikan bahwa kedatangan terjadi menurut Poisson sedangkan waktu pelayanannya berdistribusi

eksponensial dengan parameter rata-rata adalah Dengan menggunakan model antrian

tersebut.

d. Hasil Uji Data

Berdasarkan data yang dilakukan dapat diperoleh data untuk melakukan pengolahan data selanjutnya. Dapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Menentukan Rata–Rata Waktu Antar Kedatangan

- . > ? ? . > . / 0 > .

=46436

= 12,889 pasien/jam = 0.215 pasien/menit

(12)

12 Dari data diketahui bahwa rata-rata pelayanan pasien adalah 4,228 menit

1

\ − \ > ] > ? =4,2281

=0.237

3) Peluang Masa Sibuk (ρ)

= =0.215 0.237 = 0,907

4) Proporsi Waktu Ngangur Pelayan

Po atau I = 1 – dimana = λ/ µ Po = 1 – 0,907 = 0,093

5) Rata-rata Banyaknya Pengantri yang Sedang Antri Lq =

&' =0.237 0.237 − 0.215 =0.215 0.00792 = 8,660,0548 &' = 8,66 pasien yang sedang antri

6) Rata-rata Banyaknya Pengantri Dalam Sistem. &? = −

&? =0.237 − 0.215 = 9,7730.215

&? = 9,773 pasien mengantri dalam sistem.

7) Rata-rata Waktu Antri

(' = λ− λ

(' = 0.237 0.237 − 0.215 = 41,240.215 (' = 41,24 menit waktu antri

8) Rata-rata Waktu Menunggu dalam Sistem

(? = 1λ

(? =0.237 − 0.215 = 45,451

(? = 45,45 menit menunggu dalam sistem.

e. Hasil Perhitungan Simulasi dengan Menggunakan Teori Antrian

Berdasarkan analisa tingkat kedatangan, waktu pelayanan model antrian dipuskesmas mulya mekar bagian poli umum adalah dengan pola kedatangan Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi eksponensial sesudah melakukan simulasi.

1) Menentukan Rata-rata Waktu Antar Kedatangan

Dari hasil data simulasi di dapat :

(13)

13

2) Menentukan Rata-rata Waktu Pelayanan

Dari hasil data simulasi di dapat :

0,228 pasien/menit

3) Peluang Masa Sibuk (ρ)

= =0,184 0,228 = 0,807

4) Proporsi Waktu Ngangur Pelayan

Po atau I = 1 – dimana = λ/ µ Po = 1 – 0,807 = 0,193

5) Rata-rata Banyaknya Pengantri yang Sedang Antri &' =

&' =0,228 0,228 − 0,184 = 3,3750,184 &' = 3,375 pasien yang sedang antri

6) Rata–rata Banyaknya Pengantri Dalam Sistem &? = −

&? =0,228 − 0,184 = 4,1820,184

&? = 4,182 pasien mengantri dalam sistem.

7) Rata–rata Waktu Antri (' = λ− λ

(' = 0,228 0,228 − 0,184 = 18,340,184 (' = 18,34 menit waktu antri

8) Rata-rata Waktu Menunggu Dalam Sistem (? = − λ1

(? =0,228 − 0,184 = 22,731

(? = 22,73 menit menunggu dalam sistem

f. Menentukan Pelayanan Optimal (abcdefgh)

1) Menentukan Pelayanan Optimal Data Existing

ij klm = + *++

(14)

14

ij klm 0,234 + n0,1398

ij klm = 0,234 + 0,37 ij klm = 0,604

2) Menentukan Pelayanan Optimal Data Simulasi

ij klm= + *++

ij klm= 0,184 + *20.000 0,18430.769,23 ij klm= 0,234 + n0,1196 ij klm= 0,234 + 0,35 ij klm= 0,584

Tabel Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data

Parameter Hasil Existing Hasil Simulasi

λ 0,215 0,184 µ 0,237 0,228 0,907 0,807 Po 0,093 0,193 &' 8,66 3,375 &? 9,773 4,182 (' 41,24 18,34 (? 45,45 22,73 ij klm 0,604 0,584 g. Analisa

Berdasarkan pengamatan tingkat kedatangan pasien setiap hari dari tanggal 13 s/d 19 Juni 2011 dan 20 s/d 26 Juni 2011 tingkat kedatangan pasien tinggi pada jam-jam tertentu setiap hari yaitu pukul 08.00 – 11.00 WIB dengan rata-rata kedatangan 39 pasien perhari. Tingginya kedatangan pasien dikarenakan pasien lebih memilih pergi berobat pada Puskesmas dibandingkan pergi ke Rumah Sakit atau Klinik, dikarenakan selain biaya dan obatnya gratis kualitas obat yang diberikan pun tidak kalah bagus.

Kedatangan pasien rata-rata 39 pasien perhari. Waktu antar kedatangan pasien dijumlahkan, kemudian dihitung rata-rata waktu antar kedatangan pasien sebesar 0,215 pasien per menit. Distribusi waktu kedatangan pasien mengikuti distribusi eksponensial, sehingga tingkat kedatangan pasien mengikuti distribusi poisson. Rata-rata waktu pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah 0,237 pasien per menit.

Berdasarkan kondisi yang sudah teramati tersebut dalam lokasi penelitian maka model antrian yang di gunakan di notasikan (M/M/1) : (FIFO/∞/∞) yang mana model ini mengasumsikan bahwa kedatangngan terjadi menurut poisson dengan parameter sebagai nilai rata-ratanya dan sedangkan waktu pelayanannya berdistribusi eksponensial. Dalam penelitian ini menggunakan parameter untuk identifikasi dalam mempelajari dan menjelaskan dalam sistem antrian. Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Waktu sibuk dokter

b. Lq : jumlah pasien yang menunggu dalam antrian. c. Ls : jumlah pasien yang menunggu dalam sistem.

(15)

15

d. Wq : waktu yang dihabiskan pasien untuk menunggu dalam antrian. e. Ws : waktu yang dihabiskan pasien untuk menunggu dalam sistem.

Dari hasil analisis data pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,215 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,237 pasien per menit, peluang masa sibuk (ρ) = 0,907, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,093, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 8,66 pasien per menit, ekspektasi panjang

garis (L) = 9,773 pasien per menit, ekspektasi waktu menunggu dalam system (W) = 45,45 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) = 41,24 menit.

Dari simulasi yang dilakukan pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,184 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,228 pasien per menit, peluang masa sibuk = 0,807, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,193, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 3,375 pasien per menit,

ekspektasi panjang garis (L) = 4,182 pasien per menit, ekspektasi waktu menunggu dalam sistem (W) = 22,73 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) = 18,34 menit

4.

Kesimpulan Dan Saran

a. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah disajikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

(a) Model antrian yang diperoleh adalah model (M/M/1) : (FIFO /∞/∞), dengan tingkat kedatangan berdistribusi poisson, waktu pelayanan berdistribusi eksponensial, dengan jumlah pelayanan adalah seorang dokter, disiplin antrian yang digunakan adalah pasien yang pertama datang yang pertama dilayani, jumlah pelanggan dalam sistem antrian dan ukuran populasi pada sumber masukan adalah tak terhingga.

(b) Dari hasil analisis data pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,215 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,237 pasien per menit, peluang masa sibuk (ρ) = 0,907, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,093, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 8,66

pasien per menit, ekspektasi panjang garis (L) = 9,773 pasien per menit, ekspektasi waktu menunggu dalam system (W) = 45,45 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) = 41,24 menit.

(c) Dari simulasi yang dilakukan pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,184 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,228 pasien per menit, peluang masa sibuk = 0,807, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,193, ekspektasi panjang antrian

(Lq) = 3,375 pasien per menit, ekspektasi panjang garis (L) = 4,182 pasien per menit, ekspektasi

waktu menunggu dalam sistem (W) = 22,73 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) =

18,34 menit b. Saran

Untuk memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan, sebaiknya suatu sistem pelayanan memberikan fasilitas pelayanan optimal. Fasilitas pelayanan perlu diusahakan agar mendekati optimal karena apabila suatu sistem fasilitasnya kurang optimal maka akan berakibat adanya pasien yang tidak terlayani

Tingkat kedatangan pasien dan kecepatan pelayanan untuk selalu di analisa, sehingga dapat ditentukan kebijakan untuk mengantisipasi antrian yang terjadi demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Pelayanan kesehatan tidak ada tawar menawar, karena menyangkut masalah nyawa manusia. Dengan demikian pelayanan pasien yang terbaik akan sangat bermanfaat demi tertolongnya pasien.

(16)

16

Daftar Pustaka

Asmugi, 2004, Simulasi Komputer Sistem Diskrit, Penerbit Andi, Yogyakarta Matthias, Aruf, 1997, Statistika Bisnis, Penerbit ITB

Sugiyono ; 2002, Statistika untuk Penelitian, Cetakan Keempat, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sumardjono, Maria SW, 1996, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Suseno, Agustian, 2004, Diktat Kuliah Penelitian Operasional II, Jurusan Teknik Industri Unsika

Soepono, Soeparlan, 1999, Pengantar Simulasi, Seri Diktat Kuliah Universitas Guna Darma

Tarliah, Tjutju 1994, Operation Research : Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, Bandung

Walpole Ronald E : 1984, “Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan” Edisi Keempat, Penerbit ITB Bandung

(17)

17

MAKALAH :

DISAMPAIKAN DALAM ACARA SEMINAR: MERAJUT TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA SEBAGAI FONDASI INTEGRITAS BANGSA

Tanggal 29 Maret 2009 di Klari Kab, Karawang

Atas Kerjsama Ditjen Kesbangpol Kemendagri dengan Lembaga Analisa Pengembangan Demokrasi

ETIKA KEBEBASAN MENJALANKAN AGAMA

OLEH H.E. TAJUDDIN NOOR

DOSEN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS

SINGAPERBANGSA KARAWANG

KETUA FKUB KABUPATEN KARAWANG

A.

PENDAHULUAN

Agama pada dasarnya hadir dengan misi kebaikan. Semua orang mengetahui bahwa agama sakral dan sarat dengan nilai-nilai universal. Tujuannya satu agar manusia hidup damai, harmoni dengan lingkungan, taat pada aturan, dan patuh pada ajaran Tuhan. Namun ketika ajaran agama harus diwujudkan oleh para pemeluknya, ia harus bersentuhan dengan kehidupan sosial budaya. pertama, ajaran itu akan difahami oleh para pemeluknya sesuai daya nalar, tingkat pengalaman, pengaruh lingkungan. Dalam konteks ini ajaran agama masuk dalam ranah persepsi para pemeluknya. Tidak aneh akan muncul beragam mazhab dan aliran, walau esensinya sama. Dan hal ini potensial menimbulkan masalah internal. Kedua, ketika para pemeluk ajaran agama secara konsekwen harus mengamalkan ajaran agama yang diyakininya, akan bersentuhan dengan para pemeluk ajaran agama lain. Disini agama masuk dalam ranah sosial kehidupan beragama, dan hal ini potensial menimbulkan masalah eksternal. Dan dalam menjamin kebebasan menjalankan agama bagi para pemeluknya, negara telah menjamin dan mengaturnya dengan berbagai payung hukum, namun dalam implementasinya terkadang tidak semudah yang kita perkirakan. Atas dasar itulah perlu kiranya ada etika yang harus menjadi acuan bersama bagi para pemeluk agama, untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya konflik yang sering merugikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. AGAMA

(18)

18 ajaran yang memiliki kebenaran mutlak (terutama bagi yang meyakininya) dan agama dalam pengertian pemeluk yang melaksanakan agama. Dalam pengertian ajaran, agama tidak banyak mengundang masalah karena didalamnya mengandung nilai-nilai yang uneversal dan baik bagi manusia. Dalam kata lain semua agama mengajarkan kebaikan bagi semua manusia. Dalam kajian perbandingan agama, ada dua kategori, ada agama samawi yang diturunkan melalui wahyu kepada para nabi/utusan Alloh seperti Yahudi, Kristen, dan Islam. Ada agama ardy, atau hasil budaya manusia seperti Hindu, Budha, dan Konghuchu. Baik agama samawi maupun agama ardy keduanya membawa misi agar manusia hidup baik dan benar. Namun dalam pengertian yang melaksanakan agama (pemeluk agama), agama sudah berada pada wilayah persepsi atau pemahaman para pemeluknya. Nah dalam konteks yang terakhir inilah sering terjadi ketegangan-ketegangan, karena dalam pengertian ini, agama bersentuhan dengan berbagai kepentingan hidup manusia seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dan dalam konteks ini pula, agar supaya semua pemeluk agama dapat dengan tenang menjalankan kewajiban agama yang diyakininya, diperlukan etika bergaul yang kemudian dikenal dengan toleransi sosial beragama.

Sebagaimana agama-agama lain, Islam secara jelas mengandung klaim klaim eksklusif. Bahkan tergolong sangat ketat. Hal ini nampak dalam dua kalimah syahadah yang merupakan kesaksian kemahamutlakan Alloh sebagai satu-satunya Tuhan, dan kerasulan Muhammad SAW sebagi Nabi dan Rasul terakhir yang kemudian disebut sebagai Doktrin Tauhid.

Namun demikian dalam Islam, toleransi agama memiliki dasar pijak yang kuat. Antara lain dalam ayat alhujurot 13,

“ Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Alloh maha Mengetahui lagi maha Mengenal “

(19)

19

yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriaman semuanya? “

Demikian pula dasar historis tentang toleransi beragama dapat dijumpai antara lain piagam madinah di zaman Rasululloh, perjanjian Aeliya di zaman khalifah Umar Bin Khattab, dan banyaknya para penganut non muslim yang menjadi pejabat dalam pemerintahan Khalifah Abbasyah yang berlansung selama 500 tahun (750- 1258 M).

Baik secara pengertian teologis, maupun secara historis, jelas Islam merupakan agama yang sangat mengembangkan arti toleransi yang sebenarnya sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam arti Islam tumbuh dan berkembang menjadi besar seperti sekarang ini bersama dengan pengakuannya akan hak hidup agama-agama lain yang malah hidup saling berdampingan secara harmonis.

Secara teologis, Islam memandang bahwa doktrin tauhid tidak hanya milik Islam seperti yang umum difahami selama ini, namun juga sebagai inti dari semua agama terutama agama samawi. Karena misi Islam satu yaitu menyembah Tuhan Yang Satu dengan risalah yang sama melalui rangkaian nabi-nabi hingga Nabi terakhir Muhammad SAW. Lihat surah annisa 163 :´Sungguh Kami telah mewahyukan kepadamu seperti juga kami wahyukan

kepada Nuh dan Nabi-nabi sesudahnya, dan kami wahyukan juga kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub dan anak turunannya, dan kepada Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Sungguh Kami kisahkan kepadamu(muhammad) beberapa rasul sebelum kamu, dan beberapa rasul belum kami kisahkan kepadamu, dan Alloh benar-benar telah berbicara kepada Musa.( Itulah ) para rasul pembawa berita gembira dan pembawa peringatan (yang sama dari Alloh) agar bagai manusia tidak ada bantahan setelah diutusnya para Rasul, dan Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “. Bahkan Nabi Muhammad sendiri menegaskan bahwa dia datang

hanya sebagai penyempurna dari misi kenabian para rasul terdahulu. Yaitu misi ketauhidan. Dengan penegasan di atas, Islam mengklaim bahwa ia agama yang pertama dan sekaligus agama yang terakhir.

(20)

20 Dalam pandangan Islam, konsep tauhid bukan hanya terletak pada pengakuan adanya Tuhan Yang Esa saja, tetapi yang lebih pokok adalah penerimaan dan respon cinta kasih dan kehendak Tuhan yang dialamatkan kepada Manusia. (Asep Syaefulloh: 2007). Dan hal yang penting dalam Islam dipesankan bahwa mengekspresikan ketauhidan dan ajaran agama itu tidak boleh disertasi berbantah-bantahan, melainkan harus dengan cara-cara yang sebaik-baiknya, termasuk menjaga etika, kesopanan dan tenggang rasa dalam kehidupan sosial beragama, kecuali terhadap mereka yang berbuat zalim seperti menghalangi da’wah, bermain – main dengan aturan, memanipulasi data dsb. “

dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, malainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang –orang zalim diantara mereka, dan katakanlah : Kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu: Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu: dan kami hanya berserah diri kepada Nya. (al Ankabuut:46)

Ayat ini juga memerintahkan kepada umat islam untuk senantiasa menegaskan bahwa para penganut kitab suci yang berbeda beda, sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan sama-sama pasrah kepadaNya. Bahkan, biarpun sekiranya mengetahui dengan pasti bahwa orang lain menyembah suatu obyek sembahan yang bukan Alloh yang Maha Esa, Umat Islam tetap dilarang berlaku tidak sopan terhadap mereka. (Asep Syaefulloh:2007). Sebab menurut al Quran sikap tidak sopan dengan mencaci dan merendahkan terhadap pihak lain yang berbeda keyakinan dengan kaum muslim, akan menimbulkan sikap balik dari mereka yang dicaci itu menyerang dengan melakukan ketidak sopanan yang sama terhadap Alloh dan RasulNya. Ungkapan-ungkapan diatas memesankan bahwa ajakan kepada kebenaran yang diyakini harus disertai dengan cara-cara penuh kearifan, kesopanan, tuturkata yang baik dan tentu dengan argumen yang masuk akal.

C. Toleransi di Indonesia

Indonesia menjadi contoh yang baik bagi pemecahan persoalan toleransi antar umat beragama, sebab meskipun mayoritas penduduknya Muslim,

(21)

21 Indonesia tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara, tetapi berdasar pancasila yang mengakomodasi kepentingan semua lapisan masyarakat termasuk umat beragama yang berbeda-beda.

Berbagai payung hukum yang mengatur kehidupan sosial umat beragama telah dikeluarkan pemerintah seperti Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri no 1 tahun 1969 tentang pelaksanaan tugas Aparatur Pemerintah dalam menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pengembangan dan ibadat agama oleh para pemeluknya yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri no 9 dan 8 tahun 2006. Tentang pedoman pelaksanaan Kepala Daerah dalam pemeliharaan Kerukunan Umat beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat beragama, dan pendirian rumah Ibadat.

Namun dilapangan dalam implementasinya sering terjadi konflik, hal ini disebabkan beberapa faktor seperti diidentifikasi oleh (Setda Jabar, 2006) antara lain:

a. Faktor keagamaan

1) Pendirian Rumah Ibadah

Pendirian rumah ibadah merupakan sesuatu yang sangat hakiki bagi setiap pemeluk agama manapun, karena rumah ibadah selain berfungsi sebagai simbol kesatuan dan pertautan rasa emosi keagamaan dalam satu barisan agama, juga menjadi rumah suci untuk menjalankan dan membaktikan diri dalam kegiatan ibadah-ibadah ritual bagi pemeluk-pemeluknya. Hanya saja permasalahannya, ketika penganut agama minoritas mendirikan rumah ibadah ditengah masyarakat penganut agama mayoritas, akan menimbulkan ketegangan dan penggelembungan potensi konflik laten.

2) Penyiaran agama

Penyiaran agama minoritas yang bertujuan mengajak penganut agama mayoritas untuk konversi kepada agama minoritas, akan memunculkan reaksi spontan dari penganut agama mayoritas,

(22)

22 karena hal itu menyinggunggung pihak yang merasa di rugikan. 3) Bantuan keagamaan dari luar negeri

Bantuan keagamaan dari luar negeri yang sebenarnya sangat berguna, namun jika kemudian diketahui dipergunakan secara keliru umpama dipergunakan penyiaran agama pihak minoritas mengajak umat mayoritas, akan menimbulkan kecemburuan. 4) Perkawinan beda agama

Perkawinan merupakan komitmen penyatuan dua individu yang berbeda jenis kelamin dengan dasar kasih dan cinta. Tetapi perkawinan bagi individu-individu yang berbeda akan banyak menimbulkan masalah; dari mulai problem pelecehan agama, prinsif agama yang dianut anak-anak, hak-hak warisan dan hak kewalian dan lain-lain. Dan jika terjadi perceraian atau kematian akan melibatkan simbol-simbol agama.

5) Perayaan hari besar keagamaan

Perayaan hari besar keagamaan sudah menjadi seremonial yang membudaya dalam masyarakat Indonesia. Permasalahan akan timbul, bukan karena peryaannya, tapi ketika harus ada pemahaman yang tegas mana yang termasuk acara seremonial dan mana yang ritual. Sebab namanya perayaan mesti akan mengundang banyak orang termasuk orang yang mungkin beda keyakinan untuk hadir dalam upacara itu. dizaman menteri Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara, telah diatur melalui edaran menteri agama tentang tata cara pelaksanaan hari-hari besar keagamaan.

6) Penodaan Agama

Setiap agama mempunyai simbol-simbol tertentu yang disakralkan oleh para pemeluknya. Penodaan terhadap simbo-simbol tersebut oleh pihak lain akan menimbulkan emosi massa agama yang merasa ternodai. Oleh karena itu pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang penetapan presiden no 1 tahun

(23)

23 1965 tentang pencegahan penyalah gunaan dan/atau penodaan agama.

b. Faktor non agama

1) Kesenjangan ekonomi

Sering kali konflik terjadi mengatasnamakan agama, padahal seseungguhnya berawal dari masalah ekonomi. Seperti ketersinggungan tidak dilibatkan dalam perparkiran, membangun tanpa melibatkan tenaga setempat, terlalu mencolok dalam hal berpakaian dll. Semua itu akan memicu kecemberuan sosial yang seringkali menggunakan simbol-simbol agama yang disakralkan sehingga mengundang massa keagamaan.

2) Kepentingan politik

Sebenarnya kehidupan politik dan kegamaan merupakan dua hal yang saling melengkapi jika masing masing pelakunya memandang dengan pandangan yang proporsional. Namun seringkali yang terjadi saat pelaku politik ingin mencapai tujuannya menggunakan simbo-simbol keagamaan. Dan hal itu sering menjadi pemicu konflik, karena agama telah disalah gunakan dengan tidak proporsional. Mestinya, karena agama mengandung nilai-nilai kesucian ruhani, harus dijadikan sumber inspirasi bagi para pelaku politik untuk membangun kesadaran politik yang etis, bukan dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat sementara.

3) Provokator

Masyarakat kita sangat rentan terhadap menyusupnya Provokator yang memprovokasi massa demi kepentingan tertentu. Hal ini sering kali menjadi sumber masalah yang menimbulkan konflik dimasyarakat kita. Karenanya peran tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menjadi panutan, harus memposisikan diri sebagai pencerah bagi masyarakat yang

(24)

24 sudah terprovokasi tadi dengan kewibaannya.

D. Solusi

Dalam mengatasi kecenderungan konflik yang melibatkan massa keagamaan, perlu berbagai pendekatan. Inilah tugas mulia yang harus menjadi pemikiran pemerintah, Organisasi dan Lembaga kemasyarakatan yang peduli akan kehidupan yang rukun dan damai, dengan membangun kesadaran masyarakat tentang etika kehidupan sosial beragama.

Menurut Syamsu Rizal (1999), setiap inisiatif pemecahan masalah keagamaan harus mencakup tiga hal.

Pertama, perhatian pihak ketiga terhadap kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu pertikaian atau konflik; jika yang diperhatikan adalah kepentingan salah satu pihak, yang terjadi adalah pembentukan aliansi dan itu berarti eskalasi konflik.

Kedua, menempatkan pihak-pihak yang berkonflik dalam situasi yang memungkinkan mereka menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru dengan maksud mencapai solusi yang dapat mereka terima.

Ketiga, tugas pihak ketiga menyediakan rasa aman bagi pelaksanaan diskusi yang proaktif yang memperbesar peluang tukar menukar ide dan ekplorasi pilihan-pilihan tidak mengikat.

Jadi, merawat kerukunan ditengah-tengah begitu banyak perbedaan butuh keterbukaan, kebesaran jiwa, kesabaran, aturan dan tentu etika.

(25)

25

PENGARUH MIKORIZA DAN UMUR BENIH TERHADAP

DERAJAT INFEKSI, SERAPAN P, PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza

sativa L.) DENGAN METODA SRI (System of Rice Intensification)

Endah Fitriyah

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang

ABSTRACT

This objective of this experiment was to study the effect of Arbuscular Mycorrhizal Fungi inoculant interaction and age of seeds to increase the degree of AMF infection in roots of plants, P uptake, growth and yield of Rice (Oryza sativa L.) using the method of SRI (System of Rice Intensification). Experiments carried out in the garden experiment Rice Research Institute Sukamandi Subdistrict Subang, District West Java, from March 2009 until August 2009. The design environment used in this study were randomized block design with factorial pattern. The first factor was the inoculation of mycorrhizal (M) with two levels: without inoculation of AMF (m0) and AMF inoculant 100 g kg-1 soil (m1). The second factor is the age of rice seed (U) consisting of tree levels: the age of 5 days after seeding (u1), age 10 days after seeding (u2), age 15 days after seeding (u3). The results showed that there was interactions between Arbuscular Mycorrhizal Fungi inoculants and seed age in the plant height 28 days after seedling (DAS) and DAS 42, Leaf Area Indeks (LAI) DAS 42 and DAS 49, Shout Root Ratio (SRR) DAS 35 and DAS 42, the number of tiller DAS 28, DAS 42 and DAS 56, and grain yield dry yield rice (Oryza sativa L.). There was no interaction between the effect of AMF inoculant and seed age on the degree of AMF infection and P uptake, plant height DAS 56 and DAS 70, LAI 35 and DAS 56, SRR DAS 49 and DAS 56. Mycorrhizal inoculation of 100 g kg-1 soil can increase the degree of AMF infection on the roots, but no significant effect on uptake of P, plant height DAS 56 and DAS 70, LAI 35 and DAS 56, SRR DAS 49 and DAS 56. Seed age did not significantly effect on the degree of AMF infection but the effect on P uptake, plant height DAS 56 and DAS 70, LAI 35 and DAS 56, SRR DAS 49 and DAS 56.

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan arah dari pembangunan pertanian dimasa mendatang, dimana pengelolaannya harus berdampak positif bagi lingkungan serta efisiensi merupakan titik tolak sistem usahataninya. Dengan lahan yang relatif terbatas sedang jumlah penduduk semakin banyak memaksa para ahli di bidang pertanian mengejar produktivitas dengan mengarah pada berbagai metoda intensifikasi dan ramah lingkungan. Saat ini istilah pertanian alami (back to nature farming) banyak dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik juga untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman, diantaranya dengan pemanfaatan pupuk hayati.

Aplikasi bioteknologi dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai pupuk hayati merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan produktivitas lahan, mempertahankan serta meningkatkan produksi tanaman. Mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biologis diantaranya yaitu FMA (Fungi Mikoriza Arbuskular). FMA digolongkan ke dalam endomikoriza yaitu mikoriza yang sebagian hifanya berada dalam akar dan bercabang-cabang diantara sel-sel akar (Foth, 1991). Jamur Mikoriza ini dapat menambah luas permukaan akar sehingga penyerapan unsur hara akan lebih tinggi. Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa derajat infeksi akar dan penyerapan unsur hara terutama unsur P oleh tanaman dapat ditingkatkan dengan adanya infeksi mikoriza pada akar tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal diawali pada sejauh mana tanaman tersebut tidak mengalami gangguan akar. Pertumbuhan dan penyebaran akar tergantung pada ketersediaan udara dalam tanah, nutrisi dan varietas tanaman. Sinwin, dkk (2007) menyatakan bahwa tanaman yang diinfeksi dengan FMA menunjukkan pertumbuhan yang lebih

(26)

26

tinggi dengan perakaran yang lebih baik dan batang yang lebih gemuk dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinfeksi cendawan tersebut.

Metoda SRI (System of Rice Intensification) merupakan cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air menuju ke pertanian ramah lingkungan yang berkelanjutan. Prinsip dari metoda SRI yaitu tanah sehat dengan bahan organik, benih sehat bermutu dan bernas, benih tanam muda, benih ditanam tunggal, benih ditanam dangkal, hemat air, jarak tanam lebar, pengendalian OPT dengan penerapan PHT secara utuh serta menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan (Sutaryat, 2007). Namun belum ada hasil penelitian yang mengungkapkan kira-kira pada umur muda berapakah benih padi yang ditanam dapat memberikan hasil yang terbaik. Budidaya padi metode SRI tidak saja dapat menghemat penggunaan air irigasi tapi menghemat penggunaan input produksi yang berarti lebih hemat biaya tetapi juga menghasilkan yang lebih tinggi dan berkualitas karena terhindarnya penggunaan input kimia sintetis. Pada budidaya padi secara konvensional, teknik penanaman padi dari persemaian ke lahan sawah dilakukan pada umur 20 – 25 hari, sedangkan budidaya padi dengan metoda SRI benih ditanam ke lahan sawah pada umur 5 – 10 hari setelah berkecambah di persemaian artinya tanam muda. Menurut Sutaryat (2007) benih ditanam muda dimaksudkan agar pada saat benih dipindahtanamkan, tanaman masih cukup mempunyai cadangan makanan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan untuk pertumbuhan selanjutnya.

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi inokulan jamur mikoriza dan umur benih terhadap peningkatan derajat Infeksi FMA pada akar tanaman, serapan P, pertumbuhan dan hasil padi (Oryiza sativa L.) dengan menggunakan metoda SRI (System of Rice Intensification).

METODE PENELITIAN

Percobaan telah dilaksanakan di kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Kab. Subang Propinsi Jawa Barat, dari bulan Maret 2009 sampai dengan Agustus 2009. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian + 15 m di atas permukaan laut, dengan ordo tanah Ultisol. Tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson (1951), termasuk type D dengan kategori sedang. Penghitungan jumlah spora mikoriza pada inokulan dan tanah sebelum percobaan dilaksanakan di Laborotarium Biologi dan Bioteknologi Tanah Fakultas Pertanian Unpad, sedangkan analisis tanah sebelum percobaan, sifat fisik dan kimia tanah serta analisis tanaman dilaksanakan di Laborotarium Pengujian BBPT Padi Sukamandi Subang.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah inokulan campuran Mikoriza asal PAU IPB, benih padi varietas Ciherang asal BBPT Padi Sukamandi, tanah, pupuk organik padat (campuran kotoran sapi, jerami dan sekam), daun pisang, pupuk organik cair (Tien Golden Harvest), larutan sukrosa 70%, KOH 10%, H2O2 alkalin, fuchsin yang dilarutkan dalam asam laktat 0,01%, HCl 10%, gliserin, molybdate-vanadate, air gula 70% dan aquadest steril.

Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan untuk penanaman benih yaitu tampah, daun pisang; alat untuk pengolahan tanah seperti cangkul, sekop, garu ; sprayer untuk pupuk cair; penggaris dan Leaf area meter; Oven; timbangan; bambu dan papan nama; peralatan untuk menghitung populasi spora dan analisis konsentrasi P meliputi saringan, botol sentrifuge, cawan petridish, tabung destruksi, corong, labu volumetric, spektrofotometer, objek glass serta mikroskop untuk mengamati derajat infeksi akar.

Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama inokulan FMA terdiri dari dua taraf yaitu ; m0 = tanpa inokulan FMA dan m1 = diberi inokulan FMA (100 g kg-1tanah) dan faktor kedua umur benih padi terdiri dari tiga taraf yaitu; u1 = umur 5 hari setelah semai (HSS), u2 = umur 10 hari setelah semai (HSS) dan u3 = umur 15 hari setelah semai (HSS). Percobaan ini terdiri dari enam kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak empat kali, sehingga seluruhnya terdapat 24 plot percobaan.

Variabel respon meliputi pengamatan utama dan penunjang. Pengamatan utama diuji dengan analisis statistik pada penelitian ini yaitu : a) Derajat infeksi FMA (%) pada akar padi. b) Serapan P pada tanaman (mg tanaman-1). c) Analisis tumbuh tanaman terhadap indikator pertumbuhan tanaman terdiri dari komponen pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, Indeks Luas Daun, Nisbah Pupus Akar, Jumlah anakan perumpun. d) Hasil gabah kering. Pengamatan penunjang yang dilakukan meliputi : Penghitungan spora mikoriza pada inokulan dan tanah sebelum percobaan, analisis tanah sebelum percobaan, dan identifikasi hama dan penyakit serta gulma selama percobaan.

Pada penelitian ini sumber dan cara penentuan data/informasi didapat dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari objek penelitian dan pengamatannya dilakukan terhadap tanaman

(27)

27

sampel yang ditentukan secara acak sederhana yaitu untuk pertumbuhan diambil secara destruktif, tiga rumpun tanaman setiap kali pengamatan dari setiap plot percobaan untuk komponen hasil dan diamati, kemudian data dihitung dan diuji secara statistik. Sedangkan data sekunder diambil dari bahan pustaka dan hasil informasi lain yang relevan dengan maksud penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Penunjang

1. Spora Inokulan Mikoriza dan Spora Tanah sebelum Percobaan

Spora yang dihitung adalah spora yang tertahan pada saringan, berwarna coklat, coklat tua, kuning kemerahan dan bening. Jumlah spora yang terdapat dalam 25 gram inokulan campuran mikoriza asal PAU IPB yang penghitungannya dilakukan secara duplo adalah I. 788 spora dan II. 581 spora sehingga rata-rata jumlah spora pada inokulan mikoriza adalah 27,38 spora per gram inokulan FMA. Dari dua kali perhitungan 50 gram tanah percobaan diketahui adanya spora mikoriza yaitu I. 147 spora dan II. 129 spora, sehingga spora mikoriza pada tanah percobaan rata-rata sekitar 2,76 spora per gram tanah. Spora mikoriza yang terdapat dalam tanah percobaan disebut sebagai mikoriza indigenous yang menunjukkan adanya aktivitas mikoriza pada tanah sebelum percobaan.

2. Analisis Tanah awal

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa pH tanah bernilai 5,01 menunjukkan tanah tersebut termasuk masam. Tanah yang mempunyai pH masam ini cocok untuk media tanam padi. Namun pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al. Kandungan P tersedia sebesar 2,245 ppm tergolong sangat rendah, P total sebesar 40,27 mg 100 g-1 tergolong sedang. Kandungan C-Organik dan N-Total tanah termasuk kriteria rendah, yaitu berturut-turut 1,694% dan 0,122% dengan ratio C/N 13,8 tergolong sedang. Kapasitas tukar Kation (KTK) senilai 10,585 me 100 g-1 tergolong rendah. KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah (Hardjowigeno, 1993). Berdasarkan hasil analisis sifat fisik tanah, tanah yang digunakan untuk penelitian ini adalah Ultisols dengan kandungan debu 59,78%, liat 31,84% dan pasir 8,38%. Berdasarkan persentase pasir debu liat di atas, maka tanah ini dapat digolongkan pada tekstur tanah Lempung liat berdebu. Tekstur ini cocok untuk pertumbuhan tanaman padi karena padi sawah menghendaki tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.

3. Identifikasi Hama dan Penyakit

Selama penelitian berlangsung, kondisi cuaca di areal percobaan cukup panas, keadaan inilah yang menyebabkan suhu tinggi, namun kelembaban udara diketahui tinggi juga (80,36%). Hama dan penyakit berkembang pada kelembaban yang tinggi, namun kenyataannya selama percobaan berlangsung tidak terdapat serangan hama dan penyakit. Tanaman yang bermikoriza cenderung lebih tahan terhadap serangan patogen. Hifa yang banyak akan menyelubungi akar sehingga terlindung dari serangan patogen. Keberadaan FMA dalam tanam juga dapat menekan pertumbuhan patogen pada akar, mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar.

Pada prakteknya SRI menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam pengendalian hama yaitu dengan mengelola unsur agro-ekosistem sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Pendekatan PHT menyebabkan daur energi berjalan dengan baik sehingga keberadaan musuh alami tidak hanya tergantung kepada keberadaan hama, tetapi makanan musuh alami akan tersedia dari serangga-serangga lain. Hama dalam batas populasi rendah sebenarnya berfungsi sebagai makanan musuh alami.

Pengamatan Utama

1. Derajat Infeksi Akar Tanaman (%)

Berdasarkan uji statistik, diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara pemberian inokulan mikoriza dan umur benih terhadap derajat infeksi FMA pada akar tanaman padi. Efek mandiri dari perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Pemberian inokulan mikoriza sebesar 100 g kg-1tanah memberikan pengaruh terhadap infeksi akar sebesar 71,68% lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian inokulan yaitu hanya 49,31%. Pemberian inokulan meningkatkan derajat infeksi akar sebesar 22,37% dibandingkan dengan tanpa

(28)

28

inokulan FMA. Pemberian inokulan FMA 100 g kg-1tanah mendukung perkecambahan spora yang lebih cepat dan infeksi akar lebih aktif dalam melakukan kolonisasi akar. Pada perlakuan tanpa inokulan juga terlihat adanya infeksi akar, hal ini disebabkan pada tanah percobaan mengandung mikoriza. Hasil analisis 50 gram tanah awal menggunakan metode penyaringan basah yang dilakukan secara duplo, memperlihatkan bahwa ditemukan sekitar 2,76 spora per gram tanah. Dengan pemberian inokulan Mikoriza ke dalam tanah maka akan semakin banyak akar-akar yang terinfeksi dan kemungkinan infeksi yang terjadi pada tanaman yang tidak diberi inokulan merupakan akibat dari infeksi mikoriza indigenous (Mosse, 1981).

Tabel 1. Pengaruh Inokulan FMA dan Umur benih terhadap derajat infeksi akar tanaman padi (%) dan

serapan P (mg tanaman-1)

Perlakuan Derajat infeksi akar (%) Serapan P (mg tanaman-1) Inokulan FMA m0 = Tanpa inokulan m1 = Dengan inokulan (100 g kg-1tanah) 49,31 a 71,68 b 13,01 a 14,57 a Umur benih padi

u1 = 5 HSS u2 = 10 HSS u3 = 15 HSS 60,50 a 57,50 a 66,12 a 14,09 ab 11,73 a 15,41 b

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

Derajat infeksi akar padi ternyata tidak dipengaruhi oleh umur benih padi. Hal ini menggambarkan bahwa ketiga perlakuan umur benih ini memberi kondisi yang sama bagi mikoriza dalam menginfeksi akar padi. Menurut Mosse (1981) perkembangan dan pertumbuhan mikoriza akan lebih cepat bila memperhatikan cara bercocok tanam, jumlah spora yang diberikan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Hayman (1982) dalam Corryanti, dkk (2007) menyatakan bahwa karakteristik mikoriza yang menentukan keefektifannya adalah kemampuan untuk menginfeksi akar secara cepat agar mikoriza sudah terbentuk ketika umur tanaman masih relatif muda. Mikoriza yang diberikan pada awal persemaian benih dapat menginfeksi akar sejak awal pertumbuhan akar sehingga pada saat dipindahtanamkan akar benih sudah terinfeksi. Namun perkembangan dan pertumbuhan mikoriza selanjutnya dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Kondisi tersebut mungkin karena populasi mikoriza dipengaruhi oleh faktor lain seperti pemupukan, tanah, praktek tanam, pemberian air dan kondisi lingkungan.

2. Serapan P pada Tanaman (mg tanaman-1)

Berdasarkan analisis statistik, tidak terjadi interaksi antara pemberian inokulan FMA dengan umur benih terhadap serapan P tanaman. Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa pemberian inokulan FMA tidak dapat meningkatkan serapan P dibandingkan dengan tanpa inokulan FMA. Hal ini disebabkan karena terdapatnya infeksi FMA indigenous pada akar tanaman padi tanpa inokulan FMA. Hasil berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tanaman bermikoriza dapat menyerap P dalam jumlah beberapa kali lebih banyak daripada tanaman tanpa mikoriza (Mosse, 1981). Kenyataannya hasil percobaan ini, bahwa terdapat infeksi mikoriza pada akar tanaman yang tidak diberi perlakuan inokulan FMA menyebabkan pemberian inokulan FMA 100 g kg-1tanah tidak dapat meningkatkan serapan P. Menurut Santoso (1989) peran mikoriza yang erat dengan penyediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi mikoriza yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam jaringan inang.

Pemberian inokulan mikoriza yang tidak meningkatkan serapan P kemungkinan besar karena perbedaan keefektifan jamur mikoriza. Keefektifan mikoriza dilihat dalam kemampuannya untuk menumbuhkan dan menyebarkan miselium eksternal secara luas dalam tanah, kapasitas dan keefisienannya menyerap serta mengalirkan hara dari tanah ke akar. Mosse (1981) menambahkan bahwa hal lain yang dapat mempengaruhi keefektifan FMA yaitu nisbah jumlah miselium eksternal dan internal, jumlah hifa penghubung, total jumlah akar yang bermikoriza dan kemampuan jamur berinteraksi dengan kondisi air di dalam tanah. Bertolak dari pernyataan tersebut maka besarnya derajat infeksi belum tentu berpengaruh terhadap besarnya serapan P, karena adanya faktor-faktor yang menyebabkan keefektifan FMA dalam menaikkan serapan P.

Gambar

Tabel 4.2 Data Waktu Pelayanan Bagian Umum
Tabel Perhitungan Chi Square Distribusi Kedatangan Pasien  xi  Oi  pi(x)  ei  ei  [rev]  Oi  [rev] 8 3 0.048 1.71749 7.3473 6 9 2 0.068 2.45962 10 1 0.088 3.17018 11 5 0.103 3.71455 7.7043 10 12 5 0.111 3.9897 13 5 0.11 3.9556 7.5973 9 14 4 0.101 3.64167 1
Tabel Hasil Simulasi Waktu Pemeriksaan Pasien   Kedatangan
Tabel Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan penelitian dalam penelitian ini ditujukan untuk mencari tahu apakah ditemukan adanya pengaruh inovasi produk dan lokasi terhadap keputusan pembelian M2M

  Menjadi terang dan garam dunia sebagai bagian dari komunitas kolektif kampus Katolik dalam lingkungan pendidikan tinggi (menjadi referensi)..   Menjadi terang dan garam

Program pencegahan penularan dari ibu ke anak terdiri dari 4 program yang merujuk pada rekomendasi WHO 2010, program tersebut yaitu, penawaran tes HIV pada semua ibu

Perancangan jaringan distribusi di Komplek Batununggal Indah Bandung dengan 280 pelanggan ini menggunakan metode two stage 1:4 pada ODC 1:8 pada ODP, dengan metode ini

Pada ruas jalan Kawi, arahan pengelolaan lalu lintas dengan penerapan skenario penataan parkir on-street di sisi utara dan sisi selatan, penertiban angkutan kota

Proyek yang dilaksanakan oleh IOM dan GTZ berfokus pada pemulihan mata pencaharian mulai dilaksanakan pada akhir 2008 dan sekarang memberikan kontribusi kepada prakarsa

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.. 