• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kota Jakarta

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang terletak di pulau Jawa. Posisinya berada pada 6°– 7° Lintang Selatan, 107°-108° Bujur Timur. Provinsi ini berbatasan dengan Laut Jawa di bagian Utara, Propinsi Jawa Barat dibagian Timur dan Selatan, dan Propinsi Banten di bagian Barat.

Ibukota ini terdiri dari 5 Kota, 1 Kabupaten, 44 Kecamatan, dan 267 Kelurahan, dengan luas wilayah 656 km2. Jumlah penduduk pada tahun 2005 mencapai 8.725.630 jiwa, dengan kepadatan penduduk 13.150 jiwa per km2.

Potensi Pariwisata Kota Jakarta

Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia, yang berfungsi juga sebagai pintu masuk, dan menjadi bagian dari daerah tujuan wisata Indonesia, dimana Jakarta berfungsi sebagai etalase dari pariwisata Indonesia. Jakarta sendiri mempunyai potensi dan sumber daya wisata yang cukup banyak dan beragam. Sumber daya pariwisata Kota Jakarta berupa wisata sejarah, wisata belanja dan kuliner, wisata bisnis dan hiburan, dan serta wisata bahari. Sumber daya pariwisata ini cukup lengkap seperti pusat-pusat perbelanjaan skala internasional, beraneka ragam jenis dan rasa makanan (kuliner), aneka ragam hiburan malam (nightlife) dan event-event berskala nasional maupun internasional, lapangan golf bertaraf internasional, laut dan kepulauan (marine island).

Pemerintah DKI Jakarta melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. 4486/1999 telah menetapkan 3 jalur wisata di Jakarta yaitu, jalur barat yang mempunyai 10 obyek dan atraksi wisata, jalur tengah dengan 2 obyek dan atraksi wisata, dan jalur timur dengan 7 obyek dan atraksi wisata (Gambar 8). Pengembangan jalur wisata ini juga telah didukung dengan pengembangan sistem transportasi publik berupa jalur busway (trans Jakarta), kereta api (Blue line), water way, serta kendaraan umum yang telah tersedia lainnya.

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata tahun 2007 mengenai wisatawan asing yang berkunjung ke Jakarta, rata-rata berasal dari Asia Tenggara (ASEAN), Asia Timur, Timur Tengah, Australia, dan Eropa Barat. Adapun tujuan

(2)

kunjungannya berupa, bisnis 51.64%, MICE 3.23%, liburan 23.64%, kunjungan keluarga 13.67%, dan lain-lain 17.82%.

Sumber: Dinas Pariwisata Prov. DKI Jakarta (2007)

Gambar 8. Tiga Jalur Wisata di DKI Jakarta.

Letak dan Kondisi Sungai Ciliwung di DKI Jakarta

Sungai Ciliwung merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Ciliwung – Cisadane, mempunyai panjang mulai dari hulu hingga hilir 117 km, dan luas daerah aliran sungai (DAS) ± 337 km2 (BPLHD Prov. DKI Jakarta 2001; Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah & Pemerintah Belanda 2004). Sungai ini berhulu di Gunung Pangrango (3.019 m dpl), Jawa Barat dan bermuara di Laut Jawa, Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan PP No. 47/1997 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional, Sungai Ciliwung terbagi dalam tiga bagian:

1. DAS Bagian Hulu (dari Gunung Pangrango sampai batas Kota Bogor) 2. DAS Bagian Tengah (dari batas kota Bogor sampai batas DKI Jakarta) 3. DAS Bagian Hilir (dalam DKI Jakarta sampai Laut Jawa)

(3)

Bagian hilir Sungai Ciliwung merupakan salah satu dari 13 sungai yang melintas di dalam Kota Jakarta. Sungai ini merupakan sungai periodik, yang airnya banyak pada musim penghujan dan sedikit pada musim kemarau.

Ditinjau dari karakternya, Sungai Ciliwung termasuk dalam dispersing system, dimana sungai ini mempunyai sistem yang polanya memencar di daerah hilir atau muara. Sungai ini memasuki wilayah Kota Jakarta dari Srengseng Sawah di Jakarta Selatan, aliran air sungai terbagi di Pintu Air Manggarai, yaitu menjadi Banjir Kanal Barat ke arah Muara Karang (Pantai Indah Kapuk), dan ke arah Pintu Air Istiqlal. Aliran sungai alami yang sampai di Pintu Air Istiqlal kembali terbagi, yaitu kearah Jalan Gajah Mada dan ke Jalan Gunung Sahari, dimana keduanya merupakan kanal (Gambar 9).

Sumber: Bakosurtanal (2005)

(4)

Sungai Ciliwung bagian hilir ini mempunyai banyak permasalahan, diantaranya perubahan penggunaan lahan dan rendahnya kualitas lingkungan di wilayah GSS-nya, hingga resiko banjir. Berdasarkan kondisi tersebut Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (BPLHD) Prov. DKI Jakarta untuk program kali bersih (PROKASIH) Tahun 2005, membagi Sungai Ciliwung di Jakarta dalam tiga segmen berdasarkan penggunaan lahan, yaitu:

1. Segmen hulu, mulai dari Kelapa Dua (Srengseng Sawah) sampai Pejaten Timur, penggunaan lahan merupakan kombinasi hijau (pertanian dan perkebunan) dan pemukiman.

2. Segmen hilir, mulai Pejaten Timur sampai pintu air Manggarai. Penggunaan lahan pada segmen ini didominasi oleh pemukiman padat. Adapun penggunaan lahan terbagi dalam pemukiman yang cukup padat mulai Pejaten Timur – MT. Haryono, kemudian MT. Haryono – Jalan Casablanca dihuni pemukiman padat, dan jalan Casablanca – PA. Manggarai dihuni pemukiman sangat padat.

3. Segmen hilir – muara, terbagai dalam dua arah yaitu PA. Manggarai sampai Muara Angke, dan PA. Manggarai sampai Muara Bintang Mas. Pada segmen ini wilayah cukup tertata pada daerah kota, tetapi kemudian memburuk (kumuh) ke arah pesisir pantai. Pada daerah pesisir lahan kembali digunakan sebagai pemukiman padat dan kumuh.

Pada Tahun 2004, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah bekerja sama dengan Pemerintah Belanda membagi kawasan DAS Ciliwung bagian hilir dalam tiga segmen berdasarkan karakteristik fisik dan debit pengairan air, sebagai berikut:

1. Ciliwung bagian hilir atas, dimulai dari Depok sampai Manggarai. Pemanfaat air sungai sebagai air minum dan kegiatan pertanian. Kualitas air cukup baik, dengan kondisi pengaliran baik. Pola pemanfaaatan lahan dominasi campuran antara pemukiman dan sektor ekonomi (standar pelayanan nasional)

2. Ciliwung bagian hilir tengah, mulai dari Manggarai sampai Pasar Baru, merupakan segmen yang beresiko banjir. Sebagian besar kualitas air di segmen ini tercemar dan tidak sehat, dengan kondisi pengaliran air kecil. Pola pemanfaatan lahan, dominasi campuran dengan kegiatan utama sektor pusat

(5)

pemerintahan nasional, dan sektor ekonomi perkotaan (standar pelayanan nasional).

3. Ciliwung bagian hilir bawah, mulai dari Pasar Baru sampai Teluk Jakarta. Segmen ini mempunyai kondisi kualitas air sebagian besar tercemar berat, dengan kondisi pengaliran air kecil. Pola pemanfaatan lahan dominasi pemanfaatan campuran, dengan kegiatan utama ekonomi perkotaan (standar pelayanan nasional).

1. Kondisi Fisik

Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dimana Sungai Ciliwung berada, terletak pada dataran rendah, dengan elevasi 0 – 100 m dpl, bertopografi landai dan mempunyai tingkat kemiringan 0 – 8 %. Suhu rata-rata 24 – 33°C, dan curah hujan rata-rata 200-250 mm/th, dimana musim penghujan jatuh pada bulan Desember sampai Maret (Departemen Kimpraswil & Pemerintah Belanda 2004).

Kondisi litologi wilayah ini berupa batuan sedimen dan vulkanik (Gunung berapi). Dengan kondisi geologi berupa batuan-batuan sedimen yang membentuk sistem akifer yang heterogen dan kompleks. Dimana sistem ini ditandai oleh adanya interfingering antara sistem akifer dan akitar, yaitu pada penampang utara-selatan menebal ke arah utara, sedangkan penampang timur-barat menebal ke arah tengah. Kedalaman akifer 0 - 300 m dpl. (Hutasoit 2002, diacu dalam BP DAS Citarum – Ciliwung 2003). Selanjutnya, mekanisme struktur geologi di wilayah Jakarta ini mempengaruhi terbentuknya morfologi depresif atau cekungan (secara fisiografi dan tektonik). Hal ini ditemukan di daerah perbatasan Bogor dan Jakarta. Dimana terdapat dua cekungan air, yang dibatasi oleh batuan Tersier kedap air relatif dangkal, yang tersingkap di daerah Bulak Kulon (sebelah selatan Depok). Dikarenakan kondisi geologi tersebut, maka aliran air permukaan yang berlimpah dari selatan di musim penghujan, tidak dapat terinfiltrasi dengan sempurna. Hal ini menjadi salah satu penyebab banjir di wilayah Jakarta.

Secara umum, sebagian besar kondisi lingkungan dan kualitas air Sungai Ciliwung rusak dan tercemar. Salah satu penyebabnya adalah perubahan penggunaan lahan di daerah hulu dan bantaran sungai, yaitu dari lahan hijau menjadi lahan pemukiman dan industri. Hal ini berimbas pada meningkatnya limbah industri dan rumah tangga yang masuk ke dalam sungai (Departemen

(6)

Kimpraswil & Pemerintah Belanda 2004). Selanjutnya berdasarkan BPLHD Prov DKI Jakarta (2001), beban pencemaran kualitas air berasal dari tiga sumber. Pertama, pencemar instansional, sumber pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan mulai dari kegiatan berskala kecil sampai besar, dengan pengelola atau penanggung jawab kegiatan yang jelas dalam pengelolaan limbahnya, seperti industri, perdagangan, rumah sakit, dan lain-lain. Kedua, pencemar non instansional yang berasal dari kegiatan rumah tangga, pertanian, atau lainnya, yang tidak jelas penanggung jawab pengelolaan limbahnya. Terakhir, sumber pencemar yang berasal dari luar Jakarta, yaitu dari bagian hulu, berupa limbah yang berasal dari aktifitas penduduk (limbah domestik), sampah, kegiatan pertanian, dan sebagainya.

2. Penggunaan Lahan

Pola pemanfaatan lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah 2010 daerah sekitar sungai Ciliwung dapat terlihat dalam Tabel 11.

Tabel 11. Pola Pemanfaatan Lahan dan RTRW 2010 Keterangan Segmen Ciliwung

Hilir Atas

Segmen Ciliwung Hilir Tengah

Segment Ciliwung Hilir Bawah Pola Pemanfaatan Lahan Campuran (kawasan permukiman dan kawasan ekonomi perkotaan) Æ Standar pelayanan nasional

Campuran (sektor pusat pemerintahan nasional dan sektor ekonomi perkotaan)

Æ

Standar pelayanan nasional

Campuran dengan kegiatan utama di sektor ekonomi perkotaan Æ Standar pelayanan nasional RTRW DKI Jakarta sampai tahun 2010 Kaw. permukiman dengan koefisien dasar bangunan (KDB) rendah

Bagian dari penataan untuk bangunan umum

pemerintahan (Fasum & Fasos). Kawasan pusat perdagangan komersial Kawasan Potensial sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, dan bisnis Pusat perdagangan grosir di Kramat Jati

- Kawasan Taman Medan Merdeka

- Kawasan Menteng - Kawasan Niaga Terpadu

Sudirman

- Stasiun KA Gambir

- Pasar Baru, Glodok dan Mangga Dua. - Kaw. Pelabuhan Sunda

Kelapa - Kaw. Niaga,

Pergudangan & Pusat Rekreasi Ancol. Sumber: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Pemerintah Belanda (2004).

3. Resiko Bencana Banjir

Sungai Ciliwung yang melintasi Kota Jakarta merupakan sungai yang mempunyai banyak permasalahan, satu diantaranya adalah banjir yang disebabkan oleh kondisi hidrogeologi di perbatasan Bogor dan Jakarta sehingga air tidak terinfiltrasi secara maksimal dan menjadi air permukaan. Kondisi ini diperburuk

(7)

oleh berkurangnya daya tampung sungai akibat sedimentasi dan erosi dari daerah hulu, serta perubahan pemanfaatan lahan menjadi pemukiman di sepanjang bantaran sungai bagian hilir tengah.

Dalam mengantisipasi masalah banjir tersebut, pada tahun 1997 pemerintah telah membuat master plan yang menetapkan garis sempadan sungai (GSS) segmen Kelapa Dua (Srengseng Sawah) sampai Pintu Air Manggarai, berkisar 60 - 85 m. GSS tersebut berdasarkan perhitungan curah hujan tertinggi 100 tahunan (R100), yaitu mampu menampung debit sungai hingga 370 m3/detik. Namun dengan berjalannya waktu dan pembangunan yang tidak terkendali di daerah hulu sampai hilir, maka pada tahun 1994, debit air sungai Ciliwung telah meningkat menjadi 570 m3/detik. Hal ini juga bersamaan dengan meningkatnya erosi di daerah hulu. Perbandingan daya tampung Sungai Ciliwung antara master plan (1997) dan kondisi sungai tahun 2002 seperti yang ditunjukan pada Tabel 12.

Tabel 12. Perbandingan Daya Tampung Sungai Ciliwung antara

Master Plan Th. 1997 dengan Kondisi Sungai Th. 2002

No Nama Sungai/Saluran

Master Plan 1997 Kondisi Sungai /Saluran (2002) Luas DAS (km2) Debit Banjir (m3/detik) Periode Ulang (Tahun) Kapasitas (m3/detik) Kapasitas (%) 1 Ciliwung (Manggarai) 337 570 1) 100 100 17,5 2 Banjir Kanal Barat (Karet) 421 670 2) 100 400 59,7 3 Banjir Kanal Timur

(Cakung) 207 370 100 0 0

Keterangan: 1) Dari Master Plan 1997 hanya 410 m3/detik 2) Dari Master Plan 1997 hanya 480 m3/detik

Sumber: Departemen Kimpraswil dan Pemerintah Belanda (2004).

Gambar 10 memperlihatkan hasil studi Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah bekerjasama dengan pemerintah Belanda (2004), mengenai deliniasi rencana pengelolaan Sungai Ciliwung bagian hilir berdasarkan hasil analisis resiko banjir terburuk, dengan referensi batas daerah banjir terburuk akibat debit maksimum yang terjadi di Sungai Ciliwung. Sedangkan kajian dan upaya pengelolaan yang pernah dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan dan mengatasi banjir di Sungai Ciliwung dan Jakarta dapat dilihat pada Tabel 13.

(8)

Wilayah Perencanaan Sungai Batas Banjir 50 Tahunan Batas Banjir 50 Tahunan Badan Sungai Tanggul Sungai Tanggul Sungai

Sumber: Departemen Kimpraswil dan Pemerintah Belanda (2004).

Gambar 10. Batas Wilayah Perencanaan Sungai Ciliwung di Jakarta

Tabel 13. Upaya dan Kajian Pemerintah dan LSM untuk Pengelolaan Sungai Ciliwung

No Usaha/Proyek/Judul Institusi/Lembaga Tahun

Upaya

1 Prokasih BPLHD Prov DKI Jakarta 1989 - 1999 2005

2 Waterway Dinas Perhubungan Prov.

Jakarta

2005

Kajian

1 Kajian Pustaka: Penataan Lanskap Bantara Sungai di Perkotaan DKI Jakarta

Dinas Pertamanan Prov. DKI Jakarta

2000 2 Determination of Area Boundary

Ciliwung River Basin Management

Direktorat Penataan Ruang Wilayah Tengah,

Pemerintah Belanda

2004

3 Penyusunan Model Pengelolaan Dampak Lingkungan Berbasis pada Masyarakat Setempat di DKI Jakarta

Pemda DKI Bekerja sama dengan Fisipol, UGM, Yogyakarta

2002

4 Pemaduserasian Rencana Tata

Pengaturan Air DAS Ciliwung-Cisadane Terhadap Rencana Tata Ruang Kawasan Bopuncur dan Jabotabek

Direktorat Penataan Ruang Wilayah Tengah

2002

5 Penanganan Pasca Banjir dan Kerusuhan Sosial: Pekerjaan Penyiapan Model Pengendalian Pemanfaatan Ruang (Kasus Kawasan Bidara Cina)

Dep. Kimpraswil, Dirjend. Penatan Ruang.

2002

6 Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS Ciliwung

BP DAS Cisadane-Ciliwung, Fahut, IPB

2003 7 Kajian Penanganan Sampah Sepanjang

Kali Ciliwung

Dinas Kebersihan Prov. DKI Jakarta

2005 8 Pemberdayaan institusi untuk

pengelolaan banjir Jabotabek

Dep Kimpraswil, JICA 2006 9 Seminar: Work Flood Hazard Mapping:

Non Structural Measures Jakarta Flood Management

Dep. PU, Pemerintah Belanda (Jakarta Flood Team – Netherlands Water Partnership)

2007

10 Survay Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Kampung Melayu Terhadap Bencana Banjir

LSM: Action Contre la Faim

2006

(9)

4. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi

Tingkat kepadatan penduduk di Ciliwung Hilir cukup bervariasi, dengan rata-rata 14.791,49 jiwa/km2. Tingkat kepadatan tertinggi di wilayah Ciliwung Hilir bagian tengah (23.812,32 jiwa/km2), dengan Kelurahan terpadat, Kampung Melayu sebesar 47.383,33 jiwa/km2 (Tabel 14).

Tabel 14. Kepadatan Penduduk di Kelurahan Sepanjang Sungai Ciliwung, Jakarta (2006)

No Kelurahan Kecamatan Jumlah Pend.

(jiwa) Luas Wil. (km2)

Kepadatan Pend. (jiwa/km2)

Hilir Atas

1 Srengseng Sawah Jagakarta 49.953 6,75 7.400,44 2 Lenteng Agung Jagakarta 50.653 2,28 22.216,23 3 Tanjung Barat Jagakarta 29.383 3,65 8.050,14 4 Pejaten Timur Pasar Minggu 46.219 2,88 16.048,26 5 Kalisari Pasar Rebo 30.501 2,90 10.517,59 6 Baru Pasar Rebo 24.858 1,89 13.152,38

7 Cijantung Pasar Rebo 33.976 2,38 14.275,63 8 Gedong Pasar Rebo 29.935 2,63 11.382,13

Jumlah 295.478 25,36 11.651,34

Hilir Tengah

9 Rawajati Pancoran 16.491 1,44 11.452,08

10 Pangadegan Pancoran 18.482 0,94 19.661,70 11 Cikoko Pancoran 9.807 0,72 13.620,83

12 Kebon baru Tebet 36.924 1,30 28.403,08 13 Bukit Duri Tebet 42.120 1,08 39.000,00

14 Manggarai Tebet 34.075 0,95 35.868,42 15 Balekambang Kramat Jati 20.341 1,68 12.107,74 16 Cililitan Kramat Jati 43.685 1,76 24.821,02

17 Cawang Kramat Jati 31.967 1,79 17.858,66 18 Bidara Cina Jatinegara 42.946 1,26 34.084,13 19 Bali Mester Jatinegara 12.707 0,67 18.865,67 20 Kampung Melayu Jatinegara 22.744 0,48 47.383,33 21 Kebon Manggis Matraman 21.324 0,78 27.338,46

Jumlah 353.613 14,85 23.812,32 Hilir Bawah 22 Palmeriam Matraman 18.023 0,65 28.004,62 23 Kenari Senen 8.380 0,91 9.208,79 24 Kwitang Senen 16.664 0,45 37.031,11 25 Senen Senen 6.115 0,81 7.549,38 26 Pegangsaan Menteng 23.127 0,99 23.360,61 27 Cikini Menteng 7.572 0,83 9.122,89 28 Kebon Sirih Menteng 10.711 0,83 12.904,82 29 Gambir Gambir 2.974 2,58 1.152,71 30 Pasar Baru Sawah Besar 13.261 1,89 7.016,40 31 Gunung Sahari Utara Sawah Besar 20.276 1,89 10.728,04 32 Kartini Sawah Besar 25.554 0,57 44.831,58 33 Mangga Dua Selatan Sawah Besar 22.767 1,29 17.648,84 34 Pademangan Barat Pademangan 63.506 3,53 17.972,55 35 Ancol Pademangan 17.366 3,77 4.602,95

Jumlah 256.296 21,00 12.206,72

Total 905.387 61,21 14.791,49

(10)

Kondisi ekonomi masyarakat kawasan Sungai Ciliwung bagian hilir terbagi tiga wilayah. Pertama, Ciliwung hilir bagian atas, dominasi sektor jasa, perdagangan, dan industri kecil seperti pertokoan, industri kecil pembuatan makanan (tahu, keripik singkong, roti), dan konveksi. Selanjutnya, Ciliwung hilir bagian tengah, dominasi sektor informal dan industri rumah tangga, seperti jasa (kuli angkut), industri rumah tangga pembuatan tahu dan tempe. Terakhir, Ciliwung Hilir bagian bawah, dominasi sektor formal dan perdagangan.

Gambar

Gambar 8. Tiga Jalur Wisata di DKI Jakarta.
Gambar 9. Posisi Sungai Ciliwung di DKI Jakarta
Gambar 10. Batas Wilayah Perencanaan Sungai Ciliwung di Jakarta  Tabel 13. Upaya dan Kajian Pemerintah dan LSM untuk Pengelolaan
Tabel 14. Kepadatan Penduduk di Kelurahan Sepanjang Sungai Ciliwung,   Jakarta (2006)

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria 2 Monitoring dan evaluasi hasil penjaminan mutu di bidang pendidikan, penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, sarana prasarana, keuangan,

Selain dapat digunakan untuk mengaktifkan o�ce, O�ce 2016 KMS Activator Ultimate ini juga dapat anda gunakan untuk mengaktifkan semua jenis

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan jenis

Hasil analisa tegangan menunjukkan kegagalan tube terjadi sebesar 178,15 Mpa; nilai ini lebih besar dari tegangan maksimum yang diizinkan dari material tube sebesar 155 MPa..

Sindrom nefrotik resisten steroid merupakan masalah karena risiko progesivitas yang tinggi untuk menjadi penyakit ginjal stadium akhir dan memerlukan imunosupresan selain steroid

Ikan mujair dan nila telah diintroduksi ke lebih 90 negara, 15 negara diantaranya telah melaporkan dampak negativenya terhadap ecologi (Casal, 2006), dan bahkan

Metode pembibitan TEL mampu memberikan hasil produksi jamur tiram putih yang sama dengan metode BMM sehingga metode TEL dapat dipergunakan sebagai alternatif yang