ANALISIS KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SISTEM
INFORMASI PERHOTELAN
(Studi Kasus Aplikasi Fidelio pada Patra Semarang Convention Hotel)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memeperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
OLEH :
DWI AYUNINGDYAH 0642010075
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
Analisis Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi Perhotelan (Studi Kasus Aplikasi Fidelio pada Patra Semarang Convention Hotel)
Disusun oleh : DWI AYUNINGDYAH
0642010075
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universiatas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 10 Juni 2010
PEMBIMBING TIM PENGUJI :
1. Ketua
Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 030 203 679 NIP. 030 203 679
2. Sekretaris
Drs. Nurhadi, M.Si NIP. 030 227 930 3. Anggota
Drs. Eddy Poernomo, SE., MM. NIP. 030 178 443
Mengetahui,
DEKAN
Analisis Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi Perhotelan
(Studi Kasus Aplikasi Fidelio pada Patra Semarang Convention Hotel)
Disusun oleh :
Dwi Ayuningdyah 0642010075
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi.
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si. NIP. 030 203 679
Mengetahui,
Dekan
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segenap syukur kepada Allah SWT dengan ridho-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Penyusunan mengambil
judul yaitu : “ Analisis Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi
Perhotelan (Studi Kasus pada Patra Semarang Convention Hotel)”. Di dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Maka tidak berlebihan apabila penulis mengucapkan terima kasih
kepada ibu Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si. sebagai dosen pembimbing atas bantuan
dan dorongan serta bimbingan dari selaku dosen pembimbing skripsi di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Bisnis UPN ” Veteran ” Jawa
Timur dan pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN ”Veteran ” Jawa Timur.
2. Bapak Drs. Sadjudi, M.si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis UPN ”Veteran ” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Nurhadi, M.si. selaku sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis UPN ”Veteran ” Jawa Timur.
4. Kedua Orang Tua yang telah memberikan bantuan baik dari segi materi
5. Bapak Teguh selaku general manajer Patra Semarang Convention Hotel.
6. Bapak Hendi selaku manager IT Patra Semarang Convention Hotel.
7. Dan seluruh karyawan Patra Semarang Convention Hotel.
8. Dan teman-teman Jurusan Administrasi Bisnis khususnya angkatan
2006.
Demikian laporan penelitian ini disusun dan penulis menyadari bahwa
penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran yang bermanfaat
sangat penulis harapkan. Terima kasih.
Surabaya, April 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSi ... …xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Sistem informasi ... 6
2.2.1Komponen Sistem Informasi ...9
2.2.2Kharakteristik Sistem Informasi Manajemen ...12
2.2.3Klasifikasi Sistem ...14
2.2.4Tujuan Sistem Informasi Manajemen ...15
2.3 Pengembangan Sistem Informasi...15
2.3.1Prinsip Pengembangan...16
2.3.2Siklus pengembangan ...18
2.3.3 Implementasi Sistem ...19
2.3.3.1 Menerapkan Implementasi Sistem ...19
2.3.3.2 Kegiatan Implementasi ...20
2.3.3.3 Tindak Lanjut Implementasi ...27
2.4 Faktor Manusia dalam Pengembangan Sistem dan Desain Sistem... 27
2.4.1 Permasalahan Manusia Dalam Pemakaian Sistem ... 33
2.5 Faktor keberhasilan Implementasi ...28
2.6 Kerangka Berpikir...34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...36
3.2 Lokasi Penelitian...39
3.3.1 Populasi ...39
3.3.2 Sampel...40
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel ...41
3.4 Teknik Pengumpulan Data...41
3.5 Teknik Analisis Data...42
3.6 Validitas Data...43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ...44
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan...44
4.1.2 Penyajian Data ...53
4.2 Pembahasan...64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN ...68
5.2 SARAN ...69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen Dari Sistem Informasi ... 11
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kemampuan Sistem ... 54
Tabel 4.2 Kecepatan Akses Informasi ... 55
Tabel 4.3 File Mudah Diakses ... 55
Tabel 4.4 Sistem Keamanan yang Handal ... 56
Tabel 4.5 Memenuhi Kebutuhan Informasi ... 57
Tabel 4.6 Partisipasi Pengguna ... 58
Tabel 4.7 Diberikan Pelatihan... 59
Tabel 4.8 Cara Pelatihan ... 59
Tabel 4.9 Pemahaman Pengguna ... 60
Tabel 4.10 Kepuasan Pengguna ... 61
Tabel 4.11 Sistem Sesuai Dengan Keinginan Pengguna ... 62
Tabel 4.12 Mepermudah Pekerjaan... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ... xiii
Lampiran 2 ...xvii
Lampiran 3 ... xviii
Lampiran 4 ... xix
Lampiran 5 ... xx
Lampiran 6 ... xxi
Lampiran 7 ...xxii
Lampiran 8 ... xxiii
Lampiran 9 ... xxiv
ABSTRAKSI
Dwi Ayuningdyah. Analisis Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi Perhotelan (Studi Kasus pada Patra Semarang Convention Hotel).
Perkembangan yang semakin pesat dalam teknologi informasi pada beberapa tahun terakhir memungkinkan bagi suatu organisasi untuk dapat mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dijadikan informasi yang bermanfaat. Saat ini banyak perusahaan yang melakukan pengembangan terhadap sistem informasinya, salah satunya adalah Patra Semarang Convention Hotel. Hal terpenting dalam pengembangan sistem adalah implementasi sistem. Implementasi merupakan tahap akhir dari pengembangan sistem. Pengembangan sistem dapat dikatakan berhasil apabila sistem berhasil diimplementasikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis keberhasilan implementasi sistem informasi pada Patra Semarang Convention Hotel.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian deskriptif, dimana peneliti hanya menguraikan kondisi yang ada dan memberikan analisis terhadap fenomena tersebut. Sebagai responden digunakan 37 data dari responden dengan menggunakan kuesioner. Dimana responden diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil studi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diamati dalam penelitian (kualitas sitem, partisipasi pengguna, pemahaman pengguna, kepuasan pengguna dan manfaat sistem), ternyata faktor dari pengguna yaitu pemahaman pengguna, yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi sistem.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan yang semakin pesat dalam teknologi informasi pada
beberapa tahun terakhir memungkinkan bagi suatu organisasi atau perusahaan
untuk dapat mengumpulkan dan mengolah informasi untuk dapat dijadikan
data yang berguna dalam jumlah yang besar. Istilah informasi bukan
merupakan sesuatu yang asing bagi suatu perusahaan baik perusahaan jasa
maupun perusahaan manufaktur. Namun masalah informasi terkadang
menjadi salah satu kendala untuk mencapai tujuan perusahaan karena sistem
informasi yang tidak terkendali, manual, dan tidak praktis. Dengan semakin
pentingnya informasi dan pengelolaan data pada banyak bidang aspek
kehidupan, kemajuan teknologi informasi membuat semua orang dapat
mengetahui apa saja yang ingin mereka ketahui dengan segera.
Mengarah pada kondisi pentingnya informasi agar memperoleh
informasi yang berkualitas merupakan tantangan bagi pihak manajemen
untuk dapat menetapkan suatu kebijakan dan membuat suatu keputusan yang
bersifat strategis dan handal terhadap bidang usaha yang ditekuninya. Dalam
upaya untuk dapat menciptakan suatu kebijakan dan pengambilan keputusan
yang handal tersebut diperlukan suatu sistem yang akurat, relevan dan tepat
diperlukan suatu sistem yang dikenal dengan sistem informasi. Sistem
informasi akan bekerja dengan baik jika ditunjang dengan fasilitas
penyimpanan data yang diperlukan secara tepat dan mudah ketika informasi
tersebut dibutuhkan.
Karena keterbatasan kemampuan seseorang dalam mengelola file-file
yang memiliki jumlah sanggat banyak, maka dibutuhkan suatu sistem infor
masi berbasis komputer untuk menyimpan data-data tersebut dalm sebuah
basis data yang dapat menampung data dengan jumlah yang sangat banyak.
Tidak hanya dapat menampung saja tetapi juga dapat mempermudah
pengelolaannya untuk mengatur, membantu, mempercepat dalam penyediaan
informasi pada pihak yang membutuhan.
Saat ini banyak perusahaan yang mengunakan sistem informasi
berbasis komputer, namun sisitem tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan
informasi. Karena hal tersebut maka diperlukan sebuah sistem baru yang
dapat memenuhi seluruh kebutuhan informasi. Selain dapat memenuhi
kebutuhan akan informasi, sistem harus menghasilkan informasi dengan cepat
dan akurat. Hal ini untuk memperbaiki sistem yang sudah ada. Pergantian
sistem lama ke sistem baru disebut pengembangan sistem. Hal terpenting
dalam perkembangan sistem adalah implementasi sistem. Implementasi
merupakan tahap akhir dari pengembangan sistem. Implementasi sistem
merupakan penentu apakah pengembangan sistem berhasil atau tidak.
Pengembangan sistem dapat dikatakan berhasil bila sistem berhasil
Patra Semarang Convention Hotel merupakan salah satu perusahaan
jasa perhotelan terbesar di kota Semarang. Pertama didirikan Patra Semarang
Convention Hotel merupakan hotel bintang tiga dengan nama Hotel Motel
Patra Jasa Semarang. Patra Semarang Convention Hotel terus melakukan
perkembangan hingga akhirnya menjadi hotel bintang lima. Dengan
berkembangnya Patra Semarang Convention Hotel maka berkembang pula
sistem informasinya. Saat menjadi hotel bintang tiga Patra Semarang
Convention Hotel menggunakan sistem informasi manual. Pada saat menjadi
hotel bintang empat, sistem manual tersebut kurang dapat memenuhi
kebutuhan informasi dan kurang cepat dalam menghasilkan informasi. Karena
hal tersebut maka Patra Semarang Convention Hotel menggunakan sistem
informasi berbasis komputer dengan menggunakan aplikasi hotel sistem yang
dibuat sendiri oleh tim IT Patra Semarang Convention Hotel. Namun pada
saat Patra semarang Convention Hotel berkembang menjadi hotel bintang
lima sistem informasi tersebut masih memiliki kekurangan, hal tersebut
dikarenakan sistem informasi berbasis komputer dengan menggunakan
aplikasi hotel sistem masih memerlukan sistem manual. Sistem manual ini
dapat menghambat penyampaian informasi dan pelayanan. Karena sistem
tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan informasi dan kurang cepat dalam
menyampaikan informasi maka Patra Semarang Convention hotel melakukan
pengembangan sistem. Patra Semarang Convention Hotel merubah sistem
informasi bebasis komputer dengan aplikasi Fidelio. Aplikasi Fidelio ini
jasa perhotelan. Untuk memastikan apakah pengembangan sistem informasi
tersebut berhasil maka perlu diimplementasikan. Terdapat beberapa faktor
dalam keberhasilan implementasi sistem yaitu kualitas sistem, partisipasi
pengguna, pemahaman pengguna, kepuasan pengguna dan manfaat sistem.
Bila sistem informasi tersebut berhasil diimplementasikan maka berhasil pula
pengembangan sistem tersebut.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka peneliti memberi judul
penelitian ini Analisis Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi
Perhotelan (Studi Kasus Aplikasi Fidelio pada Patra Semarang Convention Hotel).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang muncul
adalah bagaimana keberhasilan implementasi sistem informasi perhotelan
dengan aplikasi fidelio pada Patra Semarang Convention Hotel ditinjau dari :
kualitas sistem, partisipasi pengguna, pemahaman pengguna, kepuasan
pengguna, manfaat sistem.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis keberhasilan implementasi sistem informasi perhotelan pada
Patra Semarang Convention Hotel ditinjau dari : kualitas sistem, partisipasi
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan atau teori yang selama
ini sudah didapatkan pada waktu kuliah.
2. Secara Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi perusahaan yang bermanfaat, mengenai implementasi sistem.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
Sistem (system) dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem
didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu, sedangkan dengan pendekatan
komponen, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk tujuan tertentu (Hartono,
2005:2).
Informasi merupakan sumber daya terpenting bagi suatu
perusahaan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Tata Sutabri (2004:18)
informasi adalah data yang tela diklasifikasikan atau diolah atau
diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut Jogiyanto Hartono (2005:8) informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang berguna bagi pemakainya.
Data yang diolah tidak dapat dikatakan sebagai suatu informasi.
Untuk dapat menjedi suatu informasi, maka data yang diolah tersebut harus
system yang digunakan untuk memperoleh, mengolah, serta menyimpan data
dan melaporkan informasi yang dibutuhkan secara tepat, cepat dan akurat.
Definisi sistem informasi menurut Robert A. Leitch dan K Roscoe
Davis (dalam buku Hartono, 2005:11) adalah suatu sistem di dalam suatu
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu
organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang
diperlukan.
Definisi sistem informasi menurut Jogiyanto Hartono (2005:12)
adalah suatu system yang tujuannya menghasilkan informasi yang berguna,
yaitu harus memenuhi tiga kriteria relevan, tepat waktu dan akurat. Informasi
yang relevan, tepat waktu, dan akurat dapat dicapai dengan komponen
teknologi. Komponen teknologi sistem komputer mempercepat proses
pengolahan data dan komponen teknologi telekomunikasi mempercepat
proses transmisi data, seingga informasi dapat disajikan tepat waktu.
Informasi yang akurat dapat dicapai dengan komponen kontrol. Komponen
kontrol akan menjaga system informasi dari kesalahan-kesalahan yang
disengaja maupun tak disengaja.
2.2. Sistem Informasi Manajemen
Di dalam dunia usaha dan dunia kerja, informasi merupakan bagian
penting dan berharga. Informasi yang cepat dan akurat akan membantu
harus dilakukan untuk memepertahankan dan mengembangkan usahanya.
Definisi sebuah sistem informasi manajemen, istilah yang umum
dikenal orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregeted)
untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen,
dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini
menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah
“database”.
Menurut Hartono, Jogiyanto (2005:14) sistem informasi
manajemen merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk
mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan
manajemen.
Menurut Raymond Mcleod, Jr dan George P.Schell (2007:10)
sistem informasi manajemen merupakan sistem berbasis kompoter yang
menyediakan informasi yang berguna bagi para pengguna yang memiliki
kebutuhan yang sama.
Menurut Gordon B. Davis (dalam buku Hartono, 2003:40) sistem
informasi manajemen adalah sistem manusia atau mesin yang menyediakan
informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan
keputusan dari suatu organisasi.
Menurut Frederick H. Wu (dalam buku Hartono, 2003:40) sistem
informasi manajemen adalah kumpulan-kumpulan dari sistem-sistem yang
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi manajemen adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi
serta menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkat manajemen.
Keberhasilan suatu sistem informasi manajemen sangat
dipengaruhi oleh sistem database yang merupakan salah satu elemen
penyusun sistem tersebut. Oleh karena itu, sangat penting menyusun sistem
database yang baik, yang mampu memenuhi segala kebutuhan data dan informasi bagi pengguna.
2.2.1 Komponen Sistem Informasi
Informasi yang tepat waktu (timeliness) dapat dicapai dengan
komponen teknologi. Sistem komputer mempercepat proses pengolahan data
dan komponen teknologi telekomunikasi mempercepat proses transmisi data
sehingga membuat informasi dapat disajikan tepat waktunya.
Informasi yang akurat (accurate) dapat dicapai dengan komponen
kontrol. komponen kontrol atau pengendali akan menjaga system informasi
dari kesalahan-kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja. Komponen
kontrol membuat system inormasi menghasilkan informasi yang akurat.
Dengan demikian, system informasi mempunyai enam komponen yaitu
(Hartono, 2005 ; 41) :
Input adalah data yang masuk dalam sistem informasi. Sistem
Informasi tidak dapat menghasilkan informasi jika tidak mempunyai
komponen input. Komponen input sangat diperlukan karena merupakan
bahan dasar dalam pengolahan informasi. Input yang masuk dalam sistem
informasi dapat langsung diolah menjadi informasi atau dapat disimpan di
dalam storage dalam bentuk basis data (database).
b. Komponen Output
Output merupakan informasi yang berguna bagi para pengguna yang dihasilkan oleh sistem informasi. Output dan sistem informasi dibuat
dengan menggunakan data yang terdapat pada database dan diproses
menggunakan model tertentu.
c. Komponen Basis Data (Database)
Database merupakan kumpulan semua data yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang tersimpan diperangkat keras komputer dan
dikelola, dikontrol, serta digunakan oleh perangkat lunak untuk
memanipulasinya.
d. Komponen Model
Komponen model ini terdiri dari kombinasi prosedur, logikal dan
model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang
tersimpan di basis data dengan cara tertentu untuk menghasilkan keluaran
yang diinginkan.
Teknologi merupakan komponen yang penting dalam system
informasi. Tanpa teknlogi yang mendukung, maka system informasi tidak
akan dapat menghasilkan informasi yang tepat waktu.
f. Komponen Kontrol
Komponen kontrol ini digunakanuntuk menjamin bahwa sistem
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi
yang akurat.
Keenam komponen ini harus ada bersama-sama dan membentuk satu
kesatuan. Jika satu atau lebih komponen tersebut tidak ada, maka sistem
informasi tidak akan dapat melakukan fungsinya, yaitu pengolahan data tidak
akan dapat mencapai tujuannya, yaitu menghasilkan informasi yang relevan,
tepat waktu dan akurat. Komponen sistem ini digambarkan sebagai berikut :
Sumber : Jogiyanto, “Sistem Teknologi Informasi”, (2005) Gambar 1. Komponen dari sistem informasi
kontrol
Data Diolah Informasi
input model output
2.2.2 Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu,
yaitu:
1. Komponen sistem, terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, yang saling bekerja sama membentuk satu kesatuan.
Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen system dapat
berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap
subsistem memiliki sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu
fungsi tertentu dan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
2. Batas sistem (boundary), merupakan daerah yang membatasi
antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan
lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu system
dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan
ruang lingkup (scop) dari sistem tersebut.
3. Lingkungan luar sistem (enviroment) dari suatu sistem adalah
apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
Lingkungan luar sistem dapat menguntungkan dan dapat pula
merugikan sistem tersebut.
4. Penghubung sistem (interface), merupakan media penghubung
penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari
satu subsistem ke subsitem yang lainnya. Keluaran (output) dari
satu subsistem akan menjadi masukan input untuk subsistem yang
lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu
subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya
membentuk satu kesatuan.
5. Masukan (input), adalah energy yang dimasukkan ke dalam sistem.
Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input)
dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah
energy yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi.
Signal input adalah energy yang diproses untuk didapatkan keluaran.
6. Keluran sistem (output), adalah hasil dari energy yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang dan sisa pembuangan.
Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain
atau kepada supra sistem.
7. Pengolahan sistem, suatu system dapat mempunyai suatu bagian
pengolahan yang akan merubah masukan menjadi keluaran. Suatu
sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan
bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa barang jadi.
8. Tujuan atau sasaran sistem, suatu system pasti memiliki tujuan atau
sasaran. Sasaran system sangat menentukan masukan yng
Suatu system dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau
tujuannya.
2.2.2 Klasifikasi Sistem
Dari sumber buku Analisis dan Desain Sistem Informasi karangan
Jogiyanto Hartono (2005 ; 6-7), sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa
sudut pandang, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sistem Abstrak (Abstrack System ) dan Sistem fisik (Physical System)
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide
yang tidak tampak secara fisik sedangkan sistem fisik adalah merupakan
sistem yang ada secara fisik.
2. Sistem Alamiah (Natural Sistem) dan Sistem Buatan Manusia (Human
Mode Sistem)
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam,
tidak dibuat manusia sedangkan sistem buatan manusia adalah sistem yang
dirancang oleh manusia.
3. Sistem Tertentu (Deterministic System) dan Sistem Tidak Tentu
(Probabilistic Syste )
Sistem tertentu adalah sistem tertentu beroperasi dengan tingkah
laku yang sudah dapat diprediksi sedangkan sistem tidak tentu adalah
sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena
4. Sistem Tertutup(Closed System) dan Sistem terbuka(Open System)
Sistem tertutup adalah merupakan sistem yang tidak
berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkkungan luarnya
sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya
2.2.3 Tujuan Sistem Informasi Manajemen
Tujuan Sistem Informasi Manajemen menurut Abdul Kadir (2003)
adalah:
1. Menyediakan informasi yang digunakan sebagai dasar analisis
terhadap kondisi awal.
2. Membantu dalam pengambilan keputusan secara manajerial.
3. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan yang sudah
terprogram.
4. Mengotomatisasi pekerjaan-pekerjaan rutin dari bagian
administrasi.
2.3 Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang
baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
memperbaiki sistem yang ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki atau diganti
yang timbul disistem yang lama, untuk meraih peluang usaha, adanya
instruksi-instruksi (Sutabri, 2004:50).
2.3.1 Prinsip Pengembangan Sistem
Ada beberapa prinsip pengembangan sistem dalam proses
pengembangan sistem, yaitu (Hartono, 2005:38-41) :
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
Setelah sistem selesai dikembangkan, maka yang akan menggunakan
informasi dari sistem ini adalah manajemen, sehingga sistem harus dapat
mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh manajemen.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar.
Sistem informasi yang akan dikembangkan membutuhkan dana modal
yang tidak sedikit, apalagi dengan digunakannya teknologi yang
mutakhir.
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
Manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil tidaknya
suatu sistem, baik dalam proses pengembangannya, penerapannya,
maupun dalam proses operasinya. Oleh karena itu orang yang terlibat
dalam pengembangan maupun pengguna sistem ini harus merupakan
orang yang terdidik tentang permasalahan-permasalahan yang ada dan
terhadap solusi-solusi yang mungkin dilakukan. Analis sistem harus
juga dengan pemakai sistem harus merupakan orang yang terdidik
dengan cara memberikan pelatihan kepada mereka tentang cara
menggunakan sistem yang diterapkan.
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses
pengembangan sistem.
Proses pengembangan sistem umumnya melibatkan beberapa tahapan
kerja dan melibatkan beberapa personil dalam bentuk suatu team untuk
mengerjakannya. Sebelum proses pengembangan system dilakukan,
maka harus dibuat terlebih dahulu skedul kerja yang menunjukan
tahapan-tahapan kerja dan tugas-tugas pekerjaan yang akan dilakukan,
sehingg proses pengembangan system dapat dilakukan dan dapat selesai
dengan berhasil sesuai waktu dan anggaran yang direncanakan.
5. Proses pengembangan system tidak harus urut.
Tahapan kerja dari pengembangan system pada prinsip no 4
menunjukkan langkah yang harus dilakukan dan
langkah-langkah ini tidak harus urut tetapi dapat dilakukan secara bersama-sama.
6. Jangan takut membatalkan proyek.
Keputusan untuk meneruskan suatu proyek atau membatalkannya
memang harus dievaluasi dengan cermat. Untuk kasus-kasus tertentu, di
mana suatu proyek harus dibatalkan karena sudah tidak layak lagi, maka
harus dilakukan dengan tegas.
Banyak analis system yang membicarakan pentingnya dokumentasi.
Mereka membuat dokumentasi hasil dari analisis setelah mereka selesai
mengembangkan sistemnya dan bahkan ada yang tidak membuat
documentasi ini. Dokumentasi yang dibuat dan dikumpulkan dapat
digunakan untuk bahan komunikasi antara analis sistem dengan pemakai
sistem dan dapat digunakan untuk mendorong keterlibatan pemakai
sistem.
2.3.2 Siklus Pengembangan Sistem Informasi
Siklus Pengembangan Sistem Informasi merupakan suatu bentuk
yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah
pada tahap tersebut dalam proses pengembangan sistem. Tahapan tersebut
adalah (Sutabri, 2004:57-62).:
1. Fase Perencanaan, bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan sistem informasi apa yang akan dikembangkan,
sasaran-sasaran yang ingin dicapai, jangka waktu pelaksanaan serta
mempertimbangkan dana yang tersedia dan siapa yang akan
melaksanakan.
2. Fase Pengembangan, disebut juga sebagai siklus pengembangan sistem
informasi yang terdiri dari lima langkah yaitu :
a. Investigasi Sistem, untuk menentukan permasalahan-permasalahan atau
b. Analisis Sistem, tujuan tahap ini adalah untuk mendefinisikan sistem
berjalan.
c. Desain Sistem, pada tahap ini sebagian besar kegiatan yang berorientasi
pada komputer dilaksanakan.
d. Implementasi Sistem, tujuannya adalah untuk menyelesaikan disain
sistem yang sudah disetujui, menguji serta mendokumentasikan
program dan prosedur sistem yang diperlukan, memastikan bahwa
personil yang terlibat dapat mengoperasikan sistem baru dan
memastikan sistem baru dapat berjalan dengan baik dan benar.
e. Pemeliharaan Sistem, tujuannya adalah untuk meyakinkan apakah
sistem tersebut berjalan sesuai dengan tujuan semula dan apakah masih
ada perbaikan atau penyempurnaan yang harus dilakukan.
2.3.3 Implementasi Sistem
Tahap implementasi sistem merupakan tahap meletakan sistem supaya
siap dioperasikan. Tahap ini termasuk juga kegiatan menulis kode program
jika tidak digunakan paket perangkat lunak aplikasi. Tahap implementasi
sistem dapat terdiri dari langkah-langkah berikut ini (Hartono, 2005:573) :
1. Menerapkan rencana implementasi.
2. Melakukan kegiatan implementasi.
3. Tindak lanjut implementasi.
Rencana implementasi merupakan kegiatan awal dari implementasi
sistem. Rencana implementasi dimaksudkan untuk mengatur biaya dan waktu
yang dibutuhkan selama tahap implementasi. Semua biaya yang dikeluarkan
untuk implementasi perlu dianggarkan dalam bentuk anggaran biaya.
Anggaran biaya ini selanjutnya juga berfungsi sebagai pengendalian terhadap
biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan
implementasi juga perlu diatur dalam rencana implementasi dalam bentuk
skedul waktu. Skejul waktu berfungsi sebagai pengendalian terhadap waktu
implementasi.
2.3.3.2 Kegiatan Implementasi
Kegiatan implementasi dilakukan dengan dasr kegiatan yang telah
direncanakan dalam rencana implementasi. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam tahap implementasi ini adalah sebagai berikut ini (Hartono,
2005:574-588) :
1. Pemilihan dan pelatihan.
Telah diketahui bahwa manusia merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam sistem informasi. Jikja sistem informasi ingin
sukses, maka personil-personil yang terlibat harus diberi pengertian dan
pengetahuan yang cukup tentang sistem informasi dan posisi dan tugas
mereka.
1) Personil yang dipilih dapat berasal dari dua sumber, yaitu
karyawan-karyawan yang telah ada diperusahaan atau calon
karyawan dari luar perusahaan. Karyawan yang ada diperusahaan
lebih diperioritaskan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
2) Memindahkan karyawan ke posisi baru umumnya lebih mudah
daripada merekruit karyawan baru.
3) Karyawan yang ada biasanya sudah lebih memahami operasi
perusahaan, sedangkan karyawan baru membutuhkan waktu yang
lama untuk mempelajari cara-cara operasi perusahaan.
4) Moral karyawan akan lebih meningkat untuk posisi baru yang lebih
baik, khususnya jika menduduki posisi di sistem yang baru.
Personil-personil yang dapat terlibat di sistem informasi dapat
dikelompokkan dalam empat bagian :
a) Tugas input-output data.
Personil-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah
personil-personil yang menangani pemasukan data dan distribusi
dari output. Yang termasuk personil-personil ini dengan deskripsi
tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Pengawas pemasukan data: bertanggung jawab untuksemua
staf yang melakukan pemasukan data lewat keyboard dan
2) Operator pemasuk data: mengoperasikan satu atau lebih alat
masukan data.
3) Pengawas pengolah data: bertanggung jawab terhadap
pengawasan peralatan kata, operator pengolahan kata, arus
pekerjaan pengolah kata, peraturan-peraturannya dan
distribusi hasil pengolahan kata.
4) Operator pengolah kata: mengoperasikan mesin ketik
elektronik, sistem pengolahan kata komputer, terminal
pengolahan kata dan pengeditan teks.
b) Tugas-tugas operasi
Personil-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah
personil-personil yang menangani jalannya operasi pengolahan
data yang tidak terlibat langsung dengan tugas input-output.
c) Tugas-tugas pemrograman.
Personil-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah
personil-personil yang akan menulis program-program komputer.
d) Tugas-tugas analisis sistem.
Personila-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah
personil-personil yang akan mengembangkan sistem.
Personil-personil analis sistem ada di dalam perusahaan, jika perusahaan
akan menerapkan departemen sistem di organisasinya. Dengan
adanya departemen sistem dengan sistem sendiri, maka
b. Pelatihan karyawan
Personil-personil yang akan menduduki posisi yang baru perlu
dilatih agar dapat memahami hal-hal baru. John Burch dan Gary
Grudnitski (dalam buku Hartono, 2005:580) membedakan antara pelatihan
dan pendidikan. Pelatihan dimaksudkan untuk personil-personil operasi,
yaitu yang mengoperasikan sistem, yang terlibat dalam tugas
mempersiapkan input, memproses data, mengoperasikan sistem, merawat
dan menjaga sistem. Sedangkan pendidikan dimaksudkan untuk pemakai
informasi/user.
1) Pendekatan untuk pelatihan dan pendidikan. Ada beberapa
pendekatan untuk melakukan pelatihan dan pendidikan yaitu:
a) Ceramah/seminar. Ceramah lebih bersifat mengungkapkan hal
yang sudah diterima umum. Seminar lebih bersifat pembahasan
temuan baru untuk mencari titik kebenarannya.
b) Pelatihan prosedural, dengan prosedur tertulis yang menjelaskan
kegiatan masing-masing personil.
c) Pelatihan turtorial, ditujukan untuk masing-masing personil
secara tatap muka.
d) Simulasi, dilakukan dengan membuat suatu simulasi yang
mewakili lingkungan kerja personil.
2) Skedul pelatihan dan pendidikan.
Skedul ini terdiri dari siapa saja yang akan dilatih atau
pelaksanaannya, lokasinya, pendekatan yang akan digunakan dan
siapa instruktornya.
2. Pemilihan tempat dan instalasi perangkat keras dan perangkat lunak.
Jika peralatan baru akan dimiliki, maka tempat untuk peralatan ini
harus dipersiapkan. Keamanan juga perlu dipertimbangkan. Sistem
komputer yang besar membutuhkan tempat dengan lingkungan yang
lebihharus diperhitungkan. Setelah persiapan tempat adalah menginstalasi
perangkat keras yang sudah dikirim dan menginstalasi perangkat lunak
yang sudah ada.
3. Pemrograman dan pengetesan program.
Pemrograman adalah kegiatan menulis kode program yang akan
diesekusi oleh komputer. Hasil program yang sesuai dengan desainnya
akan menghasilkan program yang sesuai dengan yng dibutuhkan oleh
pemakai sistem. Sebelum program diterapkan, maka program harus bebas
dari kesalahan-kesalahan. Kesalahan dari program yang mungkin terjadi
dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk kesalahan, yaitu :
a. Kesalahan bahasa adalah kesalahan di dalam penulisan yang tidak
sesuai dengan yang telah disyaratkan.
b. Kesalahan sewaktu proses adalah kesalahan yang terjadi saat program
dijalankan. Kesalahan ini mengakibatkan proses program berhenti
sebelum selesai.
c. Kesalahan logika adalah kesalahan dari logika yang dibuat. Cara
menjalankan program dengan menggunakan data tertentu dan
membandingkan hasil pengola bahannya. Jika hasilnya berbeda berarti
terjadi kesalahan.
4. Pengetesan sistem.
Pengtesan sistem dilakukan untuk memeriksa kekompakan antar
komponen sistem yang akan diimplementasi. Tujuan utamanya adalah
untuk memastikan bahwa elemen-elemen atau komponen dari sistem
berfungsi sesuai dengan yang akan diharapkan.
5. Konversi sistem.
Proses konversi sistem merupakan proses untuk meletakkan sistem baru
supaya siap mulai untuk dapat digunakan. Terdapat beberapa pendekatan
untuk melakukan konversi sistem, yaitu :
a. Konversi langsung.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengganti sistem ynag lama
langsung dengan sistem yang baru. Pada pendekatan ini sistem lama
dihentikan sama sekali dan sistem yang baru mulai
dioperasikan.pendekatan ini baik digunakan pada sistem yang tidak
terlalu besar. Kebaikan lain pendekatan ini adalah biayanya tidak
terlalu mahal, karena sistem lama sudah tidak dioperasikan lagi
sehingga tidakn ada biaya operasi dari sistem yang lama. Kelemahan
pendekatan ini adalah mempunyai resiko tinggi jika sistem baru gagal
beroperasi seperti yang diharapkan.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengoperasikan sistem baru
bersama dengan sistem lama dalam periode tetentu. Kebaikan sistem
ini adalah menyediakan proteksi yang tinggi kepada organisasi
terhadap kegagalan sistem yang baru. Jika sistem baru gagal sistem
lama masih beroperasi. Kelemaahan pendekatan ini adalah terletak
pada biaya yang dikeluarkan sangat besar karena terdiri dari biaya
operasi dua sistem, yaitu biaya sistem lama dan sistem baru. Sistem
lama akan dihentikan bila sistem yang baru benar-benar bisa
diandalkan.
c. Konversi percontohan.
Pendekatan ini biasanya dilakukan bila beberapa sistem yang
sejenis akan diterapkan pada beberapa area yang terpisah. Konversi ini
dilakukan pada sebuah unit organisasi terlebih dahulu dan dinilai
operasinya. Kebaikan dari pendekatan ini adalah :
1) Resiko kegagalan sistem hanya terletak pada area tetentu saja.
2) Kesalahan yang terjadi di sistem yang baru dapat dibetulkan
terlebih dahulu, sehingga kesalahan tidak terjadi di area lain/
3) Personil dari area lain dapat dilatih di daerah percontohan sebelum
sistem baru diterapkan pada area kerjanya.
Kelemahan dari sistem ini adalah proses konversi dapat menjadi
lama.
Pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan masing-masing
modul sistem yang berbeda secara urut. Tiap-tiap modul dioperasikan
terlebih dahulu dan jika telah sukses maka disusul oleh modul yang
lainnya dan seterusnya sampai berhasil dioperasikan.
2.3.3.3 Tindak Lanjut Implementasi
Partisipasi analis sistem belum berakhir setelah sistem
diimplementasikan. Analis sistem masih perlu melakukan tindakn lanjut
berikutnya setelah sistem baru diimplementasikan. Analis sistem masih perlu
melakukan pengetesan penerimaan sistem. Pengetesan ini berbeda dengan
pengetesan sistem yang telah dilakukan sebelumnya. Jika pada pengetesan
sistem sebelumnya digunakan tes data dan dilakukan oleh analis sistem
bersama-sama dengan pemrogram komputer, maka pada pengetesan ini
dilakukan dengan menggunakan data sesungguhnya dalam jangka waktu
tertentu yang dilakaukan oleh analis sistem bersama-sama dengan user.
Setelah pengetesan penerimaan ini selesai dilakukan, manajemen perlu
menyelenggarakan rapat penerimaan. Rapat penerimaan ini untuk
menentukan sistem yang baru diterima atau harus diperbaiki kembali
2.4 Faktor Manusia dalam Pengembangan dan Desain Sistem Informasi Dalam desain sistem dan implemantasi sistem, perhatian harus
dicurahkan pada faktor manusia. Sebuah sistem yang didesain dengan baik
menjalankan sistem tersebut. Sistem yang lemah dapat berhasil bila
personil/manusia membuat sistem itu operasional/berjalan (Davis, 2001:253).
2.4.1 Permasalahan Manusia dalam Pemakaian Sistem Berbasis Komputer
Cara manusia melihat tugas mereka bisa mempengaruhi pemakaian
suatu sistem informasi. Ada bukti bahwa para manajer tidak mau memakai
sistem berbasis komputer. Mereka bersedia bila sekretaris atau asisten mereka
telah memperoleh latihan pemakaian. Para manajer cenderung tidak memakai
sistem yang tidak mereka pahami. Ini tidak berarti suatu pemahaman teknis
seperti struktur program atau desain modular. Tetapi suatu pemahaman
mengenai logik proses yang menjadi sandaran mereka. Permasalahan
memang akut dalam model untuk analisis, simulasi pembuatan keputusan,
perencanaan dan sebagainya. Suatu model yang demikian rumitnya hingga
pemakai tidak mampu memahami mengapa masukannya menghasilkan
keluaran tertentu, mungkin sekali tidak akan pernah dimanfaatkan. Keadaan
ini menunjukkan perlunya model sederhana yang berkembang dengan
diterimanya oleh para pemakai ciri yang makin kompleks (Davis, 2001:253).
2.5 Faktor-faktor Keberhasilan Implementasi
Ada beberapa variable yang berhubungan dengan studi implementasi,
yaitu (Lucas, 2003:72) : keterlibatan pengguna, sikap pengguna,
mutu/kualitas sistem, kepuasan pengguna, sikap pemakai. Sikap merupakan
tingginya tingkat penggunaaan dan kepuasan terhadap sistem. Mutu/kualitas
sistem juga penting karena dapat mempengaruhi sikap pengguna serta
mempermudah penggunaan sistem secara fisik. Sebagai contoh, sebuah
sistem dengan persyaratan input atau bahasa yang sulit untuk input
pemakai,akan lebih jarang digunakan dari pada sebuah sistem yang
mempunyai desain teknik bagus.
Keterlibatan/partisipasi pengguna dalam perencanaan dan perancangan
sistem merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
pemakai (Franz dan Robey, 1986; Tait dan vessey, 1988; Mc Keen et al.,
1994; Choe, 1996, Chandrarin dan Indriantoro, 1997; Setianingsih dan
Indriantoro, 1998) sedangkan kepuasan pemakai sendiri merupakansalah satu
indikator keberhasilan pengembangan sistem informasi. Mc Keen (1994)
mengemukakan bahwa peningkatan pemahaman pemakai tentang sistem akan
berpengaruh terhadap keberhasilan sistem informasi yang
dikembangkan.(Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 3, No 2, Juli 2000 Hal.
119-133).
Dalam pengembangan sistem informasi apabila pemakai diajak
berpartisipasi, akan membawa pengaruh yang baik terhadap organisasi. Hal
ini dapat tercapai karena pengguna terlibat secara langsung dalam
pengembangan sistem informasi. Pada kenyataannya seringkali pemakai
lebih mengetahui apa yang mereka butuhkan dalm suatu sistem informasi.
keinginan-keingina mereka berkaitan dengan proses pengembangan sistem
informasi. Apabila keinginan-keingina pengguna tersebut dapat menjadi
masukan dan dilaksanakan dalam proses pengembangan sistem informasi,
maka hal ini dapat member pengaruh yang cukup baik.(Ginzberg, 1981). Ives
et al (1983) menyatakan bahwa kepuasan pemakai mengungkapkan kesesuaian antara harapan seseorang dengan hasil yang diperolehnya,
dikarenakan adanya partisipasi selama pengembangan sistem. (Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia Vol. 3, No 2, Juli 2000 Hal. 119-133).
Kepuasan pengguna menunjukkan seberapa jauh pemakai puas dan
percaya pada sistem informasi yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
mereka (Ives, et al., 1983). Keterlibatan pengguna merupakan keterlibatan
dalam proses pengembangan sistem oleh anggota organisasi atau anggota dari
kelompok pengguna target (Olson & Ives, 1981 dalam Choe, 1996). (Gajah
Mada International Journal of Business. May. Vol. 3 No. 2 pp. 177-202).
Pelatihan dan Pendidikan Pengguna merupakan usaha secara formal
untuk tujuan transfer pengetahuan sistem informasi yang disyaratkan yang
meliputi konsep-konsep sistem informasi, kemampuan teknis, kemampauan
organisasi, dan pengetahuan mengenai produk-produk sistem informasi
spesifik (Choe, 1996). Pelatihan dan pendidikan pengguna diukur dengan
pertanyaan apakah terdapat pelatihan dan pendidikan yang berkaitan dengan
sistem informasi yang disediakan oleh perusahaan atau departemen
Barki dan Hartwick (1989) dan lainnya menganjurkan keterlibatan
pemakai digunakan saat berhubungan dengan jenis-jenis desain yang sesuai
dengan perilaku dan aktivitas target pemakai atau bentuk yang cocok bagi
mereka selama proses pengembangan sistem, dan pada saat dihubungkan
dengan suatu keadaan psikologi yang subyektif dari individu dan diartikan
penting dan pribadi relevan. Sebagian penelitian sebelumnya mengenai
keterlibatan pemakai dihadapkan pada perilaku partisipasi pemakai selama
proses pengembangan sistem informasi. (Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022, Yogyakarta, 17
Juni 2006).
Meta analisis yang dilakukan oleh Hwang dan Thorn (1999)
menyimpulkan bahwa partisipasi partisipasi pengguna mempunyai
hubungan yang sangat signifikan dengan keberhasilan sistem. Artinya
dalam konteks tidak langsung adanya partisipasi pengguna merupakan
upaya untuk mencapai kepuasan pengguna agar keberhasilan dalam
pengembangan sistem dapat dicapai. Doll dan Deng (2001) menyatakan
bahwa partisipasi pengguna merupakan faktor penting yang harus
dipenuhi.
Hasil penelitian yang dipaparkan baik oleh McKeen et al. (1994), Doll
dan Deng (2001), Gui- maraes et al. (2003) serta Suryaningrum (2003)
menemukan bahwa partisipasi pengguna merupa- kan variabel yang efektif
sistem. Penggunaan ketiga terminologi variabel ini (kepuasan pengguna,
keberhasilan sistem dan kualitas sistem) seringkali rancu. Seringkali
kepuasan pengguna dianggap sama dengan kualitas sistem, atau bila tidak
kepuasan pengguna digunakan untuk mengukur kualitas sistem.
Hasil penelitian yang dipaparkan baik oleh McKeen et al. (1994), Doll
dan Deng (2001), Gui- maraes et al. (2003) serta Suryaningrum (2003)
menemukan bahwa partisipasi pengguna merupakan variabel yang efektif
yang menentukan kepuasan pengguna, keberhasilan sistem maupun kualitas
sistem. Penggunaan ketiga terminologi variabel ini (kepuasan pengguna,
keberhasilan sistem dan kualitas sistem) seringkali rancu. Seringkali
kepuasan pengguna dianggap sama dengan kualitas sistem, atau bila tidak
kepuasan pengguna digunakan untuk mengukur kualitas sistem.
Rini (2002) dalam risetnya terhadap pengguna dalam industri
perbankan menggunakan aspek kognitif yang berupa tingkat pemahaman
pengguna terhadap tingkat partisipasi. Riset ini mendapatkan temuan
penting yang menunjukkan bahwa tingkat pemahaman mempunyai
pengaruh yang positif terhadap partisipasi
Guimaraes et al. (2003) menyatakan bahwa keberhasilan sistem
mempunyai tiga komponen (tolak ukur), yaitu kualitas sistem, manfaat sistem
dan kepuasan pengguna. Pendapat ini menunjukkan bahwa keberhasilan
oleh sampai sejauh mana partisipasi yang ada dapat menyebabkan kepuasan
pengguna.(Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol.3 No.1, Juli 2003 hal
119-133).
2.6 Kerangka berpikir
Ada beberapa tahap untuk mengetahui pengembangan sistem berhasil
atau tidak, yaitu :
1. Pengembangan sistem : Investigasi Sistem, untuk menentukan
permasalahan-permasalahan atau kebutuhan yang timbul. Analisis
Sistem, tujuan tahap ini adalah untuk mendefinisikan sistem berjalan.
Desain Sistem, pada tahap ini sebagian besar kegiatan yang berorientasi
pada komputer dilaksanakan.
2.Keberhasilan implementasi sistem meliputi : kualitas sistem, partisipasi
pengguna, pemahaman pengguna, kepuasan pengguna, manfaat sistem.
3. Kinerja perusahaan : kerberhasilan sistem informasi tersebut akan
memperbaiki kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan meningkat
dan perusahaan akan mampu bertahan dan bersaing dengan perusahaan
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Pengembangan sistem
Keberhasilan Implementasi sistem : 1. Kualitas sistem
2. Partisipasi pengguna 3. Pemahaman pengguna
4. Kepuasan pengguna
5. Manfaat sistem
51 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini penulis tidak menguji antara variabel sehingga
tidak ada pengukuran variabel. Penelitian kualitatif bersifat holistik
(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) yang dipandang sebagai realitas
sosial dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam
melihat hubungan antara variabel pada obyek yag diteliti lebih bersifat
interaktif yaitu, saling mempengaruhi, sehingga tidak diketahui variabel
independen dan dependennya (Sugiyono, 2005:7). Penelitian ini difokuskan
pada faktor keberhasilan implementasi pengembangan sistem pada Patra
Semarang Convention Hotel, sehingga peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif untuk mendeskriptifkan faktor-faktor keberhasilan
implementasi sistem pada Patra Semarang Convention Hotel.
Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada faktor-faktor keberhasilan
implementasi sistem, yaitu kualitas sistem, pertisipasi pengguna, pemahaman
pengguna, kepuasan pengguna, manfaat sistem, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Kualitas sistem : secara langsung dapat mempengaruhi pemakai,
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pemakai maka akan
mudah digunakan dan dapat mempermudah pekerjaan yang dilakukan
pengguna.
2. Partisipasi pengguna : kerterlibatan/partisipasi pengguna dalam
perencanaan dan perancangan sistem merupakan salah satu faktor
keberhasilan implementasi.
3. Kepuasan pengguna : bila pengguna sistem informasi merasa puas
dengan sistem yang telah dikembangkan maka pengguna akan dengan
sukarela menggunakan sistem tersebut.
4. Pemahaman pengguna : tingkat pemahaman pemakai akan
berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi sistem informasi
yang dikembangkan.
5. Manfaat sistem : sistem yang dikembangkan harus dapat mencapai
manfaat agar sistem tersebut dapat berhasil.
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik. Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari suatu keutuhan (Bogdan dan Taylor dalam Moleong,
2002:3).
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument
kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada
angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk
atau outcome.
4. Penelilitian kualitatif lebih melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang
teramati).
Metode penelitian kualitatif lebih cocok digunakan untuk meneliti bila
permasalahan dalam situs sosial masih remang-remang, kompleks, dinamis,
peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara lebih mendalam, serta
menemukan hipotesis atau teori. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara, akan berkembang atau berganti setelah
peneliti berada dilapangan.
Dalam penelitian kualitatif, hubungan antara peneliti dengan yang
diteliti bersifat independen. Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai
instrumen dan dengan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara
mendalam maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dalam
penelitian sekaligus merupakan perencana, pelaksanapengumpulan data,
3.2 Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada Patra Semarang
Convention Hotel. Lokasi penelitian tersebut merupakan salah satu
perusahaan perhotelan dibawah nauangan anak perusahaan PT. Pertamina
yaitu PT. Patra Jasa.
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau
obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang
dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah (Sugiyono, 2005:72). Yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 66 karyawan yang terdiri dari :
1. 1 orang General manager Patra Semarang Convention Hotel.
2. 1 orang General manager secretary Patra Semarang Convention
Hotel.
3. 1 orang Executive assistance manager Patra Semarang Convention
Hotel.
4. 21 karyawan room division yang terdiri dari : 1 orang room division
orang Guest activities manager dan 2 orang karyawan guest
activities.
5. 9 karyawan bagian food & beverage yang terdiri dari : 1 orang F&B
manager dan 8 karyawan bagian food and beverage. 6. 1 orang kitchen admin.
7. 3 karyawan bagian human resource yang terdiri dari : 1 orang HR
manager dan 2 karyawan bagian human resource.
8. 9 karyawan bagian marketing yang terdiri dari : 1 orang sales
marketing manager dan 8 karyawan bagian marketing.
9. 20 karyawan bagian accounting yang terdiri dari 1 orang financial
controller dan 19 karyawan bagian accounting.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila jumlah populasi besar maka peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 37 karyawan Patra Semarang Convention Hotel yang
terdiri dari 1 orang general manager, 5 orang manajer dari setiap bagian dan
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel mengunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling menurut Cooper dan Emory adalah
Sampel yang dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak
yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. (http://
home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc.). Untuk memperoleh data tentang
informasi apa saja yang ingin ditampilkan dalam sistem informasi, maka
manajer merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi.
Sedangkan untuk mengetahui apakah sistem tersebut berhasil
diimplementasikan, maka karyawan yang selalu menggunakan sistem
informasi merupakan orang yang terbaik yang bias memberikan informasi.
Jadi, purposive sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi
sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
3.4 Teknik Pengumpulan Data a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data
primer, merupakan data yang didapat melalui angket yang diisi
langsung oleh pegawai. Angket tersebut digunakan untuk mengetahui
keberhasilan implementasi sistem informasi perhotelan pada Patra
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu berasal dari jawaban
responden melalui kuesioner yang disebarkan pada pegawai Patra
Semarang Convention Hotel.
c. Cara Pengumpulan Data
1) Wawancara, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi pertanyaan kepada karyawan Patra Semarang
Convention Hotel.
2) Kuesioner, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi pertanyaan atau peryataan tertulis kepada
pegawai Patra Semarang Convention Hotel.
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis data ini menggunakan teori Grounded, penelitian
dimulai dengan memunculkan pertanyaan generatif yang membantu
penelitian namun tidak dimaksudkan untuk tetap statis atau menjadi dinamis.
Sewaktu peneliti mulai mengumpilkan data, konsep penelitian ini
diidentifikasikan. Kemungkinan kaitan dikembangkan antara konsep inti teori
dengan data. Tahap awal ini cenderung terbuka dan waktunya bias memakan
berbulan-bulan. Kemudian peneliti memasuki verifikasi dan ikhtisar.
Usahanya cenderung berkembang secara perlahan menapaki kategori inti
3.6 Validitas Data
Untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka faktor validitas
sangat penting bagi sebuah penelitian. Maxwell (2004:171) dalam
menyatakan terdapat empat teori validitas yaitu : deskriptif, interprestasi,
teori-teori dan generalisasi.
Adapun upaya menjaga validitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan deskriptif dan interprestasi. Uji deskriptif dituntut untuk
menampilakn deskripsi kental/thick description dalam penelitian, yaitu
deskripsi secara literal manusia, kejadian,atau proses yang diamati. Deskriptif
ini harus menyajikan interpretasi bukan sekedar fakta-fakta yang teramati. Uji
interpretasi, dalam penelitian kualitatif dicapai melalui interaksi antara
peneliti dan responden. Ancaman terhadap validitas interpretasi adalah
peneliti memaksakan kerangkanya dalam memahami data. Ancaman ini
muncul karena peneliti tidak mencari pemahaman responden terhadap
perilakunya. Cara terbaik untuk menghindari ancaman tersebut dengan
mempelajari bagaimana responden memaknai apa yang mereka lakukan atau
katakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adlah dengan melakukan
pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan menyatakan langsung kepada
yang bersangkutan. Para peneliti kualitaif berpendapat bahwa teori akan lebih
mantap bila tidak melalui a priori reasoning melainkan grounding. Validitas
teori terancam apabila peneliti tidak mengumpulkan atau tidak
memperhatikan data yang menyimpang atau tidak menghiraukan penjelasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Hotel Motel Patra Jasa Semarang yang sekarang dikenal sebagai Patra Semarang Convention Hotel merupakan National Chains Hotel yang
dibangun atas modal PT Pertamina pada tahun 1972, dan diresmikan pada
tanggal 18 Juni 1974 oleh Bapak Ibnu Sutowo yang saat itu menjabat
sebagai direktur utama Pertamina.
Tujuan utama didirikan Patra Semarang Convention Hotel pada
saat itu adalah para kontraktor Pertamina supaya tidak menginap di tempat
lain dan pengelolaannya dipegang oleh Pertamina. Namun setelah
pemerintah mengeluarkan peraturan tertuang dalam undang-undang No. 8
tahun 1974, yang berisikan tentang larangan bagi perusahaan Pertamina
untuk mengelola usaha lain selain minyak dan gas, maka perusahaannya
diserahkan kepada anak perusahaannya yaitu PT Patra Jasa.
Patra Semarang Convention Hotel berdiri di atas tanah seluas 10,6
hektar di kawasan Candi Baru Semarang, sehingga cocok sebagai tempat
peristirahatan bagi orang bisnis maupun wisatawan mancanegara maupun
domestic. Oleh karena itu sering terjadi tamu yang akan menginap tidak
penginapan bagi tamu yang bersangkutan di hotel lain. Sehubungan
dengan keadaan tersebut, maka timbul gagasan untuk menambah jumlah
kamar baru, yang semula hanya 72 kamar pada bulan Juni 1985 diadakan
penambahan kamar baru sebanyak 75 kamar. Penambahan kamar baru
tersebut terletak pada bangunan baru yang berlantai lima yang diresmikan
pada bulan Oktober 1987 oleh Menparpostel saat itu, yaitu Bapak Achmad
Taher. Kamar-kamar baru disebut sebagai “New Wings” sedangkan
kamar-kamar yang lama disebut “Old Wings”. Pada tahun 1999 manajemen
memutuskan untuk menggunakan satu kamar deluxe sebagai ruang spa
sehingga total kamar menjadi 146 kamar. Patra Semarang Convention
Hotel merupakan hotel terbaik di semarang dan terbaik kedua dari seluruh
hotel-hotel Patra Jasa yang ada di Indonesia.
Berikut ini adalah unit hotel PT Patra Jasa :
1. The Patra Bali Resort & Villas, yang berlokasi di Bali.
2. Patra Semarang Convention Hotel, yang berlokasi di Semarang,
Jawa Tengah.
3. Patra Anyer Beach Resort, yang berlokasi di Anyer, Serang,
Banten, Jawa Barat.
4. Patra Jakarta Hotel, yang berlokasi di Jakarta.
5. Patra Bandung Hotel, yang berlokasi di bandung, Jawa Barat.
6. Patra Cirebon Hotel, yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat.
Sistem Informasi Patra Semarang Convention Hotel
Sistem informasi Patra Semarang Convention Hotel sebelum
menggunakkan aplikasi Fidelio, menggunakkan program Hotel system
yang dibuat sendiri, akan tetapi program yang dulu tidak secanggih sistem
yang digunakan saat ini dan kemungkinan loss data tinggi karena dulu
sistem yang digunakan sangat sederhana. Sistem yang ada saat ini
memiliki ruang server sebagai media pengatur sistem dan data, yang
terdiri dari:
1. Server untuk Fidelio, yang mana Fidelio adalah suatu system
pelayanan data yang berkaitan dengan data hotel yang
berhubungan dengan tamu, mencakup reservation, housekeeping
dan front office.
2. Server untuk Micros, merupakan pendukung dari Fidelio sendiri,
akan tetapi Micros berkenaan dengan penjualan di outlet, disebut
POS (Point Of Sales), meliputi Bar, Restaurant, dan Sunken Bar
(yang berada di Sw. Pool) dan kegiatan Banquette lainnya.
3. Server Material Control, merupakan pendukung untuk bagian
Logistic dan Kitehen. System ini berkenaan dgn stok barang dan
maintenance barang.
4. Proxy Server, untuk pendukung client yang terhubung dengan
Internet, tanpa server ini client tidak bisa menggunakan internet.
5. SAP (system application and product) Server, untuk pendukung
perusahaan untuk mendukung segala kegiatan operasional dan
produksi secara efektif dan efisien serta merupakan program yang
real time berkenaan dengan Back Office khususnya Accounting
dan Human Resources dan bisa dibaca pada saat itu juga di kantor
pusat.
6. CCMail Server, untuk pendukung email intranet dalam satu
gedung, artinya pengguna adalah yang diberi hak oleh management
sehingga komunikasi lebih irit tanpa menggunakan kertas
(paperless).
7. Antivirus Server, untuk pendukung program antivirus bagi client
yang terhubung dengan mesin server dari serangan virus.
8. Interface Server, sebagai penyedia (jembatan) untuk
mengkomunikasikan agar system Fidelio dapat terbaca
(terintegrasi) dengan program lainnya.
9. Night Audit Server, sebagai program pendukung dari system
Fidelio.
10.Datacom Server, sebagai mesin pendukung untuk telepon dengan
PABX. PABX (private automatic branch exchange/pertukaran
cabang pribadi otomatis) adalah suatu perangkat yang berfungsi
sebagai sentral telepon, dalam suatu lokasi tertentu, misalnya :
kantor, gedung, perumahan, dll. Dalam skala kapasitas yang lebih
besar, PABX dapat berupa Sentral Telepon Otomatis PSTN yang
kantor dan lain-lain, misalnya PT. TELKOM, PT. INDOSAT, dll.
Perangkat ini akan mengatur panggilan yang masuk serta
meneruskan panggilan ke nomor tujuannya, sehingga pengguna
dapat dengan mudah melakukan penggilan ke nomer tujuan, cukup
dengan menekan nomor tujuan nya (nomor extension atau nomer
rumah).
Untuk Client yang terhubung dengan jaringan adalah, sekitar 42 client,
dan beberapa computer yang stand alone (berdiri sendiri tidak terhubung
dengan jaringan) yang kira-kira ada 10 komputer. Untuk computer yang
terhubung dengan jaringan, semua terbackup dengan UPS terpadu,
sehingga apabila listrik tiba-tiba mati computer masih menyala dengan
maksimal mencapai 15 menit sampai ada daya listrik yang mensupply lagi
(biasanya dari mesin genset)
Visi dan Misi (Corporate)
Visi : menjadi pelaku bisnis hotel dan property yang professional.
Misi :
1. Mengutamakan kepuasan dan memberikan nilai tambah yang
optimal.
2. Menjadi entitas bisnis yang dikelola secara professional.
3. Meningkatkan mutu produk dan pelayanan.
a. Lokasi
Patra Semarang Convention Hotel adalah hotel yang
terletak di ujung bukit Candi Baru dengan pemandangan kota
Semarang, pelabuhan Tanjung Mas, dan pegunungan Ungaran.
Dengan lokasi strategis hanya 20 menit dari airport dan hanya 15
manit dari pusat kota.
Alamat : JL. Sisingamangaraja, Candi Baru, Semarang
50252
Telp : (024) 8414141, 8314441
Fax : (024) 8314448
Website : www.patra-jasa.com/semarang
Email : reservation.semarang@patra-jasa.com
Toll-free : 0800-1100-300
b. Fasilitas kamar
Kamar yang ada di Patra Semarang Convention Hotel
terdiri dari 121 kamar hotel dan 25 villa. Setiap kamar dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas seperti, air conditioning (ac), IDD
telephone Line, internet connection, mini bar, refrigerator, tea & coffee maker, 50 channels TV. Berikut ini adalah jenis dan jumlah kamar di Patra Convention Hotel :
Jenis Kamar Jumlah Kamar