NON-THERMAL FOOD
PRESERVATION
KEL
OMP
OK
7
Meriell Jade Eugenia T. (1306447770)
Nurul Hidayah (1306371060)
Rachmah Rizky (1306368785)
Trisiana Chrysanti S. (1306371054)
Zarahmaida Taurina (1306370820)
Semakin meningkatnya populasi penduduk Indonesia, maka
kebutuhan pangan untuk pemenuhan kebutuhan primer
semakin besar
sistem pangan nasional Indonesia harus terus dikembangkan mengikuti perkembangan peradaban manusia dan aneka tuntutannya.
Undang-Undang No 7 1996 tentang Pangan
meningkatnya pula kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
mutu, gizi dan keamanan pangan dalam upaya menjaga
kebugaran dan kesehatan masyarakat
Perkembangan industri pangan yang memberikan perubahan
baik secara kualitatif atau kuantitatif pada makanan menyebabkan perkembangan
bahan makanan maju pesat, baik itu untuk pengawet, perasa,
tekstur/warna dari makanan
Untuk memperoleh peoduk makanan yang aman dikonsumi
untuk jangka panjang, telah dikembangkan berbagai metode
untuk mengawetkan makanan
UU No 7 tahun
1996 tentang
Pangan
Kemanan
pangan
Mutu dan gizi
panga
Tanggung
jawab industri
pangan
Ketahanan
pangan
Di Indonesia, bahan pangan dari hasil
pertanian, peternakan dan perikanan, banyak
mengalami kerusakan sebelum dikonsumsi.
Pengawetan makanan
adalah proses
perlakuan pada makanan untuk menghentikan
atau mengurangi kerusakan pada makanan
seperti berkurangnya kualitas dan nutrisi yang
terkandung di dalamnya.
Pengawetan makanan biasanya terkait dengan
penghambatan pertumbuhan bakteri, jamur
dan mikroorganisme lainnya.
• Dilakukan dengan
pengaturan suhu, kadar air,
aliran udara
Fisik
• Dengan menggunakan agen
biologis/mikroorganisme.
Contoh : Fermentasi
Biologis
• Menggunakan bahan
tambahan makanan
Kimiawi
Ionizing radiation
Chemical preservation
Biopreservation
High pressure food preservation
Ultrasound
Light pulses
Pulse electric field
Oscilating magnetic field
Non-thermal plasma
Hurdle technology
Plasma Sterilisation
UV Light
• Radiasi adalah istilah
umum yang biasa
digunakan untuk semua
jenis energy yang
dipancarkan tanpa media.
radiasi
• penggunaan energy
untuk penyinaran bahan
dengan menggunakan
sumber radiasi buatan
Iradiasi
Macam radiasi
berdasarkan spektrum
elektromagnetik
Radiasi
panas
(heating
radiation)
Radiasi
pengion
(Ionizing
radiation)
radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak
sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik
yang disebut ion
Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan,
termasuk benda hidup. Ion yang terbentuk menjadi lebih reaktif dan dengan mudah dapat bereaksi atau mengoksidasi atom lain dalam suatu sel
jaringan yang menyebabkan sel menjadi rusak
• Kontak dengan sumber iradiasi (sinar x, sinar gamma dan berkas elektron)
Bahan
pangan
• eksitasi • Ionisasi (terbentukkan ion reaktif) • Perubahan komponenmenimbulkan
• Penghancuran mikroorganisme dengan cara mengubah struktur membran sel danmempengaruhi aktivitas metabolik enzim
Sinar gamma yang dipancarkan oleh radio
nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs
(caesium-37)
Berkas elektron yang terdiri dari partikel-partikel bermuaan listrik
mengeluarkan energi sebesar 1 Mev untuk dapat menembus air dengan kedalaman 20 – 30 cm
mengeluarkan energi sebesar 10 Mev untuk dapat menembus air
sedalam 3,5 cm
SUMBER IONIZING
• irradiasi pangan tidak membahayakan selama pemakaian sinar dibawah 68 kGy
FDA (Food and
Drug Association)
• pangan yang diirradiasi aman bila penggunaan tidak melebihi 10 kGy (1980)
• irradiasi merupakan langkah tepat yang menjadikan industri pangan berstandar Good Manufacturing
Practices (GMP), sehingga produknya aman dari masalah mikrobia (1992).
WHO
Suatu persyaratan penting yang harus dipenuhi dalam proses pengolahan pangan dengan iradiasi adalah energi yang digunakan tidak boleh menyebabkan terbentuknya
senyawa radioaktif pada bahan pangan (Sofyan, 1984).
DOSIS SINAR
Perkiraan Dosis Radiasi Terhadap Beberapa Jenis Bakteri
Mikroorganisme Dosis (kGy)
Bakteri Gram Negatif E. Coli 2 Salmonella enteritidis 4 Ps. fluorescens <1 Bakteri Gram Positif Staph. aureus 5-10 Str. Faecalis 5 Bacillus spp. 3 Bacillus cereus (spores) 25 Cl. Perfringens 25 Cl. Botulinum A 25
Jamur dan Ragi Aspergillus flavus 3 Saccharomyces
cerevisiae
10
KELEBIHAN
KEKURANGAN
Memperbaiki mutu bahan pangan Memperbaiki higienis bahan pangan Memberantas mikroorganisme perusak bahan panganMenurunkan residu zat kimia pada bahan
pangan
Kenaikan suhu bahan makanan yang disterilkan tidak lebih dari 40C jika digunakan
dosis biasa
Dapat ditempatkan dalam wadah atau
kaleng
• adanya perubahan kimia yang mengakibatkan penurunan nilai gizi makanan, yang menyangkut perubahan komposisi protein, vitamin dan lain-lain
Aspek gizi
• sifat resistensi atau efek mutagenik dan peningkatan patogenitas mikroba.
• Daya tahan berbagai jenis mikroorganisme terhadap radiasi secara berurutan adalah sebagai berikut : spora bakterI > khamir > kapang > bakteri gram positif > bakteri gram negatif Aspek
mikrobiologi
• Di Indonesia, irradiasi belum berkembang secara optimal.
Mindsetnegeri ini, tentang bahaya yang diakibatkan irradiasi masih belum bisa dihilangkan.
• serta salah kekhawatiran irradiasi yaitu akan menjadi radioaktif yang membahayakan
Aspek toksikologi
Desinfeksi rempah-rempah dan bumbu kering (hingga 30 kGy)
Pengendalian Salmonella dan Escherichia coli pada daging sapi, ayam dan
makanan laut
Pre-sterilisasi bahan kemasan untuk pengolahan aseptik
Pra-pengolahan bahan baku yang berasal dari hewan untuk produksi makanan
hewan
Pengawetan dengan menggunakan seyawa kimia
yang ditambahkan untuk mencegah kerusakan pada makanan.
Pengawetan dengan bahan kimia diberikan langsung ke makanan saat proses pembuatan, atau terbentuk secara bersamaan dengan pembuatan produk (e.g. fermentasi).
Bahan pengawet hanya dalam level dosis yang dibutuhkan untuk pengawetan normal.
"Reconditioning" makanan yang diawetkan secara kimia, e.g. penambahan pengawet untuk
menghentikan mikroba yang terbentuk tidak diperbolehkan.
Penggunaan senyawa pengawet kimia HARUS dalam substansi batas yang telah ditentukan.
Agen antioksidan:
untuk
mencegah kerusakan secara
kimia dari makanan.
Agen antimikrobial:
untuk
mencegah kerusakan secara
biologis dari makanan.
Pengawet yang sudah terbentuk
pada makanan
• Chitosan (Kerang-kerangan) • Lactoferrin (Susu dan kolostrium) • Lactoperoxidase system
• Lysozyme
Bersumber
dari hewan
• Allium (bawang, bawang putih)
• Hydroxycinnamic acids (jeruk, wortel, seledri)
• Isothiocyanates (kol, kembang kol, brokoli) • Bumbu dapur dan minyak atsiri (kayu
manis, cengkeh, thyme)
Bersumber
dari
tumbuhan
• Natamycin (Pimaricin) Streptomyces natalensis (keju, kue-kue, roti)
• Nisin Lactococcus lactis ssp. (daging asap, acar)
Bersumber
dari mikroba
Pengawet bersifat anti-mikroba
a) Asam organic dan ester
• Asam organik sebagai agen anti-mikroba – Small fatty acids - formic, acetic,
propionic, butyric, and benzoie acids – Medium fatty acids - valeric, hexanoie,
heptanoic, and sorbic acids, octanoic, nonanoic, decanoic, undecanoic,
– lauric acids – Citric acid – Lactic acid
• Esters sebagai agen anti-mikroba – Ester
– Glycerol, sucrose esters – Phenol esters - parabens
b) Sulfur Dioxide & Sulfite c) Nitrite & Nitrate
Antioksidan
Antioksidan dapat menyerang bakteri gram positif dan negatif, jamur dan yeast.
Biasanya digunakan untuk bacon, baked goods, butter fat, lard, margarine, rapeseed oil, safflower oil, dan sunflower seed oil.
Pengawet dengan beberapa
fungsi
Pengawet
Komposisi bahan kimia
Konsentrasi senyawa
Mikroorganisme
Jenis atau spesies
mikroorganisme
Jumlah mikroorganisme
yang harus diatasi.
Tradisional
Garam: asinan, acar, ikan asin
Gula (sukrosa, fruktosa, glukosa):
jeli, manisan, konsentrat sari buah,
sirup
Makanan yang melibatkan pula
pemanasan, fermentasi, dsb.
Senyawa gas
Sulfur dioksida/sulfit melawan fungi,
bakteri, ragi (
yeast
). Umum untuk
produk minuman anggur (
wine
)
Karbondioksida digunakan dalam
bentuk solid (
dry ice
) untuk
penyimpanan. Gas yang dilepaskan
menekan pertumbuhan
KELEBIHAN
Tidak mengubah sifat
sensoris makanan
(rasa, penampilan, dsb)
Beberapa bisa berfungsi
sebagai antioksidan.
KEKURANGAN
Bisa diasosiasikan
sebagai pemicu bersifat
toksik.
Bisa memicu reaksi
alergi
Pengawetan alami dengan mikroba Bakteri asam laktat Bakteriosin
Lactobacillus
Bifidobacterium
Enterococcus
Streptococcus
Leuconostoc
Lactococcus
Pediococcus
Kompleks protein
bersifat
bakterisidal
terhadap bakteri Gram
positif dan Gram
target utama bakteriosin
adalah
membran
sitoplasma sel bakteri
(Vandam, 1994)
Pengaruh pembentukan lubang
sitoplasma
• pertumbuhan sel terhambat
• proses kematian pada sel yang
sensitif terhadap bakteriosin
Mekanisme aktivitas bakterisidal bakteriosin
adalah sebagai berikut:
molekul
bakteriosin
kontak
langsung
dengan
membran sel
mengganggu
potensial
membran
(destabilitas
membran
sitoplasma)
sehingga
sel
menjadi tidak
kuat
pembentukan
lubang pada
membran sel
melalui proses
gangguan
terhadap PMF
(Proton Motive
Force)
Produk pangan pasteurisasi:
• keju
• produk pangan sterilisasi berkadar
asam rendah (makanan kaleng)
• produk pangan asam (yogurt dan
salad dressing)
• produk pangan kemas vakum dan
modifikasi atmosfir (slice meat,
sosis, smoked fish)
• minuman beralkohol.
Daging mengandung zat gizi yang
tinggi
• protein 18%
• lemak 3,5%
• nitrogen 3,3%
• air 75%
• karbohidrat berupa glikogen dalam
jumlah sedikit
Sifat mudah rusak (perishable)
karena mikroba dapat tumbuh dan
berkembang biak di dalamnya.
• Komersial bakteriosin:
• Nisin
• pediocin PA-1/ACH
• lacticin 3147
• enterocin A5-48.
• In situ
– diekstraksi dari sel
penghasilnya (bakteri)
melalui proses
propagasi dalam media
• Hurdle Concept
• Bakteriosin yang diaplikasikan
dengan senyawa fenol
• meningkatkan kekuatan
mengawetkannya
• mengurangi konsentrasi
pemakaiannya
• Bakteriosin (nisin), dikombinasikan
penggunaannya dengan garam
NaCl, & metode pengawetan
pangan secara fisik
• Ek situ
• ditambahkan dalam
bahan pangan dalam
bentuk konsentrat
sebagai bahan
KELEBIHAN
dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen. tidak merubah rasa dan teksturbakteriosin tidak membahayakan alat pencernaan dan mikroflora usus Tahan terhadap suhu yang cukup
luas
mempunyai stabilitas penyimpanan yang lebih baik
Tidak toksik
mudah
terdegradasi oleh enzim proteolitik
Inaktivasi mikroorganisme dengan memaparkannya pada
tekanan sangat tinggi (500-1000 MPa) yang merusak
struktur fisis dan biokimia mikroorganisme.
Menggunakan fluida yang
dikompresi (cairan transmisi
tekanan) yang mengelilingi produk
Makanan dalam kemasan dimasukkan ke dalam
pressure
chamber
Media transmisi tekanan, biasanya air, dipompa ke
chamber
Sterilisasi makanan pada tekanan 500-1000 Mpa pada suhu < 45
oC
selama
residence time
yang ditentukan
Tekanan diturunkan dan kemasan makanan dikeluarkan dari
chamber
Kelebihan
Waktu proses singkat
Perubahan fisis dan kimia pada makanan sedikit
Kesegaran, rasa, tekstur, penampilan, warna, serta kandungan makanan terjaga
Mengembangkan kemasan agar tahan terhadap perubahan volume hingga
15%
Dapat digunakan untuk memproses bahan makanan
mentah
Kelemahan
Capital cost tinggi
Konstruksi, kontrol, dan maintenance rumit
Ultrasound adalah salah satu dari proses nonthermal yang telah terus menerus disarankan untuk pengawetan makanan. Selama pengolahan nonthermal, suhu makanan diadakan di bawah suhu yang biasanya digunakan dalam pengolahan termal; Oleh karena itu, minimal degradasi kualitas makanan diharapkan.
Penggunaan gelombang ultasonik yaitu gelombang bunyi yang frekuensinya sangat tinggi sekitar 20 kHz yang digunakan untuk inaktivasi mikroorganisme dan enzim.
Namun, resistensi yang tinggi dari enzim tertentu dan spora bakteri untuk penanganan USG membatasi penerapannya. Untuk meningkatkan lethality nya, USG dapat dikombinasikan dengan tekanan, suhu atau dengan keduanya secara bersamaan.
Frekuensi yang digunakan bergantung mikroorganismenya karena setiap mikroorganisme memiliki karakteristik yang berbeda
• Kontak dengan gelombang ultrasonik
Bahan
pangan
• Fenomena kavitasi yang disebabkan perbedaan tekananmenimbulkan
• kerusakan dinding sel, gangguan dan penipisan membran sel, dan kerusakan DNA melalui produksi radikal bebasefek
• amplitudo gelombang ultrasonik, • waktu pemaparan / kontak,
• volume makanan yang diproses,
• komposisi makanan dan kondisi pengobatan. • Jenis mikroorganisme
Efektivitas inaktivasi mikroba dan enzim dengan metode ini tergantung pada
Ketika amplitudo yang digunakan tinggi, sehingga tingkat inaktivasi lebih tinggi dan bisa menyebabkan peningkatan jumlah gelembung menjalani kavitasi per unit waktu atau peningkatan volume cairan di mana kavitasi dapat terjadi.
Sebagian besar aplikasi ultasound melibatkan penggunaannya dalam kombinasi dengan
metode pengawetan lainnya
Penerapannya dalam industri makanan tidak cukup umum. Sehingga studi masa depan
harus difokuskan pada peningkatan dan standarisasi proses treatment.
teknologi USG secara rutin digunakan oleh industri daging sapi untuk: benih
mengevaluasi [Wilson 1992], mengidentifikasi tanggal untuk menyembelih sapi [Hamlin et
al. 1995], memprediksi kualitas, palatabilitas, dan mengurangi-kemampuan dalam bangkai
[Houghton dan Turlington 1992].
KELEBIHAN
KEKURANGAN
Untuk
meningkatkan
efektivitas
inaktivasi
mikroorganisme
dan
enzim
maka,
perlu
dikombinasikan dengan tekanan,
suhu
atau
dengan
keduanya
secara bersamaan.
meminimalkan kerugian rasa
meningkatkan
homogenitas hemat energi
produktivitas yang tinggi
meningkatkan kualitas
mengurangi bahan kimia dan bahaya
fisik
ramah lingkungan
Telah terbukti tidak ada efek buruk pada kesehatan
Merupakan inovasi pengawetan
non-termal pada makanan, yg merupakan
bagian proses dari sterilisasi dan
purifikasi dengan menggunakan light
pulses dengan intensitas tinggi dalam
waktu singkat.
digunakan untuk inaktifasi cepat
mikroorganisme pada permukaan
makanan, peralatan, dan makanan
dalam kemasan
Penggunaan lampu flash inert-gas menghasilkan intens dan pulsa pendek dari ultraviolet (UV) light.
Pulse light dioperasikan pada
panjang gelombang180-1100 nm, termasuk UV, sinar tampak dan IR.
UV pada pulse light menyerang langsung pada DNA sel mikroba.
High power, high voltage, low DC, Pulsed electric current, dilewatkan melalui lampu flash inert untuk memperoleh pulsed light
bertekanan tinggi.
High intensity light pulse dapat
menginaktif mikroorganisme dalam waktu singkat pada makanan bergantung pada
dosis yg digunakan.
2 efek pada inaktivasi mikroba : photochemical dan phototermal. Efek phototermal terjadi saat penyerapan
energi dari absorbsi pulse light pada permukaan makanan.
Jenis Mikroba
Interaksi
antara cahaya
dan mikroba
Jarak dari
sumber
cahaya
Desain pulse
light sistem
FAKTOR PADA INAKTIVASI MIKROBA
Karena sifat tak tembus cahaya pada makanan, metode pulsed light terbatas hanya untuk disinfektan permukaan beberapa buah dan sayuran segar.
( Dunn et al., 1995 ).Dalam 1988 eksperimentasi, ekstensif dilakukan oleh Pure Pulse Technologies Inc memberikan proses yang disebut Pulsed Light
PureBright® untuk mensterilkan obat-obatan, peralatan medis, kemasan, dan air. PL melibatkan penggunaan pulsa intens durasi pendek dan spektrum yang luas untuk menjamin inaktivasi mikroba pada Makanan Bioproses Technol (2010
Makanan dilewatkan pada ruang
diantara silinder dalam dan silinder luar.
Silinder dalam mengandung lampu flash yg berfungsi untuk dekontaminasi.
Permukaan silinder luar dibuat dari materi yg sangat reflektif sehingga memaksimalkan cahaya melewati makanan.
PADA JUS BUAH
DEKONTAMINASI PERMUKAAN
TELUR
Telur atau
produk
berbasis telur
biasanya
sering
terjangkit
virus
Salmonela
Aplikasi
pulsed light
pada telur
menggunakan
cahaya pada
2,1 J/cm
2dan
10,5 J/cm
2Kelebihan
• Dapat dilakukan
dengan waktu singkat
• Efisien untuk
dekontaminasi pada
permukaan makanan
• Tidak ada efek termal
• Tidak mengurangin nilai
gizi dan nutrisi
makanan
Kekurangan
• Aplikasi terbatas pada
permukaan makanan
• Teknologi masih baru,
perlu dilakukan
pengembangan untuk
industri besar
Mengolah bahan pangan berdasarkan aplikasi efek osilasi
elektromagnetik terhadap pertumbuhan dan reproduksi
mikroorganisme.
Akibat getaran medan magnet yang dihasilkan adalah kerusakan
molekul DNA, mempengaruhi arah migrasi sehingga
Komponen penghasil OMF:
• Kumparan superkonduktor
• Kumparan yang
menghasilkan medan DC
• Kumparan energi dalam
kapasitor
Makanan dalam segel kantong plastik
Proses dilakukan pada tekanan atmosfer dan suhu sedang Intensitas OMF 5-50 T, frekuensi 5-500 kHz
Kondisi operasi:
• Pulse = 1-100 pulse
• Frekuensi = 5-500 kHz
• Suhu = 0-50
oC
• Waktu = 25-100 ms
Kelebihan
Tidak merubah rasa, aroma, dan warna produk
Nutrisi tetap terjaga
Kualitasnya lebih bergizi aman dan segar
Capital cost relatif murah
Kelemahan
Dapat menyebabkan resistensi pada jamur dalam makanan
Konstruksi, kontrol, dan maintenance rumit
Proses untuk mengurangi atau menghancurkan perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan makanan menjadi rusak atau tidak layak.
Bersifat proaktif dan sebagai alat pencegahan untuk memperpanjang usia (shelf-life) makanan
Sebagai Critical Control Point (CCP) pada suatu proses pangan. Meningkatkan keamanan dan karakteristik makanan untuk waktu lebih lama.
Berguna untuk meminimalisasi risiko kerusakan makanan, bukan untuk menghilangkan.
Parameter
Temperatur Tinggi atau rendah (ºC) Aktivitas air Sifat koligatif (aw)
Derajat keasaman pH Potensi redoks Eh
Pengawet Sorbat, nitrit, sulfat Mikro-organisme
kompetitif
e.g Bakteri asam laktat
H U R D L E E F F E C T
Nilai kritis dari suatu parameter
BERUBAH
jika terjadi penambahan faktor pengawetan
pada makanan.
Perbedaan penambahan faktor bisa
memberikan efek pengawetan tambahan
atau bekerja sinergis
Nomor 1, 6 hurdle: temperature tinggi selama proses (F), temperature rendah saat
penyimpanan (t), aktivitas air (aw), keasaman (pH), potensi redoks (Eh), pengawet (pres.) Memiliki intensitas yang sama.
Nomor 2, Hurdle utama: aw dan pengawet, sisanya tidak terlalu signifikan tapi cukup untuk menahan mikroorganisme.
Nomor 5, makanan kaya akan nutrisi dan
vitamin yang bisa menyebabkan pertubmuhan mikroorganisme (efek trampoline), hurdle harus ditingkatkan.
• pengemasan antiseptik, energi elektromagnetis
(microwave
)
,
temperature tinggi (pasteurisasi, sterlisasi),
radiasi ion, temperature rendah (pembekuan), dsb.
Fisis:
• pH rendah, potensi redoks rendah, aktivitas air rendah,
garam, dsb.
Psikokimia:
• antibiotik
Mikrobial:
Tipe
hurdle
yang digunakan sebagai
pengawet makanan
Makanan yang paling stabil
memiliki kombinasi lebih dari satu hurdle.
Contoh: Perlakuan panas, curing, penyimpanan bersuhu rendah, dan penambahan pengawet.
KELEBIHAN
Menghilangkan kemungkinan mikroorganisme
menjadi resisten terhadap pengawet biasa
(e.g paraben). Resistansi menyebabkan
efektivitas pengawetan berkurang, dibutuhkan
pengawet lebih kuat.
Bisa mengkombinasi pengawet alami dan
natural. Makanan lebih sehat.
KEKURANGAN
• Kualitas tidak selalu pasti
(tidak statis)
Non-termal plasma (NTP) adalah
elektrik materi energi, yang terdiri
dari spesies yang sangat reaktif
termasuk molekul gas, partikel
bermuatan
dalam
bentuk
ion
positif, ion negatif, radikal bebas,
elektron
dan
kuanta
radiasi
elektromagnetik (foton) di dekat
suhu kamar.
Gas yang
terionisasi
• Sudah kehilangan elektron-elektronnyaElektron dan
nukleus
(proton dan
neutron)
tidak bersatu
membentuk
molekul.
Memiliki
banyak
elektron
bebas
• Sehingga menjadi konduktor yang baikWujud zat
keempat
selain padat,
cair, dan gas
reactive spices dalam plasma telah menyebabkan efek oksidatif pada permukaan luar sel mikroba.
Interaksi agen plasma dengan materi biologis berkontribusi dalam lethal action.
Plasma treatment dapat secara efektif menonaktifkan berbagai mikroorganisme termasuk spora [6-8] dan virus [9]. Pengaruh plasma pada mikroorganisme yang berbeda dapat benar-benar selektif, artinya dapat merusak mikroorganisme patogen tanpa merusak host
Sebuah beragam sistem plasma dingin yang beroperasi pada tekanan atmosfer atau tekanan rendah ruang
• Kontak dengan non-thermal plasma (misal plasma dari oksigen)
Bahan
pangan
• Menembus ke dalam makananreaksi
• efek oksidatif pada permukaan luar sel mikroba
menimbulkan
• lethal action • menonaktifkan berbagai mikroorganismeefek
Karakteristik plasma
• voltage
• Tekanan gas
• Komposisi gas
• Kandungan air dalam gas
• Jarak mikroorganisme dari discharge glow
Jenis mikroorganisme
• Gram positive
• Gram negative
• Spores
• Dan lain
Jenis makanan
NTP telah diterapkan di industri
makanan termasuk dekontaminasi
produk
baku
pertanian
(apple
Golden Delicious, selada, almond,
mangga, dan melon), permukaan
telur dan sistem real food (cooked
meat, keju).
Metode
ini
belum
dieksplorasi
lebih
lanjut
mengenai
dampak
treatment
plasma
dingin
pada
kualitas
sensorik
dan
gizi
Aplikasi denyut pendek pada
tegangan tinggi
(20-80 kV/cm) pada
suhu kamar hanya dalam
waktu yang
singkat
(dalam kisaran nano atau
mikrodetik). (Andriawan, 2015)
Besar penurunan
mikroorganisme berbanding
lurus dengan besar tegangan,
jumlah pulsa dan waktu
pasteurisasi (Barbosa et al.,
1997).
Metode pengawetan
makanan cair
3 faktor utama yang mempengaruhi inaktivasi mikroba
•
aplikasi tegangan listrik
– bentuk aliran
gelombang PEF
– kekuatan medan listrik
– waktu perawatan alat
•
Semakin tinggi PEF,
semakin tinggi
inaktivasi yang dicapai.
• Secara umum, inaktivasi
mikroba meningkat seiring
dengan meningkatnya
tegangan.
•
jenis mikroorganismenya
• ukuran sel
• fase pertumbuhan
• jumlah mikroba
•
Spora sel mikroba dalam
jumlah banyak akan
membuat inaktivasi lebih
lama.
• Sel mikroba pada fase
eksponensial lebih sensitif
terhadap perlakuan PEF.
• suspensi medium
• Suhu, pH
• kekuatan ion
• Konduktivitas
• komposisi
medium
Bahan pangan
diletakkan di antara
2 elektroda
Tegangan listrik
yang tinggi merusak
membran sel bakteri
Amplitudo pada
dinding sel bakteri
berubah.
Akibatnya,
permeabilitas
membran sel diubah
Jus
Susu
KELEBIHAN
KEKURANGAN
• Mampu mempertahankan
nutrisi dan vitamin dalam
produk
• Organoleptik makanan tetap
terjaga
• Lebih efektif mematikan
mikroba
• Spora kurang sensitif
terhadap PEF (Spora mikroba
masih kebal)
• Upscalling peralatan PEF
masih dalam pengembangan
• Metode ini lebih spesifik
bekerja untuk produk
makanan dalam bentuk cair
• Efisiensinya tergantung pada
• Leistner, L. 2012. Hurdle Technology. EOLSS Vol. III. • Azizah, N. (2015). IRADIASI. Makassar.
• N. N. Misra, B. K. Tiwari, K. S. M. S. Raghavarao and P. J. Cullen. 2011. Nonthermal Plasma Inactivation of Food-Borne Pathogens. Food Engineering Reviews, Volume 3, Numbers 3-4 (2011), 159-170. doi:10.1016/j.jhazmat.2015.07.061
• Songul, & Soysal. (2013). Use of Ultrasound in Food Preservation. Natural Science, 5-13. • Zeki, B. (2009). Food Processing Engineering and Technology. USA: Elsevier.
• Yikmis, Seydi. 2016. New Approaches in Non-thermal Proesses in Food Industry. Instabul, Turki: International Journal of Nutrition and Food Sciences
• Butz. P & Tauscher. B. 2001. Emerging technologies: chemical aspects. Germany: Elsevier.
• Barbosa-Canovas, PhD, E., Pothakamury, UR dan Swanson, BG. 1997. Application of light pulses in the sterilization of foods and packaging materials. Penerapan pulsa cahaya dalam sterilisasi makanan dan bahan kemasan. Nonthermal Preservation of Foods. Nonthermal
Pengawetan Makanan. Marcel Dekker. New York.
• Dunn, J., Clark, RW, Asmus, JF, Pearlman, JS, Boyer, K., Pairchaud, F. dan Hofmann, GA. 1991.Methods for preservation of foodstuffs. Metode pengawetan makanan. Maxwell Laboratories, Inc. US Patent 5.034.235.
• Dunn, JE, Ott, TM, Clark, RW. 1996 Perpanjangan masa hidup dalam produk polong tahan lama. US Patent 5489442
• Higgins, S. E., A. D. Wolfenden, L. R. Bielke, C. M. Pixley, A. Torres-Rodriguez, J. L. Vicente, D.Bosseau, N. Neighbor, B. M. Hargis, and G. Tellez. 2005. Application of ionized reactive oxygenspecies for disinfection of carcasses, table eggs, and fertile eggs. J. Appl. Poult.
• Krishnamurthy K., J. C. Tewari, J. Irudayaraj, and A. Demirci. 2007. Microscopic and spectroscopic evaluation of inactivation of Staphylococcus aureus by pulsed UV-light and infrared heating. Food Bioprocess Technol. (Available online). DOI 10.1007/s11947-008-0084-8.
• Suhardjo, Clara M.K, 1992, Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, Kanisius, Yogyakarta
• Winarno F.G, 1984,Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
• Cooperhouse, Lou. 2008. Innovation in Prepared Foods: Trends, Technologies and Tactics for Optimizing Your Success. CSP Foodservice at Retail Expo.