• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOHABITASI ANTARA WALABI LINCAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOHABITASI ANTARA WALABI LINCAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EKOLOGI KUANTITATIF

KOHABITASI ANTARA WALABI LINCAH (Macropus agilis papuanus Peters and Doria, 1875) DAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis de Blainville, 1822) DI SAVANA CAMPURAN UDIUDI

SPTN III TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA

Disusun oleh : RIZKI KURNIA TOHIR

E34120028

Dosen :

Dr Ir Agus Priyono Kartono, M.Si

KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Walabi lincah (Macropus agilis) adalah salah satu satwa endemik dan spesies flagship yang hidup di daerah savana TN Wasur, termasuk dalam marsupilia (mamalia berkantung). Saat ini walabi lincah termasuk dalam satwa dilindungi. Di TN Wasur juga terdapat rusa timor (Cervus timorensis timorensis de Blainville) yang merupakan hasil introduksi dari Jawa pada tahun 1913 dan tahun 1920 (Harjosentono, et al.,1978 dalam Ishak, 1920). Namun menurut Pangkali (2005) Rusa Merauke dibawa masuk dari Timor oleh penyebar agama tahun 1928 sehingga disebut rusa timor. Kedua spesies tersebut memiliki habitat yang sama yaitu daerah savana (BTNW,1999). Baik walabi lincah maupun rusa timor menggunakan savana sebagai tempat untuk beraktivitas, mencari makan dan berlindung.

Menurut BTNW (1999), keberadaan rusa menjadi pesaing bagi spesies endemik yaitu walabi dalam mendapatkan pakan rumput dan ini mengancam keberadaan spesies endemik tersebut, peryataan ini sesuai dengan Semiadi (2006) bahwa pelepasan rusa timor di TN Wasur (Papua) yang dilakukan tahun 1928-an telah berkembang sangat pesat dan saat ini diyakini telah menjadi hama bagi keselarasan ekologi setempat. Namun belum ada penelitian mengenai hubungan diantara kedua jenis spesies tersebut, karena itu penelitian ini sangat menarik dan diperlukan untuk mengetahui kohabitasi (pemanfaatan habitat bersama) antara satwa endemik yaitu walabi lincah dan satwa introduksi yaitu rusa timor .

Tujuan

Tujuan dilakukan kajian ini adalah untuk mengetahui

1. Mengetahui kohabitasi antara kedua jenis spesies yaitu walabi lincah dan rusa timor

2. Mengetahui pola penggunaan ruang dan pakan dari kedua jenis spesies tersebut

METODE

Waktu dan Lokasi

Waktu pembuatan makalah selama 1 minggu yang berlokasi di Kampus IPB Dramaga Bogor.

Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah laptop, alat tulis, dan kumpulan jurnal dan karya ilmiah

(3)

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah adalah dengan studi literatur dari jurnal, dan kumpulan karya ilmiah yang berkaitan dengan topik afinitas spesies atau niche overlap.

Analisis Data

Analisis Relung Ekologi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Saragih (2008) penghitungan relung ekologi berdasarkan Smith (1972) diacu dalam Krebs (1978) menawarkan pengukuran relung ekologi dengan memasukkan keberadaan sumberdaya dalam penghitungannya, yaitu :

FT = _ (_ pj aj)

dimana; pj : proporsi sumberdaya yang digunakan individu yang dijumpai aj : proporsi sumberdaya-j terhadap total sumberdaya.

Untuk sampel yang besar, sekitar 95 % interval kepercayaan untuk FT dapat diperoleh dengan menggunakan arcsine transformation sebagai berikut :

Di bawah selang kepercayaan 95 % = sin [ x – (1.96 / 2_y) ] Di atas selang kepercayaan 95 % = sin [ x + (1.96 / 2_y) dimana; x : Arcsin (FT)

y : jumlah total individu yang dipelajari = _ Nj dan argumen dari fungsi trigonometrik ini dalam radian

Pengukuran relung berdasarkan metode Smith bervariasi dari 0 sampai 1 dan sudah merupakan pengukuran standarisasi. Metode ini mudah dipelajari karena mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya. Namun, pengukuran dengan metode ini kurang sensitif terhadap pemilihan sumberdaya langka.

Analisis Tumpang Tindih Relung Ekologi (Niche Overlap)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Saragih (2008) penghitungan tumpang tindih relung ekologi pertama kali dikemukakan oleh Mac Arthur dan Levins (1976) diacu dalam Krebs (1978) :

.

dimana; pim : proporsi sumberdaya i terhadap total sumberdaya yang digunakan oleh spesies m (Macropus agilis)

pic : proporsi sumberdaya i terhadap total sumberdaya yang digunakan oleh spesies c ( Cervus timorensis).

(4)

Penghitungan tumpang tindih dengan rumus ini diasumsikan tidak simetris antara spesies m dan spesies c yang mengestimasi luas relung dari spesies c yang tumpang tindih terhadap spesies m. Jika spesies m terspesialisasi pada sub kumpulan pakan yang dimakan oleh sebagian besar spesies c, selanjutnya dari sudut pandang spesies m tumpang tindih terjadi secara total tetapi sudut pandang spesies c overlapping hanya sebagian. Namun, sebagian besar ahli ekologi menyetujui bahwa penghitungan tumpang tindih tidak dapat digunakan sebagai koefisien kompetisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Habitat

Menurut BTNW (1999), penyebaran walabi lincah di TN Wasur Merauke berasosiasi pada ekosistem savana yang luas dan berhubungan dengan sumbersumber air atau daerah tangkapan air hujan berupa rawa-rawa permanen yang merupakan sumber air minum bagi satwa pada musim kemarau. Beberapa tempatyang menjadi konsentrasi populasi walabi lincah antara lain savana Kankania, savana Ukra, savana Mblatar dan savana Maar (membentang sepanjang wilayah Republik Indonesia–Papua Nugini). Whitten et al. (1996) diacu dalam Semiadi (2006) menyatakan di daerah yang sering terkena kebakaran akan dijumpai banyak rusa timor untuk merumput tanaman muda dan menjilati abu sisa pembakaran sebagai sumber mineral. Rusa timor dapat dijumpai dengan mudah di hutan terbuka hingga ketinggian 2600 mdpl. Penyebaran rusa di kawasan TN Wasur terdapat di daerah hutan jarang, hutan riparian, savana, padang rumput dan padang rumput rawa dengan kerapatan populasi terbesar di kawasan padang rumput sebelah tenggara (BTNW, 1999).

Relung Ekologi (Ecological Niche)

Menurut Wirakusumah (2003) relung adalah ruang tempat populasi dalam struktur komunitas yang tidak bermakna sama sekali jika komunitas itu tidak ada sedangkan menurut Djamal (2003) relung merupakan cara hidup mahkluk hidup dalam habitatnya. Hutchinson (1957) diacu dalam Odum (1993) juga mengemukakan istilah relung dasar (fundamental niche) yang merupakan relung ekologi maksimal suatu organisme dalam keadaan tak berkompetisi dengan sesamanya serta istilah relung nyata (realized niche) sebagai relung hypervolume organisme dalam keadaan berkompetisi.

Relung ekologi walabi lincah dan rusa timor diukur berdasarkan sumberdaya pakan yang dimanfaatkan karena pengukuran luas relung ekologi dengan menggunakan sumberdaya pakan merupakan cara yang paling sederhana. Pakan merupakan kebutuhan mutlak bagi mahkluk hidup. Pengamatan terhadap jenis

(5)

pakan yang dimakan oleh Walabi lincah dan rusa timor dilihat secara langsung dan tidak langsung melalui bekas renggutan. Dari hasil pengamatan secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan bekas-bekas renggutan walabi lincah dan rusa timor yang ditemukan umumnya bagian tumbuhan yang dimakan adalah pucuk daun (bagian yang muda), namun ditemukan juga bekas renggutan walabi lincah pada akar rumput peya (Sporobolus diander) dari akar maka kebutuhan mineral walabi lincah dapat terpenuhi, hal ini umumnya dilakukan walabi lincah saat musim hujan, hal ini sependapat dengan Merchant (1983) bahwa walabi adalah pemakan rumput (Grazer) namun spesies ini dapat juga memakan akar rumput. Di musim kemarau, kebutuhan mineral (kegiatan mengasin) dari walabi lincah di dapat dari abu bakaran, karena pada musim kemarau masyarakat di dalam taman nasional wasur akan membakar savana, selain untuk mempermudah dalam berburu, ini juga berdampak positif dalam pengelolaan habitat padang rumput (savana).

Perhitungan relung ekologi (pada lampiran 2), walabi menghasilkan nilai FT = 0,666 pada taraf nyata (selang kepercayaan 95%), batas bawah dan batas atas nilai adalah 0,392 _ FT _ 0,870. Sedangkan untuk rusa nilai FT = 0,333 pada taraf nyata (selang kepercayaan 95%), batas bawah dan batas atas nilai adalah 0,013 _ FT _ 0,618 Nilai FT merupakan pengukuran relung ekolgi menurut Smith yang bervariasi dari nol sampai satu dan merupakan pengukuran yang sudah distandarisasi. Hasil perhitungan luas relung ekologi menunjukkan bahwa walabi lincah menempati relung ekologi yang lebih luas (FT = 0,666) dibandingkan rusa (FT = 0,333). Relung ekologi yang lebih sempit pada rusa menunjukkan rusa lebih terspesialisasi dibandingkan walabi, ini berarti rusa mempunyai kemungkinan yang lebih besar terancam akibat adanya perubahan lingkungan.

Tumpang Tindih Relung Ekologi (Niche Overlap)

Putman (1984) menyatakan bahwa pemisahan niche merupakan pemisahan atau perbedaan peranan berbagai organisme dalam komunitasnya. Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi, parasitime, dan simbiosis haruslah ada tumpang tindih dalam niche (Mcnaughton dan Wolf, 1990) Tumpang tindih relung dapat dipandang sebagai masalah pembagian sumberdaya diantara beberapa spesies. Tumpang tindih relung berarti ada beberapa derajat kesamaan kebutuhan hidup di antara spesies. Tumpang tindih yang rendah merupakan indikasi pembagian sumberdaya yang efisien (Shugart et al. diacu dalam Basuni, 1988).

Menurut Hulbert (1978) diacu dalam Krebs (1978), salah satu cara untuk mengetahui struktur komunitas yaitu dengan mengukur tumpang tindih penggunaan sumberdaya pada spesies yang berbeda. Umumnya pengukuran sumberdaya dalam penghitungan tumpang tindih dilakukan dengan menggunakan pakan dan ruang (atau mikrohabitat). Nilson (1969) diacu dalam Rahayuni (2007) menyebutkan bahwa tumpang tindih relung organisme dalam memakan makanan dapat terjadi.

(6)

Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa tumpang tindih relung ekologi dapat terjadi apabila sumberdaya (makanan) dalam keadaan melimpah, namun bila sumberdaya mengalami keterbatasan maka spesies tersebut akan keluar dari zona overlap dan pemisahan niche kembali terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut mempunyai tipe ataupun sifat karakter makanan khusus yang dikenal dengan food refuge.

Hasil penelitian Saragih (2008) menunjukkan adanya tumpang tindih relung ekologi antara walabi lincah dan rusa timor dalam hal penggunaan ruang dan pakan sebagaimana dapat dilhat pada Tabel 1

Tabel 1 Komponen Relung antara Walabi lincah dan Rusa Timor (Saragih 2008).

Jenis-jenis pakan yang menjadi pakan walabi dan rusa merupakan jenis rerumputan, hal ini dikarenakan kedua spesies ini merupakan jenis satwa pemamah biak (ruminansia). Merchant (1998) diacu dalam Suprajitno (2007) mengatakan sistem pencernaan makanan pada walabi lincah menunjukkan persamaan dengan hewan pemamah biak lainnya. Memiliki lambung besar berbentuk kantong seperti pemamah biak, yang terbagi menjadi empat bilik. Bagian terdepan mengandung protozoa dan organisme bersel satu lainnya, yang mencerna serta merubah selulosa menjadi suatu zat yang dapat digunakan sebagai makanan untuk walabi, sehingga satwa ini dapat bertahan hidup pada musim kemarau yang panjang. Walabi lincah tidak memamah biak tetapi makanan terkadang oleh esofagus dikembalikan ke mulut lalu tanpa memamah lebih lanjut menelannya kembali. Rusa termasuk satwa ruminansia dari bangsa artiodactyla, mempunyai 4 lambung yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum (Semiadi 2006).

Dari 6 jenis tumbuhan bawah hasil analisis vegetasi pada savana, 5 jenis merupakan pakan walabi dan rusa yaitu Wang (Rhynchelytrum repens), Peya

(7)

(Sporobolus diander), Paku-pakuan (Centipeda minima), Cyperus brevifolius. Selain itu Ngourong mbreng (Melastoma polyanthus) juga diketahui sebagai jenis pakan rusa. Di daerah ekoton tumpang tindih dalam jenis pakan juga terjadi antara walabi lincah dan rusa timor. Ditemukan ada 8 jenis pakan yang dikonsumsi oleh walabi lincah dan rusa timor. Untuk jenis kororow (Cyperus pygmaeus) hanya menjadi pakan walabi lincah sedangkan Ngourong mbreng (Melastoma polyanthum) hanya menjadi pakan rusa timor. Jenis pakan yang ada di savana sama dengan jenis pakan yang ditemukan di daerah ekoton bahkan di daerah ekoton ditemukan lebih banyak jenis pakan unrtuk walabi dan rusa. Dominansi dari jenis Peya (Sporobolus diander) dan Wang (Rhynchelytrum repens) di savana dan ekoton menunjukkan ketersediaan pakan bagi walabi dan rusa.

Daerah tumpang tindih antara walabi lincah dan rusa timor terletak pada savana campuran dan ekoton. Daerah tumpang tindih antara walabi lincah dan rusa kemudian di kelompokkan dalam 3 daerah yaitu savana, savana yang berbatasan dengan ekoton dan daerah ekoton. Sebagian besar tumpang tindih ruang terjadi di savana campuran yang berbatasan dengan ekoton dan daerah ekoton. Pada tabel 1 diketahui bahwa di savana ditemukan walabi pada pagi dan sore hari sedangkan rusa hanya ditemukan saat sore. Di savana yang berbatasan dengan ekoton ditemukan walabi lincah pada pagi, sore dan malam hari; rusa timor ditemukan pada sore dan malam hari. Saat pengamatan pada sore hari, di jalur ini pengamat menemukan kotoran walabi dan kemudian terdengar suara rusa jantan yang sangat keras, kemudian menemukan jejak rusa. Ditemukan juga sore hari ditemukan renggutan rusa saat pengamatan sore hari dan pada plot yang sama malam hari terlihat bahwa ada walabi yang juga makan di daerah tersebut, serta 3 ekor rusa yang berlari saat terlihat pada lokasi yang tidak berjauhan dari plot tersebut. Hal ini membuktikan adanya kohabitasi pada walabi dan rusa. Daerah ekoton ditemukan pada pagi, siang dan sore hari, sedangkan rusa hanya pada sore. Di ekoton ditemukan renggutan walabi dan rusa pada lokasi yang berdekatan namun jika diperhatikan bahwa renggutan rusa sudah berumur lebih lama dibandingkan renggutan walabi karena ujung dari renggutan sudah mula coklat. Daerah tumpang tindih dapat dilihat dari hasil pengamatan dimana jika ada perjumpaan dengan kedua spesies tersebut akan diambil titik posisinya dengan menggunakan GPS dan dianalisis dengan perangkat lunak Arc View 3.2.

Perhitungan tumpang tindih relung ekologi dilakukan menurut perhitungan Mac Arthur dan Levin yang melibatkan dua parameter, yaitu proporsi sumberdaya –i terhadap total sumberdaya yang dimanfaatkan walabi (Pim) dan proporsi sumberdaya-i terhadap total sumberdaya yang dimanfaatkan rusa (Pic). Pengukuran tumpang tindih menurut perhitungan Mac Arthur dan Levin digunakan karena dapat melihat nilai tumpang tindih pada masing-masing jenis, misalnya nilai tumpang tindih relung walabi kepada rusa (Mmc) akan berbeda dengan nilai tumpang tindih relung rusa kepada walabi (Mcm). Besarnya nilai tumpang tindih relung ekologi walabi adalah 0,99 dan nilai tumpang tindih relung ekologi rusa 1,00 (Lampiran 2),

(8)

yang berarti bahwa relung ekologi walabi tumpang tindih sebesar 99% pada relung ekologi rusa timor sebaliknya relung ekologi rusa timor tumpang tindih sebesar 100% pada relung ekologi walabi.

Hasil analisis menunjukkan tumpang tindih relung yang sangat tinggi antara walabi dan rusa dalam hal proporsi sumberdaya yang digunakan yaitu pakan. Adanya spesies yang tetap bertahan walaupun terjadi tumpang tindih relung yang sempurna mengindikasikan bahwa kedua spesies itu mempunyai relung yang identik, dimana beberapa sumberdaya digunakan bersama dan sumberdaya yang lain digunakan sendiri-sendiri. Demikian halnya dengan walabi lincah dan rusa timor, diasumsikan ada perbedaan relung dari walabi lincah dan rusa timor agar kedua spesies ini tetap dapat bertahan hidup dengan menggunakan habitat yang sama (kohabitasi). Pianka (1983) dalam Basuni (1988) menyebutkan bahwa di alam sering terjadi tumpang tindih relung pada beberapa spesies, namun tidak terjadi kompetisi atau persaingan. Pada relung yang tumpang tindih belum tentu terjadi persaingan, persaingan hanya terjadi jika sumberdaya terbatas diantara spesies tersebut jika dilihat dari aspek sumberdaya pakan yang melimpah antara walabi dan rusa hanya terjadi kohabitasi.

KESIMPULAN

Walabi lincah paling sering melakukan aktivitas di daerah ekoton (kelompok 1) 44,44% sedangkan rusa paling sering terlihat pada daerah savana yang berbatasan dengan ekoton (kelompok 2) 66,67%.

1. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa walabi lincah dan rusa timor mempunyai tipe pola sebaran penggunaan habitat yang sama yaitu menyebar secara berkelompok.

2. Relung ekologi yang dihitung berdasarkan pakan, walabi lincah menempati relung ekologi yang lebih luas (FT = 0,666) dibandingkan rusa (FT = 0,333), hal ini berarti rusa timor lebih terspesialisasi dibandingkan walabi lincah. 3. Hasil penelitian menunjukkan adanya tumpang tindih relung ekologi antara

walabi lincah dan rusa timor dalam hal penggunaan ruang dan pakan Daerah tumpang tindih antara walabi lincah dan rusa timor terletak pada savana campuran dan ekoton. Hasil analisis menunjukkan tumpang tindih relung yang sangat tinggi antara walabi dan rusa dalam hal proporsi sumberdaya yang digunakan yaitu pakan.

4. Terjadi kohabitasi (penggunaan habitat bersama) antara kanguru lapang (M. agilis) dan rusa timor (C. timorensis) di savana campuran udi-udi yang merupakan savana yang sudah terinvasi oleh Eucalyptus sp.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1993. Pengelolaan Satwaliar. Jilid II. Bogor : Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Sumber Informasi-IPB.

Basuni, S. 1988. Studi Relung Ekologi Tiga Jenis Burung Srangenge (Famili Nectarinidae) Di Hutan Gunung Walat , Sukabumi [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Rahayuni, D.R. 2007. Studi Kohabitasi antara Simakobu (Simias concolor) dan Joja (Presbytis potenziani) di Area Siberut conservation program (SCP), Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat [Skripsi]. Bogor : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Saragih I N. 2008. Kohabitasi antara walabi lincah (Macropus agilis papuanus Peters and Doria, 1875) dan rusa timor (Cervus timorensis De Blainville, 1822) di Savana Campuran Udiudi SPTN III Taman Nasional Wasur, Papua. [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1  Komponen Relung antara Walabi lincah dan Rusa Timor (Saragih 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Indikator menurut Rizkia (2014) bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam; 1) Memahami masalah, yaitu mengetahui maksud dari

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD

Dari hasil analisis uji statistik kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari data indeks gain di atas dapat

Hal diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pramudia (2006) dalam jurnal yang menyatakan bahwa, tujuan dari kegiatan orientasi peserta didik baru antara lain agar

Ada enam contoh sikap yang yang mencerminkan sikap saling menghargai dalam menghargai perbedaan antara dirinya dan orang lain ditemukan dalam novel Surga yang Tak Dirindukan

54 1-DA Universitas Gadjah Mada KRCI Berkaki 3 55 ICON UNISI 09 Universitas Islam Indonesia KRCI Berkaki 3 56 Ra The Det Universitas Islam Sultan Agung KRCI Berkaki 3 57

Pada proses penentuan matriks esensial terdapat tiga solusi untuk metode 6-point yang selanjutnya dilakukan proses konstrain untuk mendapatkan nilai final dari matriks esensial;

Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I dengan cara mengisi form penelitian, deskripsi lingkungan sekitar situs, mendeskripsi seni cadas yang dilihat dari