194 Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas VIa SDN 02 Kota
Bima melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT)
Tahun Pelajaran 2014/2015
Najmah
Sekolah Dasar Negeri 02 Kota Bima ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan mengetahui peningkatan prestasi bejajar siswa pada mata pelajaran PKn pada siswa Kelas VIa di SDN 02 Kota Bima. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan mereflesikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil prestasi belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIa dengan jumlah 23 siswa. Metode yang dilakukan dengan cara observasi dan pemberian tes. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan prestasi belajar siswa kelas VIa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT masih rendah dan dapat di lihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 65 dengan ketuntasan klasikal 65,00%. Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament pada siklus I menunjukan adanya peningkatan dengan nilai rata-rata 68,39 dan nilai ketuntasan klasikal sebesar 65,21%. Sedangkan pada siklus II menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar dengan nilai rata-rata 88,47 dengan presentasi klasikal 95,65%. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIa di SDN 02 Kota Bima.
Kata kunci: Prestasi Belajar, kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) PENDAHULUAN
Pemilihan model pembelajaran yang efektif dan efisien, hendaklah disesuaikan dengan
karakter tiap siswa, sehingga proses
pembelajaran bisa berjalan menyenangkan (joi
full). Kemampuan daya tangkap masing-
masing siswa sangat berbeda terhadap
penyampaian materi yang dilakukan oleh guru terutama dalam mata pelajaran PKn.
Pembelajaran PKn agar bisa
mengembangkan prestasi siswa adalah dengan
cara memperbaiki proses pembelajaran,
diantaranya penggunaan strategi pembelajaran
untuk mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah diluruskan. Tujuan kegiatan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa yang disebut ”mastery learning” atau belajar tuntas. (Winkel, W, S, 1991:6). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam setting kelas siswa belajar lebih banyak dari teman dari pada belajar dari guru, disamping itu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat mendiskusikan dengan temannya. (Lie, 2002:12).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, interaksi antara siswa menjadi penting dalam pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran, penekanan aspek ini dapat diterapkan dengan strategi pembelajaran kooperatif. Disisi lain
menyebutkan pembelajaran kooperatif
mencerminkan pandangan-pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi dalam kelompok kecil, membantu siswa dalam belajar keterampilan sosial yang penting sementara itu secara bersama-sama
mengembangkan sikap demokrasi dan
keterampilan berpikir logis. (Ibrahim,dkk, 2000: 4)
Berdasarkan hasil observasi awal yang di lakukan di SDN 02 Kota Bima pada tanggal 5 Mei 2015 diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata siswa kelas VIa lebih rendah presentase ketuntasan klasikalnya dibandingkan dengan kelas yang lain. Untuk itu peneliti mengambil kelas VIa sehingga perlu diberikan penerapan model pembelajaran kooperatif.
196 Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima Berdasarkan fenomena tersebut, maka
perbedaan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah perlu ditekankan sekecil mungkin supaya tidak menimbulkan efsikologi (tidak percaya diri) bagi siswa. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu membuat terjalinnya kerja sama antara siswa. Model pembelajaran yang membuat kondisi seperti itu adalah salah satunya model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT). Penerapan model
pembelajaran tipe Teams Games Tournament
(TGT) adalah merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk lebih berperan aktif tanpa harus ada perbedaan status, melalui model pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar dengan lebih rileks dan memiliki tanggung jawab dalam bekerja sama, yang pada
akhirnya siswa dapat mengembangkan
pemahaman terhadap materi pembelajaran. TGT merupakan jenis pembelajaran yang
berkaitan dengan Student Teams Achievement
Division (STAD) dalam pembelajaran ini siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang yang mempunyai kemampuan dan latar belakang yang berbeda untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka. Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang direncanakan untuk mengetes
kemampuan yang diperoleh siswa dari
penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok. Permainan itu dinamakan pada meja-meja tournament. Setiap meja tournament dapat diisi oleh wakil-wakil kelompok yang berbeda, namun yang memiliki kemampuan yang setara. (Slavin,2005: 163). Langkah-langkah Pembelajaran Kooperative Tipe Team Games Tournament (TGT). 1)Presentasi di Kelas
Mempresentasekan atau menyajikan
materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dan memberikan motivasi.
2)Tim (Teams)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda setelah guru menginformasikan materi pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok
terjadi dalam diskusi untuk memecahkan
masalah bersama, saling memberikan
jawaban dan saling dan mengoreksi jika ada
anggota kelompok yang salah dalam
menjawab. 3)Permainan (Game)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk
mengetahui apakah semua diberikan
hubungan dengan materi yang telah
didiskusikan dalam kegiatan kelompok. 4)Pertandingan (Tournament)
Tournament adalah sebuah struktur
dimana game berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada tournamen pertama guru menunjuk siswa untuk berada pada meja tournament empat siswa yang berprestasi tinggi sebelumnya berada pada meja 1, empat berikutnya yang berprestasi sedang pada meja 2, dan yang prestasi rendah pada meja 3 dan seterusnya.
5)Penghargaan kelompok (Team Recognition)
Pemberian penghargaan (reward)
berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin.
Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok terhadap tiga tingkat penghargaan:
(1)Kelompok Baik (good team) (2)Kelompok Hebat (great team) (3)Kelompok super (super team) Kelemahan dan kelebihan model (TGT). Kelebihan:
(a)Mengedepankan penerimaan terhadap
perbedaan individu.
(b)Dengan waktu yang sedikit dapat
menguasai materi secara mendalam.
(c)Proses belajar mengajar berlangsung dengan
keaktifan dari siswa.
(d)Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
(e)Motivasi belajar lebih tinggi. (f) Hasil belajar lebih baik. Kelemahan
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi
kurang terbiasa dan sulit memberikan
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 197 mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah
membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. (Suarjana, 2000: 10) Prestasi Belajar
Menurut Djamarah (1994: 7) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas dalam belajar. Sedangkan menurut
Arif, G dalam (Hamdani, 2011: 138)
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Hamdani (2011: 139) Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Berdasarkan pandangan beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa setelah melaksanakan usaha yang maksimal dalam proses pembelajaran.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Faktor Internal
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu
kecedersan (intelegensi), kondisi
jasmania/faktor fisiologis, sikap, minat, bakat, dan motivasi.
1.Kecerdasan (intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu
menunjukkan kecakapan sesuai dengan
tingkat perkembangan sebaya. 2.Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada
umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Faktor
jasmaniah yaitu panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti
mengalami sakit, cacat tubuh atau
perkembangan yang tidak sempurna,
berfungsi kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku.
3.Sikap
Sikap yaitu, suatu kecendrungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tah acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor pengetahuan, kebiasaan, dan
keyakinan. 4.Minat
Minat menurut ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat suatu secara terus menerus. Sehingga dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu.
5.Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
6.Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam perkembangannya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (a) motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasar kesadaran sendiri untuk melakukan
suatu pekerjaan belajar. (b) motivasi
ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri siswa, yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Faktor Eksternal
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Faktor ekstern yang dapat
mempengaruhi belajar adalah keadaan
keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Adanya rasa
aman dalam keluarga penting dalam
keberhasilan orang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
198 Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan ahlak dan pandangan hidup keagamaan.
Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pemelajaran dan kurikulum
Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam
proses pelaksanaan pendidikan. Karena
lingkungan alam sekitar besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil belajar pun menjadi lebih baik ( Bahri, 2012:8 ).
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIa SDN 02 Kota Bima dengan jumlah 25 orang siswa terdiri dari 10 laki- laki dan 15 perempuan.
Instrumen Penelitian
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap pertemuan. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus kegiatan belajar mengajar.
Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil observasi.
Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar Lembar observasi aktifitas siswa dan guru, untuk mengamati aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
Tes
Tes ini disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan di capai. Bentuk soal yang diberikan adalah isian 10 soal uraian.
Penelitian tindakan kelas mengacu pada sistem siklus yang terdiri dari 4 komponen
yaitu perencanaan, tindakan,
observasi/pengamatan dan refleksi dapat
digambarkan sebagai berikut: Prosedur Pengumpulan Data Jenis Data
a.Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu observasi non sistematis yang dilakukan oleh pengamat
dengan tidak menggunakan instrumen
pengamatan dan observasi sistematis yang
dilakukan oleh pengamatan dengan
menggunakan pedoman sebagai pengamatan. b.Dokumentasi peneliti ini mengumpulkan dan
mencermati beberapa dokumen penting seperti data nilai siswa, kehadiran siswa dan data penunjang lain yang dianggap perlu. Cara Pengambilan Data
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan,
inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok
(Suharsimi Arikunto, 2012: 127).
Metode tersebut digunakan untuk freetes
dan postes yaitu melakukan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui kompetensi awal dan kemampuan setelah diberikan pembelajaran.
Tes awal (freetes): tes awal yang diberikan kepada siswa yaitu berupa tes lisan tentang gambaran awal mengenai materi yang akan dipelajari. Tes akhir (postes): tes yang akan diberikan adalah tes tertulis berupa soal-soal essay mengenai materi yang sudah dipelajari. Non Tes
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiono,2003:166). Teknik observasi ini digunakan untuk mendalami tentang fenomena- fenomena faktual yang langsung diamati di lokasi penelitian.
Dalam teknik observasi ini peniliti akan melihat secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam
menggunakan metode pemberian tugas,
kemudian peneliti mengamati proses
pembelajaran tersebut dan mengisi lembar observasi untuk guru dan siswa. Jenis observasi
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 199 yang digunakan adalah Observasi sistematis
yang dilakukan pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Data Tes Hasil Belajar
Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisa dengan mancari ketuntasan belajar dan daya serap, kemudian dianalisa secara kuantitatif.
1)Ketuntasan Individu
Setiap siswa dalam proses pembelajaran dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65. Nilai ketuntasan minimal sebesar 65 dipilih karena sesuai dengan kemampuan individu, hal ini sesuai dengan standar ketuntasan belajar siswa pada SDN 02 Kota Bima.
2)Ketuntasan Klasikal
Data tes hasil belajar proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis ketuntasan hasil belajar secara klasiskal minimal 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas. Dengan rumus ketuntasan belajar klasikal adalah:
% 100 x Z X KK Dimana: KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 keatas
Z = Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika ≥85% siswa memperoleh skor minimal 65 yang akan terlihat paa hasil evaluasi tiap - tiap siklus
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur tindakan kelas (PTK) yang telah ditetapkan sebelumnya dengan diawali pada perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi.
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam 2 (dua) kali kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran PKn. Adapun langkah-langkah pembelajaran tertuang dalam skenario pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan guru yang dicatat pada lembar observasi aktivitas guru.
Berdasarkan analisis data hasil penelitian aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I skor yang diperoleh siswa pada pertemuan I sebesar 2,75 dengan kategori cukup aktif, skor yang diperoleh siswa pada pertemuan II sebesar 2,75
dengan kategori cukup aktif, dan untuk skor yang diperoleh pada pertemuan III sebesar 2,75 dengan kategori cukup aktif dan hasil analisis hasil evaluasi belajar siklus I dengan nilai rata-rata skor diperoleh 68,39 dengan presentase ketuntasan 65,21%, sehingga kegiatan belajar siswa pada siklus I belum dikatakan tuntas karena presentase ketuntasan pada siklus I masih kurang dari 65,00, sehingga kegiatan belajar mengajar siswa pada siklus I belum dikatakan tuntas karena presentase ketuntasan pada siklus I masih kurang dari 85%, jadi kesimpulan pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Adapun data tabel.8 merupakan hasil analisis data observasi kegiatan guru, dari data tersebut terlihat pada pembelajaran siklus I skor yang di peroleh guru pada pertemuan I sebesar 3 dengan kategori aktif, skor yang diperoleh pada pertemuan II sebesar 3 dengan kategori aktif, dan untuk skor pada pertemuan III sebesar 3,25 dengan kategori sangat aktif.
Berdasarkan analisis data tersebut ternyata
belum memenuhi indikator keberhasilan
penelitian secara keseluruhan maka penelitian dilanjutkan ke siklus II, pelaksanaan siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I , diantaranya:
1. Pada kesiapan siswa dalam menerima
pelajaran, siswa diharuskan menyiapkan jawaban dari tugas yang diberikan oleh guru dan ditugaskan untuk membaca atau mempelajari materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya.
2. Pada antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, siswa ada yang tidak memperhatikan pelajaran siswa ada yang tidak memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses belajar mengajar berlangsung dan melakukan pekerjaan yang lain.
3. Pada respon pembelajaran, siswa masih ada
yang kurang berani mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang dianggap belum jelas dan mengemukakan pendapat pada guru.
4. Pada aktivitas siswa dalam melaksanakan
tugas, siswa masih ada yang
belummengerjakan soal-soal yang diberikan sampai tuntas dan tidak menyerahkan hasil pekerjaannya.
5. Pada respon siswa terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diberikan oleh guru, siswa masih ada yang tidak memperhatikan dengan baik penilaian
200 Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima guru atas hasil kerja siswa, masih ada yang
tidak menindak lanjuti hasil penilaian guru atas hasilkerjanya, dan belum adanya peningkatan kinerja, motivasi, dan prestasi belajar siswa.
6. Pada pemberian apersepsi kepada
siswa,guru tidak mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman sebelumnya dan guru tidak menyampaikan kembali beberapa konsep yang belum dikuasai siswa.
7. Pada penyampaian materi pada siswa, guru tidak menyampaikan materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan guru tidak
mendiskusikan bersama siswa soal-soal
yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari.
8. Pada pengaturan kegiatan siswa
mengerjakan tugas, guru tidak mengatur waktu untuk mengerjakan”Lembar Soal”.
9. Dalam menciptakan kondisi belajar yang
kondusif, guru tidak mengendalikan kondisi yang dapat mengganggu proses belajar mengajar, guru tidak menciptakan kondisi belajar mengajar yang menyenangkan, dan tidak mengawasi kegiatan pembelajaran. 10.Dalam menunjukkan hasil pekerjaan siswa,
guru tidak meminta siswa membuat
rangkuman dari hasil kerja siswa.
11.Dalam membuat bersama-sama siswa
kesimpulan, guru tidakmeminta siswa untuk mencatat kesimpulan dan hal-hal penting dari materi yang telah dipelajari dan tidak meminta siswa untuk mempelajari materi
yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran dengan meningkatkan ha-hal yang masih dianggap kurang.
Berdasarkan analisis data ketuntasan belajar siswa tercapai pada siklus II dengan adanya peningkatan nilai rat-rata kelas adalah 88,47 dan ketuntasan belajar sebesar 95,65%, pada siklus II skor yang diperoleh siswa pada pertemuan I sebesar 3,5 dengan kategori sangat aktif, skor yang diperoleh pada pertemuan II sebesar 3,5 dengan kategori sangat aktif, dan untuk skor yang diperoleh pada pertemuan III sebesar 3,5 dengan kategori sangat aktif. Sedangkan skor yang diperoleh guru pada pertemuan I sebesar 3,25 dengan kategori sangat aktif, skor yang diperoleh pada pertemuan II sebesar ,25 dengan kategori
sangat aktif, dan untuk skor yang diperoleh pada pertemuan III sebesar ,25 dengan kategori sangat aktif, untuk itu penelitian ini hanya sampai pada siklus II karena prestasi belajar, aktivitas siswa serta kegiatan guru telah mencapai target yang ditetapkan.
Pencapaian ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT
menyebabkan suasana kelas menjadi hidup dengan partisipasi aktif siswa dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Seperti yang telah diuraikan diatas, melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
membantu siswa dan guru melakukan
komunikasi dua arah dan memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran efektif, selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat mempermudah dalam menyalurkan pesan atau materi-materi pelajaran dari seorang guru ke siswa yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Dengan demikian penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa kelas VIa SDN 02 Kota Bima pada mata pelajaran PKn tahun pembelajaran 2014/2015.
KESIMPULAN
Dari deskripsi data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan antara lain Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas VIa SDN 02 Kota Bima tahun pembelajaran 2014/2015. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 65,21% dan siklus II sebesar 95,65%. DAFTAR PUSTAKA
Bahri.2012. Penelitian tindakan kelas.
Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur penelitian suatu pembelajaran praktik. Yogyakarta: Brineka Cipta.
Asrori, Muhammad. 2011. Penelitian tindakan kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 201
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran
kooperatif. Surabaya: UNESA Press. Lie, Anita. 2002. Mempraktekkan cooperative
learning di ruang- ruang kelas. Jakarta: garasindo.
Maman, 2013. Peningkatan kualitas outcomes
sekolah melalui manajemen berbasis masalah. Laporan Karya Ilmiah di sajikan dalam lomba pemilihan kepala sekolah
berprestasi/berdedikasi tingkat provinsi
NTB, Mataram 9-11 Juni.
Hamdani, 2011. Strategi belajar mengajar.
Bandung: Pustaka Setia.
Rianto, Yatim. 2010. Metodelogi penelitian
pendidikan. Surabaya: SIC.
Suarjana, 2000. Metode pembelajaran
kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) (Online),
(http://dillaoctavia.blogspot.com.html, diakses Juli 2013).
Sugoyono. 2011. Metode peneliitian
administrasi. Bandung: ALFABETA. Slavin, R. Cooperative learning (teori resert
dan Praktik). Terjemahan oleh Narulita Yusron. 2005. Bandung: Nusa Media. Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan konseling
di institusi pendidikan. Jakarta: Gramedia. Wiriatmaja, Rochiati. 2005. Metode penelitian
tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.