IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SEKILAS KECAMATAN TAJUR HALANG
Kecamatan Tajur Halang merupakan bagian kabupaten Bogor. Menurut data kependudukan Kelurahan Tajur Halang, kecamatan tersebut terletak di ketinggian 229 m dari permukaan laut dan memiliki curah hujan rata-rata 249 mm/tahun. Masyarakat kecamatan Tajur Halang pada umumnya bekerja sebagai pedagang, pengemudi, penjual jasa, pegawai negeri sipil, buruh industri, petani dan pengusaha.
Kecamatan Tajur Halang merupakan hasil pemekaran dari kecamatan Bojonggede pada tahun 2006 dan terdiri dari 7 kelurahan yaitu kelurahan Citayam, Kalisuren, Nanggerang, Sasak Panjang, Sukmajaya, Tajur Halang dan kelurahan Tonjong. Lampiran 1 berisi lokasi kecamatan Tajur Halang dalam peta.
Salah satu mata pencaharian penduduk kecamatan tajur halang adalah bertani. Selain padi, komoditas andalan kecamatan ini adalah jambu biji. Keterampilan bertani para petani umumnya diwariskan secara tradisional dan diperkaya dengan penyuluhan dari para penyuluh pertanian. Menurut data UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) triwulan 4 tahun 2009, di kecamatan Tajur Halang terdapat sekitar 8.516 pohon jambu biji produktif dengan masa berbuah 5 tahun dan produksi tahunan sekitar 200 kg/pohon/tahun.
B. ANALISIS LINGKUNGAN
1. Identifikasi Anggota Rantai Pasok
Anggota rantai pasok usaha jambu biji meliputi pelaku dan organisasi yang berhubungan dengan komoditas jambu biji baik secara langsung maupun tidak langsung.
a. Anggota Primer
Anggota primer adalah semua unit bisnis yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar. Yang termasuk anggota primer dalam rantai pasok usaha jambu biji di kecamatan Tajur Halang antara lain :
1) Petani ataupun Penanam Jambu Biji
Petani jambu biji memegang peranan penting sebagai penyedia awal jambu biji. Tidak semua petani mempunyai lahan, banyak pula yang hanya bekerja sebagai buruh tani untuk mengolah kebun. Diantara petani ada yang bekerja secara perorangan dan ada yang berkelompok membentuk kelompok tani. Selain bertindak sebagai penyedia awal jambu biji, beberapa petani juga mengolah sendiri hasil panen mereka dan beberapa juga menjualnya langsung kepada konsumen.
2) Tengkulak atau pedagang besar
Tengkulak dalam rantai pasok ini bertindak sebagai pembeli awal hasil panen jambu biji petani. Tengkulak berperan besar dalam menentukan harga eceran dan harga beli jambu biji dari petani.
Hal ini terkait dengan akses tengkulak ke pembeli-pembeli besar seperti industri pengolah dan pedagang eceran.
3) Pedagang Eceran
Pedagang eceran menjual jambu biji langsung kepada konsumen akhir. Mereka banyak ditemui di pasar maupun di pinggir jalan. Banyak pedagang eceran mendapatkan jambu biji dari tengkulak, namun tidak sedikit pula yang mendapatkannya langsung dari kebun.
4) UKM atau Kelompok Tani Pengolah Jambu Biji
UKM pengolah jambu biji mengolah jambu biji hasil dari petani menjadi produk olahan dan juga memasarkannya sendiri. UKM pengolah jambu biji yang ada di kecamatan Tajur Halang ini antara lain UKM Mekar Wangi, yang juga menanam jambu biji. UKM Mekar Wangi mendapatkan pasokan jambu biji tidak hanya dari kebun sendiri tapi juga dari petani lain ataupun dari pasar.
b. Anggota Sekunder
Anggota sekunder adalah organisasi-organisasi yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer. Anggota sekunder dalam rantai pasok usaha jambu biji di kecamatan Tajur Halang antara lain, produsen kemasan, lembaga transportasi, penyedia sarana produksi tani, para penyuluh pertanian dan lembaga penelitian.
2. Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasok
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh anggota primer rantai pasok usaha jambu biji ditampilkan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Aktivitas anggota primer rantai pasok usaha jambu biji kecamatan Tajur Halang.
Aktivitas Petani Tengkulak Pedangan
Eceran UKM Pembelian Penjualan Pengangkutan Penyimpanan Pengemasan Sortasi Pengolahan Informasi Pasar x x x/- - - x/- x/- x x x x x x x - x x x x x x x/- - x x x x x x x x x Keterangan: (x) : dilakukan (-) : tidak dilakukan
(x/-) : dilakukan oleh sebagian anggota
Para petani membeli sarana produksi tani seperti pupuk, bibit, plastik dan alat sarana lainnya dari toko saprotan (sarana produksi tani). Kecuali pupuk, para petani umumnya tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan yang mereka butuhkan. Pupuk yang biasa digunakan oleh para petani adalah pupuk organik, urea dan pupuk NPK.
Jambu biji yang dihasilkan adalah jambu biji merah getas dan jambu biji susu. Panen raya biasa terjadi pada periode bulan Mei-Juni dan periode November-Desember sedangkan panen biasa umumnya sekitar 2 bulan sekali. Setelah panen, para petani biasanya menjual langsung hasil panen mereka kepada para tengkulak. Para tengkulak kemudian menjual jambu biji tersebut di pasar ataupun stasiun seperti pasar Citayam dan stasiun
Cilebut. Meskipun begitu, sebagian petani menjual hasil produksi mereka langsung ke pasar ataupun kepada UKM pengolah jambu biji.
Setelah membeli hasil panen petani, tengkulak mengangkut jambu biji hasil panen untuk kemudian dikenai kegiatan pascapanen seperti pembersihan, sortasi dan penyimpanan. Jambu biji yang telah matang tidak kuat bertahan lama sebelum akhirnya terlampau matang dan membusuk. Jambu biji biasanya hanya bertahan 2 sampai 3 hari setelah dipanen apabila tidak disimpan dengan baik.
Tengkulak menjual jambu biji kepada pedagang eceran ataupun industri pengolahan jambu biji. Sebelum dijual kepada industri ataupun pedagang eceran, tengkulak biasa melakukan sortasi terhadap jambu biji petani. Jambu biji petani digolongkan menjadi jenis A, B, atau C; dilihat dari ukuran, kebersihan dan warna. Para tengkulak sudah biasa membayar jambu biji petani dengan tunai, tapi terkadang pembayaran juga dilakukan dengan berhutang. Tengkulak berhutang kepada petani dan hutang dibayarkan setelah jambu biji terjual. Tingginya interaksi tengkulak dan pedagang dengan konsumen menjadikan mereka sebagai pihak yang peka terhadap informasi harga jual jambu biji.
Pedagang eceran biasa menjual jambu biji mereka di sekitar Cilebut dan Citayam, terkadang ke Jakarta atau sekitarnya. Mereka mendapatkan jambu biji baik dari tengkulak maupun langsung dari kebun. Industri pengolah mendapatkan jambu biji dengan menghubungi tengkulak atau pedagang besar melalui telepon untuk kemudian jambu biji dikirim sesuai kesepakatan.
UKM lokal pengolah jambu biji mendapatkan jambu biji dari kelompok taninya sendiri dan dari sumber lain seperti kelompok tani lain maupun dari pasar. UKM mengolah jambu biji menjadi produk olahan seperti jelly dan jus jambu biji. Produk olahan mereka dikemas dalam cup kecil dan dipasarkan ke warung-warung serta sekolah-sekolah sekitar terutama di daerah Depok dan Bogor.
3. Pola Aliran Rantai Pasok
Dalam sebuah sistem, konsep manajemen rantai pasok memperlihatkan ketergantungan antara berbagai pihak. Sedangkan untuk tiap anggota, ada 3 aliran yang harus dikelola dengan baik, yakni aliran barang, aliran uang dan aliran informasi atau dokumen.
1) Aliran Barang
Konsep manajemen rantai pasok memperhatikan aliran barang dari awal hingga akhir yakni konsumen akhir yang berhubungan langsung dengan perusahaan. Rantai pasok jambu biji di kecamatan Tajur halang dimulai dari petani dan berakhir di tangan pedagang eceran jambu dan olahan sebelum akhirnya barang berpindah ke konsumen akhir. Aliran barang menjelaskan adanya pertambahan nilai dan perpanjangan rantai pasok. Sebagai ilustrasi, gambar 6 menggambarkan aliran barang yang ada pada usaha jambu biji di kecamatan Tajur Halang pada petani budidaya dan UKM pengolah.
Gambar 6. Aliran barang usaha jambu biji kecamatan Tajur Halang
Petani sebagai awal dari rantai pasok ini menyalurkan jambu biji kepada 3 anggota primer lain, yaitu UKM pengolah, tengkulak dan pedagang di pasar. Para petani biasa panen pada bulan-bulan Mei-Juni dan November-Desember; meskipun begitu, panen bulanan dalam jumlah yang cukup besar belum bisa terjadi setiap bulannya. Hal ini mengurangi poin kemampuan petani dalam menyediakan pasokan
Petani Pasar :
pasar Citayam dan stasiun Cilebut
Tengkulak
Pengolah
Kelompok Tani “Mekar Wangi”
Pasar : warung dan sekolah-sekolah.
: Jambu biji segar
yang cukup sehingga perlu diupayakan perbaikan terutama dalam pola tanam dan pengairan kebun petani.
Berbicara pengairan, para petani merasa pengairan di kecamatan Tajur Halang masih belum tertata dengan baik. Walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap pola pengairan kebun jambu mereka namun pengairan kecamatan yang baik menjamin ketersediaan air untuk keperluan kebun jambu petani. Selain masalah pengairan, rupanya menurut pengakuan warga banyak tanah kebun jambu yang hanya sebagai lahan garapan, artinya banyak penggarap lahan bukanlah pemilik lahan dan adanya pengurangan lahan garapan dikarenakan ekspansi lahan untuk keperluan perumahan di kecamatan Tajur Halang.
Ketersediaan pasokan dari petani juga mempengaruhi terhadap usaha anggota rantai yang lain seperti UKM pengolah, pedagang dan tengkulak. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa UKM pengolah mendapatkan pasokan jambu biji dari kelompok taninya sendiri dan dari kelompok lain untuk menjamin ketersedian bahan baku jambu biji sebagai faktor produksi. Jambu biji segar hasil panen biasanya tidak bertahan lama sehingga untuk meningkatkan faktor ketersediaan pasokan jambu biji diperlukan penanganan pascapanen yang menunjang seperti sistem penyimpanan dan pengemasan jambu biji. Tren kembali ke alam dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur sedikit banyak membantu dalam menjaga kesinambungan pemasaran jambu biji dan produk
olahannya. Pemasaran hasil olahan jambu biji tidak hanya dilakukan oleh UKM pengolah tetapi juga oleh sebagian kecil petani. Hanya saja, UKM pengolah memainkan peranan utama untuk pengolahan jambu biji di kecamatan Tajur Halang. UKM pengolah memasarkan jus dan jelly jambu biji mereka ke warung-warung dan sekolah-sekolah di wilayah Depok dan Bogor dalam skala kecil, yakni sekitar 10 karton per hari dengan menggunakan sepeda motor sebagai sarana pengangkutan.
Berbeda dengan UKM pengolah, para tengkulak memasarkan jambu biji kepada pedagang eceran di pasar dan juga kepada industri pengolahan besar di sekitar Jakarta dan Bogor.
2) Aliran Uang
Aliran uang menegaskan adanya peralihan barang dan peningkatan nilai suatu barang, terutama barang-barang yang telah mengalami perubahan bentuk dan kegiatan pascapanen lainnya. Aliran uang juga berkaitan dengan harga jual/beli barang, metode dan ketepatan pembayaran kecukupan modal dan penambahan nilai. Gambar 7 coba menggambarkan aliran uang yang ada dalam usaha jambu biji di kecamatan Tajur Halang.
Para petani mendapatkan pembayaran atas jambu biji yang mereka jual, baik kepada pasar maupun tengkulak. Pembayaran dari tengkulak kadang menerapkan sistem hutang/bayar belakang. Hutang tengkulak tadi akan dibayarkan setelah jambu biji tengkulak terjual, hal ini
menggambarkan tingkat kepercayaan yang cukup baik antara keduanya.
Gambar 7. Aliran uang usaha jambu biji di kecamatan Tajur Halang
Antara UKM pengolah dan pengecer produk olahan biasa menerapkan pola konsinyasi, dimana produk UKM dititipkan kepada penjual untuk kemudian pembayaran diberikan berdasarkan jumlah barang yang terjual pada periode penghitungan, periode penghitungan biasanya dalam kisaran perminggu.
Petani Pasar Tengkulak Toko Saprotan UKM Pengolah Pengecer Produk Olahan
:tunai atau kadang berhutang : konsinyasi
Pola pembayaran berpengaruh pada kecukupan modal untuk produksi, baik bagi petani maupun bagi pengolah. Pembayaran yang terlambat ataupun kurang diperparah dengan meningkatnya harga barang-barang faktor produksi seperti plastik, pupuk, pestisida bagi petani dan harga kemasan dan gula bagi UKM pengolah.
Penambahan nilai terjadi pada tiap perubahan kepemilikan barang, utamanya pada barang-barang olahan dan hasil sortasi. Sebagai ilustrasi, petani biasa menerima pembayaran atas jambu biji mereka dari tengkulak dengan menghitung per kilogram atau dengan metode oplosan. Tiap kilogram jambu biji petani dihargai sekitar 1.500 rupiah. Harga jual jambu per kilogramnya ditentukan bukan oleh petani, namun petani lebih tepat untuk dikatakan sebagai penerima harga. Hal yang juga terjadi pada komoditas wortel, dimana pasar yang terbentuk bersifat bersaing sempurna dan harga dibentuk oleh pelaku pasar yang lebih tinggi (Supriatna, 2008), dan dalam hal ini yang menentukan harga adalah pedagang.
Oleh tengkulak jambu biji dari petani disortasi, dibersihkan, dikemas dan diangkut kepada konsumen-konsumennya sehingga didapat harga akhir eceran sekitar 5.000 sampai 6.000 rupiah per kilogram. Dapat disimpulkan bahwa untuk jambu biji segar, penambahan nilai paling besar terjadi di bagian tengkulak. Sedangkan pedagang eceran biasanya hanya mendapat sekitar 1000 rupiah per kilogram. Harga jual jambu biji segar biasanya turun ketika masa panen raya karena pasokan jambu biji sangat berlimpah.
Pada kondisi panen raya tersebut, UKM pengolah jambu biji sangat diuntungkan karena harga bahan baku utama turun sedangkan harga jual dari penjualan produk mereka tetap. Pada kondisi normal marjin yang bisa didapat oleh UKM pengolah sekitar 5.500 rupiah per karton, yakni separuh dari biaya produksi per karton. Maka dapat dipastikan keuntungan mereka meningkat saat keadaan panen raya.
Meskipun saat panen raya keuntungan UKM pengolah meningkat, UKM pengolah sendiri mengalami kesulitan keuangan. Hal ini dikeluhkan ketika pengurus UKM hendak memperbarui kemasan produk jus jambu mereka sehingga lebih menarik dan meningkatkan posisi mereka di pasar. Kesulitan keuangan ini disinyalir merupakan efek kombinasi dari marjin per unit yang sedikit ditambah dengan kapasitas produksi dan luasan distribusi yang masih terbatas disamping adanya produk sejenis saingan di pasaran. Tentu saja, UKM bisa mengolah jambu biji mereka menjadi produk olahan lain selain jus jambu dan jelly untuk peragaman produk.
Tiap angota rantai menghasilkan nilai dan perpindahan material menghasilkan perubahan nilai. Tabel berikut coba menggambarkan perubahan nilai yang ada antar anggota rantai dengan asumsi harga dan biaya tetap.
Tabel 3. Perubahan Nilai Jambu Biji Antar Anggota Rantai Pasok. Harga per Kg Anggota Biaya dan asumsi
Rp 5.000 Pedagang kecil
Rp 4.000 Pengepul Biaya perlakuan pascapanen tidak diketahui
Rp 2.000 Petani Harga jual para petani rata sekitar Rp 2.000/kg
Biaya per Kg sekitar Rp 200 – Rp 1.000
Tabel 4. Pembagian Nilai Jambu Biji Antar Anggota Rantai Pasok Pada Tiap Tingkatan.
Anggota Keuntungan Relatif Terhadap Harga
Pedagang kecil 20%
Pengepul 40%
Petani 40%
Mengingat bahwa keberadaan pedagang kecil tidak jauh dari lokasi para petani maka peran para tengkulak dalam menjembatani antara para petani dengan pedagang kecil bisa diminimalkan. Jika demikian, maka pembagian keuntungan antara petani dan pedagang kecil akan meningkat sedangkan bagian tengkulak akan berkurang.
Petani layak mendapat bagian lebih besar karena mereka merupakan pihak yang menyediakan modal, waktu dan tenaga yang umumnya paling banyak diantara ketiga pihak yang terlibat. Adapun peran tengkulak bisa difokuskan untuk menampung hasil panen secara cepat, melakukan kegiatan sortasi dan pemasaran ke daerah yang lebih jauh.
3) Aliran Informasi
Aliran informasi pada rantai pasok berkaitan erat dengan penentuan harga, perubahan atau perbaikan metode kerja dan informasi persaingan usaha dan peluang baru. Aliran informasi antar anggota rantai pasok di kecamatan Tajur Halang dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan gambar 8 didapatkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam aliran informasi tidak hanya anggota primer seperti petani, pedagang, tengkulak dan UKM pengolah tapi juga anggota sekunder yaitu penyuluh. Penyuluh yang terlibat di kecamatan Tajur Halang merupakan penyuluh dari UPTD kabupaten Bogor yang berada dibawah departemen Pertanian dan bekerjasama dengan pemerintah daerah dan Balai Penelitian terkait.
Gambar 8. Aliran informasi usaha jambu biji di kecamatan Tajur Halang Petani
Kelompok Tani Tengkulak
Penyuluh UKM Pengolah Pengecer Produk Olahan
Informasi yang dipertukarkan dalam rantai pasok ini antara lain informasi harga jual/beli produk, teknologi produksi, peluang usaha dan banyak lagi. Di pihak petani, harga jambu biji dan teknologi produksi menjadi informasi yang sering dipertukarkan baik lewat penyuluh maupun antar sesama petani melalui kelembagaan kelompok tani.
Penyuluh menyampaikan informasi tentang teknik budidaya dan penanganan hama, informasi varietas baru, bantuan mesin dan alat serta informasi permodalan kepada ketua kelompok tani budidaya yang ada ataupun langsung kepada petani. Ketua kelompok tani akan menyampaikan informasi yang diterimanya kepada anggota-anggotanya.
Penyuluh menerima keluhan petani dan jika perlu menyampaikan kepada pihak luar yang relevan. Penyuluh bertindak sebagai penghubung antara petani dengan pemerintah dan pihak terkait yang tidak langsung berhubungan dengan petani namun berkepentingan dengan usaha jambu biji yang dijalankan petani. Kerja penyuluh dalam memberikan bimbingan kepada petani tidak lain dimaksudkan untuk memberikan kemandirian kepada petani sebagai pelaku wiraswasta agribisnis.
Kegiatan para petani jambu baik sebagai petani perseorangan maupun kelompok tani belum terdokumentasi dengan baik. Kegiatan usaha tani dilakukan dengan dasar kebiasaan.
Penguasaan informasi masih dimiliki oleh pihak eksternal seperti tengkulak dan penyuluh. Penguasaan informasi menjadi penting ketika suatu usaha menunju arah persaingan atau kompetisi. Selama ini, informasi harga jambu biji dikuasai oleh pembeli utama yakni tengkulak. Petani sebagai penjual bertindak sebagai pihak yang mengikuti harga.
Informasi pasar dan suplai berada diantara penyuluh dan juga tengkulak. Informasi pasar yang dimaksud antara lain, spesifikasi jambu yang diinginkan dan jaringan pemasaran. Pembeli jambu biji sebagai konsumen akhir tidak terhubung langsung dengan produsen yaitu petani, sehingga pedaganglah pihak yang mengetahui kebutuhan konsumen bukan petani. Menurut petani, jaringan suplai tidak begitu menjadi masalah karena faktor produksi seperti pupuk, bibit dan sarana pencegahan hama dan penyakit tidak begitu sulit didapat.
Penyuluh memberikan bantuan teknis informasi kepada pengolah seperti teknologi pengolahan ataupun link jaringan baru. Petani memasok jambu biji kepada pengolah dan mendapatkan informasi tentang jambu biji yang diinginkan pengolah beserta tingkat harga yang disanggupi oleh pengolah.
Dokumentasi yang dilakukan pengolah terhadap kegiatan usahanya cukup baik. Hal ini terlihat dari adanya cacatan jelas tentang prosedur produksi, catatan keuangan dan jaringan, meskipun penerapan teknologi informasi masih belum diterapkan. Meskipun demikian,
saluran umpan balik pelanggan terhadap UKM pengolah terbilang minim karena kontak antara keduanya terbatas.
Dari sumber-sumber informasi bagi petani dan UKM pengolah didapat juga informasi tentang pesaing. Bagi petani pesaing adalah petani-petani jambu biji dari daerah sekitar seperti Bojong Gede, Kali Suren dan sebagainya. Sedangkan bagi UKM pengolah persaingan tampak dari produk pesaing baik berupa jus maupun jelly.
C. IDENTIFIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN
ANCAMAN BAGI PETANI DAN PENGOLAH JAMBU BIJI
Uraian sebelumnya tentang lingkungan kerja dan aliran uang, barang serta informasi dari para petani dan pengolah jambu biji dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi usaha jambu biji.
1. Bagi petani budidaya
Kekuatan :
• Tenaga kerja yang terampil.
Tenaga kerja tani penggarap lahan kebun jambu biji merupakan tenaga kerja yang telah berpengalaman dan pengetahuan bertani berkebun diwariskan secara tradisional melalui keluarga dan diperkaya dengan berbagai penyuluhan.
• Kecamatan Tajur Halang sudah lama dikenal sebagai sentra jambu biji.
Kecamatan Tajur Halang telah menanam jambu biji sejak tahun 80-an sehingga sudah cukup dikenal.
• Dukungan penyuluhan aktif dari unit pelaksana teknis daerah setempat. Keberadaan penyuluh yang aktif mendampingi petani merupakan kekuatan yang mewakili akses terhadap informasi dan perhatian pemerintah.
Kelemahan :
• Pengairan di kecamatan Tajur Halang masih belum tertata dengan baik. Sebagian petani jambu biji mengeluhkan sulitnya mendapatkan air pada musim-musim kemarau untuk menyiram pohon jambu garapan mereka.
• Stok dan kualitas jambu biji sulit dijaga karena petani belum bisa panen setiap bulan.
Hal ini mempengaruhi poin ketersedian pasokan yang sangat berpengaruh terhadap anggota rantai yang lain.
• Meskipun nama sudah dikenal sebagai sentra jambu biji, linkage
yang ada tidak berkembang, sehingga masih butuh promosi. Meskipun dengan sistem pemasaran yang ada sekarang buah jambu yang dipanen cepat terserap, tetapi untuk jangka panjang perlu dibuat jalur pemasaran yang lain guna memperluas wilayah pemasaran dan menciptakan harga jual yang lebih baik.
• Penanganan untuk pengawetan dan penyimpanan jambu biji masih sangat kurang, sehingga jambu biji yang dihasilkan tidak tahan lama. • Banyak tanah hanya sebagai lahan garapan, artinya banyak
penggarap lahan bukanlah pemilik lahan.
Peluang :
• Pembentukan koperasi yang mewadahi dan melindungi para petani dan kelompok tani. Pembentukan koperasi merupakan salah satu cara untuk merevitalisasi kelembagaan petani dan meningkatkan kemandirian mereka.
• Pasar yang terjamin, mengingat permintaan selalu ada terutama pada musim penyakit demam berdarah.
• Pola hidup sehat, meningkatnya kesadaran untuk makan buah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, hal ini turut menyumbang terhadap permintaan ketersediaan buah dan sayuran.
Ancaman :
• Harga jual belum stabil, terutama saat panen raya.
Pada saat panen raya, harga jambu biji turun sehingga merugikan para petani karena harga faktor produksi tidak ikut turun.
• Penyakit dan hama seperti hama ulat dan penyakit bercak-bercak kerap muncul.
• Berkurangnya lahan untuk menanam karena ekspansi proyek perumahan. Berubah fungsinya lahan pertanian menjadi lahan untuk
perumahan jelas mengurangi lahan untuk menanam dan juga merubah keseimbangan air tanah di daerah tersebut.
Faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan untuk menyusun alternatif strategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usaha para petani. Alternatif yang dibuat kemudian dimasukkan ke dalam matriks SWOT seperti pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Matriks SWOT kelompok tani budidaya. Internal
Eksternal
Kekuatan (S)
1. Tenaga terampil.
2. Nama sudah lama
dikenal.
Kelemahan (W)
1. Banyak tanah hanya
sebagai lahan garapan.
2. Pengairan belum tertata
rapih.
3. Stok dan kualitas sulit
dijaga. 4. Kurangnya promosi. Peluang (O) 1. Pasar terjamin. 2. Pembentukan koperasi.
3. Pola hidup sehat.
4. Dukungan penyuluh yang baik. SO 1. Kerjasama industri pengolahan. 2. Bimbingan teknis.
3. Perlunya promosi untuk
kelas menegah atas.
WO
1. Lembaga pemasaran.
2. Penanganan pascapanen,
perbaikan metode
penyimpanan.
3. Pengolahan lebih lanjut.
Ancaman (A)
1. Harga belum stabil,
terutama saat panen
raya.
2. Penyakit dan hama.
3. Lahan menciut
untuk perumahan.
SA
1. Penanganan hama dan
penyakit.
WA
1. Teknologi pengawetan
Kolom SO menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan dan peluang, yakni mempergunakan kekuatan yang dimiliki guna memanfaatkan peluang dan meningkatkan
kinerja. Menurut tabel 5, alternatif pada kolom SO yakni melakukan kerjasama dengan industri pengolahan, meneruskan bimbingan teknis serta mengadakan promosi untuk masyarakat kalangan menengah ke atas.
Melakukan kerjasama dengan industri pengolahan dilakukan untuk membangun jaringan distribusi dan juga meningkatkan keunggulan kompetitif desa Tajur Halang sebagai sentra jambu biji. Bimbingan teknis dari penyuluh perlu diteruskan sehingga membangun pola pikir petani dan mendeteksi adanya ancaman hama dan penyakit yang mungkin menyerang.
Kolom WO menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kelemahan dan peluang, yakni mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Menurut tabel 5, alternatif pada kolom WO adalah membentuk lembaga pemasaran, melakukan kegiatan pascapanen dan pengolahan hasil panen.
Lembaga pemasaran yang dimaksud adalah lembaga yang berfungsi untuk membantu menyalurkan hasil panen para petani sehingga membangun linkage yang baik. Adapun kegiatan pascapanen yang dimaksud adalah melakukan perbaikan proses kerja pada sebelum dan sesudah panen guna meningkatkan daya tahan jambu biji. Pengolahan lebih lanjut dilakukan guna memanfaatkan buah jambu biji yang tidak laku dijual.
Kolom SA menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan dan ancaman, yakni mempergunakan kekuatan yang dimiliki guna mengatasi ancaman. Menurut tabel 5,
alternatif pada kolom SA yakni melakukan penanganan hama dan penyakit. Dukungan penyuluhan dioptimalkan sehingga meningkatkan pengetahuan tentang penanganan hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman. Adapun, untuk mengatasi ancaman lain seperti tidak stabilnya harga akibat panen raya dan penciutan lahan dapat dihindari dengan melakukan pengolahan hasil panen dan peningkatan kapasitas produksi serta peremajaan tanaman.
Kolom WA menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kelemahan dan ancaman, yakni mempergunakan kekuatan yang dimiliki guna menutupi kelemahan dan mengatasi ancaman. Menurut tabel 5, alternatif pada kolom WA yakni melakukan teknologi pengawetan. Penerapan teknologi pengawetan diharapkan dapat mengurangi kerusakan jambu biji selama pengangkutan.
2. Bagi UKM pengolah jambu biji
Kekuatan :
• Faktor produksi cukup.
Karena UKM pengolah memiliki kelompok tani sendiri sebagai penyedia jambu biji, maka ketersediaan jambu biji bisa sedikit aman. • Tenaga pengolah merupakan tenaga kerja yang terlatih.
Tenaga kerja yang dimiliki merupakan tenaga kerja yang umumnya telah lama bekerja di bidang tersebut.
Produk olahan jambu biji yang dihasilkan menggunakan bahan alami dan segar serta dijual dengan harga yang tidak begitu mahal.
• Suplai bahan tetap.
Kelemahan :
• Harga bahan baku dan bahan tambahan naik, namun harga jual tetap. Pengolah sulit menaikkan harga jual namun terhimpit dengan naiknya harga barang-barang produksi.
• Kemasan kurang menarik.
Sebagian penjual eceran dan konsumen akhir kerap berkomentar tentang kemasan produk yang kurang menarik. Hal ini tentu mengurangi daya saing produk secara umum.
• Struktur permodalan lemah.
Permodalan mengandalkan dari kas anggota utama dan dari penjualan produk sehingga cukup rentan terhadap gangguan seperti pembayaran yang terlambat.
• Saluran feedback konsumen akhir sangat minim.
Masukan terhadap perbaikan terbatas dari anggota dan pengecer produk yang frekuensi bertemu tidak intens.
• Kapasitas produksi termasuk kurang. Bantuan mesin dari program LM3 yang diberikan kepada pengolah belum termanfaatkan dengan baik, terlebih bila memperhitungkan melimpahnya suplai bahan baku jambu biji.
• Kurangnya kemitraan dengan kelompok tani budidaya yang lain.
Peluang :
• Konsumen luas.
Konsumen produk olahan jambu biji sangat luas karena tidak mengenal faktor usia, jenis kelamin dan status sosial.
• Banyak alternatif produksi.
Alternatif produk olahan lain seperti tepung ataupun bubur jambu biji bisa dipertimbangkan terutama jika persaingan di ranah jus dan jelly kurang menguasai.
• Banyak alternatif suplai bahan baku.
Meskipun mempunyai kelompok tani sendiri, mengambil suplai dari petani lain juga bisa dipertimbangkan untuk memperbesar kapasitas produksi dan menjalin kemitraan dengan anggota rantai yang lain.
Ancaman : • Produk pesaing
Banyaknya produk saingan, baik jus maupun jelly dengan pasar yang sama. Selama ini masih cukup unggul karena keunggulan bahan baku dan proses produksi, dimana produk saingan tidak menggunakan sari jambu tetapi menggunakan essens, namun kalah dari sisi harga.
Dari berbagai faktor yang telah dikelompokkan maka disusunlah alternatif strategi yang kiranya dapat dilakukan terhadap UKM pengolah jambu biji. Berikut matriks SWOT dari UKM pengolah jambu biji.
Tabel 6. Matriks SWOT kelompok tani pengolah jambu biji. Internal
Eksternal
Kekuatan (S)
1. Tenaga terlatih.
2. Faktor produksi cukup.
3. Kualitas bersaing.
4. Pemasok bahan tetap.
Kelemahan (W) 1. Harga kurang memuaskan. 2. Kemasan kurang menarik. 3. Modal kurang. 4. Pemasaran terbatas.
5. Kemitraan kuang baik.
Peluang (O)
1. Konsumen luas
2. Banyak alternatif
produksi.
3. Banyak alternatif
suplai bahan baku.
SO 1. Diversifikasi produk. 2. Bimbingan penyuluh dan pembinaan. WO 1. Perluasan distribusi 2. Menjalin kemitraan
dengan kelompok tani
yang lain. 3. Penguatan struktur modal. Ancaman (A) 1. Produk pesaing. SA 1. Peningkatan kapasitas
produksi dengan tetap
menjaga kelancaran
pasokan dan kulaitas
produk. WA 1. Modifikasi kemasan sehingga lebih menarik dan membedakan diri dengan pesaing.
Kolom SO menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan dan peluang, yakni mempergunakan kekuatan yang dimiliki guna memanfaatkan peluang dan meningkatkan kinerja. Menurut tabel 5, alternatif pada kolom SO yakni melakukan diversifikasi produk serta meneruskan bimbingan teknis yang dilakukan oleh penyuluh.
Diversifikasi produk seperti pada kolom SO, berarti UKM tidak hanya mengolah jambu biji menjadi jus buah ataupun jelly tapi juga menjadi bentuk olahan lain yang lebih bernilai dan tahan lama seperti konsentrat, fragrance dan tepung jambu. Bimbingan teknis dari penyuluh perlu diteruskan sehingga membangun pola pikir dan meningkatkan wawasan dan ketermpilan pekerja serta membangun jaringan luar desa Tajur Halang.
Kolom WO menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kelemahan dan peluang, yakni mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Menurut tabel 6, alternatif pada kolom WO adalah memperluas distribusi produk, menjalin kemitraan dengan kelompok tani dan menguatkan struktur modal.
Distribusi produk saat ini hanya dilakukan tidak jauh dari Tajur Halang dengan skala kecil. Mengikuti peragaman produk, maka pasar yang akan didatangi pun akan bertambah dengan sendirinya, sesuai dengan jenis produk. Untuk meragamkan produk, maka ketersediaan bahan baku serta alat dan modal menjadi faktor penting. Untuk menjamin
ketersediaan bahan baku, bisa menjalin kerjasama dengan kelompok tani lain di desa Tajur Halang.
Pola kerjasama dapat disesuaikan sesuai negosiasi antara kedua belah pihak dan pasar yang akan didatangi oleh pengolah. Diantara faktor penting dari negosiasi adalah harga yang ditawarkan oleh pengolah kepada petani untuk membeli jambu biji mereka. Untuk membeli jambu biji dan bahan pembantu lain dalam proses produksi dibutuhkan alat produksi dan modal yang cukup.
Kolom SA menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan dan ancaman, yakni mempergunakan kekuatan yang dimiliki guna mengatasi ancaman. Menurut tabel 6, alternatif pada kolom SA adalah meningkatkan kapasitas produksi. Dasarnya adalah ide untuk membanjiri pasar dengan produk pengolah sehingga konsumen melihat produk pengolah sebagai standar dan dengan sendirinya produk pesaing akan hilang walapun dengan harga sedikit lebih mahal dengan produk pesaing.
Kolom WA menyatakan alternatif yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kelemahan dan ancaman, yakni mempergunakan menutupi kelemahan dan mengatasi ancaman. Menurut tabel 6, alternatif pada kolom WA yakni melakukan modifikasi kemasan sehingga lebih menarik dan menampakkan identitas pengolah sebagai produsen.
Akhir dari rangkaian strategi ini adalah peningkatan kapasitas produksi dan distribusi serta membangun sinergi usaha jambu biji Tajur Halang.
Sinergi ini dapat terbentuk dengan kerjasama dan pengertian (kepercayaan) dari pihak-pihak terkait yaitu pengolah, petani, tengkulak, penyuluh dan pemerintah daerah.
Ada kesamaan alternatif strategi dari hasil SWOT bagi petani jambu biji dan pihak pengolah, yaitu pada hal pemasaran atau penyaluran, perbaikan permodalan dan kebutuhan akan kemitraan. Disebutkan dalam matriks SWOT kelompok tani budidaya bahwa pembentukan koperasi sebagai peluang yang bisa digunakan untuk menguatkan keunggulan ataupun mengurangi kelemahan petani.
D. REKOMENDASI PERBAIKAN JALUR DISTRIBUSI
Dalam penyaluran jambu biji, para petani jambu biji di Tajur Halang menyalurkan hasil panen mereka tidak secara terpusat melainkan secara sendiri-sendiri. Jalur distribusi yang sudah ditempuh antara lain melalui tengkulak dan penjualan kepada pengolah jambu biji serta melalui menjual langsung ke pasar. Dari hasil SWOT disebutkan alternatif melalui lembaga penyaluran seperti koperasi.
Penyaluran jambu biji melalui koperasi berarti koperasi menampung hasil panen petani anggota dan mengatur penyalurannya kepada pihak yang berkepentingan dengan jambu biji Tajur Halang seperti industri pengolah, pedagang eceran, pasar luar negeri dan konsumen akhir. Selain untuk memasarkan jambu biji, koperasi juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana penjualan produk olahan jambu biji yang diproduksi oleh UKM pengolah.
Aliran barang setelah adanya koperasi coba digambarkan pada gambar berikut.
Gambar 9. Perkiraan aliran barang setelah adanya koperasi.
Salmah Saragih dalam peresmian KSU Hobol Batu Medan menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan supaya kelak koperasi yang didirikan berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut antara lain perlunya kesiapan dari tiap anggota dan pengurus untuk besar, memiliki kepercayaan terhadap koperasi serta pengurus yang jujur dan tidak mementingkan diri sendiri (Redaksi, 2008).
Petani Pasar : pasar Citayam dan stasiun
Cilebut Pedagang Besar Pengolah Kelompok Tani “Mekar Wangi” Pasar : warung dan
sekolah-sekolah. Koperasi
: Jambu segar