• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh Ly Rathana

(2)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(3)

1

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dikenal sebagai investasi manusia dan investasi ini bukanlah usaha yang mudah. Hal ini pun berkenaan dengan masing–masing negara sebagai sebuah bidang utama untuk memastikan pengembangan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan nasional. Masyarakat dan negara memerlukan pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Hal ini pun merupakan sebuah kecenderungan umum dunia yaitu hal ini adalah sebuah tugas penting untuk memastikan peningkatan kualitas pendidikan (MoEYS, 2004: 1). Hal ini menegaskan bahwa kesempatan terhadap pendidikan harus diberikan kepada setiap orang untuk memperoleh peningkatan sepenuhnya dalam hal kepribadian dan kemampuan professional. Selain itu, pendidikan bertanggung jawab untuk memperkuat hak asasi manusia dan kebebasan semua manusia. Pada sisi lain, semua orang harus diajarkan hidup bersama dengan harmonis tanpa adanya diskriminasi negara, ras dan kelompok agama.

Menurut laporan UNESCO mengenai Komisi Internasional Pendidikan (the

International Commission on Education) abad ke-21 (1996), pendidkan harus

mengatur 4 tipe pokok pembelajaran: (1) Belajar untuk tahu (Learning to Know): hal ini dapat dianggap sebagai baik makna dan sebuah akhir keberadaan manusia. Orang-orang harus belajar untuk memahami dunia di sekitar mereka, (2) Belajar untuk melakukan (Learning to Do): pembelajaran harus mengubah keterampilan sah yang

(4)

2

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi kompetensi pribadi. Hal tersebut dinilai dengan melihat pada penggabungan keterampilan dan bakat, perilaku sosial, inisiatif pribadi dan kesediaan bekerja. Hal-hal ini seringkali ditunjukan pada keterampilan interpersonal atau keterampilan orang oleh majikan. Ilmu pengetahuan bersamaan dengan kualitas lain seperti komunikasi, pembentukan tim dan keterampilan menyelesaikan masalah adalah yang paling diminta oleh sector pelayanan saat ini. Orang harus belajar untuk bertindak dengan tepat di berbagai situasi dan mereka harus terlibat dalam pembentukan masa depan, (3) Belajar untuk hidup bersama (Learning to Live Together) Pendidikan harus membantu menanamkan jiwa empati pada siswa sehingga hal itu dapat memiliki efek positif pada perilaku sosial mereka sepanjang hidup mereka. Saling memahami, memutuskan masalah melalui dialog dan diskusi harus menjadi alat yang penting bagi pendidikan saat ini, dan (4) Belajar menjadi (Learning to Be): tujuan pembangunan adalah melengkapi pemenuhan manusia dan perkembangannya di dalam sebuah cara holistik sebagai individu, anggota sebuah keluarga dan komunitas dan sebagai warga yang bertanggung jawab. Dengan demikia pendidikan siswa akan diberikan kapasitas, kemampuan, sikap bukan hanya untuk hidup, tetapi bagaimana untuk hidup dan hidup untuk apa.

Untuk menjadi sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan secara nasional atau pribadi, pendidikan harus berkualitas. Dengan ini, Sallis (2012: 1) mengidentifikasi bahwa “kualitas berada di atas dari sebagian besar agenda dan peningkatan kualitas mungkin adalah tugas yang dihadapi dan lembaga yang paling penting.” Oleh sebab itu, kualitas adalah inti dari makna pendidikan dan menyajikan permintaan pelajar dalam proses pembelajaran sebagaimana hidup dengan

(5)

3

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memungkinkan mereka untuk meraih kinerja potensial mereka. Sama halnya, menurut pendapat Sallis (2000: 1) menambahkan bahwa ada beberapa kandidat untuk sumber kualitas dalam pendidikan. Diantaranya adalah: guru yang berprestasi, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang sempurna, dukungan orang tua, komunitas bisnis dan lokal, sumber daya yang melimpah, penerapan teknologi terkini, kepemimpinan yang kuat dan penuh arti, perlindungan dan perhatian untuk murid dan siswa, dan kurikulum yang seimbang dan menantang.

Hal ini menunjukan bahwa kebijakan menaikan kualitas pendidikan tidak dapat dipisahkan dari beberapa faktor utama seperti proses pembelajaran siswa, proses mengajar guru dan kepemimpinan di tingkat sekolah. Bagaimana pemimpin melaksanakan dan bagaimana guru mengajar serta siswa belajar akan dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya pemimpin di tingkat sekolah, tetapi juga kepala sekolah dapat menentukan kinerja guru dan mempengaruhi kondisi sekolah yaitu iklim sekolah. Dalam konteks ini, iklim sekolah adalah satu dari dimensi pokok untuk menentukan kualitas pendidikan sebagaimana sekolah adalah tempat dimana pelayanan pendidikan diberikan. Kepala sekolah merupakan para pemimpin penting di tingkat sekolah. Mereka terdiri dari banyak fungsi kerja harian di sekolah untuk meningkatkan baik proses mengajar dan pembelajaran. Namun, Enueme and Egwunyenga (2008: 13) melihat bahwa para kepala sekolah rupanya terlalu sibuk dengan semua tanggung jawab harian dalam mengatur dan menjalankan sekolah mereka yang mana mereka tampak tidak punya cukup waktu untuk berlatih kepemimpinan instruksional yang telah diteliti oleh banyak peneliti sebagaimana ahli pendidikan di seluruh dunia selama hampir empat

(6)

4

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

decade. Menurut Smith dan Andre (1989, disebut dalam Enueme & Egwunyenga, 2008: 13), “kepemimpinan instruksional sering kali dipahami sebagai sebuah paduan pengawasan, staf pengembangan dan pengembangan kurikulum yang memfasilitasi perbaikan sekolah.”

Dengan keprihatinan ini, Salleh dan Hatta (2011: 1) menekankan bahwa pada abad ke-21 perubahan permintaan pada sekolah membutuhkan pemimpin yang dapat mendorong para staf untuk mengatur tenaga mereka dan menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan saat mengawasi stabilitas dan efisiensi organisasi sekolah secara keseluruhan. Pada situasi apapun, pemimpin memainkan peranan penting dalam pengembangan lingkungan sekolah yang memastikan aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan kebutuhan siswa untuk menyelesaikan pencapaian yang tinggi. Hal ini memberi kesan bahwa para kepala sekolah harus memberikan banyak perhatian untuk menjadi pemimpin instruksional karena hal ini dapat banyak membantu baik dalam proses mengajar dan pembelajaran yang dapat mengarah pada kualitas pendidikan.

Karena sekolah dapat mencerminkan baik proses mengajar dan pembelajaran, jadi sekolah adalah organisasi pelayanan yang berkomitmen terhadap mengajar dan pembelajaran (Senge 1990; Watkins & Marsick 1993). Tujuan akhir sekolah adalah pembelajaran siswa, keberadaan hal tersebut berdasarkan pada aktivitas tersebut. Sekolah adalah organisasi yang merupakan organisasi pembelajaran, yaitu, tempat dimana peserta dengan terus-menerus mengembangkan kapasitas mereka untu menciptakan dan memperoleh; dimana pola pikir baru didorong, dimana organisasi mengembangkan kapasitasnya untuk inovasi dan penyelesaikan masalah (Hoy &

(7)

5

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miskel, 2008: 33). Selain itu, sekolah adalah sebuah organisasi yang mempunyai tujuan tertentu yang harus diperoleh (Kebijakan Pendidikan Nasional, 1998; Adeyemi, 2008). Untuk memperoleh tujuan tersebut, iklim organisasi sekolah sangatlah penting (Adeyemi, 2008).

Dengan ini peningkatan kualitas tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan yang berarti dan kinerja mengajar guru; dan kinerja mengajar guru dapat dipengaruhi dari iklim sekolah dan kepemimpinan (Yusof, 2012; Ozsemir, 2012; Sharma, 2012 Sim, 2001; Adeyemi, 2008; Hoy & Miskel, 2008, Tubbs & Garner, 2008, Blasé & Blasé, 2000). Tentu saja, kepemimpinan dan sekolah memainkan peranan yang penting untuk mempengruhi kualitas mengajar dan pembelajaran di lembaga pendidikan. Dalam hal ini kinerja mengajar guru, adalah salah satu faktor yang memengaruhi kualitas pendidikan. Guru merupakan elemen kunci dalam system pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana – prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berate apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru. Kualitas kinerja merupakan factor yang sangat penting dalam pendidikan, maka peningkatan kualitas kinerja guru harus menjadi perhatian utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karennya pembinaan yang diberikan kepada guru harus komprehensif yakni dapat mengakatkan kompetensi akademik dan kompetensi professional mereka sehingga proses kegiatan belajar mengajar dalam kelas menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna. Dengan demikian prestasi mengajar dan pembelajaran di sekolah tampak menjadi sebuah fungsi atmosfir sekolah; iklim

(8)

6

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah adalah sebuah kumpulan unik dari karakteristik sebuah sekolah. Karakteristik-karakteristik tersebut cenderung membedakan satu sekolah dengan sekolah yang lainnya. Di satu sekolah, para guru tampak terorganisir dengan baik, tampak cakap dan menunjukan kepercayaan diri dalam apapun yang mereka lakukan (Evan, 1969, Clifton, 1999; Adeyemi, 2008). Beberapa faktor cenderung memengaruhi iklim dari sebuah organisasi. Hal ini meliputi perilaku kepemimpinan dan kesejahteraan staf. Maka, seorang pemimpin yang menempatkan nilai yang tinggi mengenai kesejahteraan tampak memiliki iklim sekolah yang lebih hangat daripada seorang pemimpin yang menempatkan nilai yang rendah mengenai kesejahteraan staf. Untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah maka pemerintah mengadakan kebijakan sertifikasi, dimana dengan adanya sertifikasi diharapkan peningkatan profesionalisme guru dapat meningkat di imbangi dengan kesejahteraan. Besar uang tunjangan sertifikasi Guru sebesar satu kali gaji pokok yang diterima saat ini, dan apabila dijumlahkan total pendapatan guru yang telah mendapatkan sertifikasi cukup besar. Salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah Pengumuman Hasil UKA

Sertifikasi Guru Kota Bandung 2012. Pengumuman Ujian Kompetensi Awal

Sertifikasi Guru tahun 2012 di Kota Bandung sendiri telah diumumkan. Dari keseluruhan total Guru yang ada ternyata yang lolos untuk Ujian Kompentensi Awal atau UKA ini sebanyak 2798 Peserta. Jumlah ini terdiri dari berbagai tingkatan mulai dari Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, SMK, SLB, dan TK. Untuk total yang lulus Sertifikasi Guru UKA 2012 di Kota Bandung komposisinya sebagai berikut :

(9)

7

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 1.1

Hasil Pengumuman UKA Sertifikasi Guru Kota Bandung

No Sekolah

Jumlah Hasil Guru Tersertifikasi

1 Sekolah Dasar / SD 1130 orang

2 Sekolah Menengah Pertama / SMP 557 orang

3 Sekolah Menengah Atas / SMA 470 orang

4 Sekolah Menengah Kejuruan / SMK 202 orang

5 Sekolah Luar Biasa / SLB 201 orang

6 Taman Kanak-kanak / TK 238 orang

Tiga variabel yang baru saja disebutkan di atas berada diantara variabel yang memengaruhi kualitas pendidikan; yaitu: kepemimpinan instuksional kepala sekolah,

iklim sekolah dan kinerja mengajar guru. Pada tingkat sekolah, kepemimpinan

instruksional kepala sekolah adalah salah satu gaya kepemimpinan yang banyak peneliti pendidikan perhatikan. Selain itu, banyak penelitian yang dilakukan mengenai hubungan variabel-variabel tersebut. Karena konseptualisasi Bridges mengenai “kepemimpinan instruksional” pada tahun 1967, sarjana kepemimpinan pendidikan telah mencoba untuk menunjukan hubungan antara kepemimpinan instruksional dan sekolah yang efektif (Edmonds, 1979; Bossert et., 1982; Omzemir, 2012)

Sharma (2012) juga menyatakan dalam jurnal yang berjudul Instructional Leadership Model through Asian Principals’ Perspectives (Model Kepemimpinan

(10)

8

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instruksional melalui Perspektif Kepala Sekolah Asia) bahwa “memikirkan kembali posisi kepala sekolah mendorong ke arah hubungan kepemimpinan instruksional dengan kepemimpinan transformasional (Leithwood, 1994; Leithwood & Jantzi, 1999, 200; Silins, 1995), berbagi kepemimpinan (Gron, 2002; Spillance, 2006), dan kepemimpinan bersama (Barth, 1990; Hallinger & Heck, 2010; Marks dan Printy, 2003; Pounder, Ogawa & Adams, 1995).” Pada tahun 2003, Zepeda Sally menggambarkan kepemimpinan instruksional sebagai kritis terhadap pengembangan dan pemeliharaan sebuah sekolah efektif. Pemimpin instruksional harus berpengaruh terhadap sepasang praktik instruksional yang tepat lainnya dengan pengetahuan terbaik mereka terhadap mata pelajaran. (Sharma, 2012).

Salleh dan Hatta (2012: 15) melakukan sebuah penelitian mengenai hubungan kepemimpinan instruksional dengan prestasi akademik pelajar di sekolah menengah di Banda Aceh, Indonesia. Dalam hasil dengan fungsi kepemimpinan instruksional yang merupakan Rangka Kerja Konseptual dari Hillinger (1985) dan Murphy (2006), mereka menemukan bahwa hanya terdapat tiga fungsi kepemimpinan instruksional, yaitu, pemantauan proses siswa, pemeliharaan jarak pandang yang tinggi, dan, pengembangan dan penguatan standar akademik memiliki sebuah hubungan positif dengan prestasi akademik siswa. Kualitas pendidikan atau prestasi siswa diketahui berada di atas proses pendidikan di setiap misi sekolah. Posisi kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru diminati oleh banyak peneliti pendidikan sebagaimana mereka tampak diragukan. Khususnya, sebagaimana banyak pertanyaan dan perhatian mengenai kepemimpinan instruksional dengan hubungan iklim sekolah yang memengaruhi kinerja mengajar guru dimunculkan oleh pembuat kebijakan

(11)

9

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan sebagaimana peneliti pendidikan, hal ini penting untuk melakukan sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengungkap tiga variabel yang secara signifikan berhungungan.

Karena alasan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat hubungan antara kepemimpinan instruksional kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerga mengajar guru. Maka, tesis ini berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka diidentifikasi bahwa kinerja mengajar guru di Bandung utara perlu adanya perhatian dikarenakan rata-rata kepala sekolah tidak mengetahui kondisi situasi pembelajaran di sekolah yang mereka pimpin, kurangnya pengawasan dari kepala sekolah untuk guru yang mengakibatkan guru kurang optimal dalam mengajarnya dan iklim sekolah yang kurang kondusif yang mengganggu pembelajaran dikelas. Maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian ini focus pada masalah kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah sebagai variabel bebas, sedangkan kinerja mengajar guru sebagai variabel terikat.

Tentunya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru dalam mengajar diantaranya kesejahteraan guru, pengalaman mengajar, wawasan guru, budaya sekolah, kepemimpinan kelapa sekolah, iklim sekolah, harapan-harapan, sarana dan prasarana yang tersedia dan lain sebagainya.

(12)

10

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Hasan (dalam Ahmed & et al., 2012: 2) mengakatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja mengaja guru: (1) external factors: the

expectations of community, particular school system, school itself the grade policies, parent and student dan (2) internal factors: teacher believes how students learn most effectively, how to teach in particular discipline or key learning area. Hal itu bias

digambarkan sebagai berikut:

Kinerja Mengajar Guru Pengalaman Guru Budaya Sekolah Sarana dan prasarana Iklim Sekolah Kesejahteraan Guru Wawasn Guru Harapan-Harapan Kepimpim-pinan Kepala Sekolah Gambar 1.1

(13)

11

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengingat luasnya permasalahan yang menyangkut kinerja mengajar guru, sedangkan waktu dan biaya yang tersedia dalam melaksanakan penelitian ini terbatas, maka focus penelitian meliputi variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru pada Sekolah Menengah Pertama di Se-Bandung Utara.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal yang sudah disebutkan dalam latar belakang yang berhubungan dengan tiga variabel, yaitu kepemimpinan instruksional, iklim sekolah, dan kinerja mengajar guru, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan instruksional kepala sekolah SMP Se-Bandung Utara?

2. Bagaimana iklim sekolah SMP Se-Bandung Utara?

3. Bagaimana kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?

4. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?

5. Berapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?

6. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?

(14)

12

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara. Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Mengetahui gambaran deskriptif kepemimpinan instruksional kepalah sekolah SMP Se-Bandung Utara.

2. Mengetahui gambaran deskriptif iklim sekolah SMP Se-Bandung Utara.

3. Mengetahui gambaran deskriptif kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

5. Mengetahui dan menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

6. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dipandang dari dua sisi: teoritis dan praktis sebagai berikut:

(15)

13

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

(knowledge) tentang pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim

sekolah terhadap kinerja mengajar guru. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan (knowledge) baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang terutama yang berhubungan dengan jurusan dan program Adiministrasi Pendidikan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan tidak hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menyajikan beberapa manfaat terhadap banyak rekan yang terlibat seperti:

- Sekolah atau kepala sekolah, bahkan pengawas SMP Se-Bandung Utara untuk dijadikan umpan balik, dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan kinerja mengajar gurunya.

- Kota/Pemerintah daerah Kota Bandung, pengambil kebijakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat suatu kebijakan pendidikan yang menyangkut peningkatan kinerja mengar guru sekolah tingkat SMP sehingga peningkatan kualitas pendidikan cepat tercapai.

- Selain itu, diharapkan bahwa penemuan dan hasil penelitian akan diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau untuk penelitian yang akan dilakukan di lembaga pendidikan di negara asal peneliti, Kamboja.

(16)

14

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei deskriptif dengan penjelasan (Explanatory Survey Method) dan pendekatan kuantitatif melalui korelasi dan analisi jalur. Analisi ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi antara variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1), iklim sekolah (X2) terhadap kiner mengajar guru

yang sudah tersertifikasi (Y). G. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI dapa tahun 2012, lengkapnya sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan dalam ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan juga struktur organisasi tesis.

Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian pada bab ini dibahas beberapa teori yang pertama mengenai kinerja mengajar guru yang sudah tersertifikasi yang meliputi: (1) Konsep Mengenai Guru, (2) Pengertian Kinerja Mengajar Guru, (3) Faktor-fakfor yang Mempengaruhi Kingerja Mengajar Guru, (4) Indikator Kinerja Mengajar Guru, (5) Penilaian Kinerja Mengajar Guru, dan (6) Proses Penilain Kinerja Mengajar Guru. Pembahasan yang kedua yaitu konsep mengenai Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah yang meliputi (1) Mendefinisikan Kepemimpinan Instruksional, (2) Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Instruksional, (3) Fungsi/Peranan Kepempimpina Kepala Sekolah, dan (3)

(17)

15

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah. Pembahasan yang ketiga dalam bab II ini adalah mengenai konsep dan teori iklim sekolah. Pada iklim sekolah diuraikan mengenai (1) Pengertian Iklim Sekolah, (2) Dimensi – dimensi Iklim Sekolah, (3) Jenis – jenis Iklim Sekolah, (4) Cara Mengkreasikan Iklim Sekolah dan (5) Iklim Sekolah yang Kondusif.

Bab III: Metodologi Penelitian bab ini dibahas mengenai metodologi dari penelitian yang dilakukan. Diuraikan juga beberapa hal diantaranya lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument dan juga teknik analisa data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian diuraikan mengenai: (1) Desskripsi Hasil Penelitian, (2) Uji Analisis, (3) Pengujian Hipotesis. Dan kedua juga diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian. Dalam pembahasan penelitian dijabarkan beberapa penelitian kemudian diraikan secara kritis dan juga dibandingkan dengan teori dan konsep yang mendukung.

Bab V: Kesimpulan dan Rekomendasi. Dua hal yang dijabarkan dalam bab ini yaitu kesimpulan yang berisikan point utama dari hasil penelitian dan juga di uraikan mengenai beberapa rekomendasi yang ditujukan untuk kepala sekolah, guru dan juga peneliti selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

1 Buah CD yang berisi Salinan (soft copy/ hasil scan) Dokumen Penawaran Administrasi, Teknis dan Biaya serta Dokumen Kualifikasi Perusahaan yang berisi

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Ekstrakurikuler Sanggar Alquran

Walaupun fakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode ilmiah namun kumpulan fakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P.,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada

Skripsi Modal Sosial Pedagang Kaki Lima.. FISIP Universitas Maritim Raja

Vocabulary Learning Strategies (Vls) Of High-Achieving Indonesian Efl Undergraduate Students.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Netralkan indera pengecap Anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.. Indikator

dan simbolik materi hidrolisis garam dalam courseware multimedia yang