• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PRASETYA GORONTALO PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PRASETYA GORONTALO PADA MATERI HIDROLISIS GARAM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PRASETYA GORONTALO

PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Suhardi Hamsin, Astin P. Lukum dan Hendri Iyabu

Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Korespondensi: Jalan Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, 96128

Abstract. This research is class action research, the purpose of this research is for the step on the

student study result in salt hydrolisis material with used mind mapping method. sample of this reseacrh is student at class XI IPA in SMA Prasetya Gorontalo total of are 17 people, 12 people are girls and 5 people boys.

Process of learning with used mind mapping method , the student study result in salt hydrolisis material can to step on from cycle I, this matter can look up at the student study result at cycle I is 74,36 % and cycle II 82,35%.

Look up the data from result of the reserch, so the action hypotesis can to test the truth, that is if the

Mind Mapping method used by teacher at salt hydrolisis meterial, so the quality of student study result

will to step on.

Key word : Mind Mapping Method, Salt Hydrolisis , Student Study Result

Abstrak. Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas, penelitian ini bermaksud untuk

meningkatan hasil belajar siswa pada materi Hidrolisis Garam denga menggunakan metode Mind

Mapping. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Prasetya Gorontalo yang berjumlah

17 orang yang terdiri dari 12 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping ini hasil belajar siswa pada materi Hidrolisis Garam meningkat dari siklus I ke siklus II, hal tersebut dapat dilihat pada hasil belajar siswa siklus I sebesar 74,36% dan pada siklus II 82,35%.

Dari data hasil penelitian diatas, maka hipotesis tindakan teruji kebenarannya, yaitu “Apabila guru menerapkan metode Mind Mapping pada materi Hidrolisis Garam, maka kualitas hasil belajar siswa akan meningkat”.

Kata kunci: Metode Mind Mapping, Hidrolisis Garam, Hasil Belajar Siswa

Perkembangan dunia pendidikan saat ini telah merambah ke era kompetensi. Bukan suatu hal yang aneh jika beberapa instansi pendidikan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama terkait dengan nilai ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar saat ini menjadi momok bagi instansi

pendidikan umumnya dan khususnya bagi SMA Prasetya Gorontalo yang terindikasi hampir semua siswa yang mendaftar disekolah ini adalah siswa yang tidak terterima di SMA unggulan yang ada di kota gorontalo, dengan kata lain rata-rata nilai UAN yang masuk sekolah ini adalah rendah. Sejak dikeluarkannya Kurikulum

(2)

2 Berbasis Kompetensi ternyata muncul suasana yang berbeda dalam iklim dunia pendidikan, setiap sekolah harus bisa memahami dan mampu beradaptasi dengan kurikulum tersebut. Karena yang dihadapi adalah siswa yang kebanyakan dari mereka telah menyerap pendidikan dengan metode tradisional. Hal ini ditambah lagi dengan revisi Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) walaupun muatan didalamnya sama namun aplikasi dari kurikulum tingkat satuan pendidikan membutuhkan sebuah perjuangan yang ekstra untuk mewujudkan ketuntasan belajar.

Mengingat demikian besarnya pengaruh metode pembelajaran terhadap perolehan konsep dan keterampilan siswa dalam memahami ilmu kimia, maka perlu diupayakan suatu model pengajaran yang memungkinkan siswa lebih dapat memahami konsep-konsep kimia dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang dirasakan cocok untuk mempelajari kimia adalah menerapkan metode Mind Mapping. Metode pembelajaran Mind Mapping ditujukan untuk membantu siswa didalam mempelajari sebuah konsep kimia agar lebih cepat dan mudah untuk diapahami.

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagi hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat juga didefenisikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapat suatu perubahan yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto 2010: 2).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha mendapat kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mendapat kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto dalam Baharudin dan wahyuni 2010 : 13).

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne (dalam Suprijono 2009 : 5) hasil belajar berupa: 1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun

(3)

3 tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik, 2) ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan, 3) strategi kognitif yaitu kecakapan manyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah, 4) ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani dan 5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku.

Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.

Mind Mapping memadukan dan

mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk

informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.

Mind Mapping ada beberapa

komponen yang harus diperhatikan yaitu konsep utama, isu utama, sub isu (dari setiap isu utama), sub-sub isu (dari setiap isu), dan proposisi. Sehingga langkah-langkah dasar mind mapping menurut Buzan 2008 adalah: 1) Mulailah dari tengah kertas kosong, 2) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama, 3) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat. 4) Buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya, 5) Buatlah garis hubung yang melengkung, 6) Gunakan satu kunci untuk setiap garis, dan 7) Gunakan gambar. Mind Mapping yang dilakukan oleh siswa harus diarahkan oleh guru agar Mind Mappimg siswa searah dengan inti materi yang disajikan guru. Oleh karena itu, jika Mind Mapping diterapkan dalam pembelajaran maka harus melalui langkah-langkah konkrit membentuk sebuah model pembelajaran yang dapat mengubah cara mencatat siswa dari linear panjang menjadi Mind Mapping.

Mind Mapping ada beberapa

komponen yang harus diperhatikan yaitu konsep utama, isu utama, sub isu (dari setiap isu utama), sub-sub-isu (dari setiap isu), dan proposisi. Sehingga langkah-langkah dasar mind mapping menurut Buzan 2008 adalah: 1) Mulailah dari tengah kertas kosong, 2) Gunakan gambar (simbol)

(4)

4 untuk ide utama, 3) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat. 4) Buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya, 5) Buatlah garis hubung yang melengkung, 6) Gunakan satu kunci untuk setiap garis, dan 7) Gunakan gambar. Mind Mapping yang dilakukan oleh siswa harus diarahkan oleh guru agar

Mind Mappimg siswa searah dengan inti materi yang disajikan guru. Oleh karena itu, jika Mind Mapping diterapkan dalam pembelajaran maka harus melalui langkah-langkah konkrit membentuk sebuah model pembelajaran yang dapat mengubah cara mencatat siswa dari linear panjang menjadi Mind Mapping.

Garam merupakan senyawa ion, yang terdiri dari kation logam dan anion sisa logam. Kation logam biasa dianggap berasal dari satu basa, sedangkan anionnya berasal dari asam. Jadi, setiap garam mempunyai komponen basa (kation) dan komponen asam (anion). Contoh: natrium klorida terdiri dari kation Na+ yang dianggap berasal dari NaOH, dan anion Cl -yang berasl HCl. Di dalam air, air NaCl terdapat sebagai ion-ion yang terpisah. NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq) Sebagian

asam dan basa yang tergolong elektrolit kuat, sedangkan sebagian lainnya tergolong elektrolit lemah. Di antara asam dan basa yang tergolong elektrolit kuat adalah adalah: Asam kuat: H2SO4, HCl,

HNO3, HI, HBr. Basa kuat : NaOH, KOH.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa sifat larutan garam tergantung pada kekuatan relatif asam-basa penyusunnya.1. Garam dari asam dan basa kuat bersifat netral, 2. Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam, 3. Garam dari asam lemah dan basa kuat bersifat asam, dan 4. Garam dari asam lemah dan basa lemah tergantung pada harga tetapan ionisasi asam dan ionosasi basanya (Ka dan Kb). (Purba, 2006

: 252).

Menurut Ruminten dan Hartono (2009:209), sifat larutan garam itu bergantung pada kekuatan relativ asam dan basa penyusunnya. Sifat larutan garam disimpulkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Sifat Larutan Garam

Asam Pembentuk Basa Pembentuk Sifat larutan Contoh Kuat Kuat Lemah Lemah Kuat Lemah Kuat Lemah Netral Asam Basa Bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa

NaCl; K2SO4

NH4Cl; AlCl3

NaCH3COO; KCN

NH4CH3COO

(5)

5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik dan konseptual diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan “Apabila guru

menerapkan metode Mind Mapping pada materi Hidrolisis Garam, maka kualitas hasil belajar siswa akan meningkat”

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Prasetya Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kimia di sekolah tersebut yang kelasnya dikenai tindakan. Kelas yang akan dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA dengan jumlah 17 orang, laki-laki 5 orang dan perempuan 12 orang. Jumlah guru kimia yang tersertifikasi disekolah ini hanya 1 orang dan dilengkapi dengan fasilitas laboratorium IPA 1 buah.

Variabel Penelitian

1. Variabel Input (siswa kelas XI IPA SMA Prasetya, guru kimia, media pembelajaran, perangkat pembelajaran serta lingkungan sekitar)

2. Variabel Proses (penyampaian apresepsi, teknik bertanya guru dan pertanyaan siswa)

3. variabel output (aktifitas serta hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam)

Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahapan ini adalah :

1. Membuat surat izin dari dinas pendidikan gorontalo

2. Melakukan koordinasi sekaligus permohonan izin kepada kepala sekolah sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan.

3. Mengadakan observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan proses belajar mengajar di SMA Prasetya Gorontalo terutama guru Mata Pelajaran Kimia

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini waktu yang dibutuhkan empat minggu. Minggu pertama pelaksanaan siklus I, yang terdiri dari dua kali pertemuan. Minggu kedua adalah waktu untuk merefleksi pelaksanaan siklus I sekaligus persiapan untuk masuk pada siklus II. Kalau hasil refleksi pada siklus I tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka minggu ketiga adalah pelaksanaan siklus II.

Siklus I

a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

(6)

6 b) Melaksanakan Kegiatan Belajar

Mengajar sesuai dengan materi dan tindakan yang dipilih, yang terdiri dari :

1. Pendahuluan (± 10 Menit)

a. Memberi salam.

b. Menyampaikan standar kompotensi dan kompotensi dasar yang terkait dengan materi Hidrolisis Garam. c. Memberikan apersepsi yaitu

memberikan contoh tentang Hidrolisis Garam

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti (± 76 Menit)

a. Membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dalam satu kelompok.

b. Menjelaskan konsep berhubungan dengan indikator yaitu ciri-ciri beberapa jenis garam dapat terhidrolisis, sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi.

c. Membagikan ringkasan materi hidrolisis garam kepada setiap kelompok untuk didiskusikan.

d.Memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk membuat mind mapping hasil diskusinya dalam kertas kosong.

e. Memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk mempresentasikan Mind Mapping hasil diskusinya dan

kelompok lain memberikan tanggapan serta pertanyaan.

f. Guru melengkapi atau membenarkan jawaban dari siswa.

g. Memberikan soal evaluasi 3. Kegiatan Penutup (± 4 Menit) a. Guru bersama siswa mnyimpulkan

materi.

b. Mengingatkan materi berikutnya. Observasi

Pada tahap dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini, tindakan dilaksanakan oleh peneliti. Refleksi

Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir siklus. Pada tahapan tersebut yang menjadi bahan analisis adalah aktivitas siswa, guru, pengelolaan pembelajaran dan hasil belajar.

Tahap Analisis dan Refleksi

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu perlu mengetahui data sebagai berikut:

a. Data aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung.

b. Data hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam.

Analisis data merupakan bagian yang sangat vital dalam penelitian. Seluruh data yang diperoleh, dianalisis secara bertahap pada setiap akhir siklus. Analisis data pada penelitian tersebut menggunakan

(7)

7 teknik analisis deskriptif, kualitatif serta kuantitatif.

3. Kriteria Penilaian

Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini, dirumuskan sebagai berikut :

1. Tindakan yang dilakukan dinyatakan telah berhasil apabila sebanyak 65% siswa yang dikenai tindakan telah mendapat taraf penguasaan materi minimal 75%;

2. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal minimal mencapai 75%;

3. Proses pembelajaran yang dinilai lewat lembar pengamatan minimal mendapat kategori cukup baik.

Analisis Data.

Data mengenai hasil hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif menggunakan pedoman konversi skor yang diseimbangkan oleh Sanafia. (Purwanto, 2011 : 207 ) sebagai berikut : 90-100 atau 9,0-10 dengan kategori baik sekali (BS), untuk 80-89 atau 8,0-8,9 kategori baik (B), sedangkan dari 75-79 atau 7,5-7,9 kategori Cukup (C) dan dari 0-74 atau 0-7,4 mendapatkan kategori kurang (K).

Hasil ketuntasan yang diperoleh siswa baik secara perorangan maupun klasikal dapat dihitung dengan rumus :

1. Daya Serap Perorangan =

ୗ୩୭୰ େୟ୮ୟ୧ୟ୬ ୘୧ୟ୮ ୗ୧ୱ୵ୟ

ୗ୩୭୰ ୑ୟ୩ୱ୧୫୳୫ ୗ୭ୟ୪ x 100%

2. Daya Serap Klasikal =

ୗ୩୭୰ େୟ୮ୟ୧ୟ୬ ୗୣ୪୳୰୳୦ ୗ୧ୱ୵ୟ

ୗ୩୭୰ ୑ୟ୩ୱ୧୫୳୫ ୗୣ୪୳୰୳୦ ୗ୭ୟ୪x 100%

3. Nilai Rata − Rata =

୎୳୫୪ୟ୦ ୒୧୪ୟ୧ ୗୣ୪୳୰୳୦ ୗ୧ୱ୵ୟ ୎୳୫୪ୟ୦ ୗ୧ୱ୵ୟ 4. % Ketuntasan = ୎୳୫୪ୟ୦ ୗ୧ୱ୵ୟ ଢ଼ୟ୬୥ ୘୳୬୲ୟୱ ୎୳୫୪ୟ୦ ୗୣ୪୳୰୳୦ ୗ୧ୱ୵ୟ x 100% HASIL

Hasil Pengamatan Siswa

Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat melalui lembar kegiatan siswa terdiri dari 10 aspek yang terdiri atas: Kemampuan merespon penjelasan guru pada awal pembelajaran, kemampuan dalam menerima materi, interaksi dalam kelompok, interaksi antara guru dengan siswa, penggunaan bahasa, kemampuan dalam bertanya, membuat rangkuman materi, kemampuan dalam mengerjakan soal-soal latihan, dapat menjawab pertanyaan guru dan dapat menarik kesimpulan. Aspek-aspek yang dinilai dengan beberapa kriteria tersebut yaitu Baik Sekali (BS), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Data hasil pengamatan kegiatan ini secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

(8)

8

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

No Kegiatan Siklus I Siklus II Skor Rata-rata (%) Capaian Skor Rata-rata (%) Capaian 1 Kemampuan merespon penjelasan

guru pada awal pembelajaran 3 7,5% 3,67 9,18%

2 Kemampuan dalam menerima materi 3 7,5% 4 10%

3 Interaksi dalam kelompok 2,67 6,68% 3,33 8,33%

4 Interaksi antara guru dengan siswa 2,67 6,68% 3,67 9,18%

5 Penggunaan bahasa 2,33 5,83% 3 7,50%

6 Kemampuan dalam bertanya 2,33 5,83% 3 7,50%

7 Membuat Rangkuman Materi 2 5% 3,67 9,18%

8 Kemampuan dalam mengerjakan

soal-soal latihan 3 7,5% 3,00 7,50%

9 Dapat menjawab pertanyaan guru 2 5% 3,33 8,33%

10 Dapat menarik kesimpulan 2,67 6,68% 3,33 8,33%

Jumlah 25,67 64,20% 34 85,03%

Kategori Kurang Baik

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa hasil pengamatan tentang kegiatan siswa pada siklus I termasuk pada kategori kurang atau 64,20%, kemudian kegiatan siswa pada siklus II mengalami peningkatan dan termasuk pada kategori baik atau 85,03%.

Hasil Pengamatan Kegiatan Guru

Berdasarkan tindakan kelas yang telah dilaksanakan sebanyak 2 siklus, maka diperoleh data dengan kegiatan guru pada materi hidrolisis garam terdapat pada tabel 2:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru.

No Kegiatan Siklus I Siklus II Skor Rata-rata (%) Capaian Skor Rata-rata (%) Capaian 1 Silabus/RPP 3,67 7,65% 3,67 7,65%

2 Lembaran Kerja Siswa (LKS) 3 6,25% 3,67 7,65%

3 Mempersiapkan siswa untuk belajar 2,67 5,56% 3 6,25% 4 Melakukan kegiatan apresepsi 2,67 5,56% 3,67 7,65% 5 Melaksanakan pembelajaran

berdasarkan metode yang diterapkan

2,33 4,85% 3 6,25%

6 Interaksi guru dalam kelas 2, 67 5,56% 3 6,25%

(9)

9 8

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang

direncanakan

2 4,17%

3 6,25% 9 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa

dalam pembelajaran

2, 33 4,85% 3 6,25%

10 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran

2, 67 5,56% 3 6,25%

11 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

2, 33 4,85% 2,67 5,56%

12 Memberikan tes proses belajar 3,67 7,65% 3,33 6,94%

Jumlah 32,34 67,36% 37,68 78,51%

Kategori Kurang Cukup

Data pada tabel tersebut menunjukan tingkat keberhasilan masing-masing kegiatan guru pada siklus I dan siklus II yang diukur melalui skor yang digunakan. Kegiatan guru pada siklus I masih tergolong kategori kurang atau 67,36%, sedangkan siklus II telah mengalami peningkatan termasuk pada kategori cukup atau 78,51%.

Hasil Belajar Siswa

Proses pembelajaran pada siklus I lebih difokuskan pada materi konsep

hidrolisis. Hasil belajar siswa pada setiap siklus merupakan gambaran keberhasilan pembelajaran. Tingkat penguasaan siswa pada materi hidrolisis garam dapat diukur melalui tes tertulis. Tes tertulis pada setiap siklus terdiri dari 5 butir soal objektif dan 5 butir soal essay dengan skor masing – masing soal bervariasi. Hasil belajar siswa pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4:

Tabel 4. Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

No Rentang Nilai Hasil Belajar Siklus I Hasil Belajar Siklus II Jumlah Siswa Rata-rata Jumlah

Siswa Rata-rata Kriteria

1 90 – 100 2 92% 5 92% Baik Sekali

2 80 – 89 5 81,2% 7 82% Baik

3 75 – 79 4 76,4% 3 76,7% Cukup

4 0 – 74 6 61,6% 2 68% Kurang

Jumlah 17 17

Dari data pada Tabel 4 diketahui hasil belajar siswa pada siklus I, bahwa

dari 17 orang siswa yang mengikuti tes, 2 orang siswa mendapat kriteria Baik Sekali

(10)

10 (BS) dengan nilai rata-rata 92%, terdapat 5 orang yang mendapat kriteria Baik (B) dengan nilai rata-rata 81,2%, 4 orang dengan kriteria cukup (C) dengan nilai rata-rata 76,4%, dan orang mendapat nilai dengan kriteria Kurang (K) dengan nilai rata-rata 61,6%. Dari data hasil belajar siswa pada siklus I nilai diatas dapat diperoleh analisisnya sebagai berikut; 65% siswa yang mendapat nilai diatas standar ketuntasan yaitu 75, dengan rata-rata 83 dan sisanya 35% siswa mendapat nilai dibawah 75, dengan rata-rata 62 dan daya serap klasikal 74,36%. Dengan demikian dari jumlah siswa keseluruhan terdapat 6 siswa yang belum tuntas atau sekitar 35%. Refreksi Kegiatan

a) Refleksi Kegiatan Siswa;

Kondisi emosional dan psikis siswa pada saat pembelajaran berlangsung sedang bermasalah dan guru kurang memperhatikan masalah tersebut, siswa belum terbiasa menggunakan model

Mind Mapping dalam proses

pembelajaran selain itu keaktifan siswa dalam kelompok belum maksimal sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa, adanya keragu-raguan yang terdapat pada diri siswa saat menjawab pertanyaan dari guru ataupun dari teman kelompok lain, siswa kurang berinteraksi dengan teman kelompok dan kelompok lain serta dalam

merumuskan suatu keismpulan atau menuliskan rangkuman belum optimal. b) Refleksi Kegiatan Guru;

Berdasarkan pengamatan dari dosen pembimbing dan guru mitra selaku pengamat, kegiatan guru pada siklus I belum terlalu maksimal, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Dari data pengamatan, hasil refleksi kegiatan guru pada siklus I yaitu: Apersepsi dan motivasi yang diberikan untuk merangsang minat belajar siswa belum maksimal, belum maksimalnya usaha yang dilakukan guru untuk menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kelompok, guru belum sepenuhnya berinteraksi secara keseluruhan dengan siswa, cara menyampaikan pesan/materi kepada siswa yang kurang sesuai dan kemampuan mengatur alokasi waktu serta kemampuan dalam memberi penguatan yang kurang maksimal.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka pada tindakan siklus II, guru harus melakukan penyempurnaan pada aspek-aspek kegiatan pembelajaran sebagai berikut; Lebih mengoptimalkan pemberian apersepsi dan motivasi diawal kegiatan pembelajaran dengan memberitahukan kepada siswa tentang pentingnya penguasaan materi sebagai prasyarat untuk ke materi selanjutnya, guru lebih proaktif untuk menumbuhkan

(11)

11 partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan melibatkan siswa pada diskusi maupun belajar kelompok, guru harus bisa menguasai karakteristik siswa sehingga guru dapat beriteraksi dengan siswa didalam kelas, guru harus mampuh dan lebih menguasai materi sebelum meyampaikan kepada siswa dan guru harus mampuh manajemen waktu sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

Setelah melakukan tindakan pembelajaran pada siklus II yang diamati oleh pengamat diperoleh bahwa hasil belajar siswa telah mencapai diatas 75 % sehingga telah mencapai ketuntasan sesuai dengan yang ditetapkan standar minimalnya yaitu sebesar 75 %. Namun masih terdapat 2 orang siswa yang tidak tuntas.Berdasarkan hasil refleksi maka dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan telah berhasil, sehingga peneliti dan pengamat sepakat untuk tidak melanjutkan tindakan pada siklus selanjutnya.

Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan maksud memperbaiki proses pembelajaran, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Mind Mapping. Dalam penelitian ini digunakan beberapa

perangkat penelitian, maka perlu dilihat atau diketahui bagaimana guru dalam pengelolaan pembelajaran, aktifitas siswa, dan hasil evaluasi. Dalam melakukan pembelajaran pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan metode Mind Mapping selain mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, silabus, lembar evaluasi, peneliti juga mempersiapkan lembar observasi baik untuk kegiatan guru maupun untuk kegiatan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan siswa maupun guru dalam tindakan ini telah dilaksanakan karena aspek-aspek dalam lembaran observasi berpengaruh dalam pelaksanaan tindakan dan hasil belajar siswa, sehingga bisa diketahui apakah tindakan ini telah berhasil atau masih perlu diadakan tindakan selanjutnya

Berdasarkan analisis data penilaian, diperoleh bahwa dengan menggunakan Metode Mind Mapping pada pembelajaran Kimia khususnya pada materi Hidrolisis Garam mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kegiatan pembelajaran pada siklus I awalnya siswa mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I, dimana dari beberapa aspek kegiatan siswa masih dalam kategori cukup. Aspek-aspek tersebut meliputi interaksi guru dengan siswa, penggunaan bahasa, membuat

(12)

12 rangkuman materi dan dapat menjawab pertanyaan guru. Selain aspek-aspek tersebut hasil Mind Mapping yang dibuat oleh siswa pada lampiran 8 menunjukan bahwa pada awal penelitian dengan meggunakan metode Mind Mapping siswa masih sangat bingung dengan suatu metode yang belum pernah mereka dapatkan yaitu dalam penyusunan Mind Mapping. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perbandingan antara Mind Mapping dari peneliti pada lampiran 13 dengan Mind Mapping hasil kelompok yang dibuat oleh siswa pada siklus I (lampiran 14). Kekurangan atau kelemahan yang terdapat dalam mind mapping siswa yaitu, konsep dari Mind Mapping belum terlalu jelas seperti, pengertian hidrolisis garam tidak dituliskan dalam Mind Mapping, ini menunjukan bahwa belum adanya kerja kelompok yang efektif dan efisien dari setiap anggota kelompok masing-masing. Kemudian Mind Mapping tidak diselesaikan secaran tuntas, hal tersebut menandakan bahwa siswa masih bingung terkait dengan matode mind mapping, sehingga siwa belum mampu memahami secara utuh konsep dari hidrolisis garam yang telah dituliskan dalam hasil diskusi kelompok dalam bentuk Mind Mapping.

Disamping itu hasil pengamatan kegiatan guru juga menunjukan bahwa siklus I masih perlu adanya perbaikan, hal

tersebut dilihat dari beberapa aspek dari kegiatan guru yang masih dalam kategori cukup. Aspek-aspek tersebut meliputi mempersiapkan siswa untuk belajar, melaksanakan pembelajaran sesui dengan waktu yang direncanakan dan menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Adanya kekurangan yang masih terdapat pada siklus I, sehingga perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Siklus II yang merupakan siklus lanjutan untuk menyempurnakan siklus sebelumnya, pada siklus II pembelajaran dilakukan pada materi yang sama, tetapi pada silkus II lebih difokuskan pada materi pH larutan garam. Dari hasil pengamatan siswa pada siklus II menunjukan bahwa adanya peningkatan dan perbaikan aspek-aspek seperti, interaksi guru dengan siswa, penggunaan bahasa, membuat rangkuman materi dan dapat menjawab pertanyaan guru. Adapun, kemungkinan ini juga disebabkan oleh siswa sudah terbiasa dengan penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping. Dalam hal ini interaksi sesama siswa dalam kelompokpun telah meningkat. Peningkatan dalam kelompok dapat dilihat dari cara-cara dalam penyusunan Mind Mapping seperti yang ditunjukan lampiran 27.

Berdasarkan data dari hasil penelitian menunjukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus

(13)

13 I ke siklus II yaitu dari 74% ke 82%. Hal tersebut terjadi karena berbagai upaya tindakan yang digunakan dalam pembelajaran siklus II. Evaluasi yang dilakukan pada siklus I menunjukan bahwa 11 orang (65%) siswa yang mendapat nilai diatas ketentuan standar yaitu 75 dengan nilai rata-rata 83. Jumlah ini masih rendah yang disebabkan oleh siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran Mind Mapping dan apresepsi serta motifasi yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk merespon pelajaran yang berlangsung belum maksimal.

Peningkatan aktifitas siswa juga dapat diketahui dari hasil analisis tes evaluasi siklus II. Pada evaluasi siklus II, tes yang digunakan berupa 5 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal essay. Dari analisis tes evaluasi siklus II hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir pelajaran menunjukan bahwa 15 orang (88%) telah mencapai ketuntasan yaitu mendapat hasil belajar diatas 75, sedangkan 2 orang (12%) belum tuntas dengan mendapat nilai dibawah 75 dengan daya serap klasikal 82,35%.

Siswa yang belum tuntas sebanyak 2 orang atau sekitar 12% dengan perolehan nilai dibawah 75 masih diberikan bimbingan sampai siswa tersebut berhasil dengan nilai yang diharapkan. Dengan demikian, menandakan bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran pada

siklus II dibandingkan pada proses pembelajaran pada siklus I. Persentase ketuntasan hasil belajrar siswa pada siklus I adalah 74,36% dan untuk siklus II yaitu 82,35%.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 82,35% dari hasil belajar siswa pada siklus I yakni 74,36% . Maka hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini yakni :“Apabila guru menerapkan metode Mind Mapping pada materi hidrolisis garam, maka kualitas hasil belajar siswa akan meningkat, dengan demikian hipotesis terterima.“

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia khususnya pada materi hidrolisis garam setelah diterapkan metode pembelajaran Mind Mapping ternyata hasil belajar siswa meningkat. Berarti metode ini cocok diterapkan pada pembelajaran kimia. PENUTUP

Simpulan

1. Metode pembelajaran Mind Mapping dalam kegiatan pembelajaran materi Hidrolisis Garam terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Prasetya Gorontalo.

2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II yakni

(14)

14 dari 74,36% meningkat menjadi 82,35% atau dengan kata lain mengalami peningkatan sebesar 7,99%

Saran

Adapun yang menjadi saran pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran Mind Mapping dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia untuk materi yang lainnya. 2. Pelaksanaan penelitian ini kiranya

dapat menjadi referensi tambahan baik bagi guru, maupun kepada para pembaca dalam upaya meningkatkan

mutu dan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran kimia. 3. Kepada peneliti selanjutnya, kiranya

dapat mengembangkan penelitian ini dengan instrumen yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony. 2004. Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dwi, Ria I. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Mind Mapping dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Teorema Phytagoras,Skripsi FKIP,UMS : Surakarta.

Mahmudin.2009.http://mahmmudin.wordpress.com/2009/12/01/pembelajaran berbasis-petapikiran- mind-mapping/. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2012)

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 2 . Jakarta : Erlangga Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rosalia Dewi, Shinta. 2011. Inovasi Guru Kimia SMA Kelas X, XI, XII. Yogyakarta : PT. Suka Buku

Senuk Muhidin. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Ikatan Kimia Siswa Kelas X SMK Negeri I Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2010/2011. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo

Sunardi. 2007. Kimia Bilingual Untuk SMA Kelas X. Bandung : Yrama Widya Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Bandung Sudjana,N. 2006. Metode Statistika. Bandung: Tersiro

S,Syukri. 1999. Kimia Dasar 2.Bandung : ITB

Sutarni Melania. 2010. “Penerapan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Kemampuan Mengerjakan Soal Cerita Bilangan Pecahan”. Jakarta : Jurnal Pendidikan Penabur. (Di Unduh 08 Maret 2013)

Suyatno. (2008). “Mengajar dengan Peta Pikiran”. Jurnal Sanggar Guru (Online). diakses 08 Maret 2013

Gambar

Tabel 1. Sifat Larutan Garam
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru.
Tabel 4. Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Faktor Fundamental (dalam hal ini yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Price Earnings Ratio )

Dalam proses pembelajaran perlu dilihat, dievaluasi, diperbaiki, bahkan ditingkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan

PARAMETER BOBOT PAR 33   Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan penyampaian

This study focuses on the role of education in the Palestine women on Michael Gorkin and Rafiqa Othman’s Three Mothers, Three Daughters novel seen from the theories

Soeparno (2005) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas ayam broiler adalah..

Disamping itu, sistem penanaman yang digunakan dimana peneliti menggunakan sistem tumpangsari tanaman bawang merah dan sawi putih, dosis pupuk baik organik maupun anorganik,

Beritahukan kepadaku tentang Islam.” menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya

Dengan adanya komputerisasi, maka kemudahan dalam pencarian dan penambahan data dapat dirasakan sehingga setiap orang akan menggunakan waktu dengan efektif dan efisien.