• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mekah dan dibeberapa tempat di luar Kota Mekah dalam bulan Zulhidjah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mekah dan dibeberapa tempat di luar Kota Mekah dalam bulan Zulhidjah."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HAJI

2.1.1 Defenisi Haji

Ibadah haji adalah rukun Islam yang ke lima. Rukun tersebut menetapkan bahwa bagi setiap muslim yang mampu wajib untuk melaksanakannya, sekali seumur hidup. Mengerjakan haji ialah mengerjakan beberapa amal tertentu di Mekah dan dibeberapa tempat di luar Kota Mekah dalam bulan Zulhidjah. Mengerjakan haji itu hukumnya fardhu’ain bagi umat Islam yang akil-baligh dan mampu sekali dalam seumur hidup dan sunat mengerjakannya berulang-ulang (Thalib, 1966:5).

2.1.2 Jenis-Jenis Haji

Haji terdiri atas tiga jenis, yaitu haji Ifrad yang berarti menyendiri. Dalam pelaksanaannya, ibadah yang pertama dilakukan adalah ibadah haji hingga selesai, kemudian baru ibadah umroh sampai selesai. Yang kedua yaitu haji Tamattu’ yang berarti bersenang-senang atau bersantai-santai. Ibadah yang pertama dilakukan yaitu ibadah umroh hingga selesai, setelah itu baru melakukan ibadah haji sampai selesai. Yang ketiga yaitu haji Qiran yang dapat diartikan dengan menyertakan atau menggabungkan. Adapun dalam terminologi fiqih, haji qiran ialah pelaksanaan ibadah haji dan umroh sekaligus dan dengan satu niat (Al Munawar, 2003:44).

(2)

2.1.3 Syarat Haji

Syarat yang harus dipenuhi ketika ingin melakukan ibadah haji yaitu: (Thalib, 1966:10)

1. Islam. Tidak diwajibkan bagi orang kafir mengerjakan haji. 2. Baligh. Tidak diwajibkan bagi anak-anak yang belum baligh. 3. Berakal. Tidak diwajibkan bagi orang yang gila.

4. Merdeka. Tidak diwajibkan bagi budak.

5. Mampu. Tidak diwajibkan bagi orang yang tidak mampu 2.1.4 Rukun Haji

Rukun haji adalah amal-amal yang wajib dikerjakan pada waktu melaksanakan haji. Apabila salah satu dari rukun haji tidak dilaksanakan maka hajinya tidak akan sah atau batal. Rukun haji tersebut yaitu: (Thalib, 1966:31)

1. Ihram. Ihram ialah niat untuk memulai penunaian ibadah haji

2. Wuquf. Wuquf ialah berhenti di Arafah, yaitu hadir di tanah Arafah dalam keadaan ihram walaupun sebentar.

3. Tawaf. Tawaf ialah mengelilingi Baitullah tujuh kali yang dimulai dari

Hajar Aswad.

4. Sa’i. Sa’i adalah berjalan bolak-balik tujuh kali di antara Safa dan

Marwah dan di mulai dari Bukit Safa.

5. Mencukur atau menggunting rambut. Mencukur atau menggunting rambut ialah menghilangkan rambut dari kepala.

(3)

2.1.5 Wajib Haji

Sesuai dengan ajaran dalam syariat Islam, wajib haji itu ada 6, yaitu: (Thalib, 1966:37)

1. Berniat di Miqat. Yaitu tempat yang sudah di tentukan memulai niat haji. 2. Bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Zulhidjah yang

dilakukan sesudah mengerjakan wukuf di Arafah.

3. Meluntar jumrah aqabah di Mina sebanyak tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Zulhidjah.

4. Bermalam di Mina tanggal 11, 12, dan 13 Zulhidjah.

5. Meluntar jumrah ula, jumrah wustah, dan jumrah aqabah pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhidjah tujuh kali.

6. Meninggalkan segala yang di haramkan dalam waktu mengerjakan ibadah haji.

2.1.6 Hukum Ibadah Haji

Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Sebagai rukun Islam, haji hukumnya wajib berdasarkan al-Quran, sunnah dan ijma’ulama. Kewajiban haji hanya bagi orang yang mampu biaya, fisik, waktu dan terjaminnya keamanan. 2.1.7 Hikmah Ibadah Haji

Setiap ibadah yang disyariatkan jelas mempunyai hikmah-hikmah tertentu. Beberapa hikmah ibadah haji yaitu: (Al Munawar, 2003:14)

1. Ibadah haji yang dilakukan dengan niat ikhlas, dan memenuhi ketentuannya, Allah menghapuskan dosa orang yang menunaikannya.

(4)

2. Melaksanakan ibadah haji dapat memperteguh dan memperbaharui keimanan.

3. Meningkatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas segala karunia Allah SWT.

2.2 Pembiayaan Haji

Salah satu cita-cita dan harapan seorang muslim yaitu dapat melaksanakan ibadah haji. Namun harapan itu penuh dengan berbagai macam kendala, sehingga kesempatan untuk menunaikan ibadah haji tersebut sulit untuk terealisasi. Dari berbagai macam kendala yang dihadapi, masalah finansial merupakan salah satu dari kendala tersebut.

Salah satu syarat untuk melakukan perjalanan ibadah haji yaitu harus mempunya kemampuan finansial. Kemampuan finansial yang dimaksudkan disini yaitu Ongkos Naik Haji (ONH) atau sekarang yang disebut dengan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Walaupun mengalami perubahan nama dari ONH ke BPIH namun cara kerja dan sistem kerjanya masih sama saja.

Walaupun seseorang telah memiliki kemampuan baik dari segi finansial maupun fisik, tetapi tetap saja ia tidak dapat dengan mudah merealisasikan niat suci tersebut. Hal ini disebabkan karena begitu banyaknya jumlah umat muslim yang akan menunaikan ibadah haji sedangkan jumlah kuota (batasan maksimal) suatu negara untuk dapat mengirimkan jamaah pada tahun tertentu sangat terbatas. Salah satu yang menjadi titik awal dalam persiapan penyelenggaraan ibadah haji yaitu Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Karena apabila BPIH sudah ditetapkan maka akan mudah menyusun rangkaian penyelenggaraan ibadah

(5)

haji. Tetapi dalam kenyataannya, penetapan BPIH dicapai saat detik-detik terakhir menjelang musim haji. Hal ini menyebabkan tidak berjalannya rangkaian penyelengaraan ibadah haji sebagaimana mestinya.

Seperti hasil kesepakatan penetapan BPIH antara DPR dan Pemerintah untuk musim haji tahun 2012, baru tercapai pertengahan Juli 2012 lalu. Padahal penyelenggaraan ibadah haji akan dimulai pemberangkatan petugas dan kemudian kelompok terbang (Kloter) pertama pada bulan September. Jadi, hanya ada waktu sekitar 1 bulan untuk persiapan pelunasan BPIH bagi para jamaah calon haji yang masuk daftar berangkat menunaikan ibadah haji tahun 2012 tersebut.

Meskipun ada sinyal kenaikan biaya pemondokan di Mekah, tapi Komisi VIII DPR RI mengupayakan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) bagi para calon jamaah haji tahun 2013 ini tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sayed Fuad Zakaria (www.Berita8.com, 5 Maret 2013) mengatakan “Kita upayakan BPIH tidak naik, dengan meningkatkan dana optimalisasi sehingga subsidi bertambah. Untuk tahun 2012 sebesar Rp10 juta per orang, dan untuk tahun 2013 Rp12 juta per orang”. Sayed menjelaskan, kenaikan tersebut berkaitan dengan pemugaran yang dilakukan pihak Arab Saudi atas perluasan mataf atau tempat tawaf di sekeliling Ka’bah, serta area-area lain di Mekkah. Kenaikan harga pemondokan meningkat sekitar 20%. Namun, ditambahkan Sayed, tim dari Kemenag terus bernegosiasi. ”Kita harapkan tak lebih 5600 real untuk sewa pemondokan”. Selain kenaikan biaya pemondokan, pemugaran yang dilakukan pihak Arab Saudi juga berdampak langsung terhadap jarak pemodokan yang semakin jauh (www.Berita8.com, 5 Maret 2013).

(6)

Dari tabel 2.1 dapat di lihat bahwa BPIH selama kurun waktu sepuluh tahun yaitu sejak tahun 2003-2012, bila dirata-ratakan nilainya yaitu sebesar Rp 28.798.449. BPIH tertinggi berada pada tahun 2012 yaitu Rp 33.331.600 dan BPIH terrendah berada pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 22,998,800. Namun BPIH yang mengalami kenaikan cukup besar yaitu berada pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 6.810.814 dari yang mulanya BPIH pada tahun 2007 sebesar Rp 26,215,316.00 menjadi Rp 32,026,130.00 pada tahun 2008. Sedangkan BPIH yang mengalami penurunan cukup besar yaitu berada pada tahun 2010 sebesar Rp 3.045.140 dari yang mulanya BPIH pada tahun 2009 sebesar Rp 33,479,248 menjadi Rp 30,434,108 pada tahun 2010.

Tabel 2.1

Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 2003-2012

Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Haji Persen (%) Kenaikan / Penurun Penurunan Kenaikan /

2003 Rp 25,799,728 8,96 % -2004 Rp 22,998,800 7,99 % Turun sebesar Rp 2.800.928 2005 Rp 26,143,363 9,08 % Naik sebesar Rp 3.144.563 2006 Rp 26,733,873 9,28 % Naik sebesar Rp 590.510 2007 Rp 26,215,316.00 9,10 % Turun sebesar Rp 518.557 2008 Rp 32,026,130.00 11,12 % Naik sebesar Rp 6.810.814 2009 Rp 33,479,248 11,63 % Naik sebesar Rp 1.453.118 2010 Rp 30,434,108 10,57 % Turun sebesar Rp 3.045.140 2011 Rp 30,822,332,- 10,70 % Naik sebesar Rp 388.224 2012 Rp 33.331.600 11,57 % Naik sebesar Rp 2.509.268 Jumlah Rp 287.984.498 100 % - Rata-rata Rp 28.798.449 10 % - Sumber : http://nurimzaidin.wordpress.com/2012/10/18/biaya-haji-emas-murah-tahun/. Data telah diolah kembali oleh penulis.

(7)

Dari tabel 2.1 dan tabel 2.2 juga dapat dilihat bahwa BPIH sekarang ini sangat mahal, bila dibandingkan dengan BPIH pada tahun lima puluhan. Perbedaan tersebut sangat jauh berbeda. Pada tahun lima puluhan BPIH tertinggi berada pada tahun 1958 dan pada tahun 1959 yaitu sebesar Rp 59.000,- dengan jumlah jamaah masing-masing yaitu pada tahun 1958 sebanyak 10.134 orang dan pada tahun 1959 sebanyak 11.613 orang. Sedangkan BPIH terrendah yaitu berada pada tahun 1960 sebesar Rp 6.428,- dengan jumlah jamaah 1.843 orang, sedangkan jumlah jamaah haji terbanyak yaitu berada pada tahun 1956 sebanyak 16.842 orang.

Tabel 2.2

Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 1950-1959

Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Haji Jumlah Jamaah

1950 Rp 6.428 1.843 1951 Rp 6.487 9.502 1952 Rp 16.697 14.324 1953 Rp 13.300 10.316 1954 Rp 23.304 12.621 1955 Rp 22.000 13.242 1956 Rp 25.300 16.842 1957 Rp 21.071 10.134 1958 Rp 59.000 10.134 1959 Rp 59.000 11.613

Sumber: H.M Iwan Gayo (2000:259)

Sedangkan bila dilihat pada pelaksanaan haji pada tahun tujuh puluhan, BPIH sudah memasuki nilai ratusan ribu rupiah. Dimana BPIH tertinggi berada pada tahun 1979 yaitu sebesar Rp 1.390.000,- dengan jumlah jamaah haji

(8)

sebanyak 41.838 orang. Sedangkan BPIH terrendah berada pada tahun 1976 yaitu sebesar Rp 16.000,- dengan jumlah jamaah haji sebanyak 25.255 orang, sedangkan jumlah jamaah haji terbanyak yaitu berada pada tahun 1978 sebanyak 73.030 orang (Gayo, 2000:259).

Tabel 2.3

Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 1970-1979

Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Haji Jumlah Jamaah

1970 Rp 380.000 14.074 1971 Rp 370.000 22.292 1972 Rp 402.000 22.231 1973 Rp 446.000 39.954 1974 Rp 560.000 69.148 1975 Rp 590.000 54.859 1976 Rp 16.000 25.255 1977 Rp 766.000 34.238 1978 Rp 766.000 73.030 1979 Rp 1.490.000 41.838

Sumber: H.M Iwan Gayo (2000:259)

Sedangkan bila di bandingkan dengan BPIH pada tahun sembilan puluhan, besarnya BPIH pada tahun sembilan puluhan sudah memasuki nilai jutaan ribu rupiah. Dimana BPIH tertinggi berada pada tahun 1999 yaitu sebesar Rp 21.855.000,- dengan jumlah jamaah haji sebanyak 70.691 orang. Sedangkan BPIH terrendah berada pada tahun 1990 yaitu sebesar Rp 5.320.000,- dengan jumlah jamaah haji sebanyak 81.244 orang, sedangkan jumlah jamaah haji terbanyak yaitu berada pada tahun 1998 sebanyak 200.094 orang (Gayo, 2000:260).

(9)

Tabel 2.4

Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 1990-1999

Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Haji Jumlah Jamaah

1990 Rp 5.320.000 81.244 1991 Rp 6.000.000 79.373 1992 Rp 6.475.000 104.361 1993 Rp 6.700.000 122.881 1994 Rp 6.900.000 158.533 1995 Rp 7.070.000 158.533 1996 Rp 7.290.000 193.071 1997 Rp 7.551.000 197.532 1998 Rp 8.805.000 200.094 1999 Rp21.855.000 70.691

Sumber: H.M Iwan Gayo (2000:260)

Bagi umat Muslim yang ingin menunaikan ibadah haji, tetapi keadaan finansialnya belum mencukupi, maka disarankan untuk menabung dalam bentuk emas saja. Karena bila di konversikan ke emas, biaya haji dari tahun ke tahun akan lebih murah. Salah satu buktinya yaitu dari penetapan standar mata uang dinar (emas 24k) yang digunakan Islam. Dinar nilainya selalu tetap dari jaman Nabi hingga sekarang. Hal ini sangat berbeda dengan uang kertas yang mengikuti inflasi. Sebenarnya uang kertas baik Rupiah maupun Dollar sifatnya sangat lemah. Karena nilainya sewaktu-waktu dapat berubah-ubah. Kadang bisa naik tetapi bisa turun juga. Berbeda dengan emas yang nilainya selalu stabil.

(10)

Tabel 2.5

Perbandingan Biaya Perjalanan Ibadah Haji Dengan Menggunakan Rupiah dan Emas

Tahun BPIH (Rp) Harga Spot Emas

(US$/Oz) Emas (gr) 2001 Rp 22,000,000 $ 281.59 285 2002 Rp 25,358,798 $ 272.39 316 2003 Rp 25,799,728 $ 313.29 276 2004 Rp 22,998,800 $ 356.35 244 2005 Rp 26,143,363.00 $ 392.48 220 2006 Rp 26,733,873 $ 633.71 142 2007 Rp 26,215,316.00 $655.49 141 2008 Rp 32,026,130.00 $ 838.31 129 2009 Rp 33,479,248 $ 996.59 108 2010 Rp 30,434,108 $ 1,192.97 88 2011 Rp 30,822,332,- $ 1,795.05 62 Sumber : www.gdcirebon.blogspot.com

Dari tabel 2.5 dapat di lihat bahwa Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dalam satuan mata uang Rupiah bila di rata-ratakan selalu mengalami kenaikan. Begitu pula harga jual emas dalam satuan Dollar yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Sedangkan bila di lihat dari berat emasnya, berat emas untuk BPIH setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena nilai emas yang selalu stabil, berbeda dengan nilai uang kertas baik Rupiah maupun Dollar yang selalu saja berubah-ubah mengikuti pergerakan inflasi.

Di Indonesia BPIH disetorkan melalui Bank Konvensional dan Bank Syariah. Departemen Agama menunjuk 21 Bank yang akan menerima setoran BPIH, dimana 21 Bank tersebut terdiri dari 14 Bank Pembangunan, 4 Bank

(11)

Pemerintah, 2 Bank Syariah, dan 1 Bank Umum Swasta. Lebih rinci hal ini dapat dilihat pada tabel 2.6. Penandatangan nota kesepahaman antara Bank Penerima Setoran (BPS) dilakukan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Departemen Agama Slamet Riyanto dengan pewakilan BPS di Kantor Departemen Agama.

Table 2.6

Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Haji

No Nama Bank

1 Bank Negara Indonesi 2 Bank Rakyat Indonesia 3 Bank Mandiri

4 Bank Tabungan Negara 5 Bank Bukopin

6 Bank Muamalat Indonesia 7 Bank Syariah Mandiri

8 Bank Perkreditan Daerah Aceh

9 Bank Perkreditan Daerah Sumatera Utara 10 Bank Perkreditan Daerah Kalimantan Selatan

11 Bank Perkreditan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 12 Bank Perkreditan Daerah Daerah Khusus Ibu Kota 13 Bank Perkreditan Daerah Kalimantan Timur 14 Bank Perkreditan Daerah Nagari

15 Bank Perkreditan Daerah Nusa Tenggara Barat 16 Bank Perkreditan Daerah Riau

17 Bank Perkreditan Daerah Sulawesi Selatan 18 Bank Perkreditan Daerah Sulawesi Utara 19 Bank Perkreditan Daerah Jawa Barat 20 Bank Perkreditan Daerah Jawa Timur 21 Bank Perkreditan Daerah Sumatera Selatan

Sumber : http://www.spirithaji.com/haji/932-penyelenggaraan-haji-indonesia.html

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan, agar pemerintah tidak perlu melibatkan bank konvensional dalam urusan pembayaran biaya perjalanan ibadah haji (BPIH), baik yang reguler maupun yang plus. Sebab, urusan haji

(12)

menyangkut urusan ibadah. Karena itu, pembayaran BPIH hanya boleh melibatkan Bank Syariah dan tidak perlu melibatkan Bank Konvensional (Noffellisa, Berita Nasional, 27 Maret 2008).

Menurut Ketua Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Bidang Fatwa, KH Maruf Amin (Noffellisa, Berita Nasional, 27 Maret 2008), penerimaan setoran BPIH melalui Bank Konvensional dinilai tidak tepat. Hal itu karena didasarkan pada paradigma yang salah, sebab haji merupakan ibadah. Karena itu, seluruh kegiatan persiapan dan pelaksanaan harus dijalankan sesuai prinsip syariah.

Tidak ada lagi alasan untuk tidak menjadikan Bank Syariah sebagai Bank penerima setoran BPIH. Karena saat ini Bank Syariah sudah siap dijadikan sebagai Bank penerima setoran BPIH. Hal ini dapat dibuktikan karena saat ini jaringan Bank Syariah telah menyebar hingga ke pelosok daerah. Selain itu, Bank Syariah juga sudah di dukung dengan sistem Teknologi Informasi (TI) yang mampu mendukung sistem pembayaran tersebut.

Dengan menggunakan bank syariah sebagai penerima setoran BPIH, maka hal tersebut dapat memajukan kinerja perbankan syariah di Indonesia, dan secara tidak langsung masyarakat akan lebih mengenal tentang perbankan syariah, mengingat hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang perbankan syariah.

Dalam mengelola dana setoran BPIH tersebut, Kementerian Agama harus transparan dan akuntabel. Dana tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan di luar urusan haji. Dana setoran awal haji adalah milik umat, dan bukan milik

(13)

pemerintah. Setoran awal dana haji bukanlah termasuk kategori penerimaan Negara.

Dari hasil penyimpanan dana setoran tersebut di Bank, sudah pasti mendapatkan bunga atau bagi hasil yang besar. Tetapi selama ini para calon jamaah haji ataupun masyarakat tidak pernah mendapat penjelasan yang pasti tentang hal tersebut. Para calon jamaah haji dan masyarakat tidak mengetahui bunga atau bagi hasil yang diperoleh dari dana tersebut digunakan untuk apa.

Wakil sekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq (Jurnal Parlemen, 12 Januari 2013) mengatakan, “mestinya bunga yang besar itu dikembalikan ke calon jemaah haji atau dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan umat. Hal yang sama juga berlaku bagi Dana Abadi Umat. Jangan sampai dana-dana tersebut digunakan untuk kepentingan di luar itu. Karena untuk semua kegiatan di Kementerian, Negara sudah menganggarkan melalui APBN."

Sebelumnya, pihak Kementerian Agama dalam situs resminya menyebut bahwa outstanding dana setoran BPIH hingga 19 Desember 2012 berjumlah Rp 48,7 triliun, termasuk nilai manfaat (bunga, bagi hasil, dan imbal hasil) sebesar Rp 2,3 triliun. Nilai manfaat dari hasil setoran awal dialokasikan untuk mengurangi BPIH untuk biaya pemondokan di Mekkah, Madinah, Jeddah, general service fee di Arab Saudi, katering dan transportasi di Arab Saudi, dan biaya indirect seperti pengurusan paspor, pelayanan embarkasi, bimbingan, buku manasik, asuransi, operasional haji dalam dan luar Negeri lainnya.

Walaupun pihak Kementerian Agama sudah memberi penjelasan seperti yang sudah tertera diatas, namun pihak Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

(14)

Keuangan (PPATK) memberikan kesimpulan bahwa pengelolaan dana haji tidak profesional dan tidak transparan. Hal itu dikemukakan oleh kepala PPATK, M Yusauf, saat menggelar jumpa pers, rabu, 2 januari 2013 (Siaran Pers, No: SJ/B.VIII/3/HM.00/839/2012).

Masalah yang disampaikan kepala PPATK yaitu terdapat beberapa kejanggalan. Salah satu kejanggalan tersebut yaitu tempat pemondokan bagi jamaah haji asal Indonesia yang jaranknya selalu jauh dari Masjidil Haram. PPATK mencatat bunga yang diperoleh dari dana penyelenggaraan haji yaitu sebesar Rp 2,3 triliun. Dari bunga yang sebesar itu seharusnya bisa dibelikan apartemen untuk para jamaah haji.

Namun Kementerian Agama mengatakan nilai manfaat (bunga) tidak dapat digunakan untuk membeli perumahan di Mekkah atau Madinah. Karena Pemerintah Saudi Arabia tidak memperbolehkan adanya kepemilikan asing pada asset atau property mereka seperti perumahan. Yang dapat dilakukan adalah melakukan penyewaan perumahan jangka panjang.

Walaupun terdapat beberapa kejanggalan dalam pengelolaan dana haji, tetap saja minat masyarakat muslim di Indonesia untuk menunaikan ibadah haji semakin meningkat saja setiap tahunnya, walaupun pemerintah sudah menaikkan besarnya setoran awal biaya haji melalui peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2010. Setoran awal bagi jamaah haji reguler yang semula hanya 20 juta rupiah menjadi 25 juta rupiah, dan haji khusus yang semula 3000 dollar menjadi 4000 dollar Amerika.

(15)

Dari hasil penelusuran Direktur Pengelolaan Dana Haji Kementerian Agama Drs. H. Ahmad Djunaidi, MBA, ternyata BPIH Indonesia pada tahun 2010 lebih murah sebesar 2 juta rupiah bila dibandingkan dengan Malaysia. Hal ini dikarenakan biaya langsung (direct cost) yang harus dibayarkan oleh setiap jamaah haji di Malaysia pada tahun 2010 sebesar 9.980 ringgit Malaysia, atau bila di rupiahkan yaitu sebesar 29 juta rupiah, sedangkan calon jamaah haji dari Indonesia hanya membayar biaya langsung sebesar 3.342 dollar Amerika dan kemudian dikembalikan kepada setiap jamaah haji sebesar 400 dollar Amerika atau 1.500 Real berupa living cost atau setara dengan 27 juta rupiah (Realita Haji, Edisi IV Tahun 2011).

Selisih pembayaran biaya haji antara Indonesia dan Malaysia dapat terlihat jelas jika komponen biaya tak langsung juga dimasukkan kedalam hitungan biaya perjalanan ibadah haji. Bagi jamaah haji di Indonesia, dari hasil optimasi setoran awal, pemerintah membayarkan sebesar 5 juta rupiah sehingga total biaya perjalanan ibadah haji keseluruhan menjadi 32 juta rupiah. Sedangkan di Malaysia, komponen biaya tak langsung yang dibayarkan dari Dana Tabung Haji sebesar 19 juta rupiah, sehingga total biaya perjalanan haji orang Malaysia menjadi sekitar 48 juta Rupiah. Lebih rinci hal-hal yang berkaitan dengan perbandingan ini dapat dilihat dalam tabel 2.7.

(16)

Tabel 2.7

Perbandingan Pelayanan Haji Indonesia dengan Malaysia

Uraian Indonesia Malaysia

Kuota pertahun 211.000 orang 26.000 orang Biaya keseluruhan per

jamaah Rp 32.000.000 Rp 49.000.000 Dibayar langsung Rp 27.000.000 Rp 29.940.000 Dibayarkan penyelenggara Rp 5.000.000

(dari optimalisasi setoran awal)

Rp 19.000.000 (Dari tabungan haji) Penabung/jemaah

calon haji

1.400.000 orang 700.000 orang

Rata-rata waiting list 6 tahun 26 tahun

Sewa pemondokan di Mekah SAR 3.400 SAR 6.000 Prinsip pengelolaan keuangan Nirlaba Komersial 10 negara belajar manajemen haji dari

Indonesia

Rusia, Iran, Nigeria, Cina, Turki, Aljazair, Suriah, Jordania,

Tunisia, dan Euthopia

- Standar mutu pelayanan ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 Tarif BPIH 1432H turun US$ 80 dan Rp 100.000 -

Penetapan tarif Pembahasan dengan DPR Diputuskan Kerajaan Sumber : Realita Haji, Edisi IV Tahun 2011

2.3 Fasilitas Ibadah Haji 2.3.1 Pemondokan Haji

Kementerian Agama terus melakukan persiapan penyelenggaraan haji, antara lain menyiapkan pemondokan jamaah haji reguler di Kota Mekah. Yang

(17)

sering menjadi masalah dalam pemondokan haji yaitu jarak tempuh pemondokan dengan tempat ibadah dan jumlah pemondokan yang sedikit.

Jamaah haji Indonesia setiap tahunnya mengalami kendala pemondokan yang dinilai terlalu sempit, mengingat besarnya jumlah jamaah haji. Sedangkan jumlah pemondokan terbatas. Masalah ini muncul karena Pemerintah Indonesia tidak memiliki perencanaan awal yang matang seperti tidak berani menawar harga sewa pemondokan yang tinggi, Pemerintah Indonesia hanya mampu membayar sewa pemondokan dengan harga yang murah sehingga pemondokan yang di tempati oleh para jamaah tidak sesuai dengan yang diinginkan, dan hal ini tentu saja menimbulkan masalah mengingat kembali jumlah jamaah haji kita yang begitu besar dengan fasilitas yang kurang.

Walaupun demikian, bila dibandingkan dengan kondisi pemondokan para jamaah haji Malaysia, penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia jauh lebih baik. Hal ini dikarenakan Indonesia mampu memberangkatkan 210 ribu jamaah setiap tahunnya, sementara Malaysia hanya memberangkatkan 26 ribu jamaah saja. Dari jumlah sebanyak itu, Malaysia mempunya daftar tunggu (waiting list) sebanyak 650.000 orang atau harus menunggu sampai 26 tahun. Sementara Indonesia mempunyai daftar tunggu sebanyak 1,4 juta jamaah atau rata-rata menunggu 5 hingga 6 tahun saja.

2.3.2 Transportasi

Mahalnya transportasi udara untuk keberangkatan para jamaah haji asal Indonesia, menjadi topik utama dalam rapat kerja Komisi VIII dan Menteri

(18)

Jurnal Parlemen, 6 Maret 2013) mengatakan "Kalau biaya penerbangan turun, akan berefek pada BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji)".

Menanggapi keluhan tersebut, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Anggito Abimanyu (Nurdriansyah, Jurnal Parlemen, 6 Maret 2013) mengatakan “pihaknya sebenarnya sudah membicarakan soal transportasi ini dengan Pertamina selaku penjual avtur (bahan bakar pesawat udara). Usulannya, avtur untuk penerbangan haji diturunkan. Sementara untuk umroh bisa dinaikkan”. Untuk pelaksanaan haji 2013, Garuda menyewa 19 pesawat, terdiri atas 14 pesawat inti dan lima backup. Sementara Saudi Arab hanya mempergunakan 13 pesawat.

Pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada tahun 2011 yang lalu Dirjen PHU mengatakan pada musim haji tahun 2010 Batavia Air dan Lion Air pernah mengajukan penawaran biaya penerbangan sebesar US$ 1.520, padahal Garuda Indonesia dan Saudi Airline menetapkan biaya penerbangan itu sebesar US$ 1.734 per jamaah. Selisih dari kedua biaya penerbangan itu yaitu lebih dari US$ 200. Jika menggunakan Batavia Air atau Lion Air maka biaya yang harus dikeluarkan oleh jamaah haji akan lebih murah sekitar US$ 200.

Jika kedua perusahaan penerbangan tersebut diberi kesempatan untuk ikut mengangkut para jamaah calon haji, maka BPIH akan lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan perusahaan penerbangan yang biasa digunakan yaitu Garuda Indonesia dan Saudia Airline. Namun kedua perusahaan penerbangan tersebut belum secara resmi mengajukan penawarannya kepada pemerintah untuk memberikan jasa pengangkutan bagi para calon jamaah haji.

(19)

Selama di Mekah, Jeddah dan Madinah Kementerian Perhubungan juga menyediakan transportasi untuk para jamaah haji. Misalnya menyediakan bus yang lebih baik lagi. Pemerintah bertekad memperbaiki layanan transportasi untuk mengangkut jamaah haji dari Mekah ke Jeddah dan Madinah.

PPIH Arab Saudi telah meminta agar ukuran bus yang digunakan untuk mengangkut jamaah haji Indonesia bisa lebih besar. Sehingga, barang-barang jamaah juga terangkut. Edayanti Dasril (Republika Online, 1 November 2012) mengatakan “jika bus tak mampu menampung koper dan tas, pengelola bus harus menyediakan truk khusus untuk mengangkut koper dan tas jamaah dari Mekah ke Jeddah dan Madinah”. Transportasi ini juga melayani pengangkutan jamaah dari Bandara Internasional Raja Muhammad Bin Abdul Aziz di Madinah sampai ke pusat Kota dan sebaliknya.

2.3.3 Konsumsi Jamaah Haji

Konsumsi yang dimaksud disini adalah makanan para jamaah haji. Dalam musim haji, permasalahan utama yang selalu muncul dipermukaan adalah masalah perut atau layanan katering. Oleh karena itu pemerintah melalui Kementerian Agama akan mengganti metode pendistribusian makanan kepada jamaah haji di Arab Saudi. Kementerian Agama selaku penyelengara pemberangkatan jamaah haji Indonesia akan berupaya agar layanan konsumsi (catering) bagi jamaah haji di tanah suci bisa disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

2.4 Kuota Haji

Kuota ibadah haji dinilai masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia. Saat ini kuota untuk jamaah haji hanya

(20)

211 ribu orang. Padahal, jumlah penduduk muslim di Tanah Air diperkirakan lebih dari 220 juta orang dari total seluruh masyarakat Indonesia sekitar 240 juta. Artinya, kuota kursi untuk jamaah haji Indonesia saat ini kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk.

Menurut Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU), Anggito Abimanyu (Republika.co.id, 12 Oktober 2012), Indonesia masih memiliki kesempatan menambah kuota jamaah haji. Caranya, Indonesia mengambil kuota jamaah haji negara lain yang kondisinya di bawah jumlah yang sudah ditentukan. Pasalnya, banyak kuota di Negara lain yang tidak terpenuhi. Mengingat kuota yang diberikan terlalu besar dibanding jumlah umat Muslim di Negara tersebut.

Penambahan kuota jamaah haji Indonesia menjadi salah satu fokus kerja Anggito sejak dirinya resmi menjabat sebagai Dirjen PHU beberapa bulan lalu. Menurutnya, Indonesia seharusnya bisa mendapat tambahan kuota dari kuota yang ada sekarang (Republika.co.id, 12 Oktober 2012).

Ketua Fraksi PKS DPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) juga meminta kepada Menteri Haji Arab Saudi Menteri Haji Saudi Arabia DR Bandar Bin Muhammad Hajjar untuk menambah kuota haji Indonesia. Hal ini mengingat daftar antrian haji di Indonesia sudah sampai tahun 2022. Hidayat mengusulkan untuk kuota jamaah haji Indonesia dinaikkan dengan mempertimbangkan realita antrian tersebut, atau mengubah aturan tentang kuota (Repoblika.co.id, 2 November 2012).

(21)

Hidayat Nur Wahid (Repoblika.co.id, 2 November 2012) mengatakan “Tambahan kuota itu dengan mempertimbangkan animo berhaji yang berbeda-beda di satu Negara dengan Negara lainnya, atau dengan menghibahkan sisa kuota haji yang tidak terpenuhi di suatu Negara untuk dihibahkan ke Negara lain seperti di Indonesia.”

2.5 Kepuasaan Para Jamaah Haji

Walaupun dalam pelaksanaannya PPIH masih memiliki kelemahan atau kekurangan, namun ternyata sekitar 81,45 persen jamaah haji Indonesia yamg menunaikan ibadah haji pada tahun 1431H/2010M yang lalu menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan penyelenggara ibadah haji dibawah kordinasi nasional Kementerian Agama. Ini merupakan hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan PT. Surveyor Indonesia atas pelayanan yang diberikan oleh petugas penyelenggara ibadah haji.

Survey ini dilakukan atas permintaan Kementerian Agama selaku penanggung jawab nasional penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan para jemaah haji mendapat pelayanan dari petugas haji selama menunaikan ibadah haji.

Dirjen PHU Slamet Riyanto mengakui, bukan mudah memuaskan semua jemaah haji yang berjumlah 211 ribu orang. Sehingga, hasil survey yang menunjukkan 81% seluruh jemaah haji merasa puas atas pelayanan petugas haji, mencerminkan suatu kemajuan yang menggembirakan (Realita Haji, Edisi IV Tahun 2011).

(22)

Dengan adanya hasil survey tersebut sangat membantu pemerintah dalam mengetahui bagaimana pelayanan yang telah didapat oleh para jamaah haji. Dengan hasil survey seperti itu, menunjukkan bahwa sebenarnya para jamaah haji bisa menerima segala fasilitas yang telah disediakan di Arab Saudi, bahkan juga sudah merasa puas atas pelayanan yang diberikan para petugas haji.

Dengan demikian, jika setiap musim haji masih saja ada jamaah haji yang mengeluh atau merasa terganggu atas suatu kejadian tertentu, sebenarnya itu hanyalah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepadanya. Karena Allah hanya akan menjadikan seseorang menjadi haji yang mambrur apabila sanggup dan mampu melalui ujian yang diberinya.

Referensi

Dokumen terkait

backing plate pada blok rem kereta api apabila mengalami pembebanan dengan menggunakan perangkat lunak Salome Meca yang berlisensi tebuka kemudian membandingkan hasil keluaran

Winarno Surachman, Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan Mental, IKIP, Bandung, 1965, hlm.7... 1) Pengayoman Polri kepada masyarakat, harus menyentuh setiap lapisan

Glukokortikoid yang berinteraksi dengan glukokortikoid reseptor pada otot polos dan endotel pembuluh darah akan mengaktifkan reseptor angiotensin II tipe I (AT1)

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai input yaitu beban personalia dan beban bagi hasil serta output yang digunakan yaitu total pembiayaan dan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan pelayanan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang

Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan kepada Walikota melalui Kepala OPD yang diberikan kewenangan pengelolaan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana

Angka metabolisme basal ( Basal Metabolic Rate ) adalah energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat istirahat (Kuntarti, 2006). Ibu hamil

Status Pemilihan pilihan teman yang disenangi untuk diskusi dipilih berdasarkan pengitungan yang telah dilakukan siswa yang memiliki tingkat popularitas tinggi untuk