Model Pembebanan Lalulintas
Banyak Rute Dengan Pendekatan Sistem Fuzzy
Nindyo Cahyo KresnantoNIM: 35005007
1 PENDAHULUAN
Arus lalulintas hasil pembebanan pada suatu ruas jalan dalam suatu sistem jaringan jalan dapat diperkirakan sebagai hasil proses pengkombinasian informasi MAT, deskripsi sistem jaringan, dan pemodelan pemilihan rute. Prosedur pemilihan rute bertujuan memodel perilaku pelaku pergerakan dalam memilih rute yang menurut mereka merupakan rute terbaiknya. Dengan kata lain, dalam proses pemilihan rute, pergerakan antara dua zona (yang didapat dari tahap sebaran pergerakan) untuk moda tertentu (yang didapat dari tahap pemilihan moda) dibebankan ke rute tertentu yang terdiri atas ruas jaringan jalan tertentu (atau angkutan umum). Jadi, dalam pemodelan pemilihan rute ini dapat diidentifikasi rute yang akan digunakan oleh setiap pengendara sehingga akhirnya didapat jumlah pergerakan pada setiap ruas jalan (Tamin, 2000).
Faktor utama yang sangat berpengaruh dan menentukan hasil dari pemodelan pemilihan rute adalah persepsi pelaku pergerakan/perjalanan terhadap biaya perjalanan (biaya perjalanan dapat dinyatakan sebagai waktu tempuh, jarak, atau gabungan keduanya). Beberapa model pemilihan rute mengabaikan perbedaan persepsi pelaku pergerakan ini untuk penyederhanaan dalam proses pemodelannya, seperti: Model All-Or-Nothing (AON) dan Model Keseimbangan Wardrop. Model lain yang berusaha mempertimbangkan perbedaan persepsi pelaku pergerakan terhadap biaya perjalanan ini, seperti: Model Dial, Burrell, Kusdian dan Model Keseimbangan Stokastik. Model dengan mempertimbangkan perbedaan persepsi pelaku perjalanan terhadap biaya perjalanan ini seharusnya lebih realistik karena
prilaku pelaku pergerakan akan sangat bervariasi yang bersifat tidak menentu.
Ketidaktentuan persepsi pelaku pergerakan terhadap biaya perjalanan, biasa dimodelkan dalam kerangka teori probabilitas dengan menggunakan model utilitas acak (random utility model). Inokuchi (2002) mengatakan bahwa pendekatan ini kurang realistik karena tidak mungkin menyatakan biaya perjalanan secara akurat dengan pendekatan human recognition jika menggunakan model utilitas acak (random utility model). Pada kondisi nyata, persepsi tentang biaya perjalanan untuk pembebanan perjalanan lebih bersifat real-life, tidak-pasti, subyektif, dan tidak teliti (imprecise). Sebagai contoh: ketika kita melakukan perjalanan, kita mengatakan bahwa waktu perjalanan dari A ke B “sekitar 10 menit”. Terlihat bahwa informasi yang bersifat linguistik “sekitar” merupakan faktor yang bersifat tidak dapat diukur dengan tepat (mempunyai rentang nilai tertentu).
Beberapa peneliti yang telah menggunakan metode sistem fuzzy antara lain:
Akiyama (1998) dan Inokhuci (2002) melakukan pembebanan jaringan pada
jaringan sederhana dengan pengukuran nilai kemungkinan waktu-tempuh-fuzzy (fuzzy travel time) terhadap fungsi tujuan-fuzzy (fuzzy goal) untuk setiap rute,
Benetti (2002) mengembangkan model bilangan-segitiga-fuzzy (triangular fuzzy
numbers - TFN) untuk menggambarkan biaya lintasan (path) dan segmen (arc),
Liu (2003) membangun model bilangan-segitiga-fuzzy dari ruas untuk
menggambarkan persepsi pengguna terhadap waktu tempuh pada beberapa kondisi lalu-lintas (normal, macet, ada-kecelakaan, dan ada-konstruksi), dan Akiyama
(1999) menggunakan bilangan-segitiga-fuzzy untuk mendeskripsikan persepsi
pengguna dan digunakan sebagai peubah input dalam jaringan syaraf tiruan.
Permasalahan selanjutnya adalah model manakah yang lebih dapat merepresentasikan kondisi nyata. Atau dengan kata lain, model manakah yang dapat dikatakan terbaik dari model-model yang telah banyak dikembangkan.
Berdasarkan pada permasalahan dan beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini akan mengembangkan Model Pembebanan Perjalanan Lalulintas dengan pendekatan sistem fuzzy dan melakukan kajian pada beberapa model pembebanan yang mempertimbangkan efek stokastik. Model akan diujikan pada jaringan buatan dan jaringan sesungguhnya serta pada beberapa tingkat resolusi jaringan (kepadatan jaringan) untuk melihat kinerja model.
Gambar 1 Penelitian model pembebanan lalulintas
2 MOTIVASI PENGGUNAAN SISTEM FUZZY
Konsep matematis, selama ini berorientasi terhadap fenomena deterministik suatu komponen kuantitatif. Walaupun diawal, probabilitas kalkulus (walaupun terlambat) merupakan alat yang secara keilmuan lebih digunakan daripada model realita yang sengaja dibuat. Akhir-akhir ini permintaan akan pengujian statistik di bidang ekonomi, pengukuran teknis di industri, dan proses pengamatan pengujian di ilmu dasar menjadi inspirasi pengembangan yang dapat dinyatakan sebagai
Model Pembebanan Jaringan Dengan Batasan Kapasitas Model Fuzzy: Akiyama (1998/1999), Inokhuci (2002), Benetti (2003), Liu (2003), Ban (2004) Tanpa Batasan Kapasitas
Model Pembebanan Lalulintas dengan Pendekatan Sistem Fuzzy Deterministik Stokastik All-or-Nothing Berulang Pembebanan Bertahap Pembebanan Berulang Pembebanan Kuantal Model Florian (1974) Pembebanan Berpeluang Pembebanan Banyak Rute Pembebanan Keseimbangan Pengguna Stokastik Stokastik Deterministik Dial (1971) Sakarovitch (1968) Kusdian (2006) Burell (1968) All-or-Nothing
metode probabilistik. Bagaimanapun, teori probabilitas tidak secara penuh dapat memadai untuk berbagai jenis ketidaktentuan (uncertainty). Ini dapat digambarkan probabilitas berapa waktu yang dibutuhkan antara 1000 usaha bahwa sebuah panah akan mencapai sasaran, tetapi ini akan terasa lebih banyak hilang jika dikatakan untuk menentukan frekuensi “memuaskan” atau “sangat bagus”, atau “jelek”. Teori probabilitas sempurna jika ”ambiguity” dimodelkan, tetapi usaha ini untuk menggambarkan vagueness (ketidakjelasan) dapat terkadang diterima sebagai ketidakkonsistenan pengertian pada umumnya.
Lanser (2007) menjelaskan: saat melakukan perjalanan, pelaku perjalanan
dihadapkan dengan ketidakpastian (uncertainty). Di satu sisi, pelaku perjalanan tidak dapat memprediksi secara tepat karakteristik (atribut) dari sebuah rute karena keacakan karakteristiknya. Merujuk pada jenis ketidakpastian ini, menjelaskan sebuah fenomena tidak terduga sebagai keacakan (randomness). Keacakan dalam berbagai proses dapat dijelaskan secara baik dengan teori probabilitas. Terkait dengan model pilihan perjalanan, model utilitas acak dapat menjelaskan sifat keacakan ini (contoh: probabilitas waktu perjalanan sama dengan 10 menit adalah 0,9, sementara waktu perjalanan 30 menit mempunyai probabilitas 0,1).
Namun, ketidakpastian tidak hanya berkaitan dengan keacakan. Ambiguitas terkait dengan ketidakpastian non-acak (non-random uncertainty) berkenaan dengan sifat-sifat suatu obyek atau peristiwa. Hal ini mencerminkan antara lain ketidaktepatan persepsi dan penilaian seseorang tentang sifat-sifat suatu obyek atau peristiwa. Pelaku perjalanan dapat menilai apa arti waktu perjalanan lebih dari 15 menit. Misalnya 'lama' karena pelaku menetapkan lebih atau sama dengan 15 menit adalah lama. Namun dalam matematis, tidak akan mengenali perjalanan panjang 15,01 menit sebagai 'lama'. Namun demikian, secara alami seseorang pasti akan dapat merasakan perjalanan dengan kendaraan dalam waktu 15,01 menit sebagai
Dari penjelasan yang ada dapat disimpulkan:
• Keacakan yang berhubungan dengan sifat non-deterministik dari perilaku proses perjalanan, dan dapat dimodelkan secara memadai dengan menggunakan pendekatan probabilistik (misalnya pendekatan utilitas acak). • Ketidakjelasan atau ambiguitas di satu sisi yang berkaitan dengan cara
memahami dan menilai atribut perjalanan. Di sisi lain, faktanya bahwa pelaku perjalanan jarang memiliki informasi yang tepat tentang atribut tersebut. Namun, fuzzy set dapat digunakan. Himpunan ini mampu menangkap makna dan interpretasi kata-kata yang diungkapkan dalam istilah linguistik.
Gambar 2 Informasi berbasis pengukuran vs berbasis persepsi
Sumber: Zadeh (2005)
Pendekatan pemecahan permasalahan berbasis informasi juga disampaikan dalam
Zadeh (2005). Satu sisi sebuah informasi dapat dengan tepat diduga dan disisi lain
informasi berbasis persepsi seringkali tidak teliti (Gambar 2). Memodelkan informasi berbasis persepsi ini dapat menggunakan pendekatan fuzzy.
INFORMASI berbasis pengukuran numerik berbasis persepsi linguistik • saat ini 35o C
• lebih dari 75 % orang Swedia tinggi badannya lebih dari 175 cm
• probabilitas 0.8 • …
• saat ini panas • kebanyakan orang
Swedia jangkung • probabilitas tinggi • lalulintas macet
• informasi berbasis pengukran mungkin dapat dipandang
sebagai kasus khusus dari informasi berbasis persepsi
• informasi berbasis persepsi seringkali tidak teliti
Zadeh (1965) mulai mengembangkan metode yang dikenal dengan ke-fuzzy-an
yang sesuai untuk model matematika dari konsep ”vague” (variabel linguistik) seperti “kecil”, “kira-kira”, “mirip”. Di samping ketidakselarasan pasti antara fundamentalis probabilitas dan fuzzy, penting untuk menekankan bahwa ada keterkaitan antara dua pendekatan tersebut (probabilistik dan fuzzy). Ini cukup natural untuk menjawab latar belakang ketidaktentuan secara umum dari ”ambiguty dan vagueness”. Kenyataannya, ada sebuah fenomena dalam skala luas yang secara matematis dapat dimodelkan secara baik dengan teori probabilitas maupun teori fuzzy.
Bilangan vague dan data kualitatif vague, yang merupakan contoh suatu fenomena, dapat digambarkan dengan teori probabilitas maupun fuzzy, dan pilihan diantara ke dua nya tergantung dari kekhususan dari tiap masalah yang ada.
Zadeh (1976) mengemukakan pendekatan fuzzy untuk pendefinisian konsep yang
kompleks atau tidak teliti/tidak tepat (imprecise). Konsep yang yang dinyatakan secara linguistik seringkali tidak teliti/tidak tepat.
3 PENGEMBANGAN MODEL
3.1 Biaya Perjalanan Ruas Fuzzy
Biaya perjalanan ruas fuzzy dikembangkan berdasarkan biaya perjalanan ruas aktual dengan mempertimbangkan faktor error untuk penentuan batas bawah (under-bound) dan batas atas (upper-bound) nya. Biaya perjalanan ruas dinyatakan dalam himpunan fuzzy untuk menggambarkan dugaan pelaku perjalanan terhadap biaya tersebut. Dugaan terhadap biaya perjalanan sering dinyatakan secara liguistik sebagai: “sekitar t menit” atau “antara t1 sampai t2 menit”
Pernyataan kondisi “sekitar”, “antara”, atau “kira-kira” dinyatakan dalam rentang nilai biaya perjalanan yang mempunyai batas bawah (lower-bound) dan batas atas
(upper-bound) dan selanjutnya disebut dengan himpunan fuzzy “sekitar t menit” atau “antara t1 sampai t2 menit” atau bilangan fuzzy. Dari berbagai macam
kemungkinan tipe bilangan fuzzy, dalam penelitian desertasi ini digunakan tipe bilangan fuzzy segitiga L-R (L-R triangular fuzzy number) seperti pada Gambar 3.
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 L (Lower-Bound) R (Upper-Bound) M (Nilai Aktual) x (Biaya perjalanan) ) (x R M R x R L M L x
Gambar 3 Bilangan fuzzy segitiga L-R untuk biaya perjalanan ruas
M adalah biaya aktual hasil perhitungan pemodel, L dan R didefinisikan
merupakan fungsi dari (paramater yang harus dikalibrasi) sebagai persamaan 1.
( )
~ ) ( ) ( ~ a a a a a a a x t x t x t (1) dimana: ) ( ~ a a xt = biaya ruas fuzzy
)
( a
a x
t = biaya ruas aktual
( )
~ a a a t x = ta(xa).(1)
= parameter yang harus dikalibrasiContoh (Gambar 4) jika terdapat sebuah biaya ruas fuzzy a (sekitar a) maka secara matematis dapat didefinisikan sebagai:
Gambar 4 Biaya ruas fuzzy a
Untuk keperluan penyederhanaan, sebuah bilangan fuzzy seperti pada Gambar 5 dapat dinyatakan dengan ~tp(xp) p(2;3;6)dengan nilai 2 adalah batas-bawah (lower-bound), nilai 3 adalah nilai aktual, dan nilai 6 adalah batas-atas (upper-bound).
Gambar 5 Contoh sebuah bilangan fuzzy
Atau dalam persamaan dua buah garis t~p(xp) p
2 ,63
3.2 Jaringan FuzzyJika sistem jaringan dibangun untuk perhitungan metode pembebanan dengan pendekatan sistem fuzzy maka bobot pada ruas akan berupa bobot fuzzy
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 x p 2,0 3,0 6,0 2+ 6-3 1 0 ) ( a a x t ) 1 ).( ( a a x t ta(xa).(1) x (Biaya Ruas) Derajat keanggotaan a
(pernyataan linguistik) yang dinyatakan dengan sebuah bilangan fuzzy. Gambar 6 adalah contoh representasi sebuah sistem jaringan dalam graph dengan bobot ruas fuzzy. Fuzzy graph terdiri dari tiga buah graph yaitu Lower-Bound-Graph (LBG); Graph aktual (AG); dan Upper-Bound-Graph (UBG).
3.3 Fuzzy-Shortest-Path
Dalam proses pemilihan rute konvensional, setiap pengulangan hanya akan menghasilkan satu buah rute terbaik atau shortest-path. Berbeda dengan pemilihan rute konvensional, dengan input biaya fuzzy, proses pemilihan rute diharapkan akan menghasilkan beberapa rute yang dapat dijadikan rute nominasi sebagai shortest-path. Sehingga dalam setiap pengulangan, algoritma pencarian harus menghasilkan lebih dari satu rute terbaik, mulai dari terbaik pertama, kedua, hingga ke k.
Algoritma pencari rute yang menghasilkan lebih dari satu rute dalam satu kali iterasi telah banyak dikembangkan dan dikenal dengan k-shortest-path. Dalam penelitian desertasi ini, algoritma pencarian rute yang akan dipakai dalam kondisi fuzzy adalah algoritma Lawler (1976). Algoritma dasarnya adalah sebagai berikut:
Tempatkan: shortest-path dari simpul 1 ke simpul n dalam LIST sebagai satu-satunya masukan. Set m=1.
Langkah 1: (Keluaran shortest-path ke m) Jika LIST kosong, stop/selesai; tidak ada lagi path dari 1 ke n. Jika tidak, pindahkan shortest-path dalam
LIST dan set sebagai Pm.
Jika m=M, stop; perhitungan selesai.
Langkah 2: (Tambahan dari LIST) Misalnya, tanpa kehilangan keumumannya, bahwa Pm terdiri dari arc/garis (1,2), (2,3), ..., (q-1,1), (q,n) dan
dengan kondisi bahwa dipaksakan termasuk arc/garis (1,2), (2,3), ..., (p-1,p), dan beberapa arc/garis tertentu dari simpul p diabaikan. (Kondisi ini disimpan bersama Pm sebagai bagian masukan yang
sama dalam LIST).
Jika p=q, terapkan metode Dijkstra untuk mencari shortest-path dari simpul 1 ke n, mengacu pada kondisi bahwa arc/garis (1,2), (2,3), ..., (p-1,p) dimasukan, dan bahwa (p,n) diabaikan, dalam penambahan arc/garis dari p diabaikan untuk Pm. Jika ada seperti
sebuah shortest-path, ditempatkan dalam LIST bersama dengan catatan dari kondisi dari mana itu didapatkan.
Jika p>q, terapkan metode Dijkstra untuk mencari shortest-path dari simpul 1 ke n, mengacu pada setiap set kondisi sebagai berikut: (1). Arc (1,2), (2,3), ..., (p-1,p) dimasukan dan arc (p,p+1)
dikeluarkan, dalam penambahan arc dari p dikeluarkan dari
Pm.
(2). Arc (1,2), (2,3), ..., (p,p+1) dimasukan dan arc (p+1,p+2) dikeluarkan.
(q p 2) Arc (1,2), (2,3), ..., (q-2,q-1) dimasukan dan arc (q-1,q) dikeluarkan.
(q-p-2) Arc (1,2), (2,3), ..., (q 1,q) dimasukan dan arc (q,n) dikeluarkan.
Tempatkan setiap shortest-path hingga didapatkan dalam LIST, bersama dengan catatan kondisi dimana shortest-path itu diperoleh. Set m=m+1 dan kembali ke Langkah 1.
Gambar 6 Contoh representasi sebuah jaringan fuzzy dalam graph 1 2 3 4 5 6 7 8 Sekitar 12' Sekitar 10' Sekitar 12' Sekitar 8' Sekitar 10' Sekitar 8' Sekitar 5' Sekitar 5' Sekitar 15' Sekitar 18' Sekitar 4'
Jika bilangan fuzzy berupa bilangan fuzzy segitiga dengan parameter =0,3, maka jaringan fuzzy dapat digambarkan sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 (8,4;...;...) (0,7;...;...) (8,4;...;...) (5,6;...;...) (0,7;...;...) (5,6;...;...) (3,5;...;...) (3,5;...;...) (10,5;...;...) (12,6;...;...) (2,8;...;...) 1 2 3 4 5 6 7 8 (...;...;15,6) (...;...;13) (...;...;15,6) (...;...;10,4) (...;...;13) (...;...;10,4) (...;...;6,5) (...;...;6,5) (...;...;19,5) (...;...;23,4) (...;...;5,2)
(a) graph fuzzy
(b) graph aktual (AK)
(c) lower-bound-graph (LBG) (d) upper-bound-graph (UBG) 1 2 3 4 5 6 7 8 (8,4;12;15,6) (0,7;10;13) (8,4;12;15,6) (5,6;8;10,4) (0,7;10;13) (5,6;8;10,4) (3,5;5;6,5) (3,5;5;6,5) (10,5;15;19,5) (12,6;18;23,4) (2,8;4;5,2) 1 2 3 4 5 6 7 8 (...;12;...) (...;10;...) (...;12;...) (...;8;...) (...;10;...) (...;8;...) (...;5;...) (...;5;...) (...;15;...) (...;18;...) (...;4;...)
3.4 Pembebanan Fuzzy
Gambar 7 memperlihatkan proses pembebanan lalulintas dengan pendekatan
fuzzy. Secara garis besar algoritma pembebanan fuzzy (dimodifikasi dari Ban 2004) adalah sebagai berikut:
Gambar 7 Metode pembebanan Fuzzy
Proses selanjutnya adalah membebankan sejumlah arus Tid ke dalam rute-rute
terpilih bedasarkan nilai keanggotaan masing rute dalam himpunan shortest-path (himpunan ini adalah merupakan bilangan fuzzy rute terbaik pertama). Dengan arti lain bahwa tiap rute akan dicari nilai keanggotaannya kebilangan fuzzy rute terbaik pertama (rute dengan nilai upper-bound terkecil). Setelah nilai keanggotaan masing-masing rute didapatkan, arus Tid akan disebarkan ketiap rute dengan model
logit berdasarkan nilai keanggotaannya dengan metode logit seperti Persamaan 2.
Bentuk set rute dari nilai Upper-Bound G
• Cari semua set rute dari nilai Lower-Bound G yang biaya-rute nya lebih kecil dari K,
• Bentuk biaya fuzzy nya dan simpan rute tersebut sebagai elemen himpunan Fuzzy-Shortest-Path (FSPrs)
Cari rangking setiap rute berdasarkan tingkat keanggotaan nya
• Cari Upper-Bound G terkecil dan nyatakan sebagai K
• Cari support dari Upper-Bound G terkecil, bentuk Lower-Bound L nya dan bentuk himpunan Fuzzy-Shortest-Path (FSPrs)
Cari tingkat keanggotaan setiap rute di dalam himpunan FSPrs
Selesai Mulai
k rs k rs k id k id FSP FSP T V 1 )) ( exp( )) ( exp( . (2) dimana k idV = volume/arus dari zona asal i ke zona tujuan d melalui rute k id
T = jumlah pergerakan antara zona asal i ke zona tujuan d
)
( rs
k FSP
= tingkat keanggotan rute k terhadap himpunan shortest-path
3.5 Tingkat Keanggotaan Fuzzy
Jika terdapat dua buah bilangan fuzzy p dan q (Gambar 8). Perpotongan garis antara dua buah bilangan fuzzy di A dengan nilai α1 menyatakan tingkat
keanggotaan bilangan fuzzy q terhadap bilangan fuzzy p (
q( p
)
).Gambar 8 Tingkat keanggotaan bilangan fuzzy q dalam p
Jika sumbu vertikal tingkat keanggotaan (q( p)) dinyatakan dengan dan sumbu
horisontal untuk t, maka sebuah bilangan fuzzy p dan q pada Gambar III.14 dapat dinyatakan dalam persamaan dua buah garis lurus dengan variabel seperti pada
persamaan 3 dan 4: p =
2 ,63
(3) 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 t p q 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 8,0 2+ 4+ 6-3 8-3 A 1q =
4 ,83
(4) maka tingkat keanggotaan bilangan fuzzy q pada p pada adalah: 6 3 4 ; 4 4 6 ; 2 1
3.6 Analisis Yang Dilakukan
Kinerja setiap tingkat resolusi jaringan akan dianalisa melalui pembebanan MAT pada beberapa tingkat resolusi sistem jaringan yang telah dibentuk pada setiap metode pembebanan. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk melihat besarnya pengaruh setiap metode pembebanan terhadap hasil pembebanan pada setiap tingkat resolusi. Ruas yang ditinjau adalah ruas arteri primer dan kolektor primer yang ada pada setiap tingkat resolusi. Secara umum perbedaan teknik pembebanan metode fuzzy dengan metode stokastik yang lain dapat dilihat pada Gambar 9.
Prosedur yang analisis yang akan dilakukan adalah:
1. Perhitungan perbandingan arus lalulintas rata-rata Besar arus lalulintas
rata-rata untuk setiap tingkat resolusi didapatkan dengan mengalikan besarnya arus lalulintas disetiap ruas tinjauan yang diperoleh dari hasil pembebanan dengan panjang ruasnya seperti terlihat pada persamaan 5 berikut:
a a a a a ) ( L xL VolVolratarata (5)
Vola = volume arus lalulintas pada ruas a (smp/jam) La = panjang ruas a (km)
Gambar 9 Perbandingan proses pembebanan Stokastik Murni (Metode Burrell,
Metode Kusdian), AON, dan Fuzzy
2. Perhitungan penyimpangan arus rata-rata relatif. Besarnya tingkat
penyimpangan nilai arus rata-rata relatif terhadap tingkat resolusi 1 dapat dirumuskan dalam persamaan 6 berikut:
Susun Jaringan dalam Data Numerik
Hitung Biaya Perjalanan Obyektif Setiap Ruas
Masukkan Nilai Parameter Sebaran
Untuk Setiap Ruas:
• Asumsikan bentuk (fungsi) sebaran,
• Asumsikan biaya obyektif sebagai rataan sebaran biaya persepsi,
• Ambil Sampel Acak Biaya Persepsi dengan Menggunakan Bilangan Acak.
Pembentukan Pohon Biaya Minimum
Untuk Setiap Pasang Zona Asal-Tujuan: Bebankan Segmen Beban
pada N Rute Biaya Minimum Pembentukan Pohon
Biaya Minimum
Untuk Setiap Pasang Zona Asal-Tujuan: Bebankan Segmen Beban
pada 1 Rute Biaya Minimum (Rute Terbaik)
Untuk Setiap Ruas: Hitung Biaya-Ruas-Fuzzy berdasarkan
Biaya-Ruas-Aktual
• Bentuk beberapa set pohon biaya minimum fuzzy dengan metode
fuzzy-shortest-path
• Hitung tingkat keanggotaan setiap rute pada himpunan
shortest-path
a). Perhitungan Pembebanan Stokastik Murni dan AON
b). Perhitungan Pembebanan dengan Pendekatan Fuzzy Untuk setiap Pasang Zona
Asal-Tujuan: Bebankan semua MAT pada rute-rute berdasarkan tingkat-kenggotaan nya pada himpunan shortest-path Mulai
Dihitung Efek Stokastik?
Selesai
Susun Jaringan dalam Data Numerik
• Inisialisasi set data biaya-ruas-aktual
• Inisialisasi semua arus Vl=0
Mulai
Selesai Tidak
(All-Or-Nothing)
% i 100 1 1 x X X X (6) = tingkat penyimpangan (%)
Xi = nilai arus rata-rata pada resolusi i (smp/jam) X1 = nilai arus rata-rata pada resolusi 1 (smp/jam)
3. Perhitungan indeks sebaran. Besar indeks sebaran untuk setiap tingkat
resolusi didapatkan dengan memberikan bobot urutan dari 0-1 pada peubah pembentuk karakteristik ruas yang dijadikan parameter untuk melihat sebaran. Peubah yang digunakan pada desertasi ini adalah jumlah arus, panjang, dan kapasitas. Arus semakin besar akan mempunyai bobot semakin besar, sebaliknya untuk panjang dan kapasitas, panjang dan kapasitas semakin kecil akan mempuyai bobot semakin besar. Pola arus yang melewati sebuah ruas dengan karakteristik ruas menunjukkan tingkat efektifitas sebuah ruas. Sebagai contoh: jika ada 2 buah ruas (ruas 1 dan ruas 2) yang dilewati arus sebesar 100 smp/jam tetapi mempunyai panjang yang berbeda (ruas 1: 10 km; ruas 2: 15 km), maka secara intuisi ruas 1 akan lebih diperhatikan dari pada ruas 2.
Besarnya indeks diperoleh dengan jumlah perkalian bobot setiap peubah dibagi dengan dengan kuadrat jumlah bobot gabungan setiap ruas seperti terlihat pada persamaan 8 berikut:
v V V r r Wv ;
l l l r r Wl ;
l cap cap r r Wcap (7) dimana: V rV ; CAP rcap 1 ; L rl 1
a a a a m Wcap Wl Wv n Id 2 . . (8) Id = Indeks Sebaran n = Jumlah Ruas m = Jumlah peubahV = volume arus lalulintas pada ruas (smp/jam)
L = Panjang ruas (km)
CAP = Kapasitas ruas (smp/jam)
Wva = Bobot untuk arus pada ruas a Wla = Bobot untuk kapasitas pada ruas a Wcapa = Bobot untuk panjang pada ruas a
4 ANALISIS UJI PEMODELAN MENGGUNAKAN DATA KOTA BANDUNG
Dalam disertasi ini, uji dan analisis untuk set data sesungguhnya hanya dilakukan pada metode AON, metode Burrell dengan sebaran persepsi normal, dan metode fuzzy.
4.1 Arus Rata-rata Terhadap Tingkat Resolusi Jaringan
Gambar
10
dan11
memperlihatkan hasil pembebanan lalulintas dengan metode Fuzzy dengan nilai = 0,3 pada setiap tingkat resolusi jaringan.Gambar
12
memperlihatkan volume rata-rata hasil pembebanan dengan metode fuzzy. Arus rata-rata meningkat dengan berkurangnya panjang total dan panjang x kapasitas. Terlihat pada setiap gambar bahwa dari tingkat resolusi 2 ke tingkat resolusi 4 arus rata-rata meningkat sangat tajam tetapi pada tingkat resolusi 1 sampai ke tingkat resolusi 2 arus rata-rata bertambah secara konstan bertahap.Dengan menganalisis pola ini, dapat disimpulkan terdapat tingkat resolusi optimum pada tingkat resolusi 2.
Gambar 10 Arus hasil pembebanan metode fuzzy pada tingkat resolusi 1 dan 2
2.116,20 2.600,00 4.100,00 10.610,02 1500 2500 3500 4500 5500 6500 7500 8500 9500 10500 11500
Resolusi 1 Resolusi 2 Resolusi 3 Resolusi 4
V o lu m e R at a-ra ta ( sm p /j am )
Resolusi Sistem Jaringan
Gambar 12 Volume rata-rata hasil pembebanan dengan metode fuzzy vs tingkat
resolusi sistem jaringan
4.2 Tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif
Seperti telah dibahas pada bagian tes dengan set data buatan, analisis penentuan metode pembebanan terbaik yang digunakan dilakukan dengan melihat tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap arus rata-rata pada tingkat resolusi terhalus (resolusi 1).
Hasil tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif masing-masing metode pembebanan pada masing-masing tingkat resolusi jaringan dapat dilihat pada
Gambar 13.
Terdapat tingkat resolusi optimun, yaitu pada tingkat resolusi 3. Tidak terjadi penyimpangan cukup besar sampai pada tingkat resolusi tersebut. Penyimpangan akan semakin menanjak tajam pada tingkat resolusi selanjutnya, tingkat resolusi 3 dan 4.
0,00% 25,47% 62,33% 190,46% 0,00% 24,13% 58,31% 182,61% 0,00% 20,50% 93,74% 401,37% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 400% 450%
Resolusi 1 Resolusi 2 Resolusi 3 Resolusi 4
Ti n gk at Pe n yi m p an ga n Ar u s R at a-ra ta R e la ti f ( % )
Resolusi Sistem Jaringan
AoN
Burrell Normal Fuzzy
Gambar 13 Tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap arus rata-rata
pada tingkat resolusi terhalus (resolusi 1)
4.3 Indeks Sebaran
Hasil perhitungan indeks sebaran (Id) untuk setiap metode pembebanan dapat dilihat pada Tabel 1. Semakin besar nilai indeks, pola arus semakin mengumpul pada beberapa ruas tertentu. Semakin nilai indeks mendekati 1, semakin menyebar pola arus pada setiap ruas berdasarkan karakteristik ruasnya. Dapat dikatakan bahwa semakin indeks mendekati nilai 1, semakin efektif sebuah jaringan yang disediakan. Gambar 14 memperlihatkan nilai indeks sebaran setiap metode pembebanan pada setiap tingkat resolusi jaringan.
Pada tingkat resolusi terhalus (1) sampai resolusi ke 3, indeks sebaran terbaik adalah metode pembebanan fuzzy. Hal ini ditunjukkan dengan menggunakan metode fuzzy, indeks yang dihasilkan mempunyai nilai paling kecil dibandingkan dengan metode lain. Pada beberapa kondisi, metode AON lebih baik jika
dibandingkan metode Burrell, yaitu pada tingkat resolusi 2 dan 4.
Nilai indeks semakin kecil menunjukkan bahwa arus yang dihasilkan semakin menyebar sesuai dengan karakteristik ruasnya. Nilai ini dapat digunakan sebagai ukuran efektifitas jaringan. Pada tingkat resolusi 1, nilai indeks sangat besar, hal ini menunjukkan bahwa terdapat banyak ruas yang tidak terpakai serta banyak ruas yang belum optimum. Artinya banyak ruas yang kurang efektif atau antara arus dan kapasitas maupun panjang tidak sesuai. Contoh: arus kecil tetapi kapasitas ruas sangat besar.
Tabel 1 Indeks sebaran untuk masing-masing metode pembebanan pada setiap tingkat resolusi jaringan
Tingkat Resolusi Panjang x Kapasitas
(sm.km/jam) AoN Burrell Normal Fuzzy 1 329.662 11,414 11,403 11,418 2 243.624 3,128 3,132 3,121 3 146.021 1,671 1,668 1,666 4 110.004 1,319 1,324 1,317 11,414 3,128 1,671 1,319 11,418 3,121 1,666 1,317 0 2 4 6 8 10 12
Resolusi 1 Resolusi 2 Resolusi 3 Resolusi 4
In d e ks Se b ar an
Resolusi Sistem Jaringan
AoN Burrell Normal Fuzzy
Gambar 14 Indeks sebaran pada setiap tingkat resolusi dan setiap metode
4.4 Uji Statistik Pengaruh Metode Pembebanan Terhadap Sebaran Arus
Hasil uji statistik untuk tiap-tiap jenis metode pembebanan adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Indikator uji statistik untuk masing-masing metode pembebanan
No Indikator Uji Statistik
Metode Pembebanan
AON Burrell Normal Fuzzy
1 RMSE 442,805 436,498 423,59
2 R2
0,123263 0,14806 0,197703
Grafik hubungan antara metode pembebanan dengan tingkat keakurasian arus hasil estimasi dengan arus hasil pengamatan dengan parameter R2 untuk ketiga metode
tersebut dapat dilihat pada Gambar 15. Hasil yang terlihat pada Gambar 15 membuktikan bahwa tingkat kinerja penggunaan metode pembebanan fuzzy lebih baik jika dibandingkan penggunaan metode AON maupun metode stokastik lain.
0,123263 0,14806 0,197703 0,1 0,11 0,12 0,13 0,14 0,15 0,16 0,17 0,18 0,19 0,2
AON Burrell Fuzzy
N
ila
i R
2
Metode Pembebanan
Gambar 15 Grafik hubungan Metode Pembebanan–Keakurasian Arus Hasil
5 KESIMPULAN, KONTRIBUSI, DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan
Dari penelaahan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan set data buatan sederhana 1, data yang terdiri dari 17 ruas dan 1 pasang zona asal-tujuan, sudah biasa memperlihatkan pola perilaku pembebanan dengan menggunakan metode fuzzy. Pembebanan dengan menggunakan metode ini dikontrol dengan 2 paramater utama, parameter bilangan fuzzy () untuk biaya ruasnya dan parameter jumlah rute (K) yang mungkin/bisa dipertimbangkan oleh pelaku perjalanan. Semakin besar nilai maka semakin besar kemungkinan menghasilkan banyak rute pada proses pembebanannya. Jumlah rute yang terpilih dibatasi oleh parameter K. Semakin besar K, asumsi yang digunakan adalah semakin banyak rute yang dapat dibandingkan oleh pelaku perjalanan dalam memilih rutenya.
2. Pada metode fuzzy selalu akan menghasilkan banyak-rute sesuai dengan asumsi jumlah rute (K) yang dapat diperkirakan oleh pelaku perjalanan serta selisih antara rute terbaik dengan rute alternatif berdasarkan nilai parameter yang ada. Hal ini berarti bahwa hasil akan tergantung pada ketepatan menentukan berapa jumlah rute yang dapat dibandingkan dan berapa selang antara batas-bawah dan batas-atas perkiraan biaya terhadap biaya aktualnya. 3. Pada tingkat resolusi terhalus (resolusi 1: semua ruas disertakan dalam sistem
jaringan), menunjukan bahwa metode-metode stokastik murni (Burrell dan
Kusdian) lebih menyebarkan arus pada setiap ruas yang ditunjukkan dengan
kecilnya angka Indek Sebaran. Hal ini karena pemberian standar deviasi 30% pada selisih antara rute terbaik dan alternatifnya yang kecil dapat menyebabkan pengambilan ruas yang sangat bervariasi.
4. Dengan metode fuzzy pada resolusi terhalus (resolusi 1) menunjukkan pola sebaran arus lebih baik dibandingkan dengan metode all-or-nothing. Namun karena pembatasan jumlah rute yang dapat diperkirakan oleh pengguna sebasar 3 buah rute, artinya bahwa setiap pasang zona asal-tujuan, pelaku perjalanan hanya bisa membedakan 3 buah biaya perjalanan dalam satu kali melakukan perjalanan dari zona asal ke tujuan. Hal ini lebih realistis karena secara alami orang tidak berlaku acak dalam menentukan pilihan rutenya dan ada jumlah maksimum alternatif dalam kemampuan seseorang membandingkan.
5. Pemangkasan sistem jaringan menyebabkan bertambahnya nilai arus rata-rata dan semakin besarnya penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap tingkat resolusi terhalus. Secara umum, dengan metode stokastik murni (Burrell dan
Kusdian) perubahan nilai arus rata-rata dan penyimpangan arus rata-rata
relatif cenderung tidak begitu besar. Artinya rute-rute yang dilewati akan selalu diarahkan pada rute-rute utama (arteri). Dan dengan pemberian standar deviasi 30%, rute akan selalu diarahkan pada rute termurah karena selisih antara rute terbaik dan alternatifnya sangat besar. Pada metode fuzzy, penyimpangan terbesar pada resolusi 4 karena sebagian pelaku perjalanan masih ragu akan rute terbaik tersebut sehingga rute alternatif juga masih banyak terpilih sesuai dengan perkiraan derajat keanggotaan terhadap rute terbaik.
6. Ada tingkat resolusi optimum pada setiap metode pembebanan yang diindikasikan dengan tidak banyak berubahnya nilai arus rata-rata dan penyimpangan arus rata-rata relatifnya. Artinya, pemangkasan sistem jaringan tidak begitu berpengaruh terhadah pola arus pada jaringan.
7. Kinerja sebuah jaringan dapat ditunjukan dengan sebuah angka indeks. Angka indeks tegantung dengan variabel karakteristik ruas yang akan diperhitungkan. Nilai bobot pada variabel menunjukan pengaruh variabel terhadap penilaian sebuah ruas.
5.2 Kontribusi
Dari penelitian yang dilakukan dihasilkan kontribusi berupa menambah khasanah baru terhadap peniruan perilaku proses pemilihan rute pelaku perjalanan, dimana antara pelaku satu dengan lainnya dapat berbeda dalam memperkirakan biaya perjalanan ruas yang membentuk biaya perjalanan rute (yaitu himpunan fuzzy segitiga untuk persepsi biaya perjalanan), sehingga dapat berbeda pilihan rutenya. Perbedaan dalam pemilihan rute akan mengakibatkan penyebaran arus lalulintas di atas jaringan.
Manfaat dari model yang dibuat dalam penelitian ini adalah dapat digunakan untuk proses perhitungan dan analisis sistem jaringan, terutama jaringan jalan perkotaan. Proses perhitungan dan analisis sistem jaringan selalu diperlukan untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan jaringan jalan, dan kelayakan tingkat pelayanan jaringan jalan. Evaluasi diperlukan untuk mengantisipasi masalah yang tidak diinginkan, misalnya tingkat kemacetan yang terlalu tinggi disuatu ruas, sehingga perlu dipelajari manfaat berbagai alternatif penanggulangan yang direncanakan untuk dilaksanakan. Alternatif penanggulangan dapat berupa pengaturan kembali pola arus lalulintas maupun berupa pembangunan jalan baru yang ditambahkan pada jaringan. Sebelum alternatif-alternatif penanggulangan ini dilaksanakan, perlu dilakukan perhitungan, analisis dan evaluasi, melalui model perhitungan, dimana model pemilihan rute yang dihasilkan penelitian disertasi ini dapat menjadi bagian dari pada proses perhitungan tersebut.
5.3 Rekomendasi
Rekomendasi pengembangan metode pembebanan fuzzy lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 16 beserta faktor-faktor yang akan dikaji lebih jauh dan rencana waktu penyelesaian.
Faktor Pengaruh Lain
Faktor Model Sistem Jaringan
Faktor Batasan Kapasitas
Faktor Estimasi Parameter Biaya Fuzzy
Deskripsi Biaya Perjalanan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 ▪ Trapeziodal ▪ Smooth Triangular ▪ Model-model estimasi parameter ▪ Batasan Kapasitas ▪ Equilibrium Fuzzy ▪ Radial ▪ Grid ▪ Resolusi Zona ▪ Simpang ▪ Efisiensi Alg
Gambar 16 Roadmap penelitian model pembebanan jaringan dengan pendekatan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Januari 1972 di Magelang. Ia lulus dari SMA Negeri I Wonosobo pada tahun 1990.
Ia memperoleh gelar Sarjana pada tahun 1999 di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta. Selanjutnya ia memperoleh gelar Magister Teknik (MT) pada tahun 2003 di Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Sejak tahun 2001 ia menjadi staf pengajar di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta.
Penulis menikah dengan Jannatin Hastuti, dan mempunyai dua orang anak: Muhammad Bintang Bahy, 11 tahun dan Aura Nadifa, 8 tahun.
Daftar Publikasi:
1. Kresnanto, N. C., Ofyar Z. Tamin, Russ Bona F., 2009, The Estimation of
Fuzzy Travel Cost Under Capacity Restraint Condition, Proceedings of
the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Volume 7-2009, Surabaya, Indonesia.
2. Kresnanto, N. C., Ofyar Z. Tamin, Russ Bona F., 2008, Path Finding
Algorithm on Fuzzy Travel Cost Condition, International Journal of
Logistic and Transport, Volume 2 - Number 2, October 2008, The Chartered Institute of Logistics & Transport, Thailand.
3. Kresnanto, N. C., Ofyar Z. Tamin, Russ Bona F., 2008, Fuzzy Travel Cost in
Trip Assignment, Asia Pacific Conference on Art Science Engineering
4. Kresnanto, N. C., Ofyar Z. Tamin, Russ Bona F., 2008, Spatial Database for
Modeling Transportation Case Study, Asia Pacific Conference on Art
Science Engineering Technology (ASPAC on ASET), Juni, Solo, Indonesia. 5. Kresnanto, N. C., Tamin, O.Z., Frazila, R.B., 2008, Pengembangan
Algoritma Pencarian Rute dan Pembebanan Lalu Lintas Fuzzy, Prosiding
Simposium FSTPT XI.
6. Kresnanto, N. C., Ofyar Z. Tamin, Russ Bona F., 2008, Pengembangan
Algoritma Pencarian Rute Untuk Kasus Biaya Perjalanan Fuzzy,
Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KONTEKS 2), Juni, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, Indonesia.
7. Kresnanto, N. C., Ofyar Z. Tamin, 2007, Biaya Perjalanan Fuzzy Untuk
Pembebanan Lalu Lintas, Jurnal FSTPT X.
8. Kresnanto, N. C., Ofyar Z. Tamin, 2006, Kajian Model Pembebanan