104
PENGARUH KEPEMIMPINAN
DAN KECERDASAN SPIRITUAL
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
Oleh : Nurdin, S.S., M.M.
Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta
Gedung Sentra Kramat Jl. Kramat Raya No.7-9 Jakarta Pusat 10450 Indonesia Telp. 021-31904598 Fax. 021-31904599
Email : nurdin.adiputra@yahoo.com
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the influence of leadership and spiritual quotient to the employee performance. Data was collected by sending about 34 questionnaires data to all of employees in Politeknik LP3I Jakarta, Gedung Sentra Kramat Jl. Kramat Raya No.7-9 Jakarta Pusat 10450 Indonesia. This research used survey, sampling method and questionnaires as tools in collecting the main data with a quantitative method. This research used simple random and sampling technique. Data were analyzed by Software SPSS verse 17 for Windows.
The results of this research show that: 1) The leadership influences the employee performance significantly; 2) The spiritual Quotient influences the employee performance significantly; and 3) The leadership and spiritual quotient simultaneously have a significant influence to employee performance.
It is important for any one whose job is as a decision maker in management structure to understand the leadership as one of variables influences the employee performance; and also, the spiritual quotient.
Key words : Leadership, Spiritual Quotient, and Employee’s, Performance
PENDAHULUAN
Persaingan dunia usaha saat ini sangat tinggi. Pengaruh globalisasi yang menyebabkan dunia menjadi semacam
small village mengharuskan setiap perusahaan untuk lebih kreatif dalam berbagai hal agar mampu bersaing atau sekedar bertahan. Jika tidak, dapat dipastikan perusahaan tersebut akan tergilas oleh zaman. Dia akan menjadi sejarah kegagalan dalam mengantisipasi perkembangan zaman yang menuntut kreatifitas berfikir dan bertindak.
Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang juga terkena dampak dari globalisasi ini. Seluruh dunia dapat mengetahui, melihat, bahkan ikut campur
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Seluruh institusi pendidikan – baik pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, bahkan pendidikan tinggi – yang profitable, tidak luput dari ancaman tersebut.
Kedatangan pihak asing dalam dunia pendidikan tentu tidak harus menimbulkan sikap phobia. Berbagai fakta menunjukkan bahwa datangnya persaingan dapat menimbulkan efek positif bagi banyak pihak. Seluruh pihak yang bersaing dituntut untuk memberikan yang terbaik agar bisa dipilih oleh calon
customer. Proses persaingan itu pada
akhirnya akan membawa keuntungan tersendiri bagi customer karena seluruh peserta persaingan akan menjadikan
105
customer satisfaction sebagai senjata
persaingan.
Pentingnya atmosfir persaingan yang sehat dan berimbang dalam dunia pendidikan telah menelurkan Peraturan Menteri no. 18 tahun 2009. Peraturan ini menetapkan bahwa pihak asing tidak boleh membuat lembaga pendidikan yang dikelolanya menjadi lembaga pencari profit an sich. Seluruh profit yang bisa diperoleh oleh lembaga pendidikan tersebut harus dikembalikan pada pengembangan dunia pendidikan itu sendiri. Bahkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di dalam negeri, pemerintah menetapkan bahwa pihak asing tidak bisa mendirikan institusi secara mandiri. Mereka harus bekerja sama dengan pihak Indonesia sehingga ada proses transfer pengetahuan tentang pengelolaan pendidikan yang baik. Dalam hal modal, pihak asing hanya boleh berperan maksimal 49%, sehingga kebijakan tidak bias dan citra pendidikan Indonesia dengan ciri khas ketimurannya terjaga.
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat ini, pelaksana pendidikan harus memperbaiki terus kinerja institusi yang dimilikinya. Kinerja institusi ini sendiri sangat ditentukan oleh kinerja karyawan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, seluruh variabel yang dapat menjadi penyebab atau mempengaruhi kinerja karyawan harus mendapatkan perhatian yang layak dari penyelenggara pendidikan.
Politeknik LP3I Jakarta merupakan sebuah institusi pendidikan tinggi yang memiliki keunikan tersendiri. Pendiriannya diawali pada tahun 1989 di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan pembukaan program-program kursus setara D-1 dan setara D-2, di bawah bendera Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I). Seiring perjalanan waktu dan besarnya minat masyarakat untuk mengikuti program yang ditawarkan, LP3I kemudian menyebar ke 12 titik kota Jakarta. Kedua belas lokasi itulah yang saat ini menjadi titik-titik kampus Politeknik LP3I Jakarta.
Tersebarnya Politeknik LP3I Jakarta dalam 12 kampus bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar (PBM) melainkan juga menyangkut desentralisasi manajerial. Setiap kampus memiliki tenaga tersendiri untuk masing-masing bidang: Kepala Kampus, Kepala Bidang Keuangan, Kepala Bidang Pendidikan, serta Kepala Bidang Humas dan Kemahasiswaan. Semua lengkap dengan staf-staf pendukungnya. Semua kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Politeknik LP3I Jakarta kemudian diterjemahkan oleh masing-masing penanggung jawab kampus untuk menjadi kebijakan lokal.
Politeknik LP3I Jakarta memang memiliki sejumlah keunggulan. Luasnya jaringan kampus mempermudah perguruan tinggi ini untuk menjangkau daerah yang tidak terjamah oleh kampus-kampus besar lainnya. Selain itu, ia juga dikenal karena kualitas lulusannya yang mudah diserap oleh pasar kerja dan merupakan salah satu lembaga pendidikan terpercaya.
Namun, kompetisi saat ini semakin ketat. Persaingan memperebutkan calon mahasiswa membuat manajemen harus semakin mengasah kemampuan manajerialnya sehingga institusi ini mampu bertahan dan berkembang. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh oleh Politeknik LP3I Jakarta, kecuali semakin memantapkan kinerja pegawainya secara menyeluruh.
106 MAKSUD DAN TUJUAN
PENELITIAN
Maksud dari penulis dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris berdasarkan teori-teori yang ada serta pengalaman lapangan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan pada institusi tempat penelitian maupun lembaga lainnya.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan; 2) Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan; dan 3) Pengaruh kepemimpinan dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan.
TINJAUAN PUSTAKA KINERJA
Pengertian kinerja menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:503)” adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi
yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Penilaian kinerja dilakukan untuk
menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja.
Menurut “Yuwono dkk. (2007:23)”, disimpulkan pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai
nilai yang ada pada perusahaan. Hasil
pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
“Sucipto (2003)”, menyebutkan bahwa penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
107 KEPEMIMPINAN
Pengertian kepemimpinan dalam suatu organisasi dapat dilihat dalam definsi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli dan secara umum memiliki kesamaan penekanan arti yaitu “mempengaruhi orang lain untuk pencapaian tujuan bersama/yang telah ditentukan”.
“Sudarwan Danim (2004:10)” menjelaskan kepemimpinan adalah setiap
tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada individu atau kelompok lainnya yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Miftah Toha (2009:121)” menjelaskan
kepemimpinan merupakan aktivitas
perilaku untuk mempengaruhi orang lain agar mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
“Leman (2008:3)” menjelaskan
kepemimpinan adalah seni, kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
“Gary Yukl (2009:8)” mendefinisikan
kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
“Andrew J. DuBurin (2009:4)” mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan. 2. Kepemimpinan adalah cara
mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah.
3. Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif.
4. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
5. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri, dukungan di antara bawahan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Sementara, “Veithzal Riva’i (2004:64)” menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah perilaku dan strategi, sebagai
hasil kombinasi dari falsafah,
keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia
mencoba mempengaruhi kinerja
bawahannya. Artinya, gaya
kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi. Dengan bahasa lain, “Riva’I” menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah sekumpulan ciri
yang digunakan pimpinan untuk
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai.
KECERDASAN SPIRITUAL
Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan lain di samping kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, yaitu Kecerdasan Spiritual. “Zohar dan Marshal (2001:37)” mendefinisikan Kecerdasan Spiritual
sebagai rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku
dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik dan jahat, membayangkan yang belum terjadi
108
serta mengangkat kita dari kerendahan.
Kecerdasan tersebut menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bernilai dan bermakna “(Zohar dan
Marshal, 2000:25)”.
“Eckersley (2000:5)” memberikan pengertian yang lain mengenai Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan Spiritual didefinisikan sebagai perasaan
intuisi yang dalam terhadap
keterhubungan dengan dunia luas di dalam hidup kita.
“Mccormick (1994, 20) dan Mitroff and Denton (1999, 111)”, dalam
penelitiannya membedakan kecerdasan spriritual dengan religiusitas di dalam lingkungan kerja. Religiusitas lebih
ditujukan pada hubungannya dengan Tuhan sedangkan kecerdasan spiritual lebih terfokus pada suatu hubungan yang dalam dan terikat antara manusia dengan sekitarnya secara luas.
“Berman (2001:98)” mengungkapkan bahwa Kecerdasan Spiritual dapat memfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia juga
mengatakan bahwa Kecerdasan Spiritual juga dapat membantu sesorang untuk dapat melakukan transendensi diri. Pengertian lain mengenai Kecerdasan
Spiritual adalah kemampuan untuk
memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya karena Allah
“(Agustian, 2001:57)”.
Kecerdasan Spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQ dan EQ, oleh karena itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandang hanya menyumbangkan sebagian dari penentu kesuksesan sesorang dalam hidup. Ada faktor lain yang ikut berperan yaitu Kecerdasan Spiritual yang lebih
menekankan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan agama saja (Hoffmann, 2002:131).
Peran Kecerdasan Spiritual adalah sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif
“(Agustian, 2001:57)”. “Nggermanto (2002:123)” mengatakan bahwa seseorang yang memiliki Kecerdasan Spiritual tinggi adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu memaknai setiap sisi kehidupan serta mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan kesakitan.
“Sukidi (2002:94)” mengemukakan
tentang nilai-nlai dari Kecerdasan
Spiritual berdasarkan
komponen-komponen dalam kecerdasan spiritual yang banyak dibutuhkan dalam dunia bisnis, diantaranya adalah “(dalam
Setyawan, 2004:13)” (a) Mutlak Jujur
Kata kunci pertama untuk sukses di dunia bisnis selain berkata benar dan konsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan hukum spiritual dalam dunia usaha b) Keterbukaan
Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dalam dunia usaha, maka logikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah berpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik
c) Pengetahuan diri
Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalam kesuksesan sebuah usaha karena dunia usaha sangat memperhatikan lingkungan belajar yang baik.
d) Fokus pada kontribusi
Dalam dunia usaha terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberi daripada menerima. Hal ini penting berhadapan dengan kecenderungan manusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban. Untuk itulah orang harus pandai
109 membangun kesadaran diri untuk
lebih terfokus pada kontribusi e) Spiritual non dogmatis
Komponen ini merupakan nilai dari Kecerdasan Spiritual dimana di dalamnya terdapat kemampuan untuk
bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.
METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang menggunakan populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, serta analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.
Dalam penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survey penjelasan (Explanatory Survey Method) dengan teknis analisis deskriptif dan analisis verifikatif. Teknis analisis deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran atau deskriptif ciri-ciri variabel kepemimpinan, kecerdasan spiritual dan kinerja pegawai di lingkungan Politeknik LP3I Jakarta.
Teknik analisis verifikatif dimaksudkan untuk mengukur korelasional atau pengaruh kepemimpinan dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja pegawai Politeknik LP3I Jakarta melalui suatu pengujian hipotesis.
DESAIN PENELITIAN
“Sugiyono (2009;42)”, desain penelitian
merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.
Pola tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut : Gambar 1.1 Hipotesa Di mana: X1 = Kepemimpinan h1 = Pengaruh X1 terhadap Y X2 = Kecerdasan Spiritual h2 = Pengaruh X2 terhadap Y Y = Kinerja Pegawai h3 = Pengaruh X1,2 terhadap Y
a. Populasi yang menjadi target penelitian ini adalah pegawai, sedangkan populasi terjangkaunya adalah pegawai di lingkungan Politeknik LP3I Jakarta, yang beralamat di jl. Falatehan h1 h2 h3
X
1Y
X
2110 Raya no. 2, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, serta pegawai di seluruh kampus Politeknik LP3I Jakarta. Populasi terjangkaunya berjumlah 255 orang, yaitu 23 orang
di Direktorat, 232 orang tersebar di 13 kampus. b. Adapun sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang, diukur dengan rumus slovin, sebagai berikut: atau Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi α = 0.16
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
Deskripsi data dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang data yang terkumpul. Data penelitian menyangkut tiga variabel yaitu: Kinerja (Y), Kepemimpinan (X1), Kecerdasan
Spiritual (X2). Jumlah responden sebagai
sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang yang diambil secara acak sederhana dari pegawai Politeknik LP3I Jakarta. Data merupakan hasil
kuantifikasi jawaban yang telah diisi oleh responden terhadap instrumen tes dan angket yang disebarkan. Proses kuantifikasi dilakukan dengan cara pemberian skor pada masing-masing butir dalam tes dan angket yang telah diisi oleh responden. Angka-angka yang disajikan, dari pengolahan data dengan menggunakan statistika deskriptif, menggambarkan nilai rata-rata, simpangan baku, median, dan distribusi frekuensi yang disertai grafik dalam bentuk histogram.
ANALISA FREKUENSI KINERJA.
Banyaknya data Kinerja yang berhasil dikumpulkan berjumlah 34 buah dengan total skor 3663. Diperoleh nilai rata-rata skor Kinerja = 107.7353; modus = 104; median = 113; dan standar deviasi = 8.45385. Dilihat secara empirik skor tertinggi 127 dan skor terendah 82. Rentangan skor teoretik terendah yang mungkin dicapai responden adalah 80 dan skor tertinggi 130 yang terbagi dalam
10 kelas interval. Sebaran skor variabel Kinerja dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tampak pada tabel gambar histogram di bawah ini:
N = N = = 34 N 1 + N.α2 255 1 + 55.(0.16)2
111 Gambar 1.2 Histogram Kinerja Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Kinerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 82.00 1 2.9 2.9 2.9 83.00 1 2.9 2.9 5.9 84.00 1 2.9 2.9 8.8 90.00 1 2.9 2.9 11.8 101.00 1 2.9 2.9 14.7 102.00 1 2.9 2.9 17.6 103.00 1 2.9 2.9 20.6 104.00 4 11.8 11.8 32.4 105.00 1 2.9 2.9 35.3 106.00 2 5.9 5.9 41.2 107.00 2 5.9 5.9 47.1 108.00 1 2.9 2.9 50.0 109.00 3 8.8 8.8 58.8 111.00 1 2.9 2.9 61.8 113.00 3 8.8 8.8 70.6 114.00 1 2.9 2.9 73.5 116.00 3 8.8 8.8 82.4 Histogram Kinerja
112 117.00 3 8.8 8.8 91.2 121.00 1 2.9 2.9 94.1 125.00 1 2.9 2.9 97.1 127.00 1 2.9 2.9 100.0 Total 34 100.0 100.0 KEPEMIMPINAN
Banyaknya data Kepemimpinan yang berhasil dikumpulkan berjumlah 34 buah dengan total skor 3381. Diperoleh nilai rata-rata skor Kepemimpinan = 99.44; modus = 105; median = 100; dan standar deviasi = 11,266. Dilihat secara empirik
skor tertinggi 118 dan skor terendah 77. Rentangan skor teoretik terendah yang mungkin dicapai responden adalah 75 dan skor tertinggi 120 yang terbagi dalam 10 kelas interval. Sebaran skor variabel Kepemimpinan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tampak pada tabel 1.1 dan gambar histogram Kinerja.
Gambar 1.3 Histogram Kepemimpinan
Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Kepemimpinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 77.00 2 5.9 5.9 5.9 83.00 1 2.9 2.9 8.8 84.00 1 2.9 2.9 11.8 85.00 2 5.9 5.9 17.6 89.00 1 2.9 2.9 20.6 90.00 1 2.9 2.9 23.5
113 92.00 1 2.9 2.9 26.5 93.00 2 5.9 5.9 32.4 96.00 2 5.9 5.9 38.2 97.00 1 2.9 2.9 41.2 100.00 3 8.8 8.8 50.0 102.00 1 2.9 2.9 52.9 103.00 3 8.8 8.8 61.8 104.00 2 5.9 5.9 67.6 105.00 3 8.8 8.8 76.5 108.00 1 2.9 2.9 79.4 112.00 2 5.9 5.9 85.3 113.00 1 2.9 2.9 88.2 115.00 2 5.9 5.9 94.1 117.00 1 2.9 2.9 97.1 118.00 1 2.9 2.9 100.0 Total 34 100.0 100.0 KECERDASAN SPIRITUAL
Banyaknya data Kecerdasan Spiritual yang berhasil dikumpulkan berjumlah 34 buah dengan total skor 3488. Diperoleh nilai rata-rata skor Kinerja karyawan = 105.6970; modus = 97.00; median = 106.00; dan standar deviasi = 7,80418. Dilihat secara empirik skor tertinggi 124
dan skor terendah 94. Rentangan skor teoretik terendah yang mungkin dicapai responden adalah 90 dan skor tertinggi 130 yang terbagi dalam 10 kelas interval. Sebaran skor variabel Kinerja mahasiswa dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tampak pada tabel dan gambar histogram berikut:
114 Histogram Kecerdasan Spiritual
Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Spiritual
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 79.00 1 2.9 2.9 2.9 80.00 1 2.9 2.9 5.9 83.00 1 2.9 2.9 8.8 105.00 2 5.9 5.9 14.7 107.00 1 2.9 2.9 17.6 108.00 1 2.9 2.9 20.6 109.00 3 8.8 8.8 29.4 111.00 2 5.9 5.9 35.3 112.00 2 5.9 5.9 41.2 114.00 1 2.9 2.9 44.1 115.00 1 2.9 2.9 47.1 116.00 3 8.8 8.8 55.9 117.00 2 5.9 5.9 61.8 118.00 3 8.8 8.8 70.6 119.00 1 2.9 2.9 73.5 120.00 1 2.9 2.9 76.5 122.00 3 8.8 8.8 85.3 125.00 1 2.9 2.9 88.2 126.00 1 2.9 2.9 91.2 128.00 1 2.9 2.9 94.1 129.00 2 5.9 5.9 100.0 Total 34 100.0 100.0 PENGUJIAN KORELASI
Analisis Signifikasi hubungan atau (uji Korelasi) ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). Sedangkan sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Nilai korelasi sendiri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,20 korelasi keeratan sangat lemah
b. 0,21 – 0,40 korelasi keeratan lemah c. 0,41 – 0,70 korelasi keeratan kuat d. 0,71 – 0,90 korelasi keeratan sangat
kuat
e. 0,91 – 0,99 korealsi keeratan sangat kuat sekali
115 PENGUJIAN KORELASI X1 DAN Y Hasil uji korelasi atau hubungan antara
Kepemimpinan dan Kinerja dapat disampaikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 1.4
Korelasi Kepemimpinan dan Kinerja Correlations
Kinerja
Kepemimpina n Kinerja Pearson Correlation 1 .413*
Sig. (2-tailed) .015
N 34 34
Kepemimpinan Pearson Correlation .413* 1 Sig. (2-tailed) .015
N 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Dari tabel uji korelasi di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Kinerja adalah 0,413 yang berarti korelasi keeratannya kuat (dengan 2-tailed 0,015)
b. Jumlah responden adalah sebanyak 34 orang baik untuk Kepemimpinan maupun untuk Kinerja.
c. Sig.(2-tailed), biasanya digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang signifikan antara Kepemimpinan dan dan Kinerja”
Hipotesis nol dan hipotesis yang diusulkan adalah :
Ho : Kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja
H1 : Kepemimpinan berpengaruh
secara signifikan terhadap Kinerja; Berdasarkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,015 yang berarti lebih kecil dari level of
significant ( ) 5 %, maka diterima H1
yang berarti hipótesis yang diajukan ádalah teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan Kepemimpinan
PENGUJIAN KORELASI X2 DAN Y Hasil uji korelasi atau hubungan antara
Kecerdasan Spiritual dan Kinerja dapat disampaikan dalam tabel di bawah ini:
116 Tabel 1.5
Korelasi Kecerdasan Spiritual dan Kinerja Correlations
Kinerja Kecerdasan Spiritual Kinerja Pearson Correlation 1 .791**
Sig. (2-tailed) .000 N 34 34 Kecerdasan Spiritual Pearson Correlation .791** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari tabel uji korelasi di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja adalah 0,791 yang berarti korelasi keeratannya sangat kuat
b. Jumlah responden adalah sebanyak 34 orang baik untuk Kecerdasan Spiritual maupun untuk Kinerja.
c. Sig.(2-tailed), biasanya digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dan Kecerdasan Spiritual” Hipotesis nol dan hipotesis yang diusulkan adalah :
Ho : Kinerja mahasiswa tidak berhubungan secara signifikan terhadap Kecerdasan Spiritual;
H1 : Kinerja mahasiswa
berhubungan secara signifikan terhadap Kecerdasan Spiritual;
Berdasarkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari level of significant ( ) 1 %, maka diterima H1 yang berarti hipótesis yang diajukan adalah teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan
Kecerdasan Spiritual.
PENGUJIAN KORELASI X1,2 DAN Y
Hasil uji korelasi atau hubungan antara Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual
dan Kinerja dapat disampaikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1.6
Korelasi Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dan Kinerja Correlations
Kinerja Kecerdasan
Spiritual Kepemimpinan
Kinerja Pearson Correlation 1 .791** .413*
Sig. (2-tailed) .000 .015
117 Kecerdasan Spiritual Pearson Correlation .791** 1 .458** Sig. (2-tailed) .000 .006 N 34 34 34
Kepemimpinan Pearson Correlation .413* .458** 1 Sig. (2-tailed) .015 .006
N 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Dari tabel uji korelasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Kinerja adalah 0,413 yang berarti korelasi keeratannya sedang (dengan dengan 2-tailed 0,015), sedangkan Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja adalah 0,791 yang berarti korelasi keeratannya sangat kuat (dengan dengan 2-tailed 0,000)
b. Jumlah responden adalah sebanyak 34 orang baik untuk Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual maupun untuk Kinerja.
c. Sig.(2-tailed), biasanya digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan Kepemimpinan dan
Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama”
Hipotesis nol dan hipotesis yang diusulkan adalah :
Ho : Kinerja tidak berhubungan secara
signifikan terhadap
Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama. H1 : Kinerja berhubungan secara
signifikan terhadap Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama.
Berdasarkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,006 yang berarti lebih kecil dari level of
significant ( ) 1 %, maka diterima H1 yang berarti hipótesis yang diajukan ádalah teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kinerja dengan Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama.
PENGUJIAN REGRESI Hasil pengujian regresi terhadap Kepemimpinan dan Kinerja dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 1.7
Pengujian Regresi antara Kepemimpinan dan Kinerja Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Kepemimpinana . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1 .413a .171 .145 9.88322 1.715
118 a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kinerja ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 642.918 1 642.918 6.582 .015a
Residual 3125.700 32 97.678
Total 3768.618 33
a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 68.775 15.280 4.501 .000
Kepemimpinan .392 .153 .413 2.566 .015
a. Dependent Variable: Kinerja Penjelasan dari tabel pertama adalah : 1. Output pertama menunjukan variabel
bebas yang dimasukkan adalah Kepemimpinandan tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah single
step (enter) dan bukan stepwise.
Variabel terikat adalah Kinerja. 2. Output kedua (model summary),
angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,171 yang artinya 17,1% dari variasi Kinerja bisa dipengaruhi oleh variabel Kepemimpinan.
3. Output ketiga (ANOVA) terbaca F hitung sebesar 6,582 dengan tingkat signifikasi sebesar 0.015. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 ( dalam kasus ini menggunakan taraf signifikasi atau = 5%), maka maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Kinerja.
Hipotesis yang dipergunakan adalah :
Ho: Tidak ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan dan Kinerja H1: Ada hubungan yang linear antara
Kepemimpinan dan Kinerja.
Pedoman yang dipergunakan jika Sig< maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang linear antara Kepemimpinan dengan Kinerja
4. Output keempat (Coefficients), digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi berikut ini :
= 68.775 + 0.392X1
Kinerja = 68,775 + 0,392 (Kepemimpinan)
Di mana :
a. Konstanta sebesar 68,775 menyatakan bahwa jika tidak ada Kepemimpinan, maka Kinerja adalah sebesar 68,775 b. Koefisisen regresi sebesar 0,392
menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X1
untuk Kepemimpinan akan meningkatkan Kinerja sebesar 0,392 X1.
119 Hasil pengujian regresi terhadap
Kecerdasan Spiritual dan Kinerja dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 1.8
Pengujian Regresi antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja Variables Entered/Removedb Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Kecerdasan Spirituala . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .791a .626 .614 6.63840 1.888
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual b. Dependent Variable: Kinerja
ANOVAb Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2358.431 1 2358.431 53.518 .000a Residual 1410.186 32 44.068
Total 3768.618 33
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual b. Dependent Variable: Kinerja
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 29.304 10.781 2.718 .011
Kecerdasan Spiritual
.693 .095 .791 7.316 .000
120 Penjelasan dari tabel pertama adalah :
1. Output pertama menunjukan variabel bebas yang dimasukan adalah Kecerdasan Spiritual dan tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah
single step (enter) dan bukan stepwise. Variabel terikatnya adalah
Kinerja.
2. Output kedua (model summary), angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,626 yang artinya 62,6% dari variasi Kinerja bisa dipengaruhi oleh variabel Kecerdasan Spiritual.
3. Output ketiga (ANOVA) terbaca F hitung sebesar 53.518 dengan tingkat signifikasi sebesar 0.000.Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,005 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikasi atau = 5%), maka maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Kinerja.
Hipotesis yang dipergunakan adalah : Ho: Tidak ada hubungan yang linear
antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja
H1: Ada hubungan yang linear
antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja.
Pedoman yang dipergunakan jika Sig< maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang linear antara Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja
4. Output keempat (Coefficients), digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi berikut ini :
= 29.304 + 0.693X2 Kinerja = 29.304 + 0,693 (Kecerdasan Spiritual) Di mana : a. Konstanta sebesar 29.304 menyatakan bahwa jika tidak ada Kecerdasan Spiritual, maka Kinerja adalah sebesar 29.304 b. Koefisisen regresi sebesar 0,693
menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X2
untuk Kecerdasan Spiritual akan meningkatkan Kinerja sebesar 0.693x2.
Hasil pengujian regresi terhadap Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dan Kinerja
dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 1.9
Pengujian Regresi antara Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dan Kinerja Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .793a .629 .605 6.71564 1.886
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2370.522 2 1185.261 26.281 .000a
121
Total 3768.618 33
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja
Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 26.189 12.456 2.103 .044
Kepemimpinan .060 .117 .064 .518 .608
Kecerdasan Spiritual
.668 .108 .762 6.189 .000
a. Dependent Variable: Kinerja Penjelasan dari tabel pertama adalah : 1. Output pertama menunjukan
variabel bebas yang dimasukan adalah Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah
single step (enter) dan bukan stepwise. Variabel terikat adalah
Kinerja.
2. Output kedua (model summary), angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,629 yang artinya 62,9% variabel terikat Kinerja dijelaskan oleh variabel bebas yang terdiri dari
Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual dan sisanya 37,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
3. Output ketiga (ANOVA) terbaca F hitung sebesar 26.281dengan tingkat signifikasi sebesar 0.000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,005 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikasi atau = 5%), maka maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Kinerja.
Hipotesis yang dipergunakan adalah :
Ho: Tidak ada hubungan yang linear
antara Kepemimpinan,
Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja
H1: Ada hubungan yang linear antara
Kepemimpinan, Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja.
Pedoman yang dipergunakan jika Sig.< maka Ho ditolak yang Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Kecerdasan Spiritual, Kepemimpinana . Enter
122 artinya ada hubungan yang linear
antara Kepemimpinan,
Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja
1. Output keempat (Coefficients), digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi berikut ini : Ŷ = 26.189 + .060X1 + .668X2
Di mana :
a. Konstanta sebesar 26.189 menyatakan bahwa jika tidak ada Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual, maka Kinerja adalah sebesar 26.189 b. Koefisisen regresi X1 sebesar
0,060 menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X1 untuk
Kepemimpinan akan
meningkatkan Kinerja sebesar
0,060 X1 pada konstanta
26.189 dan sebaliknya jika tingkat Kepemimpinan turun sebesar X1 , maka Kinerja juga
akan mengalami penurunan sebesar 0,060 X1 dengan
anggapan bahwa X2 tetap.
c. Koefisien regresi X2 sebesar
0,668 menyatakan bahwa setiap terjadi penambahan sebesar X untuk Kecerdasan Spiritual akan meningkatkan Kinerja sebesar 0,668. dan sebaliknya jika tingkat Kecerdasan Spiritual turun sebesar X2 , maka Kinerja juga
akan mengalami penurunan sebesar 0,668 X2 dengan
anggapan bahwa X1 tetap.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh variabel kepemimpinan dan kecerdasan spiritual secara parsial terhadap kinerja pegawai di lingkungan Politeknik LP3I Jakarta, yaitu :
a. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sebesar 6.582 dan probabilitas 0,015 atau di bawah 0,05%. Hal ini mendukung hipotesis pertama bahwa “Diduga ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dengan kinerja”, sehingga dapat disimpulkan bahwa makin sesuai kepemimpinan yang diterapkan pada sebuah instansi maka kinerja pegawainya semakin meningkat. Tingkat regresi / pengaruh kepemimpinan
terhadap kinerja secara parsial adalah sebesar 17.1%
b. Hasil analisis variabel Kecerdasan spiritual secara parsial terdapat hubungan signifikan terhadap kinerja pegawai sebesar 53.518 dan probabilitas 0,000 atau jauh di bawah 0,05%, sehingga kondisi ini sangat mendukung dalam pencapaian peningkatan kinerja pegawai. Hal ini mendukung hipotesis “Diduga ada pengaruh yang signifikan antara Kecerdasan Spiritual dengan kinerja pegawai”, dengan perkataan lain bahwa dengan semakin baiknya kecerdasan spiritual seorang pegawai, maka kinerjanya akan semakin baik. Tingkat regresi / pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap kinerja secara parsial adalah sebesar 62.6%
2. Berdasarkan hasil penghitungan analisis secara simultan antara Kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual terhadap kinerja pegawai
123 menunjukkan terdapat hubungan
signifikan sebesar 26.281 dan probalitas sebesar 0,000 atau jauh di bawah 0,5%. Hal ini mendukung hipotesis “diduga ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual pegawai secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai”, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin sesuai kepemimpinan dan semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang maka kinerjanya akan semakin meningkat. Tingkat pengaruh / regresi kepemimpinan dan kecerdasan spiritual secara simultan terhadap kinerja seorang pegawai adalah sebesar 62,9%.
3. Implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kepemimpinan dan Kecerdasan Spiritual memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Kepemimpinan merupakan seni
untuk meyakinkan dan
menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan organisasi; sementara Kecerdasan Spiritual menjadi motivasi instrinsik bagi seorang pegawai untuk bekerja secara lebih baik. Dengan kepemimpinan yang sesuai dan didukung oleh tingginya kecerdasan spiritual masing-masing, diharapkan kinerja pegawai akan meningkat.
SARAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisis maka penulis memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Segala keputusan yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja pegawai agar lebih mempertimbangkan variabel kepemimpinan dan kecerdasan spiritual pegawai, karena sangat berpengaruh pada peningkatan kinerja mereka, sehingga organisasi menjadi semakin produktif.
2) Sebaiknya manajemen Politeknik LP3I Jakarta melakukan penelitian tentang variabel-variabel lain yang juga diduga mempunyai pengaruh terhadap kinerja seseorang sehingga bisa dijadikan program bagi pengembangan SDM menuju Politeknik LP3I Jakarta yang lebih baik.
124 DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2007. Kewirausahaan:
untuk Mahasiswa dan
Umum. Bandung; Alfabeta
Asnawi, Sahlan. 2002. Teori Motivasi:
dalam Pendekatan
Psikologis Industri dan
Organisasi. Jakarta:
Studia Press
Ashmos, D, and, Duchon, D, 2000, Spirituality at Work : A
Conceptualization and
Measure, Journal of
Management Inguiry, Vo.8, No.2, pp.134-45
Ary Ginanjar Agustian, 2001, Rahasia
Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan
Spiritual (ESQ), Jakarta: Arga
Wijaya Persada
Berman, M, Developing SQ (Spiritual Intelligence) Throught ELT,
http://www.eltnesletter.com,
12 Juni 2005
Chakraborty, S.K, and Chakraborty, D, 2004, The Transformed
Leader and
SpiritualPsychology : A Few
Insight, Journal of
Organizational Change Management, Vol.17, No.2, pp.184-210
Eckersley, R, 2000, Spirituality,
Progress, Meaning, and
Values, Paper Presented 3rd
Annual Conference on Spirituality, Leadership, and Management, Ballarat, 4 December
Hoffman, E, 2002, Psychological Testing
At Work, Mc Graw Hill, New
York
Hellrigel, Don & Slocum, John W. Jr. 1979. Organization Behaviour. New York: tp
McCormic, D.W, 1994, Spirituality and
Management, Journal Of
Managerial Psychology, Vol.9, pp.5-8
Munir, Ningky, 2000, Spiritualitas dan
Kinerja, Majalah
Manajemen, Vol.124, Juli 2000
Nggermanto, Agus, 2002, Quantum
Quotient (Kecerdasan
Quantum) : Cara Tepat
Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa,
Bandung
Riva’i, Veithzal. 2009. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Setyawan, Dani, 2004, Analisis Pengaruh
Kepemimpinan Q (IQ, EQ,
SQ) terhadap Komitmen
Organisasional Karyawan,
Skripsi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang Sucipto., 2003, Penilaian Kinerja
Keuangan, Medan:
Universitas Sumatera Utara
Sujianto, Agus Eko, 2009, 2009, Aplikasi
Statistik dengan SPSS 16.00,
Jakarta: Prestasi Pustaka Sumediyani, Maria, 2002, Kecerdasan
Spiritual dan Problema
Bangsa Ini,
www.google.com, 12 Juni
125 Wiersma, M.L, 2002, The Influence of
Spiritual
“Meaning-Making” On Career
Behaviour, Journal of
Management
Development, Vo.21, No.7, pp.497-520
Yuningsih, 2002, Membangun Komitmen
dan Menciptakan Kinerja Sumber Daya Manusia
Untuk Memperoleh
Keberhasilan Perusahaan,
Fokus Ekonomi Vol.1 No.1 April 2002
Yuwono, Sony dkk., 2007 : Petunjuk
Praktis Penyusunan
Balanced Scorecard,
Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi /
Sony Yuwono, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan., Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Zohar, D, Marshal, I, 2000, SQ (Spiritual
Intelligence) : The Ultimate Intelligence,London.
Blomsburry Publishing, ---, 2001, The Ultimate
Intelligence, Bandung. Mizan Media