• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN MELALUI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER (SIMK) Lilis Suryani * Mahasiswa Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN MELALUI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER (SIMK) Lilis Suryani * Mahasiswa Program"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

MELALUI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER (SIMK)

Lilis Suryani *

Mahasiswa Program Pasca Sarjana Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Abstrak

Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang dalam pelaksanaan pencapaian mutu asuhan keperawatan. Dengan adanya perkembangan teknologi sistem informasi manajemen keperawatan berbasis komputer (SIMK), maka akan memberikan kemudahan dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan kepada pasien, juga dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien secara optimal, SIMK akan merubah cara konvensional menjadi cara modern, sehingga dapat bersaing secara globalisasi dan dapat mengurangi kekeliruan dalam pelayanan keperawatan serta dapat memotivasi perawat untuk bekerja lebih praktis, cepat, tepat dan akurat yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas. Dengan sistem informasi keperawatan akan dapat mengurangi resiko-resiko kehilangan data, memudahkan dalam mencari data yang tersimpan. SIMK juga sangat berpengaruh secara langsung dalam pengambilan keputusan, membuat rencana dan meningkatkan sasaran dan tujuan yang hendak dicapai serta memudahkan dalam penetapan standar dan prosedur pelayanan. Oleh karena itu penerapan sistem informasi keperawatan berbasis komputer sangat penting untuk mendukung proses profesionalisme keperawatan dan pemanfaatan yang optimal pada akhirnya akan memberikan benefit bagi rumah sakit.

Kata Kunci : Keperawatan, Pendokumentasian, SIMK Latar Belakang

Dunia keperawatan terus berkembang, seiring dengan meningkatnya teknologi keperawatan, sehingga dapat mengakses informasi yang sangat cepat di seluruh dunia. Hal itu membawa efek pada kemajuan yang cukup berarti di keperawatan. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesuhatan yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. salah satu kegiatan yang dapat mendukung adalah penerapan sistem informasi manajemen keperawatan berbasis komputer.

Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi serta digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan. Artinya SIMK disusun untuk memudahkan pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan. Dan tujuan ini adalah tujuan paling dasar dalam pemanfaatan teknologi informasi/komputer. Sehingga, pemanfaatan teknologi informasi/komputer harus menjamin sebuah pekerjaan menjadi lebih mudah, bukan malah menjadi sulit.

Aplikasi/system harus mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen. SIMK bukan hanya sekedar mengganti dokumen manual menjadi terkomputerisasi, tetapi lebih dari itu. Sebagai sebuah contoh, system mampu memfasilitasi untuk memunculkan evidance base keperawatan. Mampu menampilkan laporan-laporan yang dapat dijadikan rujukan akontabilitas perawat, kinerja perawat, performa perawat, kompetensi perawat dll. Dengan informasi yang didapatkan, diharapkan pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh manajemen keperawatan memiliki dasar yang kuat karena berdasar data

(2)

yang ada di lapangan. Sistem informasi juga dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan perawat.

Menurut Hariyati, RT., (1999) Masalah yang sering muncul dan dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap.

Pendokumentasian yang dilakukan secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum. (Haryati, RT, 2002)

Realita dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, sebagian besar di beberapa rumah sakit di Indonesia saat ini umumnya masih menggunakan pendokumentasian secara konvensional. Dengan adanya pendokumentasian tertulis ini perawat sering mengeluh merasa berat karena membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia. Akibatnya pendokumentasian menjadi terhambat. Pendokumentasian asuhan keperawatan yang sudah modern dengan menggunakan komputer, seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien telah dimasukkan dalam komputer, sehingga kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak lagi menjadi masalah. Dengan informasi yang berbasis komputer diharapkan pendokumentasian menjadi praktis, lebih cepat, lebih murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data dapat dikurangi. Sehingga dapat memudahkan perawat dalam melaksanakan tugasnya.

Sistem pendokumentasian yang berbasis komputer, pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan. (Liaw,T. 1993).

Menurut Herring dan Rochman (1990) dalam Emilia, (2003): beberapa institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokumentasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan.

Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis komputer. Untuk menerapkan SIMK membutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait terutama sumber daya manusia. Dan perlu adanya komite yang akan mengevaluasi penerapan sistem tersebut (Mahler, 2007)

Kajian Literatur

Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi manajemen adalah sebuah sistem/mesin yang terpadu, untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dari sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras dan perangkat

(3)

lunak computer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah data base. ( Davis, 2002).

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen- komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier, dan rekanan. (Eko,I. 2001).

Menurut Davis (2002) Pokok-pokok sistem informasi manajemen terdiri dari perangkat keras komputer dan perangkat lunak yang terdiri dari perangkat lunak sistem umum, perangkat terapan umum, program aplikasi, data base, prosedur, petugas pengoperasian. Sedangkan menurut Siagian (2003), komponen suatu pengolahan data elektronik terdiri dari sumber daya manusia, prosedur, infrastruktur fisik, perangkat keras dan perangkat lunak.

Manfaat penggunaan sistem informasi manajemen di rumah sakit yaitu menjaga mutu pelayanan rumah sakit, mengontrol biaya dan meningkatkan produktivitas, memperkirakan demand terhadap pelayanan, merencanakan program perencanaan dan evaluasi, serta mendukung pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta menetapkan kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Sistem Informasi Keperawatan

Informasi keperawatan adalah ilmu keperawatan yang terintegrasi dengan ilmu keperawatan, ilmu komputer, dan ilmu informasi untuk mengolah data, informasi, dan pengetahuan dalam praktik keperawatan. Informasi keperawatan terintegrasi dari data, informasi dan pengetahuan untuk mendukung pasien, perawat dan pengguna lain dalam berperan mengambil keputusan (ANA, 2001). Pendapat lain juga menyatakan bahwa informasi keperawatan adalah untuk menganalisa, mengumpulkan , mengolah data, dan memproses data ke dalam bentuk informasi dan pengetahuan, membuat pengetahuan sebagai dasar keputusan dan pemberian pelayanan keperawatan pasien dan meningkatkan kualitas dalam praktik profesionalnya (Goossen, 1996).

Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas, dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.

Banyak manfaat yang diperoleh bila rumah sakit menggunakan sistem informasi keperawatan yaitu manajemen lebih efisien, penggunaan sumber biaya lebih efektif, peningkatan program perencanaan, dan meningkatkan pendayagunaan perawat. (Strachan, 2005).

American Association of Nurse Executive (1993) dalam Saba,McCormick,(2001) mengemukakan manfaat penting dalam penggunaan informasi teknologi yaitu meningkatkan pemanfaatan sumber daya staf perawat, meningkatkan pelayanan dan monitoring pasien, meningkatkan dokumentasi, meningkatkan informasi, meningkatkan perencanaan, meningkatkan standar praktik keperawatan, kemampuan menetapkan masalah dan meningkatkan evaluasi perawatan dan mendukung organisasi yang dinamik. Menurut ANA (American Nurse Association) dalam Saba (2001), menyebutkan ada enam standar praktik untuk informasi keperawatan yaitu 1) pengkajian, berfokus pada pasien yang meliputi identitas pasien, 2) identifikasi hasil, hasil siklus teknologi informasi dari pasien dan data pasien dalam mendukung adanya perubahan dalam pembuatan keputusan, 3) Diagnosa, meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan identifikasi

(4)

hasil yang menggambarkan hasil perawatan yang terukur, 4) perencanaan, penggunaan teknologi yang digunakan untuk menambah dan merubah data yang relevan ke dalam perencanaan keperawatan. 5) Implementasi, merupakan pemberian tindakan yang nyata kepada pasien. 6) Evaluasi, digunakan untuk efisiensi dan efektifitas keputusan, perencanaan dan pelaksanaan untuk meningkatkan praktik keperawatan.

Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap, karena memuat berbagai aspek pendokumentasian seperti yang telah diuraikan diatas. sistem ini memuat standar asuhan keperawatan, standart operating procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit perawat, daftar diagnosa keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line, mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat, dan monitoring aktifitas perawat laporan shift dan monitoring pasien oleh kepala ruang saat sedang rapat. (Haryati, RT, 1999)

Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) merupakan paket perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket perangkat lunak ini mempunyai program-program atau modul-modul yang dapat membentuk berbagai fungsi manajemen. SIMK mempunyai modul untuk mengklasifikasikan pasien, pembentukan staf, penjadwalan, catatan personal. Modul ini juga termasuk pengembangan anggaran, alokasi sumber dan pengendalian biaya, analisa kelompok diagnosa yang berhubungan (KDB), pengendalian mutu, catatan perkembangan staf, model dan simulasi untuk pengabilan keputusan, rencana strategik, ramalan permintaan jangka pendek dan rencana kerja serta evaluasi program. (Swanburg RC, 2000).

SIMK dan komputer akan membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekomomis. Perawat-perawat klinis akan menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien, komponen klinis termasuk riwayat pasien, rencana perawatan,pemantauan psikologis langsung dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan pasien.

Perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual dari pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya-biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas perawatan kepada pasien.

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat mengurangi kesalahan dalam memberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan ( lewis, 2005)

Program-program yang dirancang dalam Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) menurut Jasun (2006)

1. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan menggunakan standar internasional dengan mengacu pada NANDA, standar outcome keperawatan mengacu pada NOC, dan standar intervensi keperawatan mengacu pada NIC.

2. Standart operating Prosedur (SOP)

Uraian standar tindakan keperawatan yang terdapat dalam standar asuhan keperawatan. 3.Discharge planning

(5)

4.Jadwal Dinas Perawat

Jadwal dinas perawat dibuat secara otomatis oleh program komputer, sehingga tinggal melakukan print

5. Penghitungan angka kredit perawat

Angka kredit merupakan rekapan dari aktivitas perawat sehari-hari, yang otomatis akan dapat diakses harian, mingguan dan bulanan.

6. Daftar diagnosa terbanyak

Daftar diagnosa keperawatan direkapitulasi oleh sistem berdasar input perawat sehari-hari. Penghitungan diagnosa keperawatan bermanfaat untuk pembuatan standar asuhan keperawatan.

7.Daftar NIC terbanyak

Rekapan tindakan terbanyak berdasarkan pada masing-masing diagnosa keperawatan yang ada

8. Laporan implementasi

Rekapan tindakan perawatan pada satu periode, daftar difilter berdasarkan ruang, pelaksana dan pasien. Laporan ini dapat menjadi alat monitoring yang efektif tentang kebutuhan pembelajaran bagi perawat. laporan implementasi juga dapat dijadikan alat bantu operan shift.

9. Laporan statistik

Laporan statistik yang dimunculkan adalah BOR, LOS, TOI dan BTO di ruang tersebut. 10.Resume keperawatan

Resume bermanfaat untuk melihat secara global pengelolaan pasien saat dirawat sebelumnya, jika pasien pernah dirawat. Resume dicetak saat pasien akan keluar dari perawatan. Komputer telah merekam data-data yang dibutuhkan untuk pembuatan resume keperawatan

11. Daftar SAK

Dalam SIMK, SAK berdasarkan rekapan dari sistem yang telah dibuat. 12.Presentasi kasus on line

Sistem dengan jaringan WiFi memungkinkan data pasien dapat diakses dalam ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di ruang rawat dapat dilakukan secara online , ketika pasien masih di rawat.

13. Mengetahui jasa perawat

Dengan system yang terintegrasi dengan SIM RS, memungkinkan perawat mengetahui jasa tundakan yang dilakukannya.

14.Monitoring tindakan perawat & monitoring aktivitas perawat

Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perawat, dan mengetahui pula masing-masing perawat telah melakukan aktivitas keperawatan apa.

15. Laporan shift

Merupakan rekapan dari aktivitas yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang akan dilaporkan pada masing-masing pasien.

16. Monitoring pasien oleh PN atau kepala ruang saat sedang rapat

Monitoring dapat dilakukan ketika PN atau Karu sedang rapat di ruang converence. Akan diketahui apakah seorang pasien telah dilakukan pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi atau belum.

(6)

Seiring dengan perkembangan teknologi keperawatan, penerapan pendokumentasian keperawatan di Indonesia, sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis komputer, mengingat banyak kegunaannya. Tetapi dalam perkembangan, masih sedikit rumah sakit yang sudah menerapkannya, masih terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan di suatu lembaga institusi.

Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk membeli produk tersebut. Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang tepat.

Faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri. (Depkes, 2001)

Selain faktor pendukung, terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek antara lain struktur organisasi, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIMK yang sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah Sistem Informasi keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.

Aspek kedua adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan staf terhadap sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang manfaat sistem informasi menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.

Aspek ketiga yang menjadi faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan SIMK adalah faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan program tersebut.

(7)

Kesimpulan

Pendokumentasian keperawatan merupakan hal yang penting dalam menunjang peningkatan mutu asuhan keperawatan, dan secara umum dapat berkontribusi terhadap mutu pelayanan kesehatan. dengan adanya perkembangan teknologi sistem informasi manajemen keperawatan, maka pendokumentasian asuhan keperawatan yang sebelumnya dilakukan secara konvensional maka akan beralih ke pendokumentasian berbasis komputer, sehingga perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional kepada pasien.

Saran

1. Perlunya memberikan pemahaman kepada setiap anggota organisasi mengenai pentingnya sistem informasi manajemen keperawatan.

2. Peningkatan kemampuan perawat dalam menggunakan komputerisasi sehingga bisa memaksimalkan dalam pelaksanaan sistem informasi keperawatan.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sistem informasi keperawatan yang dilakukan di rumah sakit untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan asuhan keperawatan dan juga berkontribusi positif bagi pengembangan sistem informasi keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. (2001). Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta

Davis (2002) Kerangka dasar system informasi manajemen : struktur dan pengembangannya, terjemahan oleh Bob Widyahartono, jakarta: Gramedia Delaney, at all (2000) Reliability of nursing diagnoses documented in a computerized

nursing information systemNursing Diagnosis; Vol.11 No.3. ProQuest Eko, I. (2001). Manajemen Sistem Informasi dan Tehnologi Informasi.., Jakarta:

Emiliana, (2003). Sistem informasi keperawatan berbasis komputer yang terintegrasi di pelayanan kesehatan Sint Carolus, tidak dipublikasikan

Goossen,J.L (1996), http://dlthdee.net/informatics/Chap01/NIDefinotions.htm. Hariyati, R. T. (1999). Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat

dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokuemntasi keperawatan di RS.Bhakti Yudha, Tidak dipublikasikan

Haryati,R.T. (2002)http://www.google.co.id/search?hl=en&q=dokumentasi%2C+ asuhan %2C+keperawatan&meta=

Indrajati I, Ummah, Sumarsih T, (2011) Pendokumentasian tentang perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang barokah rumah sakit PKU

Muhamadiyah Gombong, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3,

Jasun. (2006). Aplikasi Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Nanda NOC dan NIC Dalam Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Di Banyumas Kozier, E. (1990). Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co., Redwood City.

Liaw, T. (1993). The Computer Based Patient Record: An Historical Perpective. Diambil dari http:// www.hisavic.aus.net/hisa/mag/nov93/the.htm.

Lewis, (2005) My prediction for nursing’s technological future, http://

(8)

Mahler , et all (2007) Effects of a Computer-based Nursing Documentation System on the Quality of Nursing Documentation, Journal Of Medical Systems [J Med Syst], Vol. 31 (4), pp. 274-82; Ebsco

Ping Y, Qiu, Crookes (2008) Computer-based Nursing Documentation in Nursing Homes: A Feasibility Study Journal Of The Society For Academic Emergency Medicine Vol. 15 (10), pp. 908-15; Ebsco

Swanburg, Rc & Swanburg R.J .(2000). Introduction management & leadership for nurse manager. Boston: James & Bartleett Publisher.

Siagian (2003) Sistem Informasi manajemen, Jakarta, Bumi aksara

Saba, McCormic (2001) Essentials of computersfor nurses: informatics for the new millenium,third edition New york:McGraw.Hill companies.

Saletnik, et all (2008), Nursing resource considerations for implementing an electronik Documentation System, Aorn Journal, vol 87 No 3. The john hopkins hospital, Baltimore.

Wei Su K & Li Liu (2010) A Mobile Nursing Information System Based on Human-Computer Interaction Design for Improving Quality of Nursing Department of Management and Information Technology, Vanung University, No. 1. Taiwan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengambangan karir individu dan kinerja karyawan PT Pos Indonesia (Persero) Pada Kantor Pusat Bandung, menunjukkan hasil yang baik, dan terdapat

Tampaknya motto “The Right Man on the Right Place” diatas sangat tepat dalam masalah moratorium ini karena kebanyakan PNS sekarang banyak yang bekerja tidak sesuai dengan bidang

Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk a tau benar salah menurut pengertian umum, tau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran

Pengertian promosi kesehatan yang tertuang dalam piagam Ottawa ini kemudian diperbarui World Health Organization (WHO) menjadi: “Proses pemberdayaan rakyat (individu

Bila di tinjau berdasarkan umur, mayoritas responden pengetahuan ibu tentang IMD berpengetahuan cukup yaitu 7 orang (23.33%) yang berumur 30-35 tahun, berdasarkan pendidikan

Rasa syukur yang dalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelsaikan Karya Tulis Ilmiah

bewarna merah yang bisa diartikan sebagai keberanian, membara, dan penuh nafsu. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa desain restaurant pizza hut memiliki arti untuk

Kepuasan Pasien adalah suatu tingkat kepuasan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan