• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI BENIH GURAME DILAHAN SEMPIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI BENIH GURAME DILAHAN SEMPIT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

PRODUKSI BENIH GURAME DILAHAN SEMPIT

M. SULM

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jalan Raya Sempur No. I Bogor

ABSTRAK

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan teknik produksi benih ikan gurame telah dilakukan dilahan sempit. Perlakuan yang diamati dengan luasan kolam pemijahan dengan ukuran A (2 x 2 m) ; B (2 x 4 m) ; C (2 x 6 m) ; D (2 x 8 m) dan densitas induk untuk masing - masing kolam ditebar induk gurame A (1 a'+ 2

Y),

B (2a' + 4

Y),

C (3 a'

+ 6

Y),

D (4 c + 8

Y)

dengan ratio jantan dan betina 1 :2 . Induk yang digunakan berasal dari strain Bastar dengan berat 2,5-3 kg/ekor, Pakan yang diberikan berupa pellet (protein 37%) dan daun sente dengan jumlah 2% berat tubuh/hari dan 5% berat tubuh/2 hari . Perlakuan pada tahapan penetasan dalam bak plastik (densitas telur 1000 butir/bak) adalah A (pergantian air), B (aerasi), dan C (pengaliran air) . Hasil penelitian menunjukkan luasan kolam berukuran 2 x 8 m merupakan luasan terbaik dengan intensitas pemijahan rata-rata 4 kali selama 3 bulan . Jumlah induk optimal (pada akhir pengamatan) untuk kolam tersebut adalah 7 ekor (2 jantan dan 5 betina) . Hasil pengamatan terhadap penetasan telur menunjukkan bahwa perlakuan C (pengaliran air) memberikan derajat tetas terbaik (95,9%) dan kelangsungan hidup larva umur 10 hari (89,8%).

Kata kunci : Kolam sempit, gurame, ukuran kolam PENDAHULUAN

Man gurame (Osphronemus gouramy)

merupakan salah satu dari 15 jenis komoditi perikanan yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani serta untuk pemenuhan sasaran peningkatan gizi masyarakat . Ikan gurame mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena selain banyak disukai juga mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding jenis lamnya.

Dari sifat biologinya ikan ini bersifat omnivora, menyukai air yang tergenang, dan tergolong kedalam golongan ikan ikan dataran rendah dan tingkat kematian ikan ini sepanjang diusahakan secara intensif, relatif cukup rendah . Menurut HANDAYANI (1997),jenis ikan ini mudah dipelihara dalam wadah budidaya terkontrol dan cepat menyesuaikan diri terhadap pemberian pakan buatan(HANDAYANI, 1997) .

Laju pertumbuhan ikan ini jika diusahakan secara intensif dengan dukungan teknologi pemeliharaan yang tepat dapat menghasilkan produksi optimal dengan lama pemeliharaan yang relatif cepat sekaligus dapat menghapus julukan " ikan lambat tumbuh" yang selama ini ada pada ikan gurame . Dewasa ini permintaan ikan gurame baik benih maupun ukuran konsumsi cukup tinggi .

Pembesaran gurame yang dilakukan petani umumnya masih tradisional, petani beranggapan bahwa ikan gurame lambat tumbuh sehingga umumnya dianggap sebagai "ikan tabungan" yang akan dipanen 1 tahun sekali untuk memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari hari besar . Pakan yang diberikan selama pemeliharaannya terbatas pada daun daunan sedang penggunaan pakan buatan relatif masih rendah dan tidak kontinyu .

Dewasa ini keterbatasan lahan dan air dirasakan menjadi suatu kendala bagi pengembangan sektor agribisnis, peruntukan lahan yang potensial untuk usaha di bidang agribisnis umumnya banyak yang beralih fungsi dimana peruntukannya berubah menjadi areal pemukiman . Salah satu alternatif usaha agribisnis pada kondisi tersebut adalah budidaya gurame . Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalahmendapatkan satu teknik produksi benih gurame di lahan sempit .

BIOLOGI Jenis

Jenis ikan gurame yang banyak terdapat di petani ikan umumnya adalah Blue safer (wama agak keunguan) ; Angsa/Paris (warna agak cerah) ;

(2)

Habitat

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat Bastar (warna cerah kearah keputihan) dan Batu

(warna kehitaman) .

Kebanyakan para pembudidaya hanya

menggunakan 3 jenis tersebut kecuali batu karena petani beranggapan jenis batu sangat lambat pertumbuhannya .

Digolongkan ikan dataran rendah . Tumbuh optimal pada ketinggian < 300 m dpl . Habitat alami sungai, danau dan rawa . Temperatur optimum 27-30 °C, pH 7-8 , DO 4-5 ppm ; Lebih menyukai kolam tanah untuk tempat pemeliharaan dengan dasar kolam tidak terlalu berlumpur ; Menyukai stagnant water/ air tenang; Peka terhadap cahaya terutama pada malam hari dan perubahan kualitas air mendadak terutama temperatur air ; dan Kebiasaan makan

menyukai pakan yang ada dipermukaan serta

mempunyai sifat yang cenderung kearah nocturnal (aktif saat gelap) . Man ini digolongkan kedalam ikan omnivora .

PERKEMBANGBIAKAN

Perkembang biakan dapat dilakukan secara massal dengan ratio 1 jantan : 2-3 betina. Dapat memijah 4-5 kali dalam setahun .

Jumlah telur bervariasi 3000 - 7000 butir untuk jenis Bastar dan Paris sedang untuk Blue safir jumlah telur dapat mencapai 12 .000 butir. Kondisi telur terapung . Pemijahan dominan terjadi pada awal musim penghujan .

PEMILIHAN INDUK

Secara umum, ciri induk yang baik :

Sisik besar-besar, teratur, licin dan tidak ada luka ; Warna cerah merata . Sehat dan gerak lincah .

Pematangan gonad induk

Kegiatan pematangan gonad induk merupakan kegiatan yang cukup menentukan dan berpengaruh terhadap produksi benih baik kualitas maupun

kuantitas . Salah satu aspek yang berpengaruh adalah pakan induk . Di tingkat petani umumnya

daunan saja tapa penambahan pakan buatan .

ANONIM (2003) mengatakan bahwa penggunaan

daun-daunan saja tanpa pakan buatan/pellet untuk pakan diakui mengakibatkan pertumbuhan benih ikan sampai dengan ukuran konsumsi lebih lambat

dibanding dengan pakan kombinasi pellet dan

daun-daunan.

TEKNIK PEMBENIHAN

Tabel 1 . Perbedaan jantan dan betina

Jantan Betina

Memiliki tonjolan jelas di dahi

Sirip ekor rata Bibir tebal

Gerak lincah, bentuk tubuh/perut langsing Jika diletakkan di tempat datar, ekor akan naik

Jantan Betina

Tidak memiliki tonjolan

Sirip ekor membulat Bibir tipis

Gerak lamban, bentuk tubuh/perut gendut Ekor hanya bergerak-gerak

Tabel 2 . Persyaratan Khusus Untuk Pembenihan

Berat 2-2,5 kg/ekor Berat 2,5-3 kg/ekor Umur minimal 2 tahun Umur minimal 2 tahun Tonjolan terlihat jelas Perut membulat

Kekar dan lincah Alat kelamin memerah

Menurut HALVER, (2002) bahwa pakan induk

mempunyai peranan penting bagi pematangan gonad dalam menghasilkan telur dan perkembangan larva dengan kualitas baik (daya tetas tinggi, tingkat kelangsungan hidup tinggi) . Disamping itu ikan gurame pada pada semua tahap pemeliharaan tidak dapat terlepas dari kebutuhannya terhadap bahan alami terutama hijauan . Pembesaran gurame secara intensif tanpa pemberian hijauan umumnya mengakibatkan ketahanan terhadap penyakit yang relatif rendah . Pemberian pakan yang berkualitas baik pakan buatan maupun hijauan pada tahapan produksi telur gurame merupakan satu hal yang penting.

Disamping mutu (aspek genetik) dan

kesehatan induk, kualitas dan kuantitas pakan induk merupakan faktor penting dan berpengaruh

(3)

terhadap kematangan gonad, jumlah telur, kualitas dan kuantitas larva yang dihasilkan serta tingkat sintasan larva (SUHENDA 1991) . Hal ini sesuai juga

dengan pendapatMOREAU(2003) yang mengatakan

bahwa peningkatan nilai gizi pakan induk akan berpengaruh bukan saja pada peningkatan kualitas telur dan sperma tapi juga pada produksi benih . Secara umum dalam pematangan gonad induk hal yang perlu diperhatikan antara lain :

Dipelihara secara terpisah jantan dan betina dalam kolam tanah, luas minimal 50 m2 . Kepadatan 2-4 ekor/10 m2 ; Pakan diberikan berupa pellet terapung 2%/hari dan daun sente 2-3 %/hari . Kandungan protein pakan 30-35%.

PERSIAPAN KOLAM PIJAH

Luas minimal 16 m2 untuk 4 pasang induk,

kedalaman air 70-80 ; Sisi pematang kolam

bagian dalam dibiarkan berumput ; Disediakan meja dari anyaman bambu di tengah kolam untuk menempatkan bahan sarang . Bahan sarang berupa ijuk atau serat karung plastik ; Air diusahakan tenang dan jernih .

PEMIJAHAN

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Masukkan induk pada sore hari ; Pakan yang diberikan berupa pellet terapung 1% + Sente 2-3% perhari, frekuensi pemberian pellet 2 kali (pagi dan sore hari) .

CIRI SARANG BERISI TELUR

Terdapat lapisan minyak di atas permukaan air dekat sarang ; Mulut sarang tertutup . Tercium bau amis menyengat ; Biasanya induk jantan berada dekat sarang ; Jika sarang ditusuk dengan jari, telur akan terlihat keluar terapung di permukaan .

PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA

Kegiatan penetasan telur dan perawatan larva merupakan kegiatan yang memerlukan perhatian khusus . Keberhasilan dalam kegiatan ini yaitu masa perkembangan awal sangat dipengaruhi salah

satunya oleh keberhasilan pemberian pakan . Perlu juga diperhatikan masalah masa kritis benih . Masa kritis benih adalah saat kuning telur mulai habis dan larva mulai mengambil makanan dari luar, ditandai dengan larva sudah mulai berenang, jika 50% larva sudah mulai berenang merupakan saat yang tepat untuk mulai diberikan pakan (SUHENDA . 1991) . Pada ikan gurame, kuning telur habis pada hari 8-10 dari sejak menetas .

Kegiatan yang dilakukan dalam penetasan

telur dan perawatan larva adalah : Setelah sarang berisi telur, sarang diangkat dari kolam selanjutnya

dilakukan kegiatan :

Pemisahan telur dari sarang secara hati-hati ; Memasukkan telur ke dalam bak plastik yang berisi air bersih dengan kepadatan 50-100 butir/liter air, wadah yang digunakan umumnya berupa bak plastik diameter 60 cm, volume air diisi sekitar 10 liter. Setelah 2 hari telur akan menetas ; Telur yang tidak menetas dibuang setiap hari ; Penggantian air dalam bak dilakukan setiap hari 2/3 volume, akan lebih baik jika kedalam bak diberi tetesan air agar terjadi proses difusi oksigen sehingga kandungan oksigen terlarut dalam wadah bertambah . Lama pemeliharaan dalam bak 8-10 hari ; Selanjutnya larva dipindah ke kolam pendederan yang sebelumnya sudah dipersiapkan (diolah dan dipupuk) .

PEMELIHARAAN BENIH

Pada tahapan ini benih lepas bak dipelihara

sampai ukuran sekitar 50 gram/ekor, lama

pemeliharaan pada tahapan ini sekitar 5 bulan . Benih hasil tahapan ini digunakan sebagai benih pada tahapan pendederan . Beberapa hal yang perlu diperhatikan sbb :

Sebelum benih ditebar, kolam dipersiapkan terlebih dahulu dengan pengolahan tanah dasar kolam, pemupukan dan pengapuran serta perapihan pematang dengan kedok teplok (secara rinci lihat

pada persiapan kolam tahapan pendederan) .

Setelah persiapan kolam selesai dilakukan, benih dimasukkan ke dalam hapa yang dipasang di dalam kolam sebagai langkah adaptasi benih terhadap lingkungan kolam, dibiarkan selama 1 minggu, kedalaman air pada tahapan ini sekitar 40-50 cm .

(4)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat tahapan untuk mengatur kepadatan ikan dan jumlah

pakan yang diberikan (Lampiran) .

Agar memperoleh hasil yang optimal dalam pemeliharaan benih pada tahapan pendederan perlu diperhatikan hal-hal sbb :

Pakan

Makanan atau pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan . MenurutELLIOT, (1979)Pakan mempengaruhi

laju pertumbuhan, produksi, kesehatan,

kelangsungan hidup, dan reproduksi ikan

Keberhasilan usaha perikanan budidaya dapat terwujud apabila tiga faktor penentu yang saling berpengaruh diperhatikan yaitu ketersediaan benih yang tepat kualitas dan kuantitasnya, ketersediaan

pakan sesuai kebutuhan serta lingkungan yang

mendukung . LANNAN et al. (1983) mengatakan

bahwa dalam upaya untuk meningkatkan produksi ada 3 aspek penting yang perlu diperhatikan yaitu pemupukan, padat penebaran dan pakan tambahan . Penggunaan pakan tergantung dari sistim usaha yang dijalankan, pada budidaya ekstensif, praktis tidak menggunakan pakan tambahan . Dalam budidaya semi-intensif, pakan tambahan/buatan digunakan sebagai pelengkap terhadap pakan alami yang ada dalam perairan dan pakan tambahan ini umumnya hanya berupa sisa dari salah satu bahan pangan tanpa melalui proses pengolahan dulu dan sudah jelas tanpa komposisi khusus yang terencana . Namun pakan dalam kegiatan budidaya intensif keadaannya sangat berbeda, pada sistim intensif jumlah ikan yang ditebar tinggi jauh melebihi kemampuan perairan menyediakan pakan alami, sehingga makanan alami secara kuantitatif tidak berperan nyata lagi bagi pertumbuhan, kesehatan dan kelangsungan hidup ikan . Oleh karena itu,

dalam budidaya intensif seluruh kebutuhan

zat makanan '(nutrien) baik kualitatif maupun kuantitatif harus dipenuhi dengan pemberian pakan buatan dengan komposisi nutrisi yang lengkap dan jumlah pemberian yang sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pertumbuhan . Pada sistem ini pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya intensif . Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan

relatif besar mencapai 35-60%dari total produksi . Dalam budidaya ikan, penyediaan pakan sering menjadi kendala, di samping faktor biaya yang tinggi, kualitas pakan yang tersedia juga tidak selalu sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan . Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan ikan menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi terhambat, akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan . TAL (1970) mengatakan bahwa teknik pemeliharaan ikan yang dapat dilakukan agar pertumbuhan relatif lebih cepat adalah dengan pemberian pakan tambahan yang sesuai dengan proporsi pakan alami . HEPHER danPRUGIN1N (1983)juga mengatakan bahwa usaha pemeliharaan benih secara intensif perlu dilakukan antara lain dengan pemberian pakan buatan yang lengkap dan seimbang serta meningkatkan padat penebaran .

Pemberian pakan pada semua tahapan budidaya perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada usaha budidaya yang dilakukan secara intensif karena pakan merupakan salah satu faktor penentu keberlanjutan usaha, kualitas dan kuantitasnya harus sesuai dengan yang dibutuhkan ikan yang dipelihara. MenurutLANNANet al .(1983)pemberian pakan dalam jumlah kurang akan mengakibatkan kemampuan untuk tumbuh terbatas sebaliknya pemberian pakan dalam jumlah terlalu banyak mengakibatkan tidak hanya pemborosan juga dapat merusak kualitas air. Hal ini membuktikan bahwa peranan pakan dalam kegiatan budidaya merupakan sarana vital yang dibutuhkan . Akibat lain dari pemberian pakan yang tidak sesuai adalah dampak yang buruk terhadap lingkungan akibat banyaknya

sisa pakan yang terbuang .

Untuk menentukan dan mendapatkan pakan

yang baik dan berkualitas yang secara tidak

langsung sangat menentukan dan berpengaruh terhadap produktivitas usaha, perlu diketahui

beberapa hal antara lain :

o Secara umum kriteria pakan yang baik

adalah yang memiliki kandungan nutrien/ gizi dan memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, mempunyai sifat yang disesuaikan dengan kebiasaan dan

(5)

biologi ikannamun produknya efisien dan berdampak kecil terhadap pencemaran lingkungan serta harganya bersaing di pasaran .

o Kualitas pakan yang baik dapat ditentukan antara lain :

- Tidak mudah hancur dalam air, minimal 10 menit tahan dalam air dengan tidak hancur

- Untuk pakan tenggelam, tidak terlalu cepat sampai dasar ada fase melayang

- Memiliki aroma yang merangsang ikan -Dapat disimpan minimum 2 bulan tanpa

merusak kualitas

o Kualitas pakan yang kurang baik dapat dipastikan dengan :

- Jika dipegang terasa banyak butiran debu -Warna keputihan karena terdapat jamur.

Mudah hancur dalam air

-Aroma berkurang dari yang seharus-nya (AzwAR, 2003)

Pada usaha budidaya gurame, pada tahapan pendederan dan pembesaran seperti pada pemeliharaan induk, disamping pakan buatan, ikan gurame tidak dapat terlepas dari kebutuhannya terhadap hij auan . Jenis hij auan yang umum diberikan dan berdampak cukup baik adalah daun sente, talas-talasan, limbah pasar (terutama daun Cay Sin) dan lain-lain . SULHI (2005) pemberian pakan berupa pellet terapung 3% + daun sente 2% memberikan dampak yang terbaik terhadap pertumbuhan populasi, kelangsungan hidup, konversi pakan dan daya cerna dibanding perlakuan lainnya . Penambahan daun sente pada pemeliharaan ikan gurame secara umum mempunyai kecenderungan meningkatkan berat populasi, kelangsungan hidup, daya cerna serta menekan konversi pakan .

Pada tahap pendederan (dapat diterapkan pula pada tahapan pembesaran) beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

- Pakan yang diberikan terdiri dari dua macam yaitu pakan buatan dan pakan hijauan - Pakan buatan yang diberikan sebaiknya pakan

terapung (grower) dengan jumlah pemberian sebanyak 2-3 %/hari dari berat populasi -Frekuensi pemberian 2kali yaitu pagi (06 .00)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Ui:tuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

dan sore hari (17.00)

- Hijauan yang dapat diberikan berupa daun jenis talas-talasan, Lemna minor (daun mata lele) danAzolla.Jumlah pemberian sekitar 5% dari bobot populasi diberikan 2 had sekali . Pemanenan

Waktu pemanenan sebaiknya pagi/sore hari . Penangkapan tidak dalam kondisi hujan . Kedalaman air kolam masih setinggi 20-30 cm ; Penangkapan dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan lepasnya sisik ; Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan dapat dimasukkan daun pisang ke dalam kolam, umumnya ikan-ikan akan berkumpul dibawah daun tersebut .

DAFTAR PUSTAKA

ANONIMus. 2003 . Budidaya pendederan dan pembesaran ikan gurame . Tim Penelitian dan Pengembangan Biro Kredit Bank Indonesia . Jakarta. 113 him . ELLIOT, J .M. 1979 . Energetic of freshwater teleost, p .

9-61 . dalam P.J . MILLER (Ed). Fish phenology

adaptive . Acad . Press . Inc . London .

HALVER, E . JOHN and RONALD W. WARDY . 2002 . Fish Nutrition . 3 1 Edition . Academic press . Tokyo . 822 p .

HANDAYANI, SRI .1997 . Dosis optimum 3, 5,3'Triyodotironin (T3) dalam pakan untuk pertumbuhan ikan gurame

(Osphronemus gouramy Lac) . Desertasi . Pasca Sarjana . institut Pertanian Bogor, Bogor .

HEPHER, B . and Y. PRUGININ . 1983 . Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel . John Wiley and Sons . Inc .Canada ., 261 p . LANNAN J.E., R . ONEAL SMITHERMAN and GEORGE

ICHOBANOGLAUS . 1983 . Principles and Practices of Pond aquaculture. Oregon State University . p .

103-115 .

SUHENDA N . dan WAHYU HIDAYAT . 1991 . Pengaruh pemberian pakan dengan kandungan protein berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan gurame . Prosiding Seminar Hasil Perikanan Air Tawar

1991/1992 . Balitkanwar, Bogor. Him . 112-116 . SULHI . MUHAMAD, JOJO SUBAGJA dan ZAFRIL 1 . AZWAR .

(6)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

gurame dengan menggunakan kombinasi buatan dan bahan alami . Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.

pakan TAL, 5 .1970 . Fish Culture Prospect in The 80-S Bamidgeh 22(2) . p . 7-32 .

Lampiran . Kapita selekta budidaya gurame

Target Ukuran tebar Lama

pemel iharaan Pakan Mortalitas Densitas Kebutuhan wadah

Benih 50 gram, 5 gram Pupuk + pakan benih 3 Kolam

2,5 bulan 10+20% 50 ekor/m

12 .000 ekor 15 .000 ekor 5 + 10% + daun/lemna 100 m2

Benih 5 gram, 0,5 gram Pupuk + pakan benih 2 Kolam

2 bulan 20% 100 ekor/m

15 .000 ekor 18 .000 ekor 5 + 10% 100 m2

Benih 0,5 gram, Larva lepas yolk

I bulan Pupuk + pakan benih 20% 150 ekor/m 2 Kolam

18.000 ekor sac . 22000 ekor 10% 100 m2

Larva lepas yolk sac . 22000 ekor Induk 8 betina + 4jantan 10 hari Pakan induk 1%+ daun sente 10% 20 m2/pasang induk. 1000 I Kolam indukl6 m2 bak plastik D 60 cm, butir telur/bak 20 bh

Gambar

Tabel 1 . Perbedaan jantan dan betina Jantan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini menggunakan bahan inti magnet dari inti “E” sebanyak 4 buah, dimana inti magnet tadi diberi celah sebanyak 6 buah, yaitu : inti dengan celah

pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan upaya kesehatan meliputi kesejahteraan ibu dan anak, KB, perbaikan Gizi,

Mind mapping dalam penelitian ini adalah sebuah metode yang dipilih untuk pembelajaran IPA yang telah disesuaikan dengan materi ajar.. Bentuk mind mapping

Hasil penelitian meyimpulkan bahwa terjadi penurunan distribusi cahaya apabila menggunakan fasade bangunan dan bentuk fasade juga berpengaruh terhadap tingkat

 Bridger (1995), melihat objek dari jarak dekat akan memberikan kelelahan mata yang jauh lebih besar daripada melihat objek jarak jauh.  Hal ini karena adanya

Sebatang besi atau baja bisa dibuat menjadi magnet dengan dililiti kawat kumparan dan dihubungkan dengan baterai. Selama arus listrik mengalir, sebatang besi/baja tersebut bersifat

5.99 &gt; 1,00 sehingga dapat dikatakan bahwa matriks ragam peragam yang paling baik digunakan dalam pendugaan parameter dan pengujian pengaruh perlakuan adalah matriks

[r]