• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Diajukan oleh:

RACHMAD ALSY SETIAFADI J5001 300 47

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

RACHMAD ALSY SETIAFADI

J500130047

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing Utama

Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

OLEH

RACHMAD ALSY SETIAFADI J500130047

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari ..., ... ... 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Shoim Dasuki, M. Kes. (...)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Erna Herawati, Sp. KJ (...) (Anggota Dewan Penguji)

3. Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes (...) (Pembimbing Utama)

Dekan,

DR. Dr. EM Sutrisna, M.Kes NIK : 91

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, yang tertulis dalam naskah ini kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis di atas, maka akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 20 Februari 2017 Penulis

RACHMAD ALSY SETIAFADI J 500 130 047

(5)

1

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka gangguan pendengaran di Indonesia masih cukup tinggi, tes Schwabach merupakan salah satu tes kualitatif untuk memeriksa gangguan pendengaran dimana tes ini membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Salah satu faktor penyebab gangguan pendengaran ialah polusi suara dari mesin industry.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan hasil tes pendengaran Schwabach pada pekerja pabrik mebel yang terpapar bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.

Metodologi Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel diambil secara purposive sampling, analisis datanya dengan uji Kruskal-Wallis diolah menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 23.0 for Windows.

Hasil Penelitian : Dari perhitungan data statistik didapatkan nilai p = <0,001 (p<0,005).

Kesimpulan Penelitian : Terdapat perbedaan hasil tes Schwabach yang sangat signifikan pada pekerja pabrik mebel yang terpapar bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.

Kata Kunci : Hasil tes schwabach, Terpapar Bising ABSTRACT

Background : The number of hearing disorder in Indonesia is still high, Schwabach test is one of the qualitative test to examine hearing disorders by comparing the bone conduction with the examiner with normal hearing.

Research Objectives : The purpose of this study is to discover the differences in test results Schwabach at the furniture factory workers exposed to noise directly and indirectly in the Jepara furniture industry.

Research Methodology : This study is an analytical observational study with cross sectional approach, samples taken with purposive sampling, data analysis with Kruskal wallis test processed using Statistical Product and Service Solution (SPSS) 23.0 for Windows.

Research Result : From data statistical count p = <0,001 (p<0,005).

Research Conclusions : There is a differences in test results Schwabach very significant at the furniture factory workers exposed to noise directly and indirectly in the Jepara furniture industry.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Angka gangguan pendengaran di Indonesia masih cukup tinggi, menurut WHO (World Health Organization) secara global diperkirakan bahwa pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) dari jumlah penduduk di dunia menderita gangguan pendengaran, 75 sampai 140 juta di antaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil “WHO Multi Center Study” pada tahun 1998, Indonesia termasuk 4 Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu (4,6%), 3 negara lainnya adalah Sri Langka (8,8%), Myanmar (8,4%), dan India (6,3%). Walaupun bukan persentase yang tertinggi akan tetapi 4,6% cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan masalah sosial ditengah masyarakat (KNPGPKT, 2006).

Hasil Survey Kesehatan Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994-1996 yang di laksanakan di 7 provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi ketulian (0,4%), morbiditas telinga (18,5%), penyakit telinga luar (6,8%), penyakit telinga tengah (3,95), prestikusis (2,6%), ototoksisitas (0,3%), tuli mendadak (0,2%) dan tuna rungu (0,1%) (KNPGPKT, 2006).

Terdapat tiga jenis gangguan pendengaran yang dapat dikenali dengan uji pendengaran yaitu tuli konduktif disebabkan karena kelainan di telinga luar atau tengah, tuli sensorineural (perseptif) karena kelainan pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau pusat pendengaran, dan tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural (Soetirto, et al., 2012).

Salah satu faktor penyebab gangguan pendengaran ialah polusi suara dari mesin industri. Kemajuan teknologi di sektor industri telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang dalam pengoperasiannya seringkali menghasilkan polusi suara atau timbul bising di tempat kerja. Suara bising atau polusi udara, sebagai salah satu efek dari sektor industri dapat menimbulkan gangguan pendengaran atau ketulian pada seseorang yang bekerja atau berada di lingkungan industri tersebut (Nandi & Dhatrak, August 2008).

Indonesia mempunyai banyak industri, salah satunya ialah industri mebel. Menurut Badan Pusat Statistik industri mebel pada tahun 2003 mempunyai jumlah pabrik sebanyak 1479. Pabrik mebel sendiri menurut Atlas Industri

(7)

3

Mebel Kayu di Jepara Indonesia paling banyak terdapat di Jepara. Pabrik mebel menimbulkan polusi suara dari polusi mesin seperti compressor, gergaji mesin, dan mesin gerinda hingga polusi suara yang di buat oleh pekerjanya sendiri seperti orang mengamplas dan memalu (Roda, et al., 2007).

Gangguan pendengaran akibat bising dapat terjadi secara mendadak atau perlahan, dalam kurun waktu bulan sampai tahun. Penderita sering tidak menyadarinya, sehingga mulai mengeluh pendengarannya berkurang sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). Pada beberapa kasus tertentu, gangguan pendengaran akibat bising mulai berlangsung 6 sampai 10 tahun lamanya (Guerra, et al., 2005).

Untuk memeriksa gangguan pendengaran di perlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garputala (kualitatif) atau audiometer nada murni (kuantitatif). Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari frekuensi paling efektif 500 – 2000 Hz, oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran menggunakan garputala 512, 1024, dan 2048 Hz. Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif, terdapat berbagai macam tes penala salah satunya adalah tes Schwabach dimana tes ini membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal (Soetirto, et al., 2012).

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional (non-experiment) analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah pekerja pabrik Mebel Fatma PutraJepara yang sering terpapar bising selama 6 tahun. Cara pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 44, 22 pekerja pabrik mebel yang terpapar bisisng secara langsung, 22 pekerja pabrik mebel yang terpapar bising secara tidak langsung.

Pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi: pekerja pabrik yang sering terpapar bising secara langsung dan tidak langsung lebih dari 6 tahun, bersedia memberikan data yang nyata dan kooperatif dengan peneliti, pekerja

(8)

4

pabrik yang tidak memakai pelindung telinga. Kriteria eksklusi, pekerja pabrik yang pernah mengalami atau sedang mengalami penyakit telinga, pekerja pabrik yang mempunyai riwayat gangguan pendengaran sebelum bekerja di pabrik, mendapat pengobatan yang bersifat ototoksik terhadap telinga, umur di atas 60 tahun, hasil Schwabach memanjang atau mengalami tuli konduksi. Sampel di ukur menggunakan garputala frekuensi 512 Hz.

Penelitian ini menggunakan uji Chi square untuk mengetahui terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product And Service Solution) for windows 23.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2016 di Pabrik Mebel Fatma Putra Kota Jepara. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 44 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja pabrik mebel. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Hasil Pemeriksaan Responden Terpapar Bising Secara Langsung dan Tidak Langsung

Jenis Paparan Normal

n %

Memendek n % Terpapar Bising Secara

Langsung

3 13.63 % 19 86.37 %

Terpapar Bising Secara Tidak Langsung

21 95.46 % 1 4.54 %

Sumber : Data primer penelitian

Jumlah keseluruhan responden terpapar bising secara langsung ada 22 responden didapatkan hasil 19 responden mengalami Schwabach memendek, dan 3 responden mengalami Schwabach sama dengan pemeriksa atau normal. Sedangkan jumlah keseluruan responden terpapar

(9)

5

bising secara tidak langsung 1 responden mengalami Schwabach memendek, dan 21 responden mengalami Schwabach sama dengan pemeriksa atau normal.

Tabel 4.2. Analisis Data Berdasarkan Umur

Kelompok Usia Terpapar Bising Secara

Langsung

Terpapar Bising Secara Tidak Langsung 31 - 35 tahun 6 2 36 – 40 tahun 3 8 41 – 45 tahun 6 8 46 – 50 tahun 7 4 Total 22 22

Sumber : Data primer penelitian

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa usia antara responden yang terpapar bising secara langsung dan tidak langsung sudah disama ratakan dengan rentang usia 31 – 50 tahun.

Tabel 4.3. Analisis Data Berdasarkan Jenis Kelamin KelompokJenis

Kelamin

Terpapar Bising Secara Langsung

Terpapar Bising Secara Tidak Langsung

Pria 8 12

Wanita 14 10

Total 22 22

Sumber : Data primer penelitian

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin antara responden yang terpapar bising secara langsung dan tidak langsung tidak disama ratakan karena menurut teori jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap gangguan pendengaran tetapi peneliti melakukan random pada jenis kelamin untuk menghindari bias.

(10)

6

Tabel 4.4. Analisis Data dengan Uji Chi-Square Hasil Schwabach Nilai p Memendek Normal n % n % Jenis Paparan Secara Langsung 19 86,37% 3 13,63% 0,000 Tidak Langsung 1 4,54% 21 95,46% Total 20 45,5% 24 54,5%

Sumber : Data primer penelitian

Berdasarkan data yang telah didapatkan, di mana skala pengukurannya kategorik nominal 2 kelompok yaitu memendek dan normal sehingga memakai uji chi square. Hasil Analisis dengan menggunakan SPSS for windows 23.0 didapatkan nilai signifikasi (p) = <0,001 nilai p<0,005. Kesimpulan analisis ini adalah terdapat perbedaan hasil tes Schwabach yang sangat bermakna pada pekerja pabrik mebel yang tepapar bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada penelitian ini, terdapat perbedaan hasil tes Schwabach yang bermakna dan signifikan pada pekerja pabrik mebel yang tepapar bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa bising dapat menyebabkan kerusakan di telinga dalam dengan lesi yang sangat bervariasi dari disosiasi organ Corti, ruptur membran, perubahan stereosilia dan organel subseluler. Bising juga menimbulkan efek pada sel ganglion, saraf, membran tektoria, pembuluh darah dan vaskularis. Pada observasi kerusakan organ Corti dengan mikroskop elektron ternyata bahwa sel-sel sensor dan sel penunjang merupakan bagian yang paling peka di telinga dalam. Jenis kerusakan pada stuktur organ tertentu bergantung pada intensitas, lama pajanan dan frekuensi bising (Bashiruddin & Soetirto, 2012).

(11)

7

Jenis ketulian yang diakibatkan oleh paparan bising adalah gangguan jenis tuli sensorineural. Gangguan pendengaran sensorineural biasanya pada tingkat ringan hingga berat dan bersifat permanen. Pada tingkat ringan dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah. (Soetirto, et al., 2012)

Menurut Tantana dalam tesisnya yang berjudul Hubungan Antara Jenis Kelamin, Intensitas Bising, Dan Masa Paparan Dengan Risiko Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising Gamelan Bali Pada Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan dimana hasil penelitiannya menunjukkan gangguan pendengaran akibat gangguan bising gamelan dengan intensitas bising dan paparan bising yang cukup lama lebih dari 10 tahun. (Tantana, 2014)

Penelitian Guerra dkk dalam jurnal yang berjudul Prevalance of Noise-induced Hearing Loss in Metallurgical Company, mendapatkan hasil bahwa pekerja yang sering terpapar bising logam lebih dari 6 tahun mengalami gangguan tuli sensorineural.

Sedangkan penelitian Nandi dkk dalam jurnal yang berjudul Occupational Noise-induced Hearing Loss in India, di India sendiri batas kerja terkena paparan bising adalah 8 jam dengan rata-rata 90 DB seperti pada tempat kerja tekstil, pencetakan, pabrik, pertambangan, dll. Menunjukkan hasil mengalami gangguan pendengaran tuli sensorineural dengan tes audiometri.

Data yang didapatkan pada penelitian ini 19 responden mengalami Schwabach memendek dan 3 responden mengalami Schwabach sama dengan pemeriksa atau normal pada pekerja pabrik yang terpapar bising secara langsung. Menunjukkan bahwa responden yang mengalami Schwabach memendek paling banyak yaitu 86,37% sesuai dengan teori dimana Schwabach memendek menunjukkan mengalami gangguan tuli sensorineural. Sedangkan pada pekerja pabrik yang terpapar bising secara tidak langsung 1 responden mengalami Schwabach memendek dan 19

(12)

8

responden mengalami Schwabach sama dengan pemeriksa atau normal. Menunjukkan bahwa 95,46% responden memiliki Schwabach normal artinya tidak mengalami gangguan pendengaran.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat perbedaan hasil tes Schwabach pada pekerja pabrik mebel yang tepapar bising secara langsung dengan hasil paling banyak Schwabach memendek hal ini berarti bising menyebabkan mengalami ganguan pendengaran tuli sensorineural.

Meskipun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan teori dan hipotesis namun masih terdapat kelemahan, pada penelitian ini untuk pengukurannya mungkin terdapat beberapa kesalahan yang tidak disadari pemeriksa dan variabel luar yang mungkin belum terkendali.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil tes Schwabach yang sangat signifikan pada pekerja pabrik mebel yang tepapar bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara. Hal ini berarti terdapat perbedaan pada pekerja pabrik yang terpapar bising secara langsung mengalami tuli sensorineural sedangkan yang tidak langsung tidak mengalami tuli sensorineural. Tindakan yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran antara lain dengan memberikan pengetahuan akan pentingnya menggunakan APD dalam melaksanakan tugasnya karena APD yang digunakan oleh pekerja pabrik mebel memberikan perlindungan agar bising dapat diredam.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih panulis sampaikan kepada Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes., Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes., dan Dr. Erna Herawati, Sp. KJ yang telah membimbing, memberikan saran, nasehat dan semangat dalam penelitian ini.

(13)

9

DAFTAR PUSTAKA

AJ, Duval., 2005. Klinkner A; Macromoleculer tracers in the mammakian cochlea. Am J Otolaryngol.

Alatas, H., Karyomanggolo, W., Musa, D. A., Boediarso, A., Oesman, I. N., & Idris, N. S., 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Ed.5. Jakarta: Sagung Seto.

Jean-Marc Roda, Philippe Cadène, Philippe Guizol, Levania Santoso, Achmad Uzair Fauzan. Montpellier., 2007. Atlas Industri Mebel Kayu di Jepara Indonesia France: French Agricultural Research Centre for International Development (CIRAD) and Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).

Borg E, Canlon B. Engstrom B., 1995 Noise Induced Hearing Loss. Literature review and experiments in rabbits. Scandinavian Audiology Supplement 40. Duvall, A. J., 2015. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. BOIES Buku Ajar

Penyakit THT Ed.6. Jakarta: EGC.

Greenflied, D. G., 2015. Audiology. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Ed 6. Jakata: EGC.

Guerra, M. R., Lourenço, P. M., Bustamante-Teixeira, M. T., & Alves, M. J., 2005. Prevalence of noise-induced hearing loss in metallurgical company. Rev Saude Publica, vol.39, no.2, 1 - 7

Hendarmin, H., 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Indro S., 2000. Aspek klinik dan evaluasi kecacatan pada Noise Induced Hearing

Loss dalam Seminar Pelatihan tentang Program Konservasi Pendengaran. Jakarta.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Nomor : KEP 51/ MEN/1999. Tentang. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat Kerja.

Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, N. 8. 2006. Rencana strategi nasional penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian untuk mencapai sound hearing 2030. Menteri kesehatan republik indonesia, 4.

Lang., 1996. A Guide to the Care of Adults with Hearing Loss. American Academy of Ophthalmology and Otolaryngology.

(14)

10

Lassman, F. M., Levine, S. C., & Greenfield, D. G., 2015. Sistem Vestibular. BOIES. Jakarta: EGC.

Lawrence R., 2015. Penyakit Telinga Luar. BOIES Ed.6. Jakarta: EGC.

Lynch, E., & Kil, J., 2005. Compounds for the Prevention and Treatment of noise Induced Hearing Loss. Drug Discovery Today, vol.10, no. 19, 1291-1298.

Nandi, S., & Dhatrak, S., 2008. Occupational Noise Induced Hearing Loss in India. India Journal of Occupational and Environment Medicine, vol.12(2), 53-56.

OSHA, O. S. a. H. A., 2005. Hearing Conservation for the Hearing-Impaired Worker. Safety and Health Information Bulletin, p. 2.

Oedono, R., 1996. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja di bidang THT. PIT Perhati.

Phillips, S., Henrich, V., & Mace., S., 2010. Prevalence of noise-induced hearing loss in student musicians. International Journal of Audiology, 49:309–316. Rukmini, S. & Herawati, S., 2013. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung &

Tenggorok. 1 ed. Jakarta: EGC.

Sanrota R., 2004. Tingkat Penurunan Pendengaran Akibat Kebisingan Pada tenaga kerja Indonesia di Bagian pertenunan, Universitas Indonesia Jakarta.Tesis Magister.

Soetirto, I., Hendarmin, H., & Bashiruddin, J., 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed.7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sopiyudin, M. D., 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Suma'mur PK. , 2005.Kebisingan dalam Higne Perusahan dan Kesehatan Kerja ed 9. Jakarta

Sundari., 2007. Hubungan pemajanan bising dengan ambang pendengaran tenaga kerja di bagian peleburan dan pengerolan besi baja PT. B.D. Jakarta, Fakultas Pasca Sarcaja Indonesia. Tesis Magister.

Tantana, O., 2014. Hubungan Antara Jenis Kelamin, Intensitas Bising, Dan Masa Paparan Dengan Risiko Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising

(15)

11

Gamelan Bali Pada Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan. Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana.

Wright A.,1995. Anatomy and ultrastructure of the juman ear. ln: Scott Brown;s otolaryngology vol 1. Basic science 5. Wright ed. London. Buttenrvort.

Gambar

Tabel 4.2. Analisis Data Berdasarkan Umur  Kelompok Usia  Terpapar Bising Secara
Tabel 4.4. Analisis Data dengan Uji Chi-Square  Hasil Schwabach  Nilai p  Memendek  Normal  n  %  n  %  Jenis  Paparan  Secara Langsung  19  86,37%  3  13,63%  0,000  Tidak Langsung  1  4,54%  21  95,46%  Total  20  45,5%  24  54,5%

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna tingkat ekspresi positif p53 dengan metastasis tumor pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher serta

Hasil penelitian ini menunjukkan tekanan eksternal, ketidakefektifan pengawasan, opini audit, dan pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan

teknologi yang terdiri dari perangkat teknologi itu sendiri, sumber daya manusia yang tersedia, informasi yang dimiliki dan pengelolaan organisasi perusahaan,

Selain itu, dilakukan juga parameterisasi untuk memperoleh hasil prediksi yang lebih akurat dengan mengacu pada metode menggantikan proses yang terlalu kecil atau kompleks

Tugas yang diberikan kepada responden yaitu membuka aplikasi game Perang Komando, menemukan tombol load game, menekan tombol load game, memilih level dan melanjutkan level yang

Atas dasar pemikiran tersebut maka Perancangan Sistem Informasi pemeliharaan infrastruktur Jalan Tol dengan menggunakan Zend Framework dibangun sebagai aplikasi yang

Pada  proses  pengembangan  produk‐produk  alas  kaki,  kedudukan  shoe  last  merupakan  unsur  konstanta  yang  tidak  dapat  diubah‐ubah.  Bersifat  standar, 

Denda Untuk pekerjaan ini besar denda keterlambatan untuk setiap hari keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari harga bagian kontrak yang belum