• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci: identifikasi, pola ruang, Taman Setra Singakerta, prajapati, pamuhunan, wantilan. iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci: identifikasi, pola ruang, Taman Setra Singakerta, prajapati, pamuhunan, wantilan. iii"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

 

iii

ABSTRAK

Rika Silvia. NIM 1305315084. Identifikasi Pola Ruang Taman Setra Di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Dibimbing oleh: Ir. Anak Agung Gede Sugianthara, M.S dan Ir Anak Agung Gede Dalem Sudarsana, M.S.

Penelitian ini dilatarbelakangai pola ruang taman setra sebagai Taman Tradisional Bali yang sangat unik. Keunikan pola ruang yang ada di tiap daerah dipengaruhi oleh kebiasaan setempat. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan menggambarkan pola ruang di tiap taman setra di Desa Singakerta. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi pustaka. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan memilih tokoh masyarakat pada ke enam taman setra di Desa Singakerta.Kelengkapan elemen keras dalam taman setra yaitu prajapati, pamuhunan dan area perkuburan (genah mendem sawa) terdapat di semua taman setra (100%), wantilan sebanyak 70%, bangunan lain sebanyak 33%. Kelengkapan elemen lunak, ditemukan 47 jenis tanaman yaitu, kepah, bila ditemukan di Tunon dan Singakerta, kepuh ditemukan di Tunon, Singakerta, Semana, pule dan beringin ditemukan di Tunon, Singakerta, Demayu, ancak, bunut bulu, keduduk, kemiri hanya terdapat di Singakerta, anggih dan

kepelan ditemukan di Kengetan. Hasil dari penelitian ini adalah pola ruang taman setra dipengaruhi oleh kombinasi umur, klan atau kasta, jumlah banjar, desa kala patra, dan desa mawa cara serta konsep meta-etika.

Kata kunci: identifikasi, pola ruang, Taman Setra Singakerta, prajapati, pamuhunan, wantilan.

(2)

 

iv ABSTRCT

Rika Silvia. NIM. 1305315084. Identification of the Graveyard Space Pattern at Singakerta Village, Ubud District, Gianyar Regency, Bali. Supervised by: Ir. Anak Agung Gede Sugianthara, M.S and Ir Anak Agung Gede Dalem Sudarsana, M.S.

The background of this research is graveyard space pattern as Balinesse Traditional Garden very unique. The uniqueness of the pattern in every area is influenced by different customs in that area. This research is intented for identifying and describing the space pattern on every graveyard in Singakerta Village. The method which used survey with observation techniques, interview, distribution of questionnaires and literature review. Sampling technique used purposive sampling by choosing public figure on the six graveyard of Singakerta Village. The complements of hardscape in Graveyard Singakerta Village is prajapati, pamuhunan and grave area (genah mendem sawa) was found in every graveyard (100%), wantilan in 70 %, the other building in 33 %. The complements of softscape were found 47 types of plant, kepah and bila found in Tunon and Singakerta, kepuh found in Tunon, Singakerta, Semana, pule and beringin found in Tunon, Singakerta, Demayu, ancak or bodi, bunut bulu, keduduk, kemiri only found in Singakerta, anggih and kepelan found in Kengetan. The conclution of this research is the space pattern of graveyard is influenced by age combination, klan, caste and amount of banjar, desa kala patra, desa mawa cara and meta-ethic conceps.

Keywords: identification, space pattern, singakerta graveyard, prajapati, pamuhunan, wantilan.

(3)

 

v RINGKASAN

Keberadaan taman setra berperan sebagai Taman Tradisional Bali yang memiliki fungsi sebagai areal pelaksanaan upacara di Bali, khususnya upacara

Pitra Yadnya. Taman setra juga memiliki fungsi sebagai ruang terbuka hijau, fungsi ekologis, estetika, dan fungsi sosial budaya masyarakat Bali. Taman Setra

Singakerta tertelak di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Pola ruang di dalam masing-masing taman setra memiliki acuan dan keseragaman pola yang dipengaruhi oleh umur, kasta atau klan dan jumlah banjar di masing-masing desa pakraman. Perbedaan desa kala patra (tempat, waktu dan keadaan) dan desa mawa cara (kebiasaan desa) juga memberikan kombinasi pola ruang.

Pola ruang tersebut meliputi elemen-elemen yang ada di dalamanya, baik elemen keras maupun elemen lunak. Elemen keras maupun elemen lunak memiliki peran penting guna mendukung pemanfaatan taman setra itu sendiri. Pengelola perlu menjaga kelestarian dan kelengkapan elemen-elemen dalam taman setra. Penelitian dilakukan di Desa Singakerta pada bulan Oktober 2016 sampai Juni 2017. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi pustaka. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan memilih tokoh masyarakat pada ke enam taman setra di Desa Singakerta.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pola ruang setra di Desa Singakerta memiliki konsep ruang yang dipengaruhi oleh umur, kasta atau klan, dan jumlah banjar. Pembagian ruang dipengaruhi pula oleh konsep Arsitektur Tradisional Bali yaitu meta-etika dan kombinasi umur, kasta atau klan, jumlah banjar serta desa kala patra dan desa mawa cara di masing-masing desa pakraman. Elemen keras yang ada di enam Taman Setra Singakerta teridentifikasi sebagai berikut: prajapati, pamuhunan dan areal perkuburan (genah mendem sawa) terdapat di semua taman setra (100%), wantilan atau

pesandekan 70%, dan bangunan lain berupa tugu pahlawan terdapat pada Taman

Setra Tunon serta plang nama (wellcome area) pada Taman Setra Singakerta. Semua setra di Desa Singakerta belum memiliki tembok pembatas (penyengker),

(4)

 

vi

pintu gerbang atau cangkem setra. Elemen lunak berjumlah 47 jenis termasuk beberapa di antaranya yang keberadaanya mulai langka.

Dari hasil penelitian ini diharapkan masing-masing desa pakraman

sebagai pihak pengelola taman setra sekaligus sebagai pihak pengguna taman

setra disarankan lebih memperhatikan kelengkapan dan perawatan elemen tamannya, baik elemen keras dan elemen lunak di dalam taman setra.

Kelengkapan elemen penting demi menunjang keberlangsungan pemanfaatan

setra sebagai Taman Tradisional Bali. Rekomendasi penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pengelola taman setra di Desa Singakerta.

(5)

 

vii

IDENTIFIKASI POLA RUANG TAMAN SETRA

DI DESA SINGAKERTA, KECAMATAN UBUD,

KABUPATEN GIANYAR,

PROVINSI BALI

RIKA SILVIA NIM. 1305315084 Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Anak Agung Gede Sugianthara, M.S Ir Anak Agung Gede Dalem Sudarsana, M.S NIP 19571019 198601 1 001 NIP 19521231 198003 1 018

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 198803 1 001

(6)

 

viii

IDENTIFIKASI POLA RUANG TAMAN SETRA

DI DESA SINGAKERTA, KECAMATAN UBUD,

KABUPATEN GIANYAR,

PROVINSI BALI

Dipersiapkan dan diajukan oleh Rika Silvia

NIM. 1305315084

Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji Pada tanggal 19 Juni 2017

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No. : 310/UN14.2.6/PD/2017

Tanggal : 20 Juni 2017 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Ir. Sang Made Sarwadana, M.Si. Anggota :

1. Ir. Ida Ayu Mayun, MP.

2. Ir. Anak Agung Made Astiningsih, MP. 3. Ir. Anak Agung Gede Sugianthara, M.S. 4. Ir. Anak Agung Gede Dalem Sudarsana, M.S.

(7)

 

ix

RIWAYAT HIDUP

Rika Silvia lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 10 juni 1995, tinggal dan besar di Desa Tamanbali Bangli. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Sutrisno dan ibu Ni Nyoman Suami.

Penulis mulai menempuh Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Astha Yoga Tamanbali (2000 - 2001). Kemudian melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar di SDN 1 Tamanbali (2001-2007), berikutnya melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 3 Bangli (2007-2010), serta melajutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Bangli. Penulis diterima di Program Studi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2013.

Selama masa kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan serta organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai Anggota Bidang IV Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lansekap (HIMASEKAP) periode 2013-2014 dan Ketua Panitia Pelantikan Pengurus LPM Kholorofil periode 2013-2015.

(8)

 

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Pola Ruang Taman Setra di Desa Singakerta Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Provinsi Bali” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setingi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Udayana yang telah memberikan fasilitas selama mengikuti perkuliahan. 2. Ir. Cokorda Gede Alit Semarajaya, M.S selaku Ketua Jurusan Arsitektur

Pertamanan atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

3. Ir. Anak Agung Gede Sugianthara, M.S selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan pemikiran, tuntunan serta dorongan semangat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

4. Ir. Anak Agung Gede Dalem Sudarsana, M.S selaku pembimbing II dan selaku pembimbing akademik yang penuh kesabaran memberikan arahan, bimbingan dan telah meluangkan waktunya, selama penulis menjadi mahasiswa Program Studi Arsitektur Pertamanan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Pegawai Program Studi Arsitektur Pertamanan dan Fakultas Pertanian serta semua dosen yang telah membantu penulis selama menempuh ilmu pengetahuan di Program Studi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

6. Orang tua saya, Ayah dan Ibu Ni Nyoman Suami, adik saya Riki Windu serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril, materiil dan tenaga. 7. Teman-teman Arsitektur Pertamanan angkatan 2013 dan rekan-rekan lainnya

yang selalu memberikan dorongan semangat, saran dan motivasi penulis mengucapkan terimakasih.

(9)

 

xi

Untuk semua pihak atas jasa dan kerjasamanya semoga, Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widi Wasa senantisa melimpahkan rahmat-Nya dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis senantiasa dengan senang hati menerima kritik dan saran demi peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Demikian yang dapat penulis sampaikan, sekian dan terimakasih.

Denpasar, 19 Juni 2017

(10)

 

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTACT ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

TIM PENGUJI ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Taman Setra ... 6

2.2 Konsep Pola Ruang dalam Taman Setra ... 7

2.2.1 Tri Hita Karana dan Tri Angga ... 7

2.2.2 Konsep Tri Mandala ... 8

2.2.3 Konsep Desa, Kala, Patra ... 9

2.2.4 Pola Ruang di Lingkungan Taman Setra ... 10

2.3 Jenis dan Konsep Ruang Taman Setra ... 10

2.4 Fungsi Ruang dan Elemen Taman Setra ... 11

2.4.1 Prajapati ... 11

2.4.2 Wantilan ... 11

2.4.3 Setra rare ... 12

2.4.4 Pamuhunan ... 12

2.4.5 Ruang perkuburan ... 12

2.4.6 Tanaman pada Taman Setra ... 13

2.5 Pemerintahan Desa ... 13

2.6 Identifikasi ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

3.2 Alat Penelitian ... 16

3.3 Metode Penelitian ... 16

3.3.1 Langkah Pengambilan Data ... 17

3.3.2 Teknik Analisis Data ... 18

(11)

 

xiii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Gambaran Umum Desa Singakerta ... 20

4.1.1 Lokasi ... 20

4.1.2 Demografi ... 20

4.2 Hasil Penelitian ... 21

4.2.1 Taman Setra Tunon ... 22

4.2.2 Taman Setra Singakerta ... 25

4.2.3 Taman Setra Demayu ... 28

4.2.4 Taman Setra Semana ... 31

4.2.5 Taman Setra Tebongkang ... 33

4.2.6 Taman Setra Kengetan ... 35

4.3 Pembahasan ... 39

4.3.1 Pola Pembagian Ruang Taman Setra di Desa Singakerta ... 39

4.3.2 Elemen Keras Taman Setra di Desa Singakerta ... 43

4.3.3 Elemen Lunak Taman Setra di Desa Singakerta ... 46

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1 Simpulan ... 53 5.2 Saran... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN ... 58                                      

(12)

 

xiv

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

3.1. Rencana Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 19

4.1. Elemen Keras Taman Setra Tunon ... 23

4.2. Elemen Lunak Taman Setra Tunon ... 24

4.3. Elemen Keras Taman Setra Singakerta ... 26

4.4. Elemen Lunak Taman Setra Singakerta ... 27

4.5. Elemen Keras Taman Setra Demayu ... 29

4.6. Elemen Lunak Taman Setra Demayu ... 30

4.7. Elemen Keras Taman Setra Semana ... 32

4.8. Elemen Lunak Taman Setra Semana ... 32

4.9. Elemen Keras Taman Setra Tebongkang ... 34

4.10. Elemen Lunak Taman Setra Tebongkang ... 35

4.11. Elemen Keras Taman Setra Kengetan ... 37

4.11. Elemen Lunak Taman Setra Kengetan ... 38

4.13. Pola Pembagian Ruang Taman Setra Desa Singakerta ... 39

4.14. Elemen Keras Taman Setra Desa Singakerta ... 43

4.15. Elemen Lunak Taman Setra Desa Singakerta ... 46

4.16. Jumlah Tanaman yang Mulai Langka pada Taman Setra di DesaSingakerta ... 51

(13)

 

xv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

1.1. Kerangka Pikir Penelitian ... 5

3.1. Lokasi Penelitian ... 15

4.1. Wilayah Desa Singakerta ... 21

4.2. Site Plan Pola Ruang Taman Setra Tunon ... 22

4.3. Prajapati dan Tugu Pahlawan Taman Setra Tunon ... 24

4.4. Site Plan Pola Ruang Taman Setra Singakerta ... 25

4.5. Prajapati dan Plang Nama Taman Setra Singakerta ... 27

4.6. Site Plan Pola Ruang Taman Setra Demayu ... 28

4.7. Prajapati dan Wantilam Taman Setra Demayu ... 30

4.8. Site Plan Pola Ruang Taman Setra Semana ... 31

4.9. Prajapati dan Pamuhunan Taman Setra Semana ... 32

4.10. Site Plan Pola Ruang Taman Setra Tebongkang ... 33

4.11. Prajapati dan Wantilan Taman Setra Tebongkang ... 35

4.12. Site Plan Pola Ruang Taman Setra Kengetan ... 36

4.13. Prajapati dan Wantilan Taman Setra Kengetan ... 37

4.14. Denah Site Plan Pola Ruang ... 42  

(14)

 

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Halaman 

1. Daftar Responden dan Hasil Kuesioner Pola Ruang ... 58

2. Daftar Informan ... 59

3. Lembar Wawancara ... 60

4. Lembar Kuesioner ... 62  

(15)

 

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan adalah semua hasil karya pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar dalam kehidupan kelompok. Aspek kebutuhan dan kehidupan masyarakat manusia sangat banyak, aneka ragam, baik secara individu maupun kelompok. Kebutuhan tersebut ada yang bersifat kebendaan dan kebutuhan rohani (Purwito dan Kuswanto, 1993). Unsur kebudayaan Bali di antaranya adalah Arsitektur Tradisonal Bali yang merupakan bentuk hasil ciptaan manusia (Sukawati, 2017). Hasil ciptaan tersebut telah menjadi kebutuhan kebendaan dan rohani dalam masyarakat Hindu, salah satunya yaitu setra. Istilah setra berasal dari bahasa Bali yang maknanya sama dengan sema atau patunon. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kuburan atau makam (Stiti, 2013). Sejak Mpu Kuturan berhasil menyatukan sekte-sekte di Bali dan terbentuknya desa adat, sudah menjadi keharusan bagi setiap desa pakraman agar memiliki setra.

Setra bila diperhatikan dari sisi elemennya, memiliki elemen softscape dan

hardscape. Setra juga memiliki nilai fungsional yang beragam seperti halnya taman pada umumnya, maka tidak salah bila setra dapat dikatakan sebagai taman tradisional yaitu taman setra. Tanah setra termasuk ke dalam tanah adat yang dikuasai oleh desa adat (druwe desa). Tanah desa adat atau lahan setra memiliki posisi yang sangat kuat karena dikelola oleh adat. Siahan (2010) menyatakan bahwa ada kecenderungan terjadinya penurunan kuantitas ruang publik, terutama ruang terbuka hijau pada 30 tahun terakhir. Ruang terbuka hijau bisa berupa taman kota, jalur hijau dan tempat pemakaman umum. Ruang terbuka

(16)

2  

berupa pemakaman umum, sebagaimana pemanfaatan utamanya sebagai kuburan dengan berbagai kegiatan di dalamnya (Purwaningsih, 2009). Penurunan kuantitas ruang terbuka tidak terjadi pada setra. Kecil kemungkinan bagi setra

untuk hilang atau terjadi alih fungsi lahan seperti yang terjadi pada ruang terbuka lain.

Tempat pemujaan ketiga manifestasi Tuhan yang harus ada dalam sebuah

desa pakraman, disebut Pura Kahyangan Tiga. Kahyangan Tiga terdiri atas

Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem (Widana, 2008). Masing-masing berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa dalam menifestasinya sebagai Brahma, Wisnu dan Siwa (Gelebet, 2002). Bangunan pemujaan lain yang merupakan ulu kuburan adalah prajapati. Kuburan atau setra yang berada di dalam desa pakraman memiliki perbedaan ruang yang dipengaruhi norma dan adat.

Budaya dan adat di masing masing desa pakraman di Bali dipengaruhi oleh berbagai variasi kebudayaan. Variasi tersebut disebabkan oleh Desa, Kala,

dan Patra (tempat, waktu dan keadaan). Doktrin desa, kala, patra adalah strategi luhur bagi umat Hindu untuk menjalani hidupnya. Arti kata desa, kala, patra

adalah tempat, masa atau waktu dan keadaan situasi (Pendit, 2001). Desa, kala, patra memberi toleransi perbedaan budaya, norma, dan adat yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yang terikat adat dan budaya setempat. Konsep lain yang mendukung toleransi perbedaan di tiap wilayah berdasarkan kebiasaan yaitu

desa mawa cara. Desa mawa acara memiliki arti bahwa setiap wilayah mempunyai cara atau kebiasaan tertentu.

(17)

3  

Arsitektur Tradisional Bali mencerminkan pandangan meta-etika yang membedakan ruang dalam oposisi biner antara sakral dan profan (ulu-teben) (Sukawati, 2017). Pola ruang setra di masing-masing desa pakraman memiliki elemen, bentuk dan ruang yang khas sesuai desa, kala, patra dan desa mawa cara. Perbedaan elemen, bentuk dan ruang mempengaruhi pemanfaatan setra. Setra

pada umumnya memiliki ruang-ruang seperti bangunan prajapati, pamuhunan, wantilan, ruang perkuburan mayat, dan setra rare (kuburan anak-anak) yang memiliki manfaat dan kegunaannya masing-masing. Pola penempatan ruang pada umumnya sesuai dengan pola Tri Mandala. Tri Mandala adalah falsafah arsitektur tradisional Bali dalam penerapan pembagian ruang terhadap lingkungan, yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu Utama Mandala (ruang utama) Madya Mandala (ruang tengah) Nista Mandala (ruang akhir).

Taman setra secara umum memiliki pola ruang yang dibagi atas umur, kasta atau klan dan banjar. Taman setra di Singakerta mewakili pola ruang setra

secara umum baik dibagi atas banjar, kasta atau klan dan umur serta memiliki keunikan karena biasanya tiap desa memiliki satu taman setra namum di Desa Singakerta memiliki lebih dari satu taman setra. Total jumlah taman setra di Desa Singakerta adalah enam setra, dari ke enam taman setra masing-masing memiliki perbedaan dilihat dari pola ruang baik kelengkapan dan posisi elemen.

Atas dasar pemikiran dan hasil pra observasi itulah, dipandang perlu untuk meneliti mengenai identifikasi perbedaan pola ruang di tiap setra, sebagai sebuah taman atau lansekap tradisional Bali yang sangat fungsional. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran terhadap pola ruang pemanfaatan setra, mampu menemukan penyebab perbedaan pola ruang guna pengelolaan setra yang

(18)

4  

baik dan efisien, serta untuk mendukung kebutuhan manusia akan lansekap tradisional Bali dan lingkungan setra demi mendapatkan fungsi yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dijabarkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pola ruang taman setra yang ada di Desa Singakerta

Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Provinsi Bali?

2. Bagaimana pengaruh budaya dan adat tehadap perbedaan pola ruang dalam taman setra di Desa Singakerta Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Provinsi Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis pola ruang taman setra di Desa Singakerta Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Provinsi Bali.

2. Mengidentifikasi penyebab perbedaan pola ruang taman setra di Desa Singakerta Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Provinsi Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis yaitu memberi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahaun khususnya perkembangan ilmu arsitektur pertamanan terhadap informasi pola ruang taman setra.

2. Manfaat praktis yaitu bagi warga masyarakat dan desa pakraman agar mendapat tambahan informasi sebagai pembandingan ruang taman setra

yang ada di daerah lain baik keunggulan dan kelemahannya.

3. Manfaat bagi peneliti sendiri untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman penelitian terkait taman setra.

(19)

5  

1.5 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian Taman Setra

Pembagian Pola Ruang

Penyebab Perbedaan Pola Ruang Taman Setra

Pengaruh Budaya Fungsi Dan Manfaat Pengaruh Adat

Masing-Masing Ruang Jenis Jenis Taman Setra

Site Plan Ruang Taman Setra

Taman Tradisonal Bali

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014), berjudul Analisis Struktur dan Komponen Keuangan KJKS UGT Sidogiri Wirolegi, menunjukkan bahwa laporan

Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi : jumlah daun, pan- jang daun, lebar daun, tebal daun, bentuk daun, warna daun muda dan daun tua, bentuk permukaan

Karena beragamnya situasi, maka pencegahan yang tepat dalam kode etik ini adalah mengaharuskan Praktisi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menangani setiap ancaman

Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2019 dari stasiun-stasiun BMKG dan pos-pos hujan kerjasama terpilih pada 15 Zona Musim (ZOM) di Bali dapat disajikan

Jonas Bangun, Sp.Rad dr.. Jonas

1 Saat kita meniup dengan kuat, berarti udara (fluida) dapat dianggap bergerak dengan cepat sehingga tekanannya menjadi turun dan lebih rendah dari tekanan udara di permukaan

Seperti pada DSM-III-R, halusinasi maupun waham tidak diperlukan untuk diagnosis skizofrenia, karena pasien dapat memenuhi diagnosis jika mereka mempunyai dua gejala