ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI KOMUNITAS HINDU DI LINGKUNGAN NON HINDU DI PULAU LOMBOK: UPAYA PENGEMBANGAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
UNTUK MENINGKATKAN TOLERANSI BERAGAMA Oleh
Eka Putri Paramita
Dosen Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas 45 Mataram
Abstrak: Penelitian ini memberi perhatian terhadap jaringan komunikasi komunitas hindu yang hidup di
tengah- tengah warga non hindu di Lombok, dalam rangka meningkatkan komunikasi antar budaya sehingga bisa tercapai rasa persaudaraan dan keharmonisan hubungan antar warga yang berbeda kebudayaan dan agama. Untuk kepentingan penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah komunitas Hindu yang hidup dan bertempat tinggal di lingkungan non Hindu di Pulau Lombok (Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram). Lokasi penelitian di Lombok barat bertempat di desa karang bayan dan kota mataram mengambil lokasi di kelurahan pagesangan. Dengan jumlah responden keseluruhan yaitu 60 orang. Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan metode social network analisis (SNA) maka hasil dicapai adalah gambaran network atau pola jaringan komunikasi komunitas Hindu yang hidup di tengah – tengah lingkungan masyarakat non hindu, strategi pengembangan jaringan komunikasi dengan komunitas non hindu dan factor penghambat dan pendukung dalam memperluas jaringan yang telah ada dalam rangka meningkatkan hubungan antar individu dan antar komunitas sehingga mampu meningkatkan keharmonisan hubungan diantara masyarakat yang berbeda agama dan budaya.
Kata kunci : pola jaringan komunikasi, komunitas hindu dan non hindu, komunikasi antarbudaya. PENDAHULUAN
Sebuah keniscayaan bahwa keberadaan komunitas Hindu telah tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun. Warga Hindu yang menetap dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia, kemudian berkembang dan dalam perkembangan selanjutnya mereka membentuk komunitas warga Hindu di tengah-tengah lingkungan non Hindu. Komunitas Hindu dimanapun mereka berada, tidak bisa terlepas dari adat istiadat, kebiasaan dan keyakinan yang mereka anut, sehingga dalam implementasinya sering sangat berbeda dengan kondisi lingkungan dimana mereka berada.
Perbedaan ini apabila tidak dikomunikasikan dan dilakukan penyesuaian dengan lingkungan dimana mereka berada kerapkali mengakibatkan ketidak harmonisan diantara komunitas Hindu dengan lingkungan non Hindu yang pada gilirannya berujung pada gesekan sosial dan bahkan konflik sosial. Kondisi seperti ini apabila tidak ditangani secara dini maka akan berakibat fatal.
Untuk menghindari kondisi yang tidak diinginkan tersebut dan untuk mengupayakan terciptanya keharmonisan antar umat beragama yang berbeda budaya dan latar belakang maka upaya-upaya pemahaman tentang komunikasi antar warga dan jaringan komunikasi antar individu dalam komunitas Hindu, antar individu dalam
komunitas Hindu dengan warga masyarakat non Hindu perlu dipelajari dan difahami sehingga upaya membangun komunikasi dan peningkatan hubungan antar individu dan antar warga bisa dilaksanakan dengan lebih baik. Lancarnya hubungan komunikasi diantara warga baik dalam komunitas Hindu itu sendiri maupun dengan warga non Hindu akan memungkinkan terjadi pertukaran informasi yang lebih efektif sehingga pemahaman terhadap budaya, agama dan keyakinan masing-masing lebih meningkat. Dengan meningkatnya jaringan komunikasi antar warga diharapkan kesalah fahaman tidak terjadi dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat dapat tercipta.
Namun sampai saat ini penelitian yang memfokuskan diri pada pengkajian jaringan komunikasi dan pola komunikasi komunitas Hindu yang hidup di tengah-tengah lingkungan bukan Hindu belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini menjadi sangat penting dilakukan untuk mengetahui dan memahami jaringan komunikasi dan pola komunikasi komunitas Hindu yang hidup ditengah-tengah warga muslim di Lombok, sehingga bisa dibangun strategi untuk meningkatkan hubungan komunikasi diantara warga untuk menghindari disharmoni dan kesalah fahaman. Penelitian ini mencoba untuk menggali permasalahan berikut: (1) jaringan dan pola
_____________________________________ komunikasi internal komunitas Hindu di Pulau
Lombok (2) jaringan dan pola komunikasi antar individu komunitas Hindu dengan komunitas non Hindu (3) faktor pendukung dan penghambat komunikasi antar warga sebagai tergambar dalam jaringan dan pola komunikasi pada komunitas Hindu (4) setrategi komunikasi yang bisa dibangun dalam rangka meningkatkan komunikasi antar individu dalam komunitas Hindu dan non Hindu di Pulau Lombok?
TINJAUAN PUSTAKA a. Jaringan Komunikasi
Yang dimaksudkan dengan jaringan komunikasi dalam penelitian ini adalah rangkaian hubungan diantara individu sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi, sehingga membentuk pola-pola atau model-model jaringan komunikasi tertentu. Dalam suatu jaringan komunikasi, terdapat pemuka-pemuka opini, yaitu orang yang mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu tertentu (Berger,1987 ). Karakteristik pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe komunitas yang mereka pengaruhi, Jika pemuka opini terdapat dalam komunitas-komunitas yang bersifat inovatif, maka mereka biasanya lebih inovatif daripada anggota komunitas, meskipun pemuka opini seringkali bukan termasuk inovator yang pertama kali menerapkan inovasi. Di pihak lain, pemuka-pemuka opini dari komunitas-komunitas yang konservatif juga bersikap agak konservatif (Gonzales,1993).
b. Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya mengacu pada komunikasi antara orang – orang dari kultur yang berbeda. Antara orang – orang memiliki kepercayaan nilai – nilai dan cara berprilaku cultural yang berbeda. Semua pesan dikirimkan dari konteks cultural yang unik dan spesifik, dan konteks itu mempengaruhi bentuk dan isi pesan. Kita berkomunikasi saat ini seperti yang kita lakukan adalah sebagian besar akibat adanya pengaruh budaya. Karena budaya mempengaruhi setiap aspek dari pengalaman komunikasi yang kita lakukan. Pada saat berhubungan dengan orang lain, yang berbeda budaya dengan kita seringkali kita berada dalam ketidaksadaran diri dan karenanya bertindak tidak rasional dalam segala hal. Budaya dapat didefinisikan sebagai suatu gaya hidup yang relative khusus dari suatu masyarakat. termasuk dalam budaya adalah segala hal yang dihasilkan dan dikembangkan oleh anggota
kelompok tersebut seperti bahasa, cara berfikir, seni, undang – undang dan agama.
c. Komunitas Hindu Di Lombok
Secara geografis antara pulau Dewata Bali, dan pulau Seribu Masjid, Lombok, bukan dipisahkan oleh lautan tetapi dihubungkan oleh lautan, yaitu selat Lombok. Luas pulau Lombok sekitar 4.738,70 km2. Dengan jumlah pemeluk agama hindu sekitar ± 180 juta jiwa (BPS, 2010). Pulau Lombok memiliki empat Kabupaten (Barat, Tengah dan Timur dan Utara), dan Kota Mataram adalah barometer pusat aktivitas Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Menetapnya orang-orang Bali di Lombok disebabkan oleh aspek historis. Bermula dari sejarah, yaitu Kerajaan Karangasem, Bali pernah melebarkan kekuasannya sampai ke Pulau Lombok sekitar tahun 1800. Proses kekuasaannya sudah ada sejak 1692, bahkan pernah pula menguasai beberapa wilayah di Bali. Juga Raja Klungkung (Bali) pernah sebagai susuhunan raja–raja Bali dan Lombok pada pertengahan abad ke –19.
METODE PENELITIAN a. Tempat/Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Lombok dengan mengambil lokasi di kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive dengan alasan bahwa di kedua wilayah ini banyak ditemukan pemukiman komunitas Hindu yang terletak di tengah-tengah komunitas non Hindu (muslim).
b. Penentuan Sample dan Responden
Subjek dalam penelitian yang dilaksanakan ini adalah anggota komunitas hindu aktif, berposisi sebagai anggota. Responden ditentukan dengan teknik sensus. Hal ini berarti anggota komunitas hindu pada dua lokasi yang berjumlah sebanyak 60 orang yaitu 30 orang di desa karang bayan dan 30 di kelurahan pagesangan akan digunakan sebagai responden, yang keseluruhannya merupakan anggota tetap serta berpartisipasi aktif dalam komunitas hindu.
c. Cara Pengumpulan Data
Data akan dikumpulkan dengan menggunakan teknik snowballing sampling. Pengumpulan data akan dihentikan apabila jumlah sampel dirasakan cukup dan dianggap sudah jenuh. Disamping itu data juga dikumpulkan untuk memperoleh informasi terkait dengan permasalahan komunikasi
dan kemungkinan-kemungkinan pengembangan setrategi komunikasi dimasa yang akan datang. d. Analisa Data
Data analisis jaringan komunikasi komunitas masyarakat Hindu dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program komputer UCINET, karena program ini mampu memberikan analisis dan gambaran yang jelas dan tepat mengenai network dan jaringan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat (Wasserman, 1994) yang menjadi subyek penelitian ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Pola Komunikasi Pada Komunitas hindu di
Pulau Lombok
Pola komunikasi dalam komunitas hindu dibahas dalam dua tingkatan. Pembahasan pertama dilakukan terhadap pola komunikasi internal yang dilakukan oleh komunitas hindu di pulau lombok. Kemudian pembahasan kedua dilakukan terhadap pola komunikasi ketika individu komunitas hindu berkomunikasi dengan individu komunitas non hindu.
Dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa anggota komunitas hindu diperoleh kesan bahwa komunitas hindu yang telah lama tinggal dan berdiam di pulau Lombok, memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Mereka saling mengenal satu dengan yang lainnya serta sangat menghargai orang-orang yang mereka anggap sebagai tokoh dalam masyarakat (paternalistik). Secara lebih jelas, pola komunikasi antar komunitas hindu di pulau Lombok digambarkan pada sosiogram sebagai berikut:
Gambar 1. Sosiogram antar komunitas hindu di pulau lombok
Berdasarkan pola jaringan komunikasi diatas diketahui bahwa dalam pola komunikasinya ternyata terdapat 5 sumber yang dipercaya menjadi sumber informasi mengenai budaya, seluruh sumber informasi ini terdiri atas ketua
adat, kepala lingkungan, kepala desa, tokoh komunitas hindu karang bayan dan tokoh komunitas hindu kelurahan pagesangan. Sesuai dengan sosiogram diatas dapat diidentifikasi peran – peran dalam jaringan sebagai berikut:
1. Opinion Leader
Opinion leader atau pemuka pendapat adalah individu yang seringkali menjadi sumber informasi bagi komunitasnya karena dianggap memiliki pengetahuan yang luas, mampu memberi pertimbangan, dan dapat menjawab berbagai pertanyaan persoalan budaya, adat istiadat dan tata nilai dalam masyarakat. Orang ini dalam pola jaringan komunikasi terletak dipusat bintang. Sehingga pola jaringan komunikasi yang dibentuk adalah pola jarigan komunikasi bintang. Berdasar pola, didapatkan yang menjadi opinion leader dalam pola jaringan ini adalah ketua adat. Hal ini mengindikasikan bahwa ketua adat tersebut dapat menjadi sumber informasi yang valid serta kompeten mengenai budaya dan tata nilai.
2. Bridge
Sedangkan peran sebagi bridge tampak diperankan antara lain oleh kepala desa dan kepala lingkungan. Individu ini memainkan peran sebagai penghubung atau bridge antara angota suatu komunitas yang berhubungan dengan komunitas lainnya. Individu – individu ini menjembatani atau menghubungkan antara komunitas hindu yang mencari informasi tentang budaya dengan komunitas non hindu yang mencari informasi mengenai budaya diluar komunitas keduanya ini. Oleh sebab itu terdapat kepala desa dan kepala lingkungan yang dianggap dapat memberikan pertimbangan terhadap segala keputusan yang diambil oleh komunitas dan memberikan masukan terhdap segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan budaya. 3. Liaison Officer
Peran ini merupakan peran yang cukup penting karena peran ini berfungsi untuk menghubungkan dua atau lebih komunitas, akan tetapi bukan merupakan anggota salah satu komunitas. Dalam peran ini, ketua adat memiliki peranan yang cukup besar.
b. Pola Komunikasi Antar Individu Komunitas Hindu dan Komunitas Non Hindu Di Pulau Lombok
Hasil penelitian sesuai dengan temuan dilapangan menunjukkan bahwa, informasi
_____________________________________ dibagikan secara sukarela tanpa ada yang meminta
atau menyuruh. Pembagian informasi ini menurut responden adalah bentuk dari modal sosial yang mereka miliki dan warisi secara turun-temurun (Rogers, 2003). . Informasi yang dibagikan adalah berupa informasi mengenai budaya polong merenten yang dilestarikan secara turun menurun. Secara lebih jelas digambarkan pada sosiogram berikut:
Gambar 2. Sosiogram proses komunikasi antar individu komunitas hindu dan non hindu di desa karang bayan.
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa terdapat satu orang penerima informasi, Orang ini adalah merupakan tokoh adat di komunitas hindu desa karang bayan. tokoh ini menerima infomasi dari berbagai sumber mengenai adat dan kemudian menampung seluruh informasi yang diperoleh untuk selanjutnya diteruskan kembali kepada seluruh anggota komunitasnya. Baik komunitas hindu maupun non hindu.
Hasil wawancara dengan anggota komunitas yang menjadi responden, menunjukkan bahwa kepercayaan mereka kepada tokoh tersebut, dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa orang ini tahu persis tentang seluk beluk budaya yang dijalankan oleh masyarakat disamping adanya kekerabatan yang dimilikinya dengan pendahulu desa karang bayan.
Selanjutnya gambaran pola komunikasi juga terdapat di kelurahan pagesangan yang terletak di kota mataram. Gambaran yang terlihat dalam sosiogram kelurahan pagesangan, memperlihatkan distribusi preferensi anggota komunitas mencari dan membagi informasi tentang budaya kepada sumber-sumber yang merupakan anggota komunitas hindu dan non hindu. Seperti yang tergambar pada sosiogram berikut:
Gambar 3. Sosiogram proses komunikasi antar individu komunitas hindu dan non hindu di kelurahan pagesangan. Proses ini menggambarkan bahwa difusi inovasi budaya terjadi melalui berbagai jaringan yaitu melalui komunikasi yang terjadi antar anggota komunitas hindu dan non hindu. Hal ini menjadi penting untuk diketahui karena dengan mengetahui bagaimana anggota komunitas membangun jaringan dengan sumber informasi yang tersedia maka akan diketahui pula bagaimana pola jaringan komunikasi yang terjalin.
c. Faktor Penghambat Komunikasi Antar Individu Pada komunitas Hindu dan Non Hindu
Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman budaya sering terjadi masalah atau hambatan – hambatan (distorsi) yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya saja penggunaan bahasa, lambang – lambang, nilai atau norma – norma masyarakat dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, perbedaan – perbedaan makna budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman itu banyak ditemui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik – konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar komunitas. Pada penelitian ini konflik merupakan salah satu faktor penghambat komunikasi antar individu dalam komunitas, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Faktor penghambat komunikasi antar individu pada komunitas di pulau lombok No Faktor penghambat Frekuensi Persen
(%) 1 Perbedaan antar
ornag per orang (perbedaan pendirian dan perasaan) 45 70 2 Perbedaan kebudayaan 13 21.6 3 Bentrokan antar kepentingan 14 23.33 4 Perubahan sosial 2 3 5 Tingkat pendidikan 16 26.6 6 Hirarki hubungan 34 56.6 7 Tidak terdapat kepercayaan masyarakat terhadap sumber informasi 12 2 8 Kesehatan yang sudah tidak memungkinkan 8 1.3 9 Keterampilan dalam berkomunikasi 24 4 Jumlah 60 100
Sumber. Analisis data primer 2016
Merujuk pada tabel diatas, terlihat bahwa 45 orang atau 75% menyatakan bahwa perbedaan antar orang per orang merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam berkomunikasi di komunitas. Menurut responden perbedaan pendirian dan perasaan menjadi penyebab sulitnya komunikasi dalam komunitas. Salah satu anggota komunitas menjelaskan bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar ketika mereka sedang berkumpul.
Selain faktor perbedaan antar orang per orang, faktor hirarki hubungan juga mempengaruhi, yaitu sebanyak 56.6 %. . Berdasar pada riset jaringan sosial yang telah dilakukan oleh Rogers ( 1976) menunjukan bagaimana hubungan diantara individu – individu yang memiliki banyak persamaan dan perbedaan memperlancar aliran inovasi dan informasi mengenai budaya.
d. Faktor Pendukung Komunikasi Antar Individu Pada Komunitas Hindu dan Non Hindu
Faktor pendukung yang dapat meningkatkan komunikasi antar individu dalam komunitas pada umumnya berasal dari diri pribadi responden dan
dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. berikut faktor pendukung yang diperoleh dari dua komunitas (hindu dan non hindu) adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Faktor pendukung komunikasi antar individu pada komunitas di pulau lombok No Faktor pendukung frekuensi Persen (%) 1 Kesamaan budaya 54 90 2 Keseragaman bahasa 60 100 3 Komunikasi multicultural 40 66.6 Jumlah 60 100
Sumber. Analisis data primer 2016
Merujuk pada tabel tersebut, sebanyak 60 orang atau 100% menyatakan bahwa keseragaman bahasa merupakan faktor pendukung yang menjadi alat pemersatu saat berkomunikasi. Lebih lanjut responden menjelaskan bahwa setiap orang yang masuk dan berdiam di desa mereka harus mau dan mampu menggunakan bahasa yang sama. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekerabatan diantara indvidu. Selanjutnya responden juga mengutarakan faktor pendukung yang mempengaruhi mereka dalam berkomunikasi disebabkan oleh kesamaan budaya, sebanyak 54 orang atau 90%. Kesamaan budaya.
Selain dua faktor yang telah disebutkan , komunikasi multicultural yang disebutkan oleh 40 orang responden merupakan faktor penting dalam membangun kesepahaman pada hubungan masyarakat multicultural. Komunikasi multicultural adalah bagian dari komunikasi antar budaya. Komunikasi multicultural lebih menekankan pada aspek kajian komunikasi masyarakat dalam persfektif sosio cultural. Tujuan utama komunikasi multicultural adalah untuk mempersempit ruang misunderstanding antar warga dan memperluas ruang understanding, yaitu bagaimana komunikasi mampu menumbuhkan saling pengertian antar warga.
e. Strategi Komunikasi Yang Dapat Dibangun Dalam Rangka Meningkatkan Komunikasi Antar Individu Dalam Komunitas.
Peneliti merumuskan beberapa strategi yang dapat dibangun sesuai dengan teori komunikasi.
Strategi pertama adalah membangun kepastian
dan keyakinan diantara individu dalam komunitas. Dengan membangun keyakinan maka faktor penghambat seperti perbedaan orang per orang
_____________________________________ akan dapat dihindari. Ketidakyakinan berasal dari
ketidakpastian ketika individu berkomunikasi dengan seseorang.
Selanjutnya strategi kedua sehubungan untuk meningkatkan komunikasi antar individu adalah dengan cara pengungkapan diri. data hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyadari bahwa mereka tidak pandai dan intens dalam berkomunikasi, khususnya berkomunikasi dengan anggota komunitas yang berbeda.
Perbedaan cara komunikasi antara komunitas hindu dan non hindu menuntut setiap anggota individu untuk dapat saling menghargai, sehingga sangat diperlukan strategi pengungkapan diri. strategi ini sesuai dengan teori komunikasi yaitu jendela jauhari, yang mana ketika kita mengungkapkan diri kepada ornag lain, maka akan tercipta keakraban.
PENUTUP a. Simpulan
Dengan mencermati hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa poin kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam komunikasi diantara komunitas hindu yang terdapat pada dua desa yaitu desa karang bayan dan kelurahan pagesangan telah terjadi suatu proses mencari dan membagi informasi. Proses ini terjadi dengan melibatkan beberapa sumber informasi seperti kepala desa, ketua adat dan kepala lingkungan. Dalam proses komunikasi ini terbentuk sebuah pola komunikasi yaitu pola roda, yang berarti bahwa komunikasi yang terjadi antar komunitas selalu terkait satu dengan yang lainnya.
2. Pada gambaran secara sosiogram ditemukan peran – peran yang terbentuk dalam komunikasi diantara individu komunitas hindu dan non hindu. serta terdapat perbedaan peran masing – masing individu sebagai responden dalam proses mencari dan membagi informasi yang terjadi.
3. Berdasar hasil penelitian diperoleh 9 faktor penghambar komunikasi antar individu dalam komunitas hindu dan non hindu. dan 3 faktor pendukung yang membantu meningkatkan komunikasi antar individu dalam komunitas berbeda.
4. Terdapat dua strategi yang dapat dibangun untuk meningkatkan komunikasi antar individu dalam komunitas, yaitu: Strategi
pertama adalah membangun kepastian dan
keyakinan diantara individu dalam komunitas dan strategi kedua dengan cara pengungkapan diri.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, terdapat beberapa saran yang diajukan baik untuk pemerintah atau mereka yang menaruh perhatian terhadap kerukunan umat beragama, yaitu:
1. Kepada pemerintah dan mereka yang menaruh perhatian dalam upaya pengentasan kemiskinan untuk lebih bersikap realistis dan objektif dengan melihat kondisi dan fakta komunitas itu sendiri, sebagaimana telah digambarkan pada sosiogram bahwa setiap komunitas hindu dan non hindu dapat hidup rukun dengan cara melestarikan budaya polong merenten. Dan diharapkan agar setiap daeran mau serta mampu melestarikan kearifan local yang dimiliki guna meningkatkan kerukunan antar umat beragama.
2. kepada masyarakat komunitas, khususnya desa karang bayan dan kelurahan pagesangan agar selalu mempertahankan kerukunan antar komunitas .Dan berusaha terus untuk meningkatkan dengan cara menerapkan strategi – strategi komunikasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Berger, C.R, and Chaffee, S.H. (eds.). 1987. Handbook of Communication Science, Beverly Hills, CA: Sage.
Berlo, D.K. 1960. The process of communication; an introduction to theory and practice. New York, NY:Holt, Rinehart and Winston.
Rogers, Everett M dan Kincaid, D.Lawrence. 1981. Communication Networks Toward a New Paradigm for Research. London: The Free Press, Macmillan Publishers. Rogers, Everrett M. 2003. diffusion of
innovations, 5th . free press. A division of
simon & schuster, inc. 1230 avenue of the americas. New york, NY 10020. page: 5-6.
Wasserman, S. and K. Faust, 1994, Social Network
Analysis. Cambridge: Cambridge