BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. konsep keluarga
1.1 Defenisi
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Menurut Friedman (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan ketertarikan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Setyowati & Murwati, 2009)
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebuadayaan yang sehat (Setiadi, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Undang-Undang No.10 tahun 1992, dikutip oleh Setiadi, 2010)
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
1.2 Tipe keluarga
Menurut Setiadi (2010) tipe keluarga terbagi atas 2 yaitu:
1.2.1 Secara tradisional
a. Keluarga inti
Keluarga inti adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduannya.
b.Keluarga besar
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
1.2.2 Secara modren
a. Tradisional nuklear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduannya dapat bekerja diluar rumah.
b. Reconstituted nuklear
Pembentukan aru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduannya dapat bekerja diluar rumah.
c. Middle age/aging cople
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meingglkan rumah karena sekolah/perkawianan/meniti karir.
d. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduannya atau salah satunya bekerja diluar rumah.
e. Single parent
Satu orangtua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
f. Dual carir
suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling pada waktu-waktu tertentu.
h. Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.
i.Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
k. Comunal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
l. Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orangtua dari anak-anak.
m. Unmaried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing coiple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
o. Gay and lesbian family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
1.3 Struktur keluarga
Menurut Setiadi (2010) struktur keluarga terdiri dari beberapa macam keluarga, diantaranya adalah:
1.3.1 Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
1.3.2 Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
1.3.3 Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
1.3.4 Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
1.3.5 Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
1.4 Fungsi pokok keluarga
Menurut friedman (1998) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi efektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaa kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
1.5 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Friedman (1998) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinnya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemapuan memutuskan untuk menentukan tidakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
3. Memberikan perawatan anggotannya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan untuk tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan sesuasana dirumah yang mengntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
1.6 Peran keluarga
Menurut Setiadi (2010) peranan adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal , sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Setiap angota keluarga mempunyai peranan masing-masing antara lain adalah:
1. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, penddik, pelindi=ung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juta sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
2. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, penagsuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
3. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembagan fisik, mentaal, sosial dan spiritual.
1.7 Dukungan keluarga
Dukungan keluarga terbagi atas empat tipe yaitu: emosional, penghargaan, informasi, dan instrumental. Keluarga memiliki beberapa fungsi pendukung yaitu dukungan sosial (keluarga berfungsi sebagai pencari dan penyebar informasi), dukungan penilaian (keluarga bertindak sebagai pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantarai perpecahan masalah) dukungan tambahan (keluarga adalah sumber bantuan praktis dan kongret) dan dukungan emosional (
keluarga berfungsi sebagai pelabuan istirahat dan pemulihan serta membantu penguasa emosional). Berdasarkan berbagai uraian tentang dukungan keluarga tersebut maka dapat di ambil beberapa bentuk dukungan keluarga yang dibutuhkan oleh lansia, menurut Setiadi (2010) antara lain:
1.7.1 Dukungan informasi
Dukungan informasi adalah bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikian kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
1.7.2 Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah setiap orang pasti membutuhkan bantuan efeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empatik, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
1.7.3 Dukungan instrumental
Dukungan instrumental adalah bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnnya dengan menyadiakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.
1.7.4 Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan adalah suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenernnya dan penderita. Penghargaan ini biasa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penghargaan yang sangat membantu adalah penghargaan positif.
2. Lansia 2.1defanisi
Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif (Depkes RI, 2010).
2.2Tipe usia lanjut
Beberapa tipe pada usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonomi menurut Maryam, Siti (2010) tipe tersebut antara lain:
2.2.1 Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukkan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2.2.2 Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, dan memenuhi undangan.
2.2.3 Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menetang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengeritik dan banyak menuntut.
2.2.4 Tipe Pasrah
Menerimah dan mengganggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama ringan kaki, pekerjaan apa saja yang dilakukan.
2.2.5 Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian,mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
2.3 Batasan lanjut usia 2.3.1 Pra usia lanjut
2.3.2 Usia lanjut
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap masa tuadalam perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas). Sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua.
2.3.3 Usia lanjut resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
2.3.4 Usia lanjut potensial
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
2.3.5 Usia lanjut tidak potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.4Mitos seputar usia lanjut Mitos seputar usia lanjut antara lain:
2.4.1 Mitos kedamaian dan ketenangan
Bahwa para usia lanjut dapat santai menikmati hidup, hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda. Berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati. Kenyataan seiring ditemui setress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2.4.2 Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot: bersikap memperhatikan kebiasaan, tradisi, keadaan yang berlaku. Bahwa para usia lanjut itu tidak kreatif, menolak inovasi,
berorientasi ke masa silam, kembali kemasa kanak-kanak, susah berubah, keras kepala dan cerewet. Kenyataan tidak semua usia lanjut bersikap dan mempunyai pikiran demikian.
2.4.3 Mitos berpenyakitan
Banyak para usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai berbagai penyakit. Kenyataan tidak semua para usia lanjut berpenyakit dan masa sekarang sudah banyak pengobatan dan melakukan pemeriksaan berkala.
2.4.4 Mitos senilitas
Bahwa usia lanjut sudah pikun.
Kenyataannya banyak yang masih tetap sehat dan segar karena banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.
2.4.5 Mitos tidak jatuh cinta
Bahwa para usia lanjut sudah tidak jatuh cinta dan bergairah kepada lawan jenis. Kenyataan perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa dan perasan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.
2.4.6 Mitos aseksual
Bahwa pada usia lanjut hubungan seks menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seksual berkurang. Kenyataan kehidupan seks para usia lanjut normal saja dan gairah tetap tinggi. Hal ini banyak dialami para usia lanjut pria yang menikah lagi.
2.4.7 Mitos ketidakproduktifitas
Bahwa para usia lanjut dipandang tidak produktif. Kenyataan banyak para usia lanjut mencapai kematangan, kemantapan dan produktivitas mental dan material.
2.5 Dukungan keluarga terhadap lansia di panti werda
Panti werdha adalah organisasi sosial atau lembaga sosial masyarakat yang membantu pemerintah dalam menampung dan merawat lansia. Sesuai ketentuan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Sosial, untuk menjadi anggota atau penghuni panti werdha, maka hanya lanjut usia yang lemah dan tak mampu mengurus dirinya sendiri serta mempuyai ketergantungan dan dapat diterima atau dirawat (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999).
Lansia yang tinggal dipanti werdha tercukupi keburuhan fisik (pangan, sandang, papan) namun mereka tetap merindukan dapat menikmati sisa hidupnya dengan tinggal bersama keluarga. Menurut Bapak J.A. Wiwoho Hadiwidjojo , SKM, Kepala Panti Werdha Abiyoso Yogyakarta, mengatakan bahwa sisi positif mereka disini. Mereka bisa menemukan teman sebaya, saling bertukar pengalaman dan berbagi suka dan duka. Tapi masih ada pilihan, misalnya masih ada anak, tetap tempat ternyaman bagi kaum lansia adalah di tenga keluarganya sendiri.