• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOLOGI MANGROVE : Rhizophora apiculata, R. mucronata, dan R. stylosa DI PULAU UNGGAS AIR BANGIS, PASAMAN, SUMATERA BARAT, INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FENOLOGI MANGROVE : Rhizophora apiculata, R. mucronata, dan R. stylosa DI PULAU UNGGAS AIR BANGIS, PASAMAN, SUMATERA BARAT, INDONESIA."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FENOLOGI MANGROVE :

Rhizophora apiculata, R. mucronata,

dan

R. stylosa

DI PULAU UNGGAS AIR BANGIS, PASAMAN, SUMATERA BARAT, INDONESIA

Oleh :

Eni Kamal

Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang

Abstrak

Jumlah bunga yang dicatat untuk penelitian fenologi di pulau Unggas untuk R. apiculata adalah 1,037, bunga jatuh 812 (78.303%), jumlah bunga berkembang 84 (8.100%), jumlah buah 41 (3.954%), buah jatuh 36 (87.805%), dan hanya 12 buah yang menjadi propagul matang, spesies R. mucronata bunga 989, bunga jatuh 834 (84.328%), jumlah bunga berkembang 96 (9.706%), jumlah buah 14 (1.416%), buah jatuh 7 (50.00%) dan hanya 7 (0.550%) buah tinggal dan matang, sedangkan pada spesies R. stylosa jumlah bunga yang dicatat adalah 1001, bunga jatuh 927 (92.607%), jumlah bunga berkembang 62 (6.193%), jumlah buah 68 (6.793%), buah jatuh 45 (61.470%) dan hanya 23 (2.298%) buah yang jadi propagul matang. Waktu yang diperlukan spesies R. apiculata di pulau Unggas dari terbitnya bunga hingga menjadi buah matang adalah 22 bulan, untuk spesies R. mucronata adalah 19 bulan dan spesies R. stylosa 22 bulan,

Kata kunci : Fenologi, propagul, bunga, R. apiculata, R. mucronata dan R. stylosa.

PENDAHULUAN

Informasi

tentang fenologi

mangrove

secara berkesinambungan dan dalam

jangka waktu yang panjang adalah sangat

bermanfaat untuk menjawab beberapa

masalah

yang

terjadi

pada

hutan

mangrove,

seperti

kapan

spesies

tumbuhan

pada

hutan

mangrove

menghasilkan bunga, buah dan propagul,

sehingga dapat ditentukan suatu kebijakan

yang menyeluruh pada hutan bakau di

suatu kawasan tertentu sehingga dapat

diketahui keadaan regenerasi alami ke

depannya,

selain

itu

juga

sangat

diperlukan guna menjawab kerusakan

hutan bakau oleh adanya pertambahan

penduduk, penerokaan lahan perkebunan

(land clearing), perpindahan penduduk

(transmigrasi), penebangan pohon bagi

pembuatan

kapal,

bahan

konstruksi

bangunan dan aktivitas pengalihan fungsi

hutan bakau untuk pertambakan di

kawasan pesisir.

Penelitian

tentang

fenologi

pada

tumbuhan bakau mempunyai hubungan

yang erat dengan waktu berbunga,

berbuah dan produksi “propagule” serta

musim “seasionality”. Informasi kajian dari

fenologi tumbuhan bakau di kawasan

tropika dan sub-tropika tentang musim

berbunga tumbuhan bakau di Thailand

telah

diteliti

oleh

Sukwong

(1975),

Christensen dan Wium-Andersen (1978),

Kongsangchai

et al

. (1982), Kongsangchai

dan Havanond (1985). Di Florida oleh Gill

dan Tomlinson (1986), Australia oleh

Tomlinson

et al

. (1979), Serawak Malaysia

oleh Chai (1982), dan Aksornkoae

et al

.

(1991), sedangkan di Bali, Indonesia, baru

dalam

bentuk

kajian

awal

fenologi

tumbuhan beberapa spesies bakau seperti

yang dilakukan Muthalib dan Hayashi

(1994). Sedangkan Kajian lain fenologi

tumbuhan pada hutan tropika secara

umum telah dilakukan oleh Ewusie (1968)

dan (1969), Groat (1969), Medway

(1972), dan Frankie

et al

. (1974).

(2)

BAHAN DAN METODA

Penelitian fenologi dilakukan di pulau

Unggas, Pasaman selama dua tahun

(Januari 1998 sampai Desember 1999).

Spesies tumbuhan bakau yang diteliti

adalah

R. apiculata, R. mucronata

dan

R.

stylosa

.

Metoda yang digunakan adalah dengan

teknik penandaan “tagging”. Jumlah pohon

sebagai sampel untuk setiap spesies

diambil 10 pohon secara acak. Untuk

setiap pohon diambil 10 tanda yang

dipasang pada ranting yang terdapat

bunga. Pencatatan data dilakukan setiap

bulan. Untuk memudahkan pencatatan

diambil

gambar

dan

foto

untuk

mendapatkan informasi perkembangan

dari setiap tahap yang dilalui oleh

tumbuhan mulai dari mulainya waktu

berbunga sampai menghasilkan buah.

Data yang dicatat pada setiap tanda

adalah jumlah bunga, jumlah bunga jatuh,

perkembangan bunga kebuah, jumlah

buah jatuh dan jumlah buah tinggal yang

membentuk

propagul

serta

jumlah

propagul tumbuh sempurna.

HASIL DAN DISKUSI

BUNGA DAN BUAH

Jumlah bunga yang dicatat di pulau

Unggas selama penelitian untuk spesies

R. apiculata

adalah 1,037, bunga jatuh

812 (78.303%), jumlah bunga berkembang

84 (8.100%), buah 41 (3.954%), buah

jatuh 36 (87.805%), dan hanya 5 buah

yang tinggal, pada spesies

R. mucronata

bunga 989, bunga jatuh 834 (84.328%),

jumlah bunga berkembang 96 (9.706%),

buah 14 (1.416%), buah jatuh 7 (50.00%)

dan hanya 7 buah tinggal dan matang

menjadi propagul matang. Jumlah bunga

pada

R. stylosa

adalah 1001, bunga jatuh

927 (92.607%), bunga berkembang 62

(6.193%), jumlah buah 68 (6.793%),

jumlah buah jatuh 45 (61.470%) dan

jumlah buah tinggal dan menjadi propagul

matang 23 (22. 298%), seperti Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Bunga, Bunga Jatuh, Jumlah Buah, Buah Jatuh, dan Buah Matang

Berdasarkan Spesies di Kawasan Air Bangis Pasaman, Indonesia

Kawasan dan Spesies Jumlah Bunga Jumlah Bunga Jatuh Jumlah Bunga

Berkembang Jumlah Buah

Jumlah Buah Jatuh Jumlah Buah Matang Pulau Unggas : R. apiculata 1,037 812 (78.303%) 84 (8.100%) 41(3.954%) 36 (87.805%) 12 (1.157%)*) R. mucronata 989 834 (84.328%) 96(9.7065) 14 (1.416%) 7 (50.00%) 7 (0.550%)*) R. stylosa 1001 927(92.607%) 62 (6.193%) 68 (6.793%) 45 (51.470%) 23 (2.298%)*)

*) dihitung dari jumlah bunga.

Perbandingan jumlah bunga yang jatuh

adalah cukup tinggi, yaitu 78.303% hingga

92.607%, sedangkan perbandingan bunga

menjadi buah dari banyak bunga adalah

1.416% hingga 6.793% dan kejadian ini

hampir sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Aksornkoae

et al.

(1991)

menyatakan bahwa perbandingan bunga

jatuh (abortion rates) pada spesies

R.

apiculata

di Klang, Malaysia adalah

99.50%, bunga jatuh dari 194 bunga dan

hanya 1 propagul saja yang sampai

matang (mature propagule) dan

R.

mucronata

dari 428 bunga 99.40% adalah

jatuh dan hanya 7 propagul saja yang

sampai matang. Sedangkan Gill dan

Tomlinson (1971) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa hanya 7.20% saja dari

bunga

menjadi

propagul

dari

perkembangan bunga pada spesies

R.

mangle

.

(3)

Christensen dan Wium Andersen (1976)

menyatakan dalam penelitiannya pada

spesies

R. apiculata,

hanya 7.00% saja

bunga dapat berkembang dan 1 hingga

3% yang menjadi buah. Terjadinya

perbedaan diantara spesies dikarenakan

oleh letak dan pengaruh lingkungan di

kawasan masing-masing, disamping itu

juga faktor lainnya seperti yang dikatakan

oleh Saenger (1983) bahwa kecilnya

bunga yang sampai menjadi buah pada

tumbuhan bakau disebabkan oleh adanya

jamur (fungal), serangga dan juga faktor

“morphogenetic” dari tumbuhan itu sendiri.

WAKTU PEMBUNGAAN

Waktu pembungaan pada spesies

R.

apiculata

di pulau Unggas memerlukan 22

bulan untuk dapat menghasilkan satu

buah propagul atau anak benih. Waktu

yang lama terjadi pada berkembangnya

tunas “Bud development” yaitu 10 bulan,

waktu berkembangnya bunga 4 bulan,

berkembangnya

buah

dan

berkembangnya

propagul

masing-masingnya 3 bulan.

Untuk spesies

R. stylosa

adalah sama,

yaitu

untuk

masing-masing

spesies

memerlukan waku 22 bulan, dimana waktu

yang

panjang

adalah

pada

berkembangnya tunas, yaitu 11 bulan dan

berkembangnya

bunga

4

bulan.

Sedangkan untuk spesies

R. mucronata

adalah 19 bulan dan waktu untuk

berkembangnya tunas adalah 6 bulan dan

berkembangnya bunga 3 bulan, seperti

Tabel 2.

Lamanya perkembangan bunga pada

tumbuhan

bakau

hingga

jatuhnya

propagul pada spesies

R. apiculata

adalah

2-5 tahun, perkembangan bunga 4-6 bulan

hampir

sama

dengan

spesies

R.

mucronata

(Christensen

dan

Wium-Andersen(1976).

Tabel 2. Waktu dan Siklus Fenologi Tumbuhan Bakau Menurut Spesies di Pulau

Unggas Air Bangis Pasaman, Indonesia

Kawasan dan Spesies Pembentukan Inflorescence (Inflorescence formation) Perkembangan Tunas(Bud develovment) Bunga Berkembang (Anthesis) Perkembangan Buah (Fruit develomment) Perkembangan Propagul (Propagule development) Buah Matang Jatuh (Mature propagule fall) P. Unggas :

R. apiculata Feb 88 – Mac 88 (2 bulan) Apr 88 – Feb 89 (10 bulan) Mac 89 – Jun 89 (4 bulan) Jul 89 – Sep 89 (3 bulan) Okt 89 – Dis 89 (3 bulan) Dis 89 (Total 22 bulan)

R. mucronata Feb 88 – Mei 88 (2 bulan) Jun 88 – Okt 88 (6 bulan) Nov 88 – Mac 89 ( 3 bulan) Apr 89 – Jul 89 (4 bulan) Augt 89–Nov 89 (4 bulan) Nov 89 (Total 19 bulan)

R. stylosa Feb 88 – Mac 88 (2 bulan) Apr 88 – Mac 89 (11 bulan) Apr 89 – Jul 89 (4 bulan) Augt 89 – Sep 89 (2 bulan) Okt 89 – Dis 89 (3 bulan) Dis 89 (Total 22 bulan)

Kongsangchai dan Havanond (1985)

menyatakan bahwa lamanya “reproductive

cycle” pada

R. apiculata

dan

R.

mucronata

adalah 18 dan 17 bulan. Gill

dan Tomlinson, 1971) menyatakan bahwa

lamanya

waktu

mulainya

berbunga

tumbuhan

bakau

pada

famili

Rhizophoraceae adalah mulai berumur 3

hingga 4 tahun, dan ini juga hampir sama

dengan penelitian Chan

et al.

(1987) yang

menyatakan bahwa pada tumbuhan bakau

baru mulai berbunga pada umur 3 tahun

setelah pohon bakau ditanam (after

planting).

Untuk itu, kalau dipelajari fenomena

kedepannya dari regenerasi alami dan

dibandingkan

dengan

fenomena

kerusakan hutan mangrove, terutama dari

faktor kebijakan yang salah maka tidak

memungkinkan lagi regenenerasi alami

dan

sudah

seharusnya

dilakukan

(4)

penanaman kembali (re-planting) untuk

memulihkan

kerusakan

yang banyak

terjadi sekarang ini. Kalau hal ini terlambat

dilakukan

maka

akibatnya

untuk

memulihkan kembali kerusakan ekosistem

mangrove akan sulit diperbaiki, kalau

hanya mengandalkan faktor regenerasi

alami.

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae, S., Wattayakorn, G. dan

Kaitpraneet, W. 1991. Final report:

physical and chemical properties of

soil and water in mangrove forest

at

AmphoeKhlung,

Changwat

Chantaburi, Thailand.

Chai, Paul, P. K. 1982. Ecological studies

of mangrove forest in Sarawak.

Unpub.Ph.D. Thesis, University of

Malaya, 460 pp.

Chan, H., Nasir Husin, T., dan Chong, P.

F. 1987. Is there a need to

eradicate

Acrostichum

aureum

prior to planting of Rhizophora

mucronata

in

logged-over

mangrove forest areas. FRIM

Occasional Paper No. 1/87, ISSN:

0128-0376,

Forest

Reserch

Institute Malaysia.

Christensen, B dan Wium Andersen,

1976.

Seasonal

growth

of

mangrove

trees

in

Southern

Thailand. I. The phenology of

Rhizophora apiculata

Bl. Aquatic

Botany 3: 281-286.

Ewusie, J. Y. 1968. Preliminary studies on

the phenology of some woody

spesies of Ghana. Ghana Journal

of Science, jl. 8. pp. 126-150.

Ewusie,J. Y. 1980. Elemets of tropical

ecology. In. Usman Tanuwidjaya

(1990) Pengantar ekologi tropika.

Penerbit ITB, Bandung, p. 369.

Frankie, G. W., Baker H. G., dan Opler, P.

A. 1974. Comparative phenological

studies of trees in tropical wet and

dry forest in the lowland of Costa

Rica, JE, jl. 62, pp. 881-919.

Gill, A. M. dan Tomlinson, P. B. 1971.

Studies on the growth of red

mangrove (

Rhizophora mangle

) I.

Habit and general morphology,

Biotropica 1: 1-9.

Groat, T. B. 1969. Seasonal flowering

behaviour in central Panama.

Annals of MissoriBotanicalGarden,

pp. 295-307.

Kongsangchai,

J.,

Panithsuko,

S.,

Havanond,

S.,

Laengthanawatankul,

J.,

Supaphibool, K., dan Panitchart, S.

1982. Studies on phenology of

some

mangrove

spesies

in

Thailand. Paper presented at the

NRCT-JSPS

Ranatakosin

Bicentennial Joint Seminar on

Science and Mangrove Resources,

2-6 August 1982, Phuket, Thailand.

Kongsangchai, J. dan Havanond, S. 1985.

Some phenological characteristics

of

Rhizophora mucronata

. Paper

presented at the Seminar on

Mangrove

Studies,

NODAI

Research

Institute,

Tokyo

University of Agraculture, Japan,

August 1985.

Medway, Lord, 1972. Phenology of a

tropical rain forest in Malaya. Bjls,

pp. 47-146.

(5)

Muthalib, A. S dan Hayashi, S. 1994.

Observasi

fenologi

bunga

mangrove di kawasan hutan taman

hutan raya Ngurah Rai, Denpasar

Bali.

Prosidings

Seminar

V

Ekosistem Mangrove. Jember 3-6

Agustus, 1994: 63-72.

Saenger, P., Hegerl, E. J. dan Davie, D. J.

S. (eds). 1983. Global status of

mangrove

ecosystem.commision

on ecology papers number 3.

International

union

for

Conservation of Nature Resources.

88 pp.

Sukwong, S. 1975. Status report on

floritics and forestry aspects of

mangrove

forest

in

Thailand.

Departement of Forest Biology

College

of

Forest,

Kasetsarst

University. Mimeographed report, 7

pp.

Tomlinson, P. B., Primack dan Bunt, J. S.

1979. Preliminary observation on

floral

biology

of

mangrove

Rhizophoracea. Biotropica 11:

256-277.

Tomlinson, P. B. 1986. The botany of

mangrove.

Cambridge.

Univ.

Press, Cambridge, U. K., 419 p.

Gambar

Tabel  1.  Jumlah  Bunga,    Bunga  Jatuh,  Jumlah    Buah,  Buah  Jatuh,  dan  Buah  Matang   Berdasarkan Spesies di Kawasan Air Bangis Pasaman, Indonesia
Tabel  2.      Waktu  dan  Siklus  Fenologi  Tumbuhan  Bakau  Menurut  Spesies  di    Pulau  Unggas Air Bangis Pasaman, Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Jika kita tinjau kembali hasil invers dan determinan matriks A di atas, ni- lai determinannya tidak sama dengan 0, sehingga nilai determinan dalam hal ini kurang tepat untuk

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian eksperimental laboratorium ini, diperoleh hasil bahwa beton normal terjadi degradasi fisik akibat pasca bakar. Perlu

Metode Simpleks merupakan salah satu metode yang tepat untuk digunakan pada linear programming yang memiliki variabel lebih dari dua dengan fungsi kendala yang

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Miskonsepsi siswa kelas X MIPA SMAN 2 Karanganyar terjadi pada materi reaksi redoks subkonsep pelepasan dan penerimaan elektron, penggabungan

Pada penciptaan karya kriya kulit dengan teknik carving menghasilkan delapan buah karya yang terdiri dari tiga buah dompet panjang, satu buah belt, dua buah tas selempang pria

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) mengindikasikan bahwa LOM berpengaruh terhadap perilaku manajer dalam memutuskan untuk melakukan manajemen

Berdasarkan dari dokumen yang berbentuk karya sastra cerpen tersebut termasuk dalam data tulisan yang dikumpulkan yaitu dengan mengumpulkan setiap bentuk kata,