• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2018"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

TAHUN

2018

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

(2)

JEMBATAN AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat)

Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi

(3)
(4)

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Selatan ini disusun dengan harapan agar diperoleh pemahaman yang menyeluruh dan komprehensif mengenai perkembangan

indikator-indikator fiskal yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Penyusunan Kajian Fiskal Regional

berpedoman pada Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional.

Kajian Fiskal Regional ini merupakan output dari pelaksanaan tugas dan fungsi baru Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah

dalam pengelolaan fiskal, sebagai media informasi yang bernilai strategis kepada mitra kerja

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan baik Satuan Kerja Kementerian/ Lembaga Negara maupun Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupate/Kota se-Provinsi Sumatera Selatan dan masukan bagi penyempurnaan proses bisnis dan kebijakan di masa mendatang. Harapan kami Kajian Fiskal Regional ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan

signifikan dalam pengelolaan Keuangan Negara. Kritik dan saran yang membangun sangat

kami harapkan guna perbaikan kajian selanjutnya.

Palembang, Februari 2019

Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sumsel

TAUKHID

(5)

DAFTAR

ISI

1

BAB I

17

PERKEMBANGAN DAN

ANALISIS EKONOMI

REGIONAL

A. INDIKATOR

MAKRO EKONOMI

FUNDAMENTAL

B. INDIKATOR

KESEJAHTERAAN

C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN

MAKRO EKONOMI

DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

BAB II PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBN DI

TINGKAT REGIONAL

TIM PENYUSUN:

Pengarah

Kepala Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal

Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Selatan

Taukhid

Penanggung Jawab

Kepala Bidang PPA II

Soegihartono

Koordinator

Jaka Trisna

Subur

Armizali

Anggota/Kontributor

Maskhuri, Lukas Wanastia, M.

Yulianto S., Firdaus

Alamat:

Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal

Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Selatan

Gedung Keuangan Negara

Lantai 2

Jl. Kapten A. Rivai No. 2-4

Palembang

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

A. APBD TINGKAT PROVINSI

B. JENIS PENDAPATAN DALAM

APBD

C. JENIS BELANJA DALAM APBD

D. PENGELOLAAN BLU DAERAH

E. PENGELOLAAN INVESTASI

DAERAH

F. SILPA DAN PEMBIAYAAN

G. ANALISIS LAINNYA

33

A. APBN TINGKAT

PROVINSI

B. PENDAPATAN

PEMERINTAH PUSAT

TINGKAT PROVINSI

C. BELANJA PEMERINTAH

PUSAT TINGKAT

PROVINSI

D. ANALISIS CASH FLOW

PEMERINTAH PUSAT

E. TRANSFER KE DAERAH

F. PENGELOLAAN BLU

PUSAT

G. PENGELOLAAN

MANAJEMEN INVESTASI

PUSAT

(6)

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN

APBD)

67

BAB V

KEUNGGULAN DAN POTENSI

EKONOMI SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

86

BAB VI

ANALISIS TEMATIK :

96

BAB VII

PENUTUP

53

A. KEUNGGULAN DAN POTENSI

EKONOMI REGIONAL

B. TANTANGAN FISKAL

REGIONAL

• KESIMPULAN

• REKOMENDASI

DAFTAR

PUSTAKA

SINKRONISASI PUSAT

DAN DAERAH DALAM

MENSUKSESKAN

PENCAPAIAN

PEMBANGUNAN

NASIONAL

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

KONSOLIDASIAN

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

D. SURPLUS/DEFISIT

E. KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM

PDRB

(7)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2014 – 2018 ... 1

Gambar I.2. BI 7- Day Repo Rate ... ... 7

Gambar I.3. Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang US Dolar Terhadap Rupiah ... ... 8

Gambar II.1. Cash Flow Pemerintah Pusat di Sumsel ... 23

Gambar II.2. TrenPerkembangan BLU Tahun 2005-2018 ... 25

Gambar II.3. Komposisi BLU Pusat Berdasarkan Rumpun dan BLU Pusat di Provinsi Sumatera Selatan ... 26

Gambar III.1. Perbandingan PAD Terhadap Belanja Daerah ... 35

Gambar III.2. Perkembangan Alokasi Belanja APBD Berdasarkan Urusan Wajib Provinsi Sumsel ... 36

Gambar III.3. Belanja Daerah Berdasarkan Urusan Pilihan di Provinsi Sumatera Selatan ... 37

Gambar III.4. Badan Layanan Umum Daerah ... 39

Gambar III.5. Perkembangan Rasio Surplus/Defisit ... 39

Gambar III.6. Perbandingan Kontribusi Realisasi Pendapatan Daerah ... 48

Gambar IV.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian ... 54

Gambar IV.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ... 54

Gambar IV.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian ... ... 55

Gambar IV.4 Rasio Pajak Daerah Terhadap Prognosis PDRB ... 56

Gambar IV.5 Pajak Per Kapita Konsolidasian Per Kabupaten/Kota ... 57

Gambar IV.6 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat ... 58

Gambar IV.7 Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Kapita ... 61

Gambar IV.8 Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Kapita Terhadap Jumlah Penduduk ... 62

Gambar IV.9 Surplus/Defisit Konsolidasian ... 64

Gambar V.1. Jumlah Produksi Minyak Bumi, Gas Bumi dan Batubara di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2018.. ... 68

Gambar V.2. Alokasi Anggaran Sektor Pertambangan dan Penggalian Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2018 ... 69

Gambar V.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2018.. ... 71

Gambar V.4. Perbandingan NTP Provinsi Sumatera Bagian Selatan Tahun 2018 ... 71

Gambar V.7. Alokasi Anggaran Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2017 ... 72

Gambar V.8. Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Bidang Pekerjaan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2015 ... 73

Gambar V.9. Jumlah Perusahaan Konstruksi Menurut Jenis Perusahaan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2015 ... 74

Gambar V.10. Alokasi Anggaran Sektor Konstruksi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2016 ... 75

Gambar V.11. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2016 ... 77

Gambar V.12. Perkembangan Tingkat Kedatangan Wisatawan Mancanegara di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2016 ... 78

(8)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

Gambar V.13. Alokasi Anggaran Sektor Pariwisata di Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2014-2016 ... 79 Gambar VI.1. Tax Ratio Dalam Arti Sempit Tahun 2012-2016

Provinsi Sumsel dan Indonesia ... 82 Gambar VI.2. Diagram Kartesius ... 84 Gambar VI.3. Waktu Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD ... 87

(9)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2016 – 2018 (ADHB) ... 2

Tabel I.2. PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2016 – 2018 (ADHK) ... 3

Tabel I.3. PDRB Sektoral Tahun 2016 – 2018 (ADHB) ... 3

Tabel I.4. PDRB Sektoral Tahun 2016 – 2018 (ADHK) ... 4

Tabel I.5. PDRB Per Kapita Tahun 2014 – 2018 ... 6

Tabel I.6. Laju Inflasi ... 8

Tabel I.7. Perkembangan IPM ... 9

Tabel I.8. IPM Kabupaten/ Kota ... 10

Tabel I.9. Jumlah Penduduk Miskin ... 11

TabelI.10. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan ... 12

Tabel I.11. Gini Ratio ... 13

Tabel I.12. Keadaan Ketenagakerjaan ... 14

Tabel I.13. Sasaran Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan ... 15

Tabel II.1. APBN Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 ... 17

Tabel II.2. Penerimaan Pajak di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 ... 18

Tabel II.3. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (per jenis) ... 19

Tabel II.4. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (menurut fungsi) ... 20

Tabel II.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Bagian Anggaran Tahun 2016 - 2018 ... 21

Tabel II.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Fungsi Tahun 2016-2018 ... 22

Tabel II.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2016-2018 ... 22

Tabel II.8. Perkembangan Pagu dan Realisasi TKDD ... 24

Tabel II.9. Pendapatan BLU Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 . ... 26

Tabel II.10. Aset BLU Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 ... 27

Tabel II.11. Satker PNBP dengan Pendapatan dan Aset di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 ... 27

Tabel II.12. Kinerja Satker PNBP yang Berpotensi Menjadi BLU Tahun 2016-2018 ... 28

Tabel II.13. Profil Penerusan Pinjaman di Provinsi Sumatera Selatan ... 30

Tabel II.14. Penyaluran KUR Berdasarkan Skema ... 30

Tabel II.15. Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 31

Tabel III.1 Profil APBD Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Tahun 2016-2018 ... 33

Tabel III.2 Jenis Pendapatan APBD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 ... 34

Tabel III.3 Profil APBD Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2016-2018 ... 38

Tabel III.4 Bentuk Investasi Daerah di Provinsi Sumatera Selatan ... 41

Tabel III.5. BUMD di Provinsi Sumatera Selatan ... 42

Tabel III.6 Perkembangan Rasio Surplus Terhadap Realisasi Dana Transfer Sumatera Selatan Tahun 2016–2018 ... 44

(10)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

Tabel III.7 Perkembangan Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB

Sumatera Selatan Tahun 2016 – 2018 ... 45

Tabel III.8. Perkembangan Rasio SILPA Terhadap Alokasi Belanja Sumatera Selatan Tahun 2016 –2018 ... 48

Tabel III.9. Perkembangan Pembiayaan Tahun 2016 –2018 ... 47

Tabel III.10 Perkembangan Keseimbangan Primer Tahun 2016 –2018 ... 48

Tabel III.11 Perbandingan Kontribusi Realisasi per Jenis Belanja ... 49

Tabel III.12 Kapsitas Fiskal Sumsel Tahun 2016-2018 ... 50

Tabel III.13 Kapsitas Fiskal Sumsel Tahun 2018 ... 50

Tabel III.14 Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah Tahun 2018 ... 51

Tabel IV.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian ... 50

Tabel IV.2 Rasio Pajak Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Selatan ... 56

Tabel IV.3 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat ... 56

Tabel IV.4 Komposisi Belanja Konsolidasian ... 56

Tabel IV.5 Rasio Belanja Operasi ... 60

Tabel IV.6 Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian ... 60

Tabel IV.5 Belanja Per Fungsi ... 63

Tabel V.1. Nilai Location Quotient Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2018 ... 67

Tabel V.2. Sebaran Bahan Tambang ... 68

Tabel V.3 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 74

Tabel V.3. Perbandingan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Tanaman Pangan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2015... 68

Tabel V.4. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2016 ………76

Tabel VI.1. Rata-Rata Tax Ratio dan Distribusi PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012-2016 ... 83

(11)

BAB I

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

GLOBAL

A. INDIKATAOR MAKRO

EKONOMI FUNDAMENTAL

B. INDIKATOR

KESEJAHTERAAN

C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN

MAKRO EKONOMI DAN

PEMBANGUNAN REGIONAL

(12)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

1 Pada bab ini akan diulas tentang perkembangan terkini ekonomi regional di

Provinsi Sumatera Selatan. Di dalamnya dilakukan analisis terhadap berbagai indikator makro ekonomi fundamental dan indikator pembangunan serta efektivitas kebijakan makroekonomi dan pembangunan regional di Sumatera Selatan.

A. INDIKATOR MAKRO EKONOMI FUNDAMENTAL

Beberapa indikator makro ekonomi fundamental yang akan dibahas yaitu PDRB, inflasi, nilai tukar dan suku bunga.

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Adapun laju pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014-2018 seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar I.1. Laju Pertumbuhan PDRB 2014-2018 (Persen)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018).

Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 (y-on-y) adalah 6,04 persen. Angka ini adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB provinsi sekitar yaitu Lampung dan Jambi serta pertumbuhan PDRB secara nasional. Hal ini cukup menggembirakan karena pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2018 cukup kompetitif mengingat angka pertumbuhannya yang tidak kalah dengan daerah sekitar dan secara nasional.

Kondisi tersebut didukung oleh mulai meningkatnya harga beberapa komoditas unggulan Sumatera Selatan, semakin berkembangnya sektor sekunder/tersier serta

2014 2015 2016 2017 2018 Lampung 5,08 5,13 5,15 5,17 5,25 Sumsel 4,79 4,42 5,03 5,51 6,04 Jambi 7,9 4,21 4,37 4,64 4,71 Nasional 5,01 4,88 5,03 5,07 5,17 3 4 5 6 7 8

(13)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

2

berbagai event skala besar yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan yang membuat perekonomian semakin menggeliat. Ditambah lagi dengan pelaksanaan Asian Games 2018 dimana Kota Palembang menjadi tuan rumah sehingga berpengaruh besar terhadap perekonomian Sumatera Selatan diberbagai sektor, misalnya konstruksi, industri pengolahan, transportasi, penyediaan akomodasi dan makan minum, perdagangan, dan lain-lain.

b. Nominal PDRB

Nilai nominal PDRB dapat dilihat dari sisi permintaan maupun sisi penawaran yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) PDRB sisi permintaan

PDRB sisi permintaan disusun melalui pendekatan pengeluaran yang menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah maupun memenuhi kebutuhan di luar wilayah. Berikut disajikan PDRB menurut pengeluaran tahun 2015-2018 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB):

Tabel I.1. PDRB Sumsel Menurut Pengeluaran Tahun 2016- 2018 (ADHB)

Komponen

Harga Berlaku

Nilai (Triliun Rp) Distribusi (%)

2016 2017 2018 2016 2017 2018

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 241,0 257,3 277,8

68,09 67,19

66,19 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 5,3 5,7 6,4

1,49

1,48

1,52 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 26,3 29,7 31,8

7,43

7,75

7,57 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 137,2 147,8 155,8

38,76 38,60

37,12 5. Perubahan Inventori 0,4 (0,1) (1,2)

0,11

-0,02

-0,28 6. Ekspor Luar Negeri 30,8 61,0 69,1

8,70 15,93

16,46 7. Impor Luar Negeri 17,5 10,0 16,9

4,94

2,61

4,02 8. Net Ekspor Antar Daerah (69,7) (108,5) (102,3)

-19,69 -28,33

-24,37 Produk Domestik Regional Bruto 353,9 382,9 419,7

100,00 100,00

100,00

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018).

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebesar 66,19 persen distribusi PDRB Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 berasal dari Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran yang bersifat konsumtif yang dilakukan oleh rumah tangga menjadi pendorong utama perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.

Sedangkan PDRB menurut pengeluaran tahun 2016-2018 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tersaji dalam tabel di bawah ini:

(14)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

3 Tabel I.2. PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2016- 2018 (ADHK)

Komponen

Harga Konstan

Nilai (TriliunRp) Pertumbuhan (%)

2016 2017 2018 2016 2017 2018

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 170,5 175,7 183,4

4,41

3,05

4,38

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,1 4,2 4,6

7,90

2,44

9,52

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18,6 20,3 21,6

-4,62

9,14

6,40 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 101,3 109,0 112,0

8,22

7,60

2,75

5. Perubahan Inventori 0,1 (0,2) (1,0)

88,88

-

120,00

-

400,00

6. Ekspor Luar Negeri 33,0 59,2 59,6

13,70 79,40

-

67,56

7. Impor Luar Negeri 13,3 7,5 11,6

-33,16

-43,61

54,66

8. Net Ekspor Antar Daerah (47,4) (78,9) (70,0)

4,40 66,45

-11,28

Produk Domestik Regional Bruto 266,9 281,6 298,6

5,07

5,51

6,04

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018).

Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada tahun 2018 sebesar 4,38 persen, meningkat jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 3,05 persen yang mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat sedikit meningkat. Sedangkan pengeluaran yang bersifat produktif yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) distribusinya pada tahun 2018 sebesar 37,12 persen dengan pertumbuhan 2,75 persen yang berarti bahwa aktivitas pembentukan kapital di Provinsi Sumatera Selatan menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 7,60 persen.

2) PDRB Sisi Penawaran / Sektoral

PDRB dari sisi penawaran merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Berikut disajikan PDRB sektoral tahun 2016-2018 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel I.3. PDRB Sektoral Tahun 2016- 2018 (ADHB)

Kategori Uraian

Harga Berlaku

Nilai (Triliun Rp) Distribusi (%)

2016 2017 2018 2016 2017 2018

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 59,09 60,51 62,12 16,70 15,80 14,80 B Pertambangan dan Penggalian 69,76 73,67 84,94 19,71 19,24 20,24 C Industri Pengolahan 67,03 74,90 81,93 18,94 19,56 19,52 D Pengadaan Listrik, Gas 0,43 0,49 0,54 0,12 0,13 0,13

(15)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

4

F Konstruksi 46,36 50,68 54,49 13,10 13,24 12,98 G Perdagangan Besar dan Eceran,

dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 41,33 47,58 54,32 11,68 12,43 12,94 H Transportasi dan Pergudangan 7,81 8,85 9,95 2,21 2,31 2,37

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 5,53 6,26 7,40 1,56 1,63 1,76 J Informasi dan Komunikasi 9,42 10,63 11,94 2,66 2,78 2,84 K Jasa Keuangan 9,42 10,08 10,64 2,66 2,63 2,54 L Real Estate 10,58 11,60 12,90 2,99 3,03 3,07 M,N Jasa Perusahaan 0,41 0,46 0,53 0,12 0,12 0,13

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib 12,24 12,10 11,96 3,46 3,16 2,85 P Jasa Pendidikan 9,28 9,46 9,90 2,62 2,47 2,36 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 2,17 2,37 2,48 0,61 0,62 0,59 R,S,T,U Jasa lainnya 2,61 2,79 3,18 0,74 0,73 0,76

Produk Domestik Regional Bruto 353,87 382,89 419,72 100,0 100,0 100,0

Sumber:BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018).

Berdasarkan PDRB Sektoral pada tahun 2018 didominasi oleh Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan juga Pertambangan dan Penggalian yang distribusinya lebih dari sepertiga total PDRB Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018. Walaupun distribusi kedua sektor tersebut masih cukup besar namun pertumbuhannya pada tahun 2018 masing-masing hanya 2,16 persen dan 9,27 persen, lebih tinggi dari tahun 2017 yang masing-masing sebesar 1,18 persen dan 5,41 persen. Hal tersebut karena pada saat ini harga komoditas dari kedua sektor tersebut di pasar internasional mulai membaik jika dibandingkan dengan periode tahun lalu.

Sedangkan PRDB sektoral tahun 2016-2018 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel I.4. PDRB Sektoral Tahun 2016-2018 (ADHK)

Kategori Uraian

Harga Konstan

Nilai (Triliun Rp) Pertumbuhan(%)

2016 2017 2018 2016 2017 2018

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 48,94 49,52 50,59 1,35 1,18 2,16 B Pertambangan dan Penggalian 57,30 60,40 66,00 3,56 5,41 9,27

C Industri Pengolahan 50,00 53,27 56,21 6,22 6,54 5,52

(16)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

5

E Pengadaan Air 0,30 0,31 0,34 0,00 3,33 9,68

F Konstruksi 30,86 33,62 35,50 8,70 8,94 5,60

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 26,65 28,70 31,02 8,69 7,69 8,08 H Transportasi dan Pergudangan 5,15 5,58 5,99 7,07 8,35 7,35

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 3,33 3,60 4,08 10,26 8,11 13,33

J Informasi dan Komunikasi 8,57 9,29 10,01 6,86 8,40 7,75

K Jasa Keuangan 7,14 7,33 7,46 7,37 2,66 1,77

L Real Estate 7,98 8,57 9,25 8,42 7,40 7,93

M,N Jasa Perusahaan 0,28 0,30 0,33 3,70 7,14 10,00

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 8,58 9,13 9,38 0,00 6,41 2,74

P Jasa Pendidikan 7,61 7,63 7,84 6,70 0,26 2,75

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,78 1,84 1,88 1,37 3,37 2,17

R,S,T,U Jasa lainnya 2,09 2,18 2,38 2,45 4,31 9,17

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 266,83 281,56 298,57 5,03 5,52 6,04

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018).

Sektor lain yang distribusinya cukup besar dengan pertumbuhan yang signifikan adalah Industri Pengolahan. Pada tahun 2018 distribusi sektor ini sebesar 19,52 persen sedikit menurun dibandingkan tahun 2017 yang memberikan distribusi sebesar 19,56 persen dan pertumbuhannya pada tahun 2017 tumbuh sebesar 5,52 persen juga mengalami penuruan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,54. Ditengah lesunya harga produk ekspor barang mentah dari sektor pertanian dan pertambangan, maka Industri Pengolahan yang mengolah barang mentah tersebut menjadi barang jadi atau setengah jadi sehingga mempunyai nilai yang jauh lebih tinggi menjadikan sektor ini sebagai salah satu sektor utama dalam perekonomian Sumatera Selatan selain pertanian dan pertambangan.

Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil adalah sektor-sektor lain yang distribusi dan pertumbuhannya cukup tinggi sehingga menunjang perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2018. Sektor Konstruksi yang memberikan kontribusi sebesar 12,98 persen dan mengalami pertumbuhan sebesar 5,60 persen berasal dari berbagai proyek infrastruktur penunjang Asian Games serta Proyek Strategis Nasional yang banyak berlokasi di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Kemudian berbagai event baik skala nasional maupun internasional yang diadakan di

(17)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

6

Sumatera Selatan sepanjang tahun 2018 juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya perhotelan dari sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.

c. PDRB per kapita

PDRB per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut. Adapun PDRB per kapita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014-2018 seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel I.5. PDRB Per Kapita Tahun 2014-2018 (Juta Rp)

No Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018*

1 Ogan Komering Ulu 28,96 30,39 32,54 35,92 N/A

2 Ogan Komering Ilir 25,75 27,6 29,21 32,46 N/A

3 Muara Enim 63,36 68,23 69,93 79,7 N/A

4 Lahat 34,01 35,16 36,44 38,69 N/A

5 Musi Rawas 35,30 36,69 38,66 42,03 N/A

6 Musi Banyuasin 86,68 87,32 89,26 96,65 N/A

7 Banyuasin 23,92 25,62 27,79 30,71 N/A

8 OKU Selatan 17,10 18,52 20,21 22,39 N/A

9 OKU Timur 15,34 17,09 18,51 19,84 N/A

10 Ogan Ilir 18,19 19,96 21,35 23,56 N/A

11 Empat Lawang 14,77 16,02 17,23 18,9 N/A

12 PALI 26,83 28,38 30,03 33,25 N/A

13 Musi Rawas Utara 32,04 32,45 32,85 35,55 N/A

14 Palembang 61,00 68,49 74,14 83,68 N/A

15 Prabumulih 29,05 31,49 34,01 37,75 N/A

16 Pagaralam 16,10 17,03 17,88 19,21 N/A

17 Lubuk Linggau 19,39 21,36 22,98 26,05 N/A

18 Sumatera Selatan 38,58 41,2 43,44 46,42 50,02 19 Indonesia 41,92 45,12 47,96 51,89 56

*) Data kabupaten/kota belum tersedia di BPS

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan (2018).

Perkembangan PDRB per kapita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 yaitu sebesar Rp50,02 juta mengalami peningkatan dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp46,42 juta. Peningkatan tersebut disebabkan persentase pertambahan PDRB lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Jika dibandingkan dengan PDB per kapita nasional yang sebesar Rp56,00 juta, posisi PDRB per kapita Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah. Sedangkan jika dilihat dari perkembangannya 5 tahun terakhir, terlihat bahwa tren PDRB per kapita Provinsi Sumatera Selatan selalu

(18)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

7 meningkat meski tipis. Hal ini menunjukkan meskipun secara umum hampir selalu

mengalami kenaikan, namun kenaikannya belum terlalu signifikan.

d. Suku Bunga

Bank Indonesia (BI) melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-Day Repo Rate. BI 7-Day Repo Rate merupakan suku bunga acuan yang memiliki tenor jangka pendek, yaitu hanya 1 minggu sampai 1 bulan.

Gambar I.2.BI 7-Day Repo Rate

Sumber: Bank Indonesia, (2018).

Dari Gambar di atas terlihat bahwa suku bunga BI sesuai BI 7-Day Repo Rate dari bulan Januari 2018 sampai bulan April 2018 berada pada level 4,25. Di bulan Mei 2018 sampai dengan bulan November 2018 terjadi peningkatan hingga 6,00, dan hal ini tetap dipertahankan sampai bulan Desember 2018. Adapun keputusan Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ditengah tantangan kondisi global saat ini. Tantangan yang dimaksud adalah normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat yang direspons dengan pengetatan kebijakan moneter baik di negara maju maupun berkembang.

e. Inflasi

Inflasi merupakan peningkatan harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang

4,25 4,25 4,25 4,25 4,5 4,75

5,25 5,25 5,5

(19)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

8

memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Tabel I.6. Laju Inflasi (Persen)

No Tahun Nasional Sumsel Palembang Lubuk

Linggau Pedesaan 1 2014 8,36 8,48 8,38 9,34 8,48 2 2015 3,35 3,1 3,05 3,47 4,36 3 2016 3,02 3,58 3,68 2,74 3,91 4 2017 3,61 2,96 2,85 3,94 0,96 5 2018 3,13 2,74 2,78 2,42 N/A*

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan (2018) *) Data belum tersedia di BPS

Secara y-on-y, inflasi di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2014 sangat berfluktuasi sama halnya dengan inflasi yang terjadi pada skala nasional. Dari tabel diatas jika dilihat dari IHK tahunan, pada tahun 2018 Inflasi di Provinsi Sumatera Selatan berada pada level 2,74%, menurun sebesar 22 basis poin dari tahun 2017 yang mengalami inflasi sebesar 2,96% sedangkan inflasi secara nasional berada pada level 3,13%. Adapun penyebab dari inflasi pada tahun 2018 di Provinsi Sumatera Selatan adalah kenaikan harga dari komoditas angkutan udara, daging ayam ras, angkutan antar kota, telur ayam ras dan cabe merah.

f. Nilai tukar

Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau dikemudian hari antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.

Gambar I.3. Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang US Dolar Terhadap Rupiah Sepanjang Tahun 2018

Sumber: Bank Indonesia, (2018). 13.000 13.500 14.000 14.500 15.000 15.500

(20)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

9 Nilai tukar rupiah terhadap US dollar sepanjang tahun 2018 cenderung naik. Pada

bulan Januari 2018 berada di level Rp13.413,00 terus bergerak naik yang puncaknya pada bulan Oktober 2018 yaitu sebesar Rp15.227,00.Pada bulan November 2018 terjadi penurunan ke level Rp14.339,00 dan ditutup pada level Rp13.481,00 di akhir Desember 2018.

B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Indikator pembangunan adalah indikator yang dapat menilai/mengevaluasi keberhasilan pembangunan, dalam hal ini ketercapaian tujuan fiskal. Indikator pembangunan antara lain, indeks pembangunan manusia, tingkat kemiskinan, gini ratio, kondisi ketenagakerjaan.

1. Indeks Pembangunan Manusia.

IPM merupakan indeks yang memberikan ukuran pencapaian pembangunan berdasarkan perbandingan aspek dasar manusia yang terdiri dari kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Semakin tinggi IPM maka semakin baik pencapaian pembangunan manusia (indeks 0-1).

Tabel I.7. Perkembangan IPM Provinsi Sumatera Selatan

URAIAN 2016 2017 2018* Indonesia 70,18 70,81 N/A Jambi 69,62 69,99 N/A Babel 69,55 69,99 N/A Bengkulu 69,33 69,95 N/A Sumsel 68,24 68,86 N/A Lampung 67,65 68,25 N/A

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan (2018) *) Data belum tersedia di BPS

Pada tahun 2017 kualitas pembangunan manusia berdasarkan IPM di Sumatera Selatan memang masih dibawah kualitas pembangunan manusia secara nasional dimana IPM Indonesia sudah mencapai 70,81sedangkan Sumatera Selatan masih 68,86. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembangunan manusia di wilayah Sumatera Selatan masih tertinggal jika dibandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Bahkan untuk di wilayah Sumbagsel, IPM Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu yang terendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas hidup manusia di Sumatera Selatan dilihat dari angka harapan hidup, pendidikan, dan kelayakan hidup relatif masih tertinggal dibandingkan daerah sekitar.

(21)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

10

Berikut ini adalah IPM Kabupaten/Kota tahun 2014-2018 di Provinsi Sumatera Selatan:

Tabel I.8. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018*

OKU 66,21 67,18 67,47 68,28 N/A

OKI 63,87 64,73 65,44 66,11 N/A

Muara Enim 65,02 65,82 66,71 67,63 N/A

Lahat 64,52 65,25 65,75 66,38 N/A

Musi Rawas 63,19 64,11 64,75 65,31 N/A

Muba 64,93 65,76 66,45 66,96 N/A

Banyuasin 63,21 64,15 65,01 65,85 N/A

OKU Selatan 61,94 62,57 63,42 63,96 N/A

OKU Timur 66,74 67,17 67,38 67,84 N/A

Ogan Ilir 64,49 65,35 65,45 65,63 N/A

Empat Lawang 63,17 63,55 64 64,21 N/A

PALI 59,89 60,83 61,66 62,58 N/A

Muratara 61,34 62,32 63,05 63,18 N/A

Palembang 76,02 76,29 76,59 77,22 N/A

Prabumulih 72,2 73,19 73,38 73,58 N/A

Pagar Alam 64,75 65,37 65,96 66,81 N/A

Lubuk Linggau 72,84 73,17 73,57 73,67 N/A

Sumsel 66,75 67,46 68,24 68,86 N/A

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan (2018) *) Data belum tersedia di BPS

IPM untuk kabupaten/kota sebagaimana dalam tabel di atas terlihat ada tiga daerah yang berstatus kota yang mempunyai IPM di atas Sumatera Selatan yaitu Kota Lubuk Linggau, Kota Prabumulih dan yang paling tinggi adalah Kota Palembang. Hal ini menunjukkan akses yang lebih mudah terhadap berbagai fasilitas yang ada di perkotaan, seperti pendidikan dan kesehatan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia yang lebih baik jika dibandingkan daerah pedesaan yang banyak tersebar di berbagai wilayah kabupaten.

2. Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Adapun jumlah penduduk miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014-2018 seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

(22)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

11 Tabel I.9.Jumlah penduduk Miskin* (Ribu Jiwa)

Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018

Ogan Komering

Ulu 41,41 46.04 46.97 46.34 45.71

Ogan Komering Ilir 119,21 134.07 127.54 127.06 124.86

Muara Enim 106,05 86.95 82.35 81.30 78.58 Lahat 70,31 70.67 67.83 67.33 65.31 Musi Rawas 97,01 58.01 55.50 55.96 54.75 Musi Banyuasin 105,08 111.90 106.78 105.08 105.15 Banyuasin 95,38 100.64 95.99 95.28 95.29 Oku Selatan 38,18 40.63 38.42 38.63 37.87 Oku Timur 65,25 72.84 73.93 72.81 70.65 Ogan Ilir 54,21 58.96 57.01 56.84 55.87 Empat Lawang 30,38 31.62 30.17 30.29 30.20 PALI N/A* 26.81 25.89 26.75 25.78 Muratara N/A* 35.92 36.95 36.45 36.19 Palembang 202,31 203.12 191.95 184.41 179.32 Prabumulih 19,02 21.37 20.47 20.72 20.95 Pagar Alam 11,83 12.87 12.40 12.12 12.07 Lubuk Linggau 30,18 33.21 31.05 29.54 29.74 Provinsi Sumsel 1.085,80 1.145,63 1.101,20 1.086,92 1.068,27 Nasional 28.280,01 28.592,79 28.005,39 27.771,22 25.949,80

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan (2018) *) DOB, belum ada data di BPS

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 adalah sebanyak 1,07 juta jiwa atau 12,94 persen dari total 8,27 juta jiwa penduduk Provinsi Sumatera Selatan. Persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan ini lebih tinggi dari pada persentase penduduk miskin secara nasional yaitu sebesar 25,95 juta atau 9,89 persen dari total 262,45 juta jiwa penduduk Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa permasalahan kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan lebih serius dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Jika dilihat per kabupaten/kota, terdapat persentase penduduk miskin yang mencapai hampir 20 persen di beberapa daerah seperti Kabupaten Muratara (19,87 persen), Kabupaten Musi Banyuasin (16,70 persen) dan Kabupaten Lahat (16,27 persen). Dari 17 kabupaten/kota yang ada, hanya 9 kabupaten/kota yang persentase penduduk miskinnya lebih rendah dari provinsi, salah satu diantaranya bahkan mempunyai persentase penduduk miskin lebih rendah dari nasional yaitu Kota Pagar Alam.

(23)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

12

Indikator kemiskinan lainnya adalah Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan informasi mengenai gambaran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Nilai kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan tergambar dalam indeks seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel I.10. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Periode

Indeks Kedalaman Kemiskinan( P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Perkotaan Pedesaan Perkotaan

Pedesaan Perkotaan Pedesaan

Perkotaan Pedesaan Sep-14 2,343 2,444 2,408 0,616 0,624 0,622 Mar-15 2,348 2,527 2,463 0,620 0,652 0,640 Sep-15 1,681 2,312 2,087 0,382 0,554 0,493 Mar-16 1,788 2,143 2,015 0,365 0,458 0,425 Sep-16 1,889 1,995 1,957 0,468 0,488 0,481 Mar-17 2,042 2,359 2,243 0,534 0,637 0,599 Sep-17 2,016 2,629 2,402 0,463 0,721 0,626 Mar-18 2,083 2,483 2,334 0,521 0,653 0,604 Sep-18 2,2 1,978 2,061 0,595 0,449 0,504

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018)

Pada periode Maret 2018-September 2018 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan berkurang dari 2,334 menjadi 2,061 sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan periode yang sama juga berkurang yaitu dari 0,604 menjadi 0,504. Berkurangnya kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati dari garis kemiskinan dan ketimpangan rata-rata pengeluaran diantara penduduk miskin itu sendiri semakin kecil.

Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan yang menunjukkan bahwa kemiskinan yang lebih banyak terdapat di perkotaan.

(24)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

13

3. Ketimpangan (Gini Ratio)

Rasio Gini mencerminkan tingkat ketimpangan pendapatan dalam masyarakat dengan nilai berkisar antara 0 (sangat merata) hingga 1 (sangat timpang). Adapun Gini Ratio tahun 2014-2018 Kabupaten/Kota disajikan tabel dibawah sebagai berikut: Tabel I.11. Gini Ratio

No Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018*

1 Ogan Komering Ulu 0,333 0,356 0,347 0,329 N/A

2 Ogan Komering Ilir 0,317 0,331 0,309 0,337 N/A

3 Muara Enim 0,365 0,334 0,333 0,376 N/A

4 Lahat 0,368 0,339 0,34 0,356 N/A

5 Musi Rawas 0,285 0,287 0,24 0,280 N/A

6 Musi Banyuasin 0,263 0,287 0,261 0,266 N/A

7 Banyuasin 0,331 0,324 0,304 0,316 N/A

8 OKU Selatan 0,330 0,305 0,319 0,395 N/A

9 OKU Timur 0,317 0,319 0,299 0,285 N/A

10 Ogan Ilir 0,318 0,369 0,347 0,345 N/A

11 Empat Lawang 0,335 0,309 0,31 0,317 N/A

12 PALI N/A 0,316 0,288 0,352 N/A

13 Musi Rawas Utara N/A 0,248 0,258 0,276 N/A

14 Palembang 0,418 0,399 0,374 0,373 N/A

15 Prabumulih 0,372 0,380 0,357 0,399 N/A

16 Pagaralam 0,374 0,319 0,36 0,366 N/A

17 Lubuk Linggau 0,373 0,326 0,352 0,378 N/A

Sumatera Selatan 0,380 0,360 0,348 0,361 N/A

Nasional 0,406 0,408 0,397 0,391 N/A

Sumber:BPS Provinsi Sumatera Selatan,(2018). *) DOB, belum ada data di BPS

Rasio Gini di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017 yaitu sebesar 0,361, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 0,348 namun masih berada pada tingkat ketimpangan (Rasio Gini) kategori Sedang. Angka ini lebih baik jika dibandingkan dengan Rasio Gini nasional yang sebesar 0,391. Bila dilihat keseluruhan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, maka dapat dilihat bahwa tingkat ketimpangan (Rasio Gini) yang rendah ada pada beberapa kabupaten/kota yaitu Kabupaten Musi Rawas (0,280), Kabupaten Musi Banyuasin (0,266), Kabupaten OKU Timur (0,285) dan Kabupaten Musi Rawas Utara (0,276). Sedangkan yang paling tinggi terjadi pada Kota Prabumulih dengan Rasio Gini sebesar 0,399 yang disebabkan oleh

(25)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

14

beberapa faktor, antara lain sedikitnya lapangan kerja, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pengangguran.

4. Kondisi Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan di Indonesia. Permasalahan seperti tingkat pengangguran, lapangan pekerjaan, produktivitas pekerja, usia kerja menjadi perhatian kebijakan pemerintah karena terkait dengan pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan.

Tabel I.12. Keadaan Ketenagakerjaan (dalam ribuan)

Jenis kegiatan Utama

2014 2015 2016 2017 2018

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu

1 Angkatan kerja 4.022,1 3.885,7 4.017,9 3.934,8 4.054 4.179 4.244 4.124 4.369 4.139 Bekerja 3.867,7 3.692,8 3.815,6 3.695,9 3.894 3.999 4.083 3.943 4.193 3.964 Penganggur 154,5 192,9 202,2 238,9 159,5 180,2 161,2 181,1 175,5 175,1 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71,96 68,85 70,54 68,53 70,01 71,59 72,12 69,5 73,04 68,69 3 Tingkat pengangguran Terbuka (%) 3,84 4,96 5,03 6,07 3,94 4,31 3,8 4,39 4,02 4,23 4

Pekerja Tidak Penuh 1.503,5 1.550,5 1.317,4 1.409,3 1.403,7 1.333,4 1.447,1 1.366,2

Setengah

Penganggur 411,4 384,1 390,6 385,8 411,4 386,2 368,3 344

Paruh Waktu 1.092,0 1.166,4 926,8 1.023,5 992,4 947 1078,8 1022,2

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018).

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan pada posisi bulan Agustus 2018 berjumlah 4,13 juta jiwa dari total jumlah penduduk 8,27 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa hampir 50 persen penduduk Provinsi Sumatera Selatan berada pada usia produktif. Dari seluruh angkatan kerja tersebut, 68,69 persen diantaranya terserap di berbagai lapangan kerja namun 4,23 persen diantaranya masih menganggur atau pengangguran terbuka. Dibandingkan dengan periode bulan Agustus 2017, persentase pengangguran terbuka terhadap angkatan kerja mengalami penurunan sebesar 0,16 persen karena tingkat pengangguran terbuka pada periode tersebut sebesar 4,39 persen. Penurunan tingkat pengangguran tersebut dipengaruhi oleh adanya lapangan usaha yang mengalami peningkatan daya serap penduduk bekerja, yakni sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, serta Perikanan, dan sektor Pertambangan dan Penggalian.

(26)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

15 C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 79 Tahun 2017 terdapat beberapa indikator dan target-target yang harus dicapai oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagaimana tabel berikut: Tabel I.13. Sasaran Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan (%)

Indikator 2018

Pertumbuhan Ekonomi Min 5

Tingkat Kemiskinan Max 13

Tingkat Pengangguran Max 4

Sumber: RKP Tahun 2018

1. Pertumbuhan Ekonomi

Sejak tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 tumbuh sebesar 6,04 persen, meningkat 0,53 persen dibanding tahun 2017 yang hanya sebesar 5,51 persen. Hal ini didukung oleh semakin berkembangnya sektor sekunder/tersier serta berbagai event skala besar yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan yang membuat perekonomian semakin menggeliat. Ditambah lagi dengan pelaksanaan Asian Games 2018 dimana Sumatera Selatan menjadi tuan rumah sehingga berpengaruh besar terhadap perekonomian.

Hal tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018 yang sebesar Minimal 5 persen.

2. Tingkat Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 adalah sebanyak 1,07 juta jiwa atau 12,94 persen dari total 8,27 juta jiwa penduduk Provinsi Sumatera Selatan. Setiap tahun jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan, hal ini sudah mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 yaitu sebesar maximal 13 persen, meskipun tipis. Hal ini dikarenakan harga karet yang sudah mulai membaik di pasaran dan kenaikan upah buruh tani, terutama bagi buruh yang berada di daerah pedesaan.

3. Tingkat Pengangguran

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan pada posisi bulan Agustus 2018 berjumlah 4,14 juta jiwa. Dari seluruh angkatan kerja tersebut, 68,69 persen diantaranya terserap di berbagai lapangan kerja namun 4,23 persen diantaranya masih

(27)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

16

menganggur atau pengangguran terbuka. Dibandingkan dengan periode bulan Agustus 2017, persentase pengangguran terbuka terhadap angkatan kerja mengalami peningkatan sebesar 0,21 persen karena Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode bulan Agustus 2017 sebesar 4,02 persen. Peningkatan tingkat pengangguran tersebut dikarenakan meningkatnya jumlah angkatan kerja terutama para siswa yang tamat sekolah, namun belum tertampung di lapangan kerja. Hal tersebut belum mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018 yaitu sebesar maximal 4 persen.

(28)
(29)

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN DI TINGKAT

REGIONAL

A. APBN TINGKAT PROVINSI

B. PENDAPATAN PEMERINTAH

PUSAT TINGKAT PROVINSI

C. BELANJA PEMERINTAH

PUSAT TINGKAT PROVINSI

D. ANALISIS

CASH FLOW

PEMERINTAH PUSAT

E. TRANSFER KE DAERAH

F. PENGELOLAAN BLU PUSAT

G. PENGELOLAAN

MANAJEMEN INVESTASI

PUSAT

(30)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

17 Pada bab ini berisi data dan analisis pelaksanaan APBN di Wilayah Provinsi

Sumatera Selatan yang meliputi APBN Tingkat Provinsi meliputi antara lain Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi dan Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi. A. APBN TINGKAT PROVINSI

Pengelolaan APBN Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2016-2018 menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Pada tahun 2018 realisasi pendapatan mengalami tren peningkatan nominal, dan penurunan capaian pendapatan menjadi 88,82 persen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan target yang telah ditetapkan pada tahun 2018.

Tabel II.1 APBN Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (dalam miliar rupiah)

URAIAN

2016 2017 2018

ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI A. PENDAPATAN NEGARA 14.875,70 12.803,43 14.338,71 12.918,93 15.103,91 13.415,20

I. Penerimaan Perpajakan 13.764,11 11.202,35 12.899,72 11.236,15 13.538,05 11.682,41 II. PNBP 1.111,58 1.601,08 1.438,99 1.682,70 1.565,85 1.732,79 III. Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

B. BELANJA NEGARA 41.221,99 36.786,61 49.573,13 40.455,13 43.686,55 42.432,72

I. Belanja Pemerintah Pusat 13.192,86 11.275,32 13.796,97 12.742,71 15.103,08 13.507,27 1. Belanja Pegawai 4.214,08 4.091,77 4.290,52 4.147,27 4.655.23 4.585,45 2. Belanja Barang 5.148,52 4.146,59 5.177,80 4.691,25 6.835,64 6.126,67 3. Belanja Modal 3.804,36 3.011,51 4.302,18 3.877,71 3.598,64 2.781,69 4. Belanja Sosial 25,91 25,45 26,47 26,49 13,57 13,46 5. Belanja Lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 28.029,13 25.511,29 35.776,16 27.712,42 28.583,47 28.925,45 1. Transfer ke Daerah 26.248,36 23.738,05 33.508,90 25.451,17 26.269,34 26.612,59 a. DBH 7.783,26 6.562,68 15.374,99 7.713,67 7.232,03 7.815,70 b. DAU 11.660,87 11.660,87 12.219,36 12.219,36 12.331,39 12.331,39 c. DAK Fisik 2.591,39 2.331,00 2.122,40 1.939,80 2.357,10 2.248,66 d. DID 165,59 165,59 82,50 82,50 396,75 396,75 e. DAK Non Fisik 4.047,24 3.017,91 3.709,65 3.495,84 3.952,07 3.820,09 2. Dana Desa 1.780,77 1.773,24 2.267,26 2.261,25 2.314,12 2.312,86

C. SURPLUS/DEFISIT (A-B) -26.346,29 -23.983,18 -35.234,42 -27.536,20 -28.582,64 -29.017,51

D. PEMBIAYAAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Sumber: Kanwil DJP Sumsel-Babel, Monev PA, OM-SPAN, e-rekon (18-02-2019, diolah)

Capaian penerimaan yang dikelola oleh Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai menurun dari 87,10 persen pada tahun 2017 menjadi 86,29 persen pada tahun 2018. Penurunan capaian tersebut dikarenakan peningkatan target bea keluar menjadi sebesar Rp 59.40 miliar dan hanya tercapai sebesar Rp 4,01 miliar. Adapun penerimaan PNBP yang dikelola oleh Kementerian/lembaga mampu membukukan realisasi penerimaan sebesar 110,66 persen. Porsi terbesar penerimaan PNBP berasal dari pendapatan satker BLU Pusat yang terdapat di Kota Palembang.

(31)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

18

Penyerapan total belanja pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp42,43 triliun rupiah atau 97,13 persen, paling tinggi selama periode tahun 2016-2018. Capaian Belanja Barang dan Belanja Modal menurun dengan capaian realisasi menjadi 89,63

persen untuk Belanja Barang dan 77,30 persen untuk Belanja Modal. Sedangkan dari komponen TKDD, terjadi peningkatan capaian menjadi sebesar 101,20 persen karena penurunan alokasi Dana Bagi Hasil pada tahun 2018 setelah efisiensi Dana Bagi Hasil di tahun 2017. Pada tahun 2018 Provinsi Sumatera Selatan mengalami defisit Rp29,02 triliun.

B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI

Struktur pendapatan APBN dibagi menjadi tiga komponen, yaitu (i) pendapatan perpajakan, (ii) pendapatan PNBP dan (iii) hibah. Khusus untuk APBN tingkat Provinsi Sumatera Selatan hanya terdapat dua komponen pendapatan diluar hibah.

1. Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Pajak berdasarkan lembaga pemungutannya dibedakan menjadi dua, pajak pusat yang dikelola oleh Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan dan pajak daerah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah. Ditjen Pajak mengelola penerimaan pajak dalam negeri sedangkan Ditjen Bea dan Cukai mengelola pajak perdagangan internasional.

Tabel II.2 Penerimaan Pajak di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (dalam miliar rupiah)

Jenis Pajak 2016 2017 2018

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

PPh (4111) 8.300,93 5.548,89 7.407,58 5.406,70 7.883.81 6.306,26 PPN (4112) 4.453,98 3.503,08 4.215,31 3.387,66 4.126,42 3.011,05 PBB (4113) 823,18 1.166,69 1.151,76 1.340,34 1.157,25 1.318,49 Cukai (4115) 0,00 751,20 0,00 807,89 0,00 791,57 Pajak Lainnya (4116) 186,03 107,94 125,06 166,05 179,86 126,04 JUMLAH 13.764,11 11.077,80 12.899,72 11.108,64 13.347,34 11.553,41

Sumber: Kanwil DJP Sumsel-Babel, MPN G2 (18-02-2019,diolah)

Penerimaan realisasi pajak dalam negeri secara keseluruhan menunjukkan tren meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Dari capaian 86,12 persen pada tahun 2017 naik menjadi 86,56 persen pada tahun 2018. Kenaikan tersebut disebabkan kenaikan realisasi secara nominal sehingga secara persentase kenaikan yang terjadi cukup signifikan. Kenaikan tahun 2017 merupakan hasil optimalisasi pemungutan pajak berdasarkan data yang diperoleh pada tax amnesty. Kenaikan tahun 2018 didominasi oleh kenaikan PPh, yang dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penduduk yang bekerja di Sumatera Selatan, data dari BPS

(32)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

19 menyebutkan pada Agustus 2018 terjadi peningkatan penduduk bekerja sebesar 21,3

ribu orang atau 0,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Sementara Realisasi PPN yang menurun berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi dari Sektor Konsumsi Rumah Tangga yang bertumbuh sebesar 4,41 persen dibandingkan tahun 2017.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan dan hibah.

a. Perkembangan PNBP berdasarkan Jenisnya

Berdasarkan jenisnya, PNBP pusat yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari tiga jenis PNBP selain Pendapatan Bagian Laba BUMN yang hanya tercatat di tingkat pusat.

Tabel II.3 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (per jenis PNBP dalam miliar rupiah)

Jenis PNBP 2016 2017 2018

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

SDA (421) 0,00 0,15 0,00 0,07 0,00 0,00 Bagian Laba BUMN (422) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 PNBP Lainnya (423) 158,53 673,16 384,29 639,78 436,46 633,29 Pendapatan BLU (424) 953,05 927,77 1.054,71 1.042,93 1.129,40 1.099,50

JUMLAH 1.111,58 1.601,08 1.438,99 1.682,78 1.565,85 1.732,79

Sumber: MONEVPA, e-Rekon LK (diakses 18-02-2019)

Penerimaan PNBP pada tahun 2018 menunjukkan capaian 110,66 persen menurun dibanding capaian terakhir tahun 2017 yang sebesar 116,94 persen. Namun secara nominal realisasi PNBP meningkat, meskipun Pendapatan SDA yang pada tahun 2017 berasal dari pendapatan sertifikasi benih yang dikelola oleh Satker balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah I tidak lagi terealisasi di tahun 2018. Sedangkan pendapatan PNBP Lainnya yang dapat tercapai 166,49 persen dari target yang ditetapkan pada tahun 2017, pada tahun 2018 hanya mampu terealisasi sebesar 145,09 persen. Secara nominal pun berkurang sebesar Rp 6,49 miliar.

Jenis PNBP yang terakhir adalah Pendapatan BLU yang dikelola oleh 8 satker BLU yang berlokasi di Kota Palembang. Realisasi Pendapatan BLU mengalami peningkatan dari sisi nominal yaitu sebesar Rp 56,56 miliar atau 5,42 persen dibandingkan realisasi tahun 2017.

(33)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

20

b. Perkembangan PNBP Fungsional

Penerimaan PNBP Fungsional berasal dari hasil pungutan kementerian/lembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat.

Tabel II.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (menurut fungsional Kementerian/Lembaga (dalam miliar rupiah)

Penerimaan PNBP 2016 2017 2018

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan dari BPJS Kesehatan pada Faskes Tk. Lanjutan

0,00 4,11 180,08 156,58 222,27 124,27 Pendapatan Bandar Udara,

Kepelabuhan,Kenavigasian 21,94 38,46 51,11 64,84 41,93 81,10 Pendapatan BPKB 0,00 18,68 0,00 55,25 0,00 56,15 Pendapatan STNK 0,00 24,20 0,00 75,97 0,00 55,20 Pendapatan Uang Pendidikan 34,31 36,53 47,94 41,53 70,33 51,25 Pendapatan TNKB 0,00 13,17 0,00 25,40 0,00 27,49 Pendapatan SIM 0,00 22,47 0,00 28,72 0,00 24,78 Pendapatan Layanan Faskes 0,08 5,27 27,67 24,24 41,53 23,94 Pendapatan Pengamanan

Obyek Vital 0,00 0,00 5,66 9,47 9,98 13,72 Pendapatan Pendidikan

Lainnya 0,00 14,44 8,76 13,22 8,76 9,66

Pendapatan Nomor Registrasi

Kendaraan Bermotor Pilihan 0,00 0,00 0,00 8,18 0,00 8,98

Jumlah 56,33 177,33 321,22 503,40 394,80 476,54

Total Penerimaan PNBP 1.111,58 1.601,08 1.438,99 1.682,78 1.565,85 1.732,79

Persentase (%) 5,07% 11,08% 22,32% 29,91% 25,21% 27,50%

Sumber : OM-SPAN (diakses 18-02-2019)

Dari 91 jenis penerimaan PNBP pada tahun 2018, disajikan 11 jenis penerimaan PNBP Fungsional tertinggi. Realisasi dari fungsi kesehatan masih menjadi penerimaan tertinggi. Secara nominal penerimaan PNBP Fungsional menunjukkan peningkatan. Bila dilihat dari jenis PNBP Fungsional dengan realisasi tertinggi dapat dilihat bahwa penurunan terjadi pada Pendapatan dari BPJS Kesehatan pada Faskes Tk. Lanjutan, Pendapatan STNK, SIM, Layanan Faskes dan Pendidikan Lainnya.

C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI

Belanja pemerintah merupakan komponen langsung pembentuk pendapatan nasional (pendapatan agregat). Konsumsi pemerintah dalam bentuk belanja pemerintah pusat adalah instrumen ekonomi yang dapat berpengaruh langsung terhadap pendapatan sekaligus mempengaruhi konsumsi rumah tangga dan swasta secara tidak langsung sehingga sering disebut sebagai stimulus fiskal.

(34)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

21

1. Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/Kementerian/ Lembaga)

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja pemerintah pusat yang dialokasikan kepada kementerian negara/lembaga dan bagian anggaran bendahara umum negara.

Tabel II.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (dalam miliar rupiah)

Kementerian/ Lembaga

2016 2017 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Kem. PU PERA 2.581,98 2.307,52 2.837,17 2.629,73 3.565,36 2.742,33 POLRI 1.347,45 1.310,81 1.415,38 1.390,35 1.616,97 1.651,65 Kem.Pertahanan 1.307,08 1.097,82 1.384,70 1.289,87 1.475,80 1.423,40 Kem. Agama 1.323,95 1.224,60 1.429,80 1.328,19 1.448,99 1.377,95 Kem. Kesehatan 1.117,14 935,14 1.126,08 1.027,86 1.024,87 890,88 Kem. Ristekdikti 853,44 806,45 875,20 814,11 1.012,92 929,08 KPU 117,50 85,78 214,96 161,62 901,12 848,53 Kem. Pertanian 1.296,23 1.017,29 896,75 805,84 595,00 541,81 BPPU 34,10 27,57 67,12 39,75 516,83 477,13 Kem. Perhubungan 1.203,61 670,72 1.507,09 1.366,59 515,80 457,28 Kem. Lingkungan Hidup dan Kehutanan 124,32 105,04 197,89 173,30 275,97 229,89 Jumlah 11.306,81 9.588,74 11.952,15 11.027,18 12.949,63 11.569,94 Total Pagu 13.192,86 11.275,32 18.186,63 16.943,76 19.771,99 18.068,78 Persentase (%) 85,70% 85,04% 65,72% 65,08% 65,49% 64,03%

Sumber : Monev PA (diakses 01-02-2019)

Dari 46 Kementerian/Lembaga yang memperoleh alokasi APBN pada tahun 2018, dipilih 11 Kementerian/Lembaga dengan alokasi pagu tertinggi. Data yang disajikan pada Tabel II.5 tersebut mempunyai kontribusi besar dalam belanja pemerintah pusat di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 dengan total pagu belanja sebesar Rp12,95 triliun atau 65,49 persen total pagu keseluruhan. Kementerian PU PERA merupakan kementerian dengan pagu dan realisasi tertinggi. Realisasi tahun 2018 sebesar Rp2,7 triliun mayoritas digunakan untuk Pelaksanaan Preservasi/Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional, dan Pengembangan/Rehabilitasi Jaringan Irigasi, Air Tanah, Rawa dan Tambak

2. Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja pemerintah pusat dibagi menjadi 11 fungsi yaitu fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungan sosial.

(35)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

22

Tabel II.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2017 (dalam miliar rupiah)

Nama Fungsi 2016 2017 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Pelayanan Umum 680,21 600,12 5.124,78 4.822,44 6.543,36 6.314,92 Pertahanan 1.307,08 1.097,82 1.384,70 1.289,87 1.475,80 1.423,41 Ketertiban dan Keamanan 1.861,14 1.787,37 1.908,62 1.871,99 2.234,54 2.242,77 Ekonomi 4.771,74 3.703,70 4.889,13 4.459,95 4.248,76 3.307,74 Lingkungan Hidup 208,12 167,50 329,31 277,95 376,33 317,21 Perumahan dan Fasilitas Umum 720,50 666,28 583,82 558,31 709,39 687,03 Kesehatan 1.181,74 979,20 1.188,81 1.078,78 1.209,67 1.004,90 Pariwisata dan Budaya 4,05 3,76 1,90 1,89 3,06 3,01 Agama 255,15 220,75 254,57 230,63 240,06 234,12 Pendidikan 2.169,96 2.016,55 2.491,64 2.323,48 2.695,42 2.498,69 Perlindungan Sosial 33,18 32,26 29,35 28,48 35,61 35,03 Jumlah 13.192,86 11.275,32 18.186,63 16.943,76 19.771,99 18.068,78

Sumber : Monev PA (diakses 01-02-2019)

Pagu APBN tahun 2018 mengalami kenaikan 8,72 persen menjadi Rp19,77 triliun sedangkan realisasi naik 6,64 persen menjadi Rp18,07 triliun. Fungsi dengan kenaikan tertinggi terdapat pada fungsi pelayanan umum yang mengalami kenaikan pagu menjadi Rp6,54 triliun atau 89,48 persen total kenaikan tahun 2018. Hal tersebut berkorelasi dengan pembahasan sebelumnya dimana kenaikan pada fungsi pelayanan umum dialokasikan ke BA BUN sebesar Rp4,67 triliun.

3. Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan PMK Nomor 114/PMK.02/2016 tentang Klasifikasi Anggaran dari 8 jenis klasifikasi belanja pemerintah pusat hanya terdapat empat jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal dan belanja bantuan sosial. Tabel II.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (dalam miliar rupiah)

Jenis Belanja 2016 2017 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Belanja Pegawai 4.214,08 4.091,77 4.290,52 4.147,27 4.655,23 4.585,45 Belanja Barang 5.148,52 4.146,59 5.177,80 4.691,25 6.835,64 6.126,67 Belanja Modal 3.804,36 3.011,51 4.302,18 3.877,71 3.598,64 2.781,69 Belanja Bansos 25,91 25,45 26,47 26,49 13,57 13,46

Jumlah 13.192,86 11.275,32 13.796,97 12.742,71 15.103,08 13.507,27

(36)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN2018

23 Pagu belanja pegawai 2018 meningkat Rp 364,71 miliar atau 8,50 persen

dibanding dengan tahun 2017. Sedangkan pada belanja barang terdapat kenaikan pagu menjadi Rp6,84 triliun. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada pagu belanja modal sebesar 16,35 persen menjadi Rp3,60 triliun. Selain penurunan pagu, realisasi pada belanja modal juga mengalami penurunan dari 90,13 persen pada tahun 2017 menjadi 77,30 persen pada tahun 2018.

D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT

Cash Flow Pemerintah Pusat adalah kondisi arus kas masuk (cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow) yang disalurkan dan/atau diterima oleh Pemerintah Pusat pada suatu wilayah dan periode tertentu. Keseimbangan fiskal pemerintah pusat di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dari selisih cash flow antara realisasi pendapatan dan belanja.

Gambar II.1. Cash Flow Pemerintah Pusat di Sumsel

Sumber : Kanwil DJP Sumsel-Babel, Monev PA, OM-SPAN (2018, diolah)

Realisasi penerimaan pada tahun 2018 sebesar Rp13,42 triliun sedangkan total pengeluaran yang digunakan untuk belanja dan transfer mencapai Rp42,43 triliun. Dari cash flow tersebut terjadi defisit sebesar Rp29,02 triliun. Defisit yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2016 memiliki rata-rata defisit sebesar 67,30 persen dari kebutuhan total anggaran pengeluaran. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Provinsi Sumatera Selatan menerima subsidi silang dari daerah/provinsi lain di Indonesia yang mengalami surplus. Namun jika merujuk pada kondisi perekonomian di Sumatera Selatan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,04 persen yang didominasi oleh Sektor Konsumsi Rumah Tangga, peningkatan jumlah penduduk bekerja sebesar 0,54

Penerimaan Defisit 2016 2017 2018 12,80 12,92 13,42 36,79 40,46 42,43 23,99 27,54 29,02

(37)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

24

persen dan pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan seharusnya pendapatan pajak maupun PNBP dapat lebih besar dibandingkan realisasi selama ini.

Hal tersebut disebabkan mayoritas pendapatan dari aktivitas perekonomian tersebut tercatat dan dibukukan oleh daerah lain khususnya DKI Jakarta dikarenakan pengakuan pendapatan dilakukan berdasarkan pelaku ekonomi tersebut tercatat pertama kali bukan berdasarkan kegiatan perekonomian tersebut dilakukan. Adapun pendapatan yang diperoleh Sumatera Selatan dari aktivitas perekonomian tersebut hanya berupa Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi yang nilainya sangat jauh dibandingkan dengan PPh Badan yang dibukukan oleh DKI Jakarta.

E. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD)

Mulai tahun 2016 pengelompokan belanja transfer ke daerah mengalami perubahan dari semula empat jenis belanja transfer diperinci menjadi enam belanja transfer daerah. Transfer daerah diberikan kepada semua pemerintah daerah sesuai peruntukan dan sifat daerah yang bersangkutan sehingga tidak semua daerah menerima belanja transfer yang sama.

Tabel II.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi TKDD di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2017 (dalam miliar rupiah)

Transfer Ke Daerah 2016 2017 2018

dan Dana Desa (TKDD) Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH (61) 7.783,26 6.562,68 15.375,99 7.713,67 7.232,03 7.815,70 DAU (62) 11.660,87 11.660,87 12.219,36 12.219,36 12.331,39 12.331,39 DAK/DAK-FISIK (63) 2.591,39 2.331,00 2.122,40 1.939,80 2.357,10 2.248,66 DANA PENYESUAIAN - - - - - - DID (64) 165,59 165,59 82,50 82,50 396,75 396,75 DAK-NON FISIK (65) 4.047,24 3.017,91 3.709,65 3.495,84 3.952,07 3.820,09 DANA DESA (66) 1.780,77 1.773,24 2.267,26 2.261,25 2.314,12 2.312,86 Jumlah 28.029,13 25.511,29 35.777,16 27.712,42 28.583,47 28.925,45

Sumber : simtrada, DJPK (diakses 04-02-2019)

Pagu dan realisasi TKDD bersifat dinamis mengikuti APBN dan perubahannya baik perubahan APBN (APBN-P) maupun perubahan per jenis TKDD. Pagu TKDD tahun 2018 menurun 20,10 persen menjadi Rp28,58 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh Penurunan Pagu DBH sebesar 52,96 persen atau Rp8,14 triliun pada komponen DBH. Namun jika dilihat rincian per jenis TKDD, terlihat bahwa komponen lainnya justru mengalami peningkatan pagu, terutama pada komponen DID yang meningkat sebesar 380,91 persen atau Rp314,25 miliar. Secara keseluruhan realisasi pada komponen TKDD tersebut (DBH, DAU, DAK Fisik, DID, Dana Desa) lebih baik dibandingkan

Gambar

Gambar I.3. Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang US Dolar Terhadap Rupiah  Sepanjang Tahun 2018
Tabel II.4  Penerimaan  PNBP  Pemerintah  Pusat  di  Provinsi  Sumatera  Selatan  Tahun  2016-2018 (menurut fungsional Kementerian/Lembaga (dalam miliar rupiah)
Tabel II.5  Perkembangan  Pagu  dan  Realisasi  berdasarkan  Bagian  Anggaran  di  Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (dalam miliar rupiah) Kementerian/
Tabel II.7  Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi  Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (dalam miliar rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah seleksi fitur diterapkan pada analisis sensor electronic tongue, didapat larik sensor baru dengan jumlah sensor minimal, namun tetap memiliki peforma yang

Alat ini bekerja dengan baik dengan mengenali E-KTP yang telah terkonfigurasi dalam database, sehingga secara otomatis kunci sepeda motor akan hidup (ON) dan motor dapat

Fitur ciri kemudian diuji untuk proses klasifikasi menggunakan Jaringan Saraf Tiruan metode Learning Vector Quantization (LVQ). LVQ mengklasifikasikan vektor uji

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang

WT Strategi: UKM Kerupuk Kulit dapat meningkatkan kualitas produk seperti merek, perijinan, BPOM pegemasan.Berdasarkan hasil obsevasi dan pengamatan produk kerupuk

Sebagai institusi ter- depan dalam bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Pujud yang jumlah penduduknya tergolong cukup banyak sebagai- mana didapat dari data

Dengan pengujian ini dapat diketahui apakah variabel independen (X) secara tunggal berpengaruh terhadap variabel independen (Y), yaitu dengan membandingkan antara

“Haroa” sebagai sebuah tradisi dan merupakan rumpun media tradiosional adalah merupakan salah satu media dakwah efektif yang digunakan oleh tokoh agama (khatibi, lebe)