FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMAKAIAN
IMPLANT
PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN
BANYUWANGI
FIRDAWSYI NUZULAPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
PEMAKAIAN
IMPLANT
PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN
BANYUWANGI
FIRDAWSYI NUZULA NIM 1392161030
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iii
PEMAKAIAN
IMPLANT
PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN
BANYUWANGI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana
FIRDAWSYI NUZULA NIM 1392161030
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iv
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 12 Juni 2015
Pembimbing I,
Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K) NIP. 19461231 196902 1 001
Pembimbing II,
Ni Putu Widarini,SKM.,MPH NIP. 19791224 200501 2 001
Mengetahui Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP.19481010 197702 1 001
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001
v
Tanggal 12 Juni 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 1748/UN 14.4 HK/2015, Tanggal 12 Juni 2015
Ketua : Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K )
Anggota :
1. Ni Putu Widarini, SKM.,MPH
2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, SP.And 3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si
vi
NIM : 1392161030
Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul Tesis : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian
Implant Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan di Universitas Udayana dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
Denpasar, Juni 2015
vii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas kebesaranNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Implant pada Wanita PUS di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi” dengan tepat waktu. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai Ketua Program Studi Magister Imu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana atas bimbingan dan dukungan selama proses pembelajaran. Ucapan terima kasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro.,PA(K) dan Ni Putu Widarini,SKM.,MPH sebagai pembimbing tesis atas segala perhatian dan kesabarannya memberikan bimbingan dan saran kepada penulis, serta dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid atas kesabarannya dalam mengajarkan penulis tentang statistik dari ketidaktahuan menjadi paham dan mampu.
Ucapan yang sama ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai mahasiswa
viii menempuh pendidikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para penguji tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, SP.And, Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App,Bsc,PHD yang telah memberikan saran dan kritiknya terhadap tesis ini. Penulis juga sampaikan banyak terima kasih kepada Bakesbangpol dan BPPKB Kabupaten Banyuwangi, Desa Tegalsari, Desa Karangdoro dan Desa Karangmulyo yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada PLKB desa yang dengan sabar membantu penulis dalam melaksanakan penelitian serta para responden atas waktu dan kerjasamanya untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Penulis sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada ayahanda tercinta atas motivasi yang selalu menjadikan semangat buat penulis untuk menyelesaikan tesis, suamiku yang dengan sabar memberikan dukungan serta doa disetiap keluh kesahku, keluarga besarku atas setiap doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran selama proses belajar hingga tesis dan teman-teman MIKM Angkatan V atas bantuan, dukungan serta kebersamaan selama ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita semua.
ix
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT
PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI
Penurunan angka kesuburan total terjadi secara global namun sangat lambat oleh karena rendahnya penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) implant lebih efektif dalam mengendalikan jumlah penduduk dengan cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional analitik dan jumlah sampel 198 wanita PUS yang diseleksi dengan multistage random sampling. Variabel yang dianalisis adalah karakteristik wanita PUS, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur mulai Maret 2015 hingga April 2015. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan regresi logistik.
Ditemukan besar pemakaian implant pada wanita PUS di Kecamatan Tegalsari adalah 21,21%. Variabel yang mempunyai hubungan bermakna secara statistik pada pemakaian implant adalah pengetahuan tentang implant (OR=20,4; 95% CI= 4,8-180), informasi dari petugas kesehatan (OR=6,6; 95% CI= 2,7-18,7), role model (OR=5,3; 95% CI= 2,4-12,3) dan nilai budaya (OR=2,9; 95% CI= 1,3-7,4 ). Sebesar 34% kemungkinan pemakaian implant berhubungan dengan variabel nilai budaya, pengetahuan tentang implant , role model dan informasi dari petugas kesehatan.
Faktor yang mempunyai hubungan paling besar adalah pengetahuan tentang implant
yang baik.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita PUS di Kecamatan Tegalsari yang memakai implant mempunyai hubungan dengan adanya nilai budaya yang mendukung, adanya pengetahuan yang baik tentang implant, ada role model yang memakai implant serta adanya informasi dari petugas kesehatan. Upaya untuk memudahkan pemberian informasi pada wanita PUS dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama yang dianggap sebagai panutan serta untuk menghindari terjadinya pemahaman yang keliru tentang nilai KB menurut keyakinan yang dianut.
x
REPRODUCTIVE AGE IN TEGALSARI DISTRICT of BANYUWANGI
Total fertility rate has declined globally but running very slowly, it is occurred because of the low use of long-term contraception. Long Term implant cotraception method is more effective to control the population by preventing unwanted pregnancy. The aim of this study is to determine the factors related to the using of implants contraception method among women in reproductive age at Tegalsari district of Banyuwangi.
This study used a cross-sectional analytic and number of sample is 198 women in reproductive age (PUS) which selected by multistage random sampling. This study used a cross-sectional analytic and number of sample is 198 women in reproductive age (PUS) which selected by multistage random sampling. Data analysis was done by using univariate, bivariate with chi square test and multivariate logistic regression. It can be assumed that the percentage of implant use in women of reproductive age (PUS) at Tegalsari distric was 21,21%. variables that have a statistically significant correlation to the use of implants are implant knowledge (OR=20.4; 95% CI=4.8 to 180), information from health workers (OR=6.6; 95% CI=2.7 -18.7), role model (OR=5.3; 95% CI=2.4 to 12.3) and cultural values (OR=2.9; 95% CI=1.3 to 7.4). 34% possibility of implant use relates to some variables, they are cultural values, implants knowledge, role model and information from health workers. Most related factors for implants use is good knowledge about implants.
The factors related to implant use in women of reproductive age (PUS) at Tegalsari District have correlation with supported cultural values, good knowledge of the implant, role model who use implant and also the information from health workers. Some Efforts to facilitate the provision of information for women in reproductive age (PUS) are done by involving community leaders and religious leaders are regarded as role model and to avoid a missperception about family planning based on their religion.
xi
Halaman
SAMPUL DALAM ... ii
PRASYARAKT GELAR ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1 1.2 Rumusan masalah ... 5 1.3 Tujuan penelitian ... 6 1.3.1 Tujuan umum ... 6 1.3.2 Tujuan khusus ... 6 1.4 Manfaat penelitian ... 7 1.4.1 Manfaat teoritis ... 7 1.4.2 Manfaat praktis ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi pemakaian implant di indonesia ... 9
xii
2.3.2 Pendidikan ... 14
2.3.3 Pekerjaan... 14
2.3.4 Paritas ... 14
2.3.5 Jumlah penghasilan keluarga ... 15
2.3.6 Nilai budaya ... 16
2.3.7 Pengetahuan ... 16
2.3.8 Persepsi manfaat ... 17
2.3.9 Role model ... 17
2.3.10 Ketersediaan alat kontrasepsi ... 18
2.3.11 Akses ke tempat fasilitas pelayanan ... 18
2.3.12 Informasi dari petugas kesehatan ... 19
2.3.13 dukungan suami ... 19
2.3.14 Dukungan tokoh masyarakat atau tokoh agama... 20
2.4 Teori perilaku ... 20
2.4.1 Teori lawrence green ... 20
2.4.2 Teori social learning ... 21
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka berpikir... 24
3.2 Konsep penelitian ... 25
3.3 Hipotesis penelitian ... 26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian ... 28
4.2 Lokasi dan waktu penelitian... 28
4.3 Penentuan sumber data ... 29
4.3.1 Populasi penelitian ... 29
xiii
4.3.4 Teknik pengambilan sampel ... 30
4.4 Variabel penelitian ... 31
4.4.1 Variabel penelitian ... 31
4.4.2 Definisi operasional ... 32
4.5 Instrumen penelitian ... 37
4.6 Pengumpulan data ... 37
4.6.1 Jenis data yang dikumpulkan ... 37
4.6.2 Cara pengumpulan data ... 37
4.6.3 Pengolahan data ... 38
4.7 Teknik analisis data ... 38
4.7.1 Analisis univariat ... 38
4.7.2 Analisis bivariat ... 39
4.7.3 Analisis multivariat ... 39
4.8 Etika penelitian... 40
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran umum lokasi penelitian ... 41
5.2 Karakteristik responden ... 43
5.3 Pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami ... 45
5.4 Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant ... 47
5.5 Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami ... 49
5.6 Hasil analisis multivariat ... 52
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur ... 53
xiv
6.4 Pengetahuan tentang implant dan pemakaian implant ... 61 6.5 Role model dan pemakaian implant ... 63 6.6 Akses ke fasilitas kesehatan dan pemakaian implant ... 64 6.7 Informasi dari petugas kesehatan dan pemakaian implant ... 65 6.8 Dukungan suami dan pemakaian implant ... 68 6.9 Keterbatasan penelitian... 70
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ... 71 7.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
xv
Halaman 3.1 Konsep penelitian ... 25 4.1 Rancangan penelitian cross sectional ... 28
xvi
5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di kecamatan tegalsari
kabupaten banyuwangi ... 43 5.2 Distribusi frekuensi pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan
tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan, dan dukungan suami di
kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi ... 45 5.3 Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian
implant ... 47 5.4 Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role
model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami di kecamatan tegalsari
kabupaten banyuwangi ... 49 5.5 Hasil analisis multivariat variabel, nilai budaya, pengetahuan
tentang implant, role model, dan informasi dari petugas
kesehatan di kecamatantegalsari kabupaten banyuwangi ... 52
xvii
AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BP2KB : Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana
CI : Confidence Interval
CPR : Contraceptive Prevalence Rate
HBM : Health Belief Model
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
MOU : Memorandum of Understanding
NKKBS :Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
OR : Odds Ratio
PPB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PPM : Perkiraan Permintaan Masyarakat
PUS : Pasangan Usia Subur
Puslitbangkes : Pusat Penelitian dan Perkembangan Kesehatan
PR : Prevalence Ratio
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
SOR : Stimulus Organisme Respon
xviii dilakukan
Lampiran 2. Formulir persetujuan
Lampiran 3. Kuesioner karakteristik wanita pasangan usia subur Lampiran 4. Hasil analisis dengan stata
Lampiran 5. Surat ijin penelitian kepada bakesbangpol kabupaten banyuwangi Lampiran 6. Surat permohonan ethical clearance kepada komisi etik penelitian
RSUP sanglah
Lampiran 7. Surat rekomendasi penelitan dari badan kesatuan bangsa dan politik
kabupaten banyuwangi
Lampiran 8. Surat rekomendasi persetujuan etik dari RSUP sanglah
1
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa total populasi dunia pada tahun 2013 mencapai 7,2 milyar dan akan mencapai 9,2 milyar pada tahun 2050 (UNFPA, 2014). Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Diperkirakan setiap hari terlahir sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pada masa reformasi program KB mengalami stagnasi selama kurun waktu 10 tahun terakhir pemerintah belum mampu menurunkan total fertility rate (TFR) yang mencapai 2,6. Angka ini masih jauh dari target yaitu sebesar 2,1. Laju pertumbuhan yang sangat pesat ini akan menjadi masalah bagi pembangunan bangsa Indonesia kedepannya (BKKBN, 2012).
Angka kesuburan total telah mengalami penurunan secara global, namun di negara berkembang penurunan terjadi sangat lambat karena masih rendahnya penggunaan kontrasepsi modern yaitu hanya 31% (Sherpa, 2012). Persentase jumlah peserta KB yang dilaporkan tidak mengalami perubahan yaitu 60% pada tahun 2002 menjadi 61% pada tahun 2012 (BKKBN, 2012). Program kontrasepsi yang digalakkan dan efektif adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan implant merupakan salah satu metode unggulannya. Pencapaian MKJP
implant di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 4,95%, angka tersebut masih di bawah target angka nasional yaitu sebesar 5,70% pada tahun 2012. Tren
angka pencapaian MKJP implant mengalami penurunan di Provinsi Jawa Timur
dari tahun ke tahun (BKKBN, 2012).
Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan pencapaian kontrasepsi yang baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan angka pencapaian kontrasepsi yang menempati urutan kedua tertinggi se-Jawa Timur untuk cakupan KB baru (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Proporsi pemakaian implant di Kabupaten Banyuwangi juga menunjukkan perkembangan dengan proporsi pemakai implant yang cukup banyak yaitu di atas target nasional dan provinsi dengan presentase pada tahun 2011 sebesar 9,3%, pada tahun 2012 menjadi 9,82% dan 9,89% pada tahun 2013 (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2013). Proporsi pemakaian implant menduduki peringkat sepuluh besar dari 38 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Tegalsari salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah pemakai implant tertinggi dari tahun 2011 sebesar 11,66%, pada tahun 2012 meningkat menjadi 14,15% dan pada tahun 2013 mencapai 17% (BPPKB, 2014).
Bentuk kepedulian serta komitmen yang tinggi terhadap masalah kesehatan masyarakat, Bupati Banyuwangi telah membuat beberapa program unggulan. Salah satu program unggulan yang berkaitan dengan masalah kependudukan dan KB adalah “Harga Pas” yaitu harapan keluarga peduli anak sejak dini dengan indikator pertama keluarga mengikuti KB dan memilih alat kontrasepsi yang sesuai. Menempatkan program kependudukan dan KB sebagai program prioritas
untuk mewujudkan masyarakat Banyuwangi yang sehat dan sejahtera menjadi tujuan dari program inovatif ini dengan memberikan layanan gratis untuk akseptor MKJP (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2012).
MKJP implant (susuk) dinilai merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif dari segi kegunaan dan biaya dengan tingkat keberhasilan mencapai 99% (Gebremariam & Addissie, 2014). Kenyataannya banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menentukan alat kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan karena kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan munculnya efek samping, kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki, jumlah kisaran keluarga yang diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan serta keluarga dan lain sebagainya (Affandi, 2011).
Kontrasepsi implant memberikan kontribusi besar dalam membantu
mengendalikan jumlah penduduk dengan cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (Winner dkk, 2012). Penelitian kohort yang dilakukan di Nigeria dalam kurun waktu dua belas tahun menganalisis pada 377 wanita akseptor implant didapatkan 0% tingkat kegagalan atau 100% efektif dalam mencegah kehamilan (Aisien, 2007). Pemakaian kontrasepsi implant dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi yang dilakukan di Ethiopia didapatkan bahwa pengetahuan dan paritas lebih dari dua mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Alemayehu dkk, 2012). Hal ini juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan di Tanzania yang menyatakan bahwa pengetahuan, agama,
penghasilan, hubungan sosial, daerah perkotaan, komunikasi antara pasangan dan informasi dari petugas kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian kontrasepsi (Mosha & Ruben, 2013).
Penelitian lain yang dilakukan di Makasar didapatkan bahwa selain pengetahuan, faktor dukungan suami dan informasi dari petugas kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap rendahnya minat untuk menggunakan implant (Salvina dkk, 2013). Namun pada penelitian yang berbeda ditemukan bahwa informasi dari petugas kesehatan, pendidikan dan umur pernikahan pertama tidak menunjukkan adanya hasil yang signifikan, hubungan yang signifikan ditemukan pada umur ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak hidup, biaya pemasangan alat kontrasepsi, dan dukungan suami (Ode dkk, 2013).
Kecamatan Tegalsari merupakan kategori kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Gambiran yang berusia satu dekade sejak otonomi daerah. Terletak di pinggir kota dengan area persawahan dan perkebunan, dengan sebagian besar warganya bekerja sebagai petani modern, pekerja perkebunan dan industri rumah tangga. Beberapa pondok pesantren besar dapat ditemukan di Kecamatan Tegalsari, tiga perempat masyarakat beragama Islam dan sepertiganya beragama Hindu. Toleransi dari masyarakat sangat tinggi terbukti dari kerukunan masyarakat yang selalu hidup berdampingan, tolong menolong dan saling hormat menghormati. Tegalsari sebagai kecamatan baru selalu berbenah dan berusaha mewujudkan kesejahteraan segenap warganya (Kumala, 2014).
Penelitian ini penting untuk memberikan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada daerah dengan proporsi yang tinggi
sehingga nantinya dapat dijadikan masukan untuk daerah lain dengan proporsi pemakaian kontrasepsi implant yang rendah. Selain itu, belum ditemukannya penelitian serupa di Kabupaten Banyuwangi maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
1.2Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian tentang tingginya proporsi pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi meliputi hal berikut ini.
1.2.1 Apakah ada hubungan antara umur ibu dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.2 Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
1.2.3 Apakah ada hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.4 Apakah ada hubungan antara paritas dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.5 Apakah ada hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
1.2.6 Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang implant dengan
pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.7 Apakah ada hubungan antara role model dengan pemakaian Implant pada
1.2.8 Apakah ada hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.9 Apakah ada hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.10 Apakah ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian Implant
pada wanita pasangan usia subur? 1.3Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. 1.3.2 Tujuan khusus
Penelitian ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara umur ibu dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
2. Hubungan antara pendidikan dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
3. Hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
4. Hubungan antara paritas dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
5. Hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
6. Hubungan antara pengetahuan tentang implant dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
7. Hubungan antara role model dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
8. Hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
9. Hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian
implant pada wanita pasangan usia subur.
10. Hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
1.4Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian implant.
2. Menjadi acuan bagi calon peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan keluarga berencana dan metode kontrasepsi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan, dinas kesehatan, badan pemberdaya perempuan dan KB, puskesmas dan fasilitas pelayanan kontrasepsi dalam mengembangkan program untuk penggunaan implant.
2. Penelitian ini akan memberikan implikasi terhadap proses monitoring dan evaluasi program kependudukan dan KB.
3. Penelitian ini dapat dijadikan informasi baru bagi layanan program KB untuk meningkatkan program yang berkaitan dengan kependudukan dan KB.
9
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prevalensi pemakaian implant di indonesia
Upaya yang dilakukan dalam mengendalikan jumlah penduduk dan mengarahkan mobilitas penduduk untuk mewujudkan masyarakat supaya tumbuh seimbang dengan program keluarga berencana (KB). Keluarga kecil yang berkualitas dan sejahtera dapat direncanakan oleh setiap keluarga melalui program KB (Bappenas, 2013). Kontrasepsi merupakan sebuah metode atau upaya yang digunakan untuk mencegah kehamilan yang terjadi akibat pertemuan antara sperma dengan sel telur yang matang, upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen dan dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Atikah, 2010).
Keberhasilan program KB di Indonesia telah mendapat pengakuan dari masyarakat luas, termasuk masyarakat global. Keberhasilan tersebut ditandai dengan telah membudayanya suatu norma keluarga kecil dimasyarakat sebagai bagian dari upaya membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan indikator penurunan trends TFR 5,61 per wanita pada tahun 1970 (BKKBN, 2003) dan menjadi 4,05 per wanita pada tahun 1982, kemudian 2,80 per wanita pada tahun 1992 hingga menjadi 2,34 per wanita pada tahun 2002 (BPS, 2014). Perkembangan program kependudukan dan keluarga berencana di Jawa Timur telah memberikan hasil yang cukup memuaskan. Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2013 diketahui bahwa TFR di Jawa Timur 2,3 melampaui target RPJM 2,36 . Contraceptive Prevalence Rate
(CPR) Jawa Timur 62,4 dan target RPJM adalah 60,1%. Sementara unmet need Jawa Timur 6,7% yang masih mendekati target RPJM 6,5%, sedangkan kesertaan ber KB MKJP di Jawa Timur masih rendah yaitu 19,1% dari target Nasional sebesar 27,5% (Suparmi, 2013).
Pencapaian MKJP implant nasional mengalami penurunan trend dari tahun 1997 sebesar 10,97% menjadi 7,61% pada tahun 2002 dan kembali berkurang pada tahun 2007 mencapai 4,90% dan pada tahun 2012 mengalami sedikit kenaikan yaitu 5,70%. Provinsi Jawa Timur prevalensi pemakaian implant cenderung lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional dan cenderung terjadi penurunan dalam empat kali periode terakhir, berdasarkan dari data kependudukan BKKBN pada tahun 1997 sebesar 8,28%, 8,40 pada tahun 2002, 6,74% pada tahun 2007 dan menjadi 4,95% pada tahun 2012.
Banyuwangi yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan prestasi pencapaian kontrasepsi yang baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan angka pencapaian kontrasepsi yang menempati urutan kedua tertinggi se- Jawa Timur untuk cakupan KB baru yaitu sebesar 14,17% setelah Kabupaten Bangkalan sebesar 14,35% dengan angka cakupan rata-rata provinsi 9,45% (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Pencapaian MKJP implant di Kabupaten Banyuwangi juga menunjukkan perkembangan proporsi pemakaian implant yang cukup banyak yaitu diatas target nasional dan Provinsi dengan persentase 9,3% pada tahun 2011, pada tahun 2012 menjadi 9,82% dan 9,89% pada tahun 2013 (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2012) ; (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2013). Proporsi pemakaian
implant di Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat sepuluh besar dari 38 kabupaten atau kota dengan urutan kedelapan (Dinkes Prov. Jatim, 2012).
Tegalsari adalah kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah pemakai implant tertinggi selama periode tiga tahun terakhir dengan persentase sebesar 11,66 pada tahun 2011, pada tahun 2012 meningkat menjadi 14,15% dan pada tahun 2013 menjadi 17%. Perbandingan antara PPM dengan realisasi pada tahun 2011 cakupan KB baru dengan PPM 89 sampai bulan Desember mencapai 149 akseptor (167,4%) dan pada tahun 2012 dengan PPM 122 jumlah realisasi akseptor sebanyak 484 (396,7%) serta untuk cakupan KB aktif akseptor implant sampai bulan Desember tahun 2013 sebanyak 1.904 akseptor atau sebesar 212,5% dari PPM (BPPKB, 2014).
2.2 Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) implant
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan suatu metode kontrasepsi efektif karena dapat memberikan perlindungan dari resiko kehamilan untuk jangka waktu hingga sepuluh tahun. Metode kontrasepsi jangka panjang dinilai paling cost effective dengan tingkat keberhasilan mencapai 99% (Purwoko, 2011) .
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau Implant (susuk) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Cara kerja alat kontrasepsi ini adalah dengan menghambat ovulasi, menyebabkan selaput lendir tidak siap untuk menerima pembuahan dengan cara menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Konsentrasi yang rendah pada progestin akan
menimbulkan pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant. Satu atau dua hari dari menstruasi merupakan masa yang tepat untuk dilakukan pemasangan pada kontrasepsi implant (BKKBN, 2011). implant memiliki efektifitas tertinggi dari setiap metode kontrasepsi, karena keefektifannya maka implant dapat digunakan oleh semua wanita disetiap keadaan (Jacobstein & Polis, 2014). Berdasarkan pengamatan secara kohort yang dilakukan di Nigeria dari tahun 1985 sampai 1996 dan dilakukan analisis pada tahun 2004 ditemukan pada akseptor implant selama periode itu tidak didapatkan kehamilan yang tidak diinginkan yang artinya keefektifan dari metode kontrasepsi implant mencapai 100% (Aisien, 2007).
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian implant
Program keluarga telah banyak mengalami perkembangan pada beberapa dekade terakhir, akan tetapi masalah kependudukan belum sepenuhnya teratasi. Lebih dari 120 juta wanita diseluruh dunia mempunyai keinginan untuk mencegah kehamilan akan tetapi mereka dan pasangannya tidak menggunakan alat
kontrasepsi. Beberapa alasan yang membuat mereka menjadi unmet need
diantaranya : karena persediaan alat kontrasepsi yang belum tersedia dengan baik ataupun tidak lengkap sehingga pilihan menjadi sangat terbatas, takut penolakan sosial atau tidak didukung oleh pasangannya, kekhawatiran akan muncul efek samping dan lain sebagainya (WHO, 2007). Di Indonesia sendiri penggunaan MKJP yang relatif masih rendah dipengaruhi oleh faktor sosial, demografi, ekonomi dan sarana serta faktor yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dari
MKJP itu sendiri (Puslitbangkes, 2011). Faktor-faktor yang berhubungan antara lain seperti diuraikan dibawah ini.
2.3.1 Umur
Sebagian besar masa reproduksi secara aktif digunakan untuk kebutuhan seksual, dengan demikian wanita memilki periode yang panjang dimana mereka memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk mengatur kehamilan dan menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Penelitian yang dilakukan pada ibu muda di USA, untuk menjarangkan kehamilan mereka mengatakan diperlukan suatu metode kontrasepsi yang efektif untuk jangka panjang, karena umur yang muda maka masa reproduktifnya lebih panjang, dari penelitian tersebut didapati pada wanita usia <21 tahun cenderung mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan abortus lebih besar dua kali (Winner dkk, 2012).
Pendapat yang sama pada penelitian yang dilakukan di Iran karena umur yang muda mempunyai masa reproduktif yang panjang sehingga diperlukan metode kontrasepsi efektif dalam waktu yang lama. Penelitian ini didapatkan hasil 64% dari pengguna implant adalah wanita dengan umur <24 tahun (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002). Namun penelitian di Alabama menemukan hal yang berbeda, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemakaian kontrasepsi implant dan non implant dengan nilai p = 0,37 (Mcelderry, 1996) . Departemen kesehatan Republik Indonesia membagi kelompok umur untuk akseptor KB menjadi dua kategori yaitu umur <20 atau >35 tahun, umur 20-35 tahun (Depkes RI, 2006). Umur <20 tahun atau umur >20-35 tahun adalah usia untuk menunda kehamilan, umur 20-35 tahun untuk menjarangkan kehamilan.
2.3.2 Pendidikan
Peran pendidikan dalam mempengaruhi pola pemikiran perempuan untuk menentukan kontrasepsi mana yang lebih sesuai untuk dirinya, kecenderungan ini menghubungkan antara tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan seseorang, penelitian di Cambodia tersebut menegaskan hubungan pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi modern sangat berkaitan (Samandari, 2010). Berdasarkan hasil penelitian di Kenya tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan yang signifikan. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih tinggi (Copollo, 2011).
2.3.3 Pekerjaan
Banyak penelitian menemukan bahwa perempuan yang bekerja dan ikut berpartisipasi dalam menyumbang sumber perekonomian keluarga cenderung lebih mengatur kesuburannya, dengan memiliki satu anak atau bahkan tidak sama sekali, persaingan dalam karir dan pekerjaan bahkan kebijakan dari tempat kerja membuat mereka memilih untuk tidak mempunyai anak, sehingga mereka harus memilih kontrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam waktu yang lama (Mosha & Ruben, 2013).
2.3.4 Paritas
Pengalaman berulang dari melahirkan dan resiko dari terlalu sering melahirkan sering menimbulkan suatu hal yang mempengaruhi kesehatan bahkan menimbulkan kematian, dari para akseptor metode kontrasepsi jangka Panjang di Cipayung Bandung memutuskan untuk memilih salah satu metode kontrasepsi
jangka panjang karena telah memiliki cukup anak yaitu lebih dari 5 dan mengalami komplikasi selama hamil dan melahirkan, oleh karena itu mereka menyadari terlalu sering melahirkan adalah membahayakan kesehatannya (Newland, 2001).
Berbeda dengan penelitian Erman yang dilakukan di Palembang, paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dipaparkan tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan penggunaan MKJP (Erman & Elviani, 2012). Paritas dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu paritas <2 dan >2 (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002).
2.3.5 Jumlah penghasilan keluarga
Menurut Wang dkk (2006) dalam Mosha & Ruben (2013). perbedaan kesuburan menurut status sosial ekonomi telah menarik banyak perhatian karena mereka percaya bahwa perempuan dari keluarga kaya akan mempunyai kesehatan yang lebih baik yang secara pasti akan berpengaruh pada kesuburannya dan hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan kepadatan pada sub populasi tertentu.
Kesejahteraan ekonomi keluarga mempunyai hubungan positif terhadap penggunaan kontrasepsi, dengan OR 3,96 berarti pada keluarga sejahtera mempunyai 4 kali lebih besar dalam menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan (Mosha & Ruben, 2013). Hasil survei demografi dan kesehatan dari 55 negara berkembang dengan menggunakan indeks kekayaan untuk mengeksplorasi pemakaian kontrasepsi modern didapati kesenjangan dengan pemakaian lebih rendah pada masyarakat miskin (Gakidou & Vayena, 2007). Penghasilan dibagi
menjadi dua kategori berdasarkan UMR dari wilayah kabupaten Banyuwangi, rendah jika < Rp. 1.426.000 dan tinggi jika ≥ Rp. 1.426.000 (Pergub Jatim, 2014). 2.3.6 Nilai budaya
Lingkungan memiliki peranan yang sangat kuat dalam menentukan tindakan individu. Nilai-nilai budaya merupakan norma yang dipegang erat setiap masyarakat. Setiap daerah mempunyai nilai budaya yang berbeda-beda dan menjadi pegangan hidup setiap warganya. Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa agama mempunyai peranan yang sangat kuat dalam mempengaruhi seseorang untuk memutuskan dalam memilih metode kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur jumlah anak mereka.
Penelitian di Tanzania mendapatkan hubungan yang signifikan antara agama dengan pemakaian kontrasepsi dengan nilai OR 2,802 dan p =0,02 (Mosha & Ruben, 2013). Penelitian di Turkey juga menemukan hasil yang serupa, didapatkan 32,5% pada WUS usia 15-45 tahun tidak menggunakan kontrasepsi karena alasan kepercayaan bahwa mendapat dosa jika mereka menggunakan KB (Sahin, 2003).
2.3.7 Pengetahuan
Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman kita atas sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka, pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan untuk menggunakan alat kontrasepsi, dengan nilai p = 0,00 dan OR 2,224 (Mosha & Ruben, 2013).
Sebagian besar masyarakat pada dasarnya telah mengetahui bahwa kontrasepsi mampu mengatur angka kelahiran, akan tetapi banyak pengguna kontrasepsi yang memutuskan untuk berhenti menggunakan kontrasepsi dan enggan untuk memakainya kembali karena mereka berenggapan akan menjadi resisten sehingga seringkali mengalami kegagalan, disini pentingnya pengetahuan untuk menghilangkan kesalah pahaman tersebut (Save, 2004).
2.3.8 Persepsi manfaat
Persepsi merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh akan terbentuknya perilaku. Perubahan perilaku dalam diri individu dapat diketahui melalui persepsi, secara umum persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman yang dihasilkan dari panca indra manusia. Pengguna implant mempunyai anggapan yang positif bahwa metode ini merupakan cara yang paling aman, nyaman dan efektif (Kuiper dkk, 1997).
Hasil dari pemikiran akan suatu tindakan yang dilakukan apakah akan membawa suatu manfaat dan keuntungan dalam mengurangi resiko akan timbulnya masalah kesehatan. Persepsi merupakan keyakinan yang mendapat pengaruh dari sosial dan budaya dan merupakan pertimbangan keuntungan dari orang lain yang telah melakukan, sejauh mana kepercayaan dengan menggunakan metode kontrasepsi dapat meningkatkan kesejahteraan (Tuner dkk , 2003).
2.3.9 Role model (model peran)
Model peran mempunyai peranan yang sangat penting untuk psikologis manusia dalam membantu perkembangan yang berfungsi sebagai pandangan untuk mengambil keputusan tentang hal yang akan mempengaruhi masa depan
(Thomas, 2014). Model peran yang positif seperti keberhasilan sesorang akan mempunyai pengaruh yang besar kepada orang lain yang menjadikannya sumber inspirasi untuk melakukan hal yang sama (Lockwood dkk, 2002).
2.3.10 Ketersediaan alat kontrasepsi
Hasil tinjauan lapangan diketahui bahwa tinggi rendahnya partisipasi masyarakat terhadap jenis pemakaian alat kontrasepsi karena dipengaruhi ketersediaan dari alat kontrasepsi itu sendiri, keterbatasan dari alat kontrasepsi seringkali menjadi kendala bagi akseptor sehingga akhirnya mereka memutuskan memilih salah satu kontrasepsi karena sebagai substitusi (BKKBN, 2008a).
Pilihan metode kontrasepsi jangka panjang seperti implant, IUD dan sterilisasi harus lebih mudah untuk diakses bagi perempuan pasca aborsi dan melahirkan untuk mencegah kembali terjadinya aborsi yang tidak aman memerlukan metode kontrasepsi dalam jangka waktu yang lebih panjang akan lebih baik untuk kesehatan mereka (Trevvit, 2010).
2.3.11 Akses ke tempat fasilitas pelayanan
Faktor yang paling umum mempengaruhi penggunaan kontrasepsi modern pada masyarakat adalah akses jarak ke pelayanan kesehatan, ketersediaan alat serta keterjangkauan harga dari metode tersebut (Samandari, 2010). Goodman menyebutkan jarak kepelayanan kesehatan dengan waktu tempuh kurang dari tiga puluh menit akan menarik para perempuan untuk mengunjungi pusat pelayanan KB tersebut, jarak tempat pelayanan sangat efektif dalam meningkatkan penggunaan kontrasepsi dan menurunkan kesuburan (Goodman dkk., 2007).
2.3.12 Informasi dari petugas tenaga kesehatan
Komunikasi inter personal atau konseling merupakan kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara klien dengan petugas dengan tujuan untuk memberikan bantuan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif sehingga calon akseptor mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau metode kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya (BKKBN, 2009). Komunikasi dan informasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,001 (Mosha & Ruben, 2013).
2.3.13 Dukungan suami
Tingkat kepedulian yang tinggi tentang keluarga berencana diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan di Nigeria baik pada daerah perkotaan maupun pedesaan, 98,3% responden laki–laki berpendapat bahwa keputusan untuk memakai KB harus diputuskan secara bersama dengan pasangan mereka, sehingga bisa saling memberi dukungan untuk menggunakannya (Ernest dkk, 2007).
Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kohan pada penelitian kualitatifnya , bahwa perempuan akseptor KB merasa lebih nyaman ketika keputusan KB diputuskan secara mufakat antara pasangan (Kohan dkk, 2012). Alasan pada wanita usia 15 – 49 tahun yang tidak menggunakan KB di Turkey adalah karena tidak mendapat persetujuan sehingga tidak didukung oleh suami (Sahin, 2003). Berdasarkan beberapa penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Aryanti di Kabupaten Lombok Timur dari beberapa faktor yang mempengaruhi wanita usia dini menggunakan KB hanya faktor dukungan suami yang mempunyai pengaruh 100% (Aryanti, 2014).
2.3.14 Dukungan tokoh masyarakat / tokoh agama
Tokoh agama merupakan tokoh panutan yang memiliki wawasan keagamaan yang luas, mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung program KB dan kesehatan reproduksi. BKKBN pusat telah membuat kesepakatan kesepakatan bersama (MOU) dengan departemen agama republik Indonesia, kesepakatan bersama tersebut dilksanakan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten / kota sampai ditingkat lapangan (BKKBN, 2008b).
2.4 Teori perilaku
Faktor yang mempengaruhi perilaku individu merupakan resultansi dari rangsangan dari luar dengan reaksi dari dalam individu. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) yang merupakan seorang ahli psikologi telah memaparkan teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon yaitu perilaku merupakan wujud dari respon seseorang terhadap rangsangan dari luar yang mana sesorang akan melakukan suatu tindakan setelah mendapatkan rangsangan dari luar. Beberapa teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku manusia yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut.
2.4.1 Teori lawrence green
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010), analisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku terbentuk dari:
1. Predisposing factor (faktor predisposisi) adalah penyebab terlaksanakannya sebuah perilaku, hal ini merupakan faktor dalam diri individu sendiri, seperti; pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai - nilai
2. Enabling factor (faktor pemungkin) yaitu faktor yang memungkinkan atau menjembatani perilaku atau tindakan manusia sehingga hal tersebut akan mendukung manusia untuk bertindak, seperti; lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau alat kesehatan, tersedia sarana kesehatan dan sebagainya.
3. Reinforcing factor (faktor pendorong) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku, seperti; sikap dan perilaku petugas kesehatan, perilaku tokoh masyarakat atau tokoh agama yang kemudian dijadikan role model.
Model Green dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut:
Keterangan; B = Behaviour F = Fungsi Pf = Predispossing Factors Ef = Enabling Factors Rf = Reinforcing Factors 2.4.2 Teori social learning
Teori Social Learning atau teori belajar sosial dari Albert Bandura (1977) dalam (Boeree, 2006) mengemukakan bahwa teori belajar sosial menggunakan sudut pandang kognitif dalam menguraikan belajar dan perilaku. Melalui kognitif individu akan berasusmsi tentang pikiran manusia dan menafsirkan semua pengalaman yang terjadi. Menurut Bandura individu tidak berdiri sendiri dalam memproduksi perilaku akan tetapi berkaitan antara individu dengan lingkungan.
Kepribadian dan perilaku individu bersama dengan faktor lingkungan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam merespon situasi yang dihadapi. Dasar kognisi dalam proses belajar diringkas dalam empat tahap yaitu.
1. Atensi / perhatian
Reaksi baru yang dipelajari dari melihat atau mendengar, maka hal tersebut akan menimbulkan perhatian yang akan menjadi sesuatu yang penting. Faktor-faktor untuk mendapatkan perhatian dipengaruhi oleh; penekanan penting dari perilaku menonjol, memperoleh perhatian dari ucapan atau teguran, membagi aktivitas umum dalam bagian-bagian yang wajar menjadi komponen keterampilan yang menonjol.
2. Retensi
Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori atau tidak. Dasar untuk penyimpanan merupakan metode yang digunakan untuk penyandian atau memasukkan respon. Penyandian dalam simbol verbal lebih mudah untuk diamati. Kesan visual atau simbol verbal dapat menggerakkan pola pikir secara aktif mengenai tindakan.
3. Reproduksi gerak
Waktu fakta-fakta dari tindakan baru disandikan dalam memori, maka memori tersebut akan dirubah kembali dalam tindakan yang tepat. Rangkaian tindakan baru merupakan simbol pertama pengaturan dan berlatih, semua waktu dibandingkan dengan ingatan atau memori dari perilaku model. Penyesuaian dibuat dalam rangkaian tindakan baru dan rangkaian perilaku awal. Perilaku akan dicatat oleh pengamat yang memberikan timbal balik yang benar dari perilaku
suka meniru. Dasar penyesuaian dari timbal balik membuat pengaturan simbolik rangkaian tindakan baru dan perilaku untuk memulai kembali.
4. Penguatan dan motivasi
Tujuan utama dari atensi, retensi dan reproduksi gerak sebagian besar berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk meniru perilaku penguatan menjadi relevan. Teori sosial belajar mempunyai dua implikasi penting yaitu belajar dari pengamatan, yang kedua adalah hadiah dan hukuman yang mempengaruhi pertunjukan dari perilaku yang dipelajari.
24 3.1 Kerangka berpikir
Metode kontrasepsi jangka panjang implant merupakan metode
kontrasepsi yang efektif yang sesuai digunakan oleh pasangan usia subur dengan tujuan untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan. Dalam upaya untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB MKJP implant diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan banyak terobosan program yang ditawarkan oleh BKKBN. Banyak faktor yang mempengaruhi wanita usia subur dalam dalam menentukan pemakaian alat kontrasepsi yang sesuai dan diinginkan. Perilaku pencarian peningkatan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Keputusan dalam menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh sesorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, secara internal dari individu sendiri berkaitan dengan kondisi karakteristiknya yang meliputi umur ibu, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan. Faktor lingkungan juga mempunyai kaitan yang erat, pengaruh dari nilai-nilai budaya meliputi kepercayaan, tradisi dan agama. Pengaruh teman sebaya atau pemodelan dari teman atau tokoh idola, akses menuju tempat yang memfasilitasi serta dukungan dari pasangan merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk memutuskan dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
3.2 Konsep penelitian
Gambar 3.1 Konsep Determinan Pemakaian Implant
Modifikasi dari Teori Lawrence Green dan Teori Social Learning Albert Bandura
Keterangan :
Yang diteliti :
Yang tidak diteliti : Faktor Predisposisi Karakteristik Demografi : Umur ibu Pendidikan Pekerjaan Paritas Penghasilan Suku Struktural : Nilai Budaya Role model Pengetahuan Tentang Implant Faktor Pemungkin
Akses ke fasilitas pelayanan
Biaya pemasangan alat
kontrasepsi
Ketrampilan tenaga kesehatan
Jumlah fasilitas pelayanan KB Faktor Penguat
Informasi petugas kesehatan
Dukungan suami
Kebijakan peraturan
pemerintah
Sikap petugas pelayanan kesehatan
Pemakaian
implant
pada
3.3 Hipotesis penelitian
Hipotesis pada penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut.
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
4. Ada hubungan antara paritas dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
5. Ada hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
6. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
7. Ada hubungan antara role model dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
8. Ada hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
9. Ada hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
10. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.
28 BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional analitik menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan pada seluruh variabel tergantung (dependent) dengan variabel bebas (independent) dilakukan dalam waktu yang sama.
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Studi Cross-Sectional 4.2 Lokasi dan waktu penelitian
4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. 4.2.2 Waktu penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan April 2015.
Wanita PUS
Akseptor KB Non akseptor KB
4.3 Penentuan sumber data 4.3.1 Populasi penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua wanita pasangan usia subur, sedangkan populasi terjangkau adalah semua wanita pasangan usia subur yang menggunakan KB dan bertempat tinggal menetap di kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
4.3.2 Kriteria inklusi dan eksklusi 4.3.2.1 Kriteria inklusi
Semua wanita pasangan usia subur dengan usia 15 – 49 tahun, akseptor KB, berdomisili di kecamatan Tegalsari.
4.3.2.2 Kriteria eksklusi
Wanita pasangan usia subur yang tidak bersedia untuk menjadi responden, wanita pasangan usia subur yang sedang sakit kronis.
4.3.3 Sampel penelitian
Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi pada dua kelompok independent dengan rumus dari Lameshow (1990) dalam (Sastroasmoro, 2011) untuk perhitungan besar sampel.
Besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut ;
2 2 1 2 2 2 1 1 ) ( 2 P P Q P Q P Z PQ Z n Keterangan ;P1 = proporsi pemakaian kontrasepsi implant dari penelitian (Aisien, 2007) = 0,032
Q1 = (1-P1) = (1-0,032) = 0,968
P2 = proporsi pemakaian kontrasepsi implant berdasarkan clinical judgement = 0,17 (BPPKB, 2014).
Q2 = (1-P2) = (1-0,17) = 0,83
P = (P1+P2)/2 = (0,032+0,17)/2 = 0,101 Q = (1-P) = (1-0,101) = 0,899
Zα = Tingkat kemaknaan (1-α) = 1,96 dari derajat kemaknaan 95% Zβ = Koefisien power (1-β) = 1,282 untuk kekuatan uji power dari 90%
99 ) 17 , 0 032 , 0 ( 83 , 0 17 , 0 968 , 0 032 . 0 282 , 1 899 , 0 101 , 0 2 96 , 1 ) ( 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 x x x x n P P Q P Q P Z PQ Z n Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas didapatkan jumlah minimal total sampel keseluruhan adalah sebanyak 198 sampel.
4.3.4 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling, pada tahap pertama menentukan tiga desa yang diambil secara purposive sesuai dengan karakteristik yang mewakili dari enam desa yang ada di kecamatan, pada tahap kedua memilih dusun secara random dari masing-masing desa yang sudah terpilih dan pada tahap ketiga menentukan KK yang akan dijadikan sampel secara sistematik random sampling berdasarkan dari list akseptor KB dengan membagi jumlah total akseptor KB dengan jumlah sampel yang diambil pada masing-masing desa. Dengan interval yang didapatkan tanpa membedakan kontrasepsi apa yang dipakai oleh responden agar jumlah sampel yang diambil dapat
mencerminkan atau mirip dengan populasi yang ada sampai mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria dari penelitian.
4.3.5 Responden
Responden yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur.
4.4 Variabel penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel tergantung (dependent).
4.4.1 Variabel bebas (independent)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah umur ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas pelayanan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami.
4.4.2 Variabel Terikat (dependent)
Variabel terikat atau tergantung dari penelitian ini adalah pemakaian implant.
4.4.2 Definisi operasional
Tabel 4.1 Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional Instru ment Skala Peng ukur an Catatan tentang Rencana Analisis Independe nt; a. Um ur
Umur wanita pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi implant pada waktu penelitian
Kuesio ner Interval umur dalam tahun Kategorikal a. 20-35 tahun = 0 b. <20 tahun atau > 35 tahun =1 (Depkes RI, 2008) b. Pendidik an c.
Pendidikan terakhir dari
wanita pasangan usia
subur yang memakai
kontrasepsi implant Kuesio ner Ordinal Kategorikal a. Dasar (SD) = 0 b. Menenga h (SMP & SMA) = 1 c. Tinggi ( PT) = 2 (UUD, 2003) d. Pekerjaa n
Aktivitas utama untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari (finansial dan non finansial) dari wanita pasangan usia subur yang
memakai kontrasepsi implant Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Bekerja sebagai IRT = 0 b. Bekerja di bidang pertanian = 1 c. Bekerja di bidang industri = 2 d. Bekerja di bidang jasa = 3 (Anggraeni, 2012)
Variabel Definisi Operasional Instru ment Skala Peng ukur an Catatan tentang Rencana Analisis e. Paritas Jumlah anak (hidup atau
mati) yang pernah
dilahirkan oleh wanita
pasangan usia subur yang
memakai kontrasepsi implant Kuesio ner Interval Kategorikal a. ≤2 = 0 b. >2 = 1 (Depkes RI, 2008). f. Nilai budaya
Tata nilai masyarakat yang
meliputi tradisi dan
kepercayaan serta
keyakinan menurut sudut
pandang agama pada
masyarakat yang
mempunyai pengaruh
terhadap keputusan dalam
memakai kontrasepsi
implant meliputi pengaruh lingkungan tempat tinggal ibu, perasaan khawatir saat memakai kontrasepsi dan hal yang menyebabkan khawatir, dukungan dari tradisi masyarakat dan ada
tidaknya larangan dari
agama. Pengukuran
dilakukan dengan
menggunakan kuesioner
terstruktur. Terdapat 8
pertanyaan dengan 6
pertanyaan utama dan 2 pertanyaan lanjutan. Dari 6 pertanyaan, 5 pertanyaan
dengan jawaban iya
skor=1, dan 1 pertanyaan
(E2) dengan jawaban
tidak=1. Jadi pengambilan skoring berdasarkan dari 6 pertanyaan, dengan skor jawaban ≥4= mendukung. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Tidak mendukung = 0 b. Menduk ung =1 (Mosha & Ruben, 2013)
Variabel Definisi Operasional Instru ment Skala Peng ukur an Catatan tentang Rencana Analisis g. Pengetah uan tentang implant Pemahaman dan pengetahuan wanita
pasangan usia subur
tentang kontrasepsi
implant yang diukur
dengan kemampuan
menjawab pertanyaan
kuesioner. Pengetahuan
tentang implant meliputi kontasepsi jangka panjang,
manfaat kontrasepsi
implant, efektifitas implant, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping. Pemberian skor pada jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah =0.
Jawaban benar yang
dipilih lebih dari 1 skor dianggap=1. Terdapat 10 pertanyaan dengan skoring pengetahuan kurang nilai ≤4, pengetahuan cukup nilai 5-6 dan pengetahuan baik nilai 7-10. Kuesio ner Ordinal Kategorikal a. Kurang = 0 b. Cukup = 1 c. Baik = 2 (Alemayehu dkk., 2012)
Variabel Definisi Operasional Instru ment Skala Peng ukur an Catatan tentang Rencana Analisis h. Role model
Model peran yang
ditirukan dari seseorang
yang memakai implant
yang dianggap sebagai panutan, idola maupun orang yang dihormati dan
seseorang tersebut
mempunyai pengaruh
untuk menirukan perilaku
dalam pemakaian
kontrasepsi implant. Role model meliputi orang terdekat dari responden yang memakai implant,
idola yang memakai
implant, ajakan memakai implant dari orang terdekat serta siapakah yang paling
berpengaruh dalam
keinginan untuk memakai implant. Terdapat 4 pertanyaan dengan nilai ≥3= ada role model, <3=tidak ada. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Tidak ada = 0 b. Ada = 1 i. Akses ke fasilitas pelayana n kesehata n
Jarak tempuh, lama waktu tempuh dan sarana yang
dibutuhkan wanita
pasangan usia subur dari rumah ke fasilitas yang
melayani kontrasepsi
implant. Jarak jauh jika >2,5 km dengan skor=0, jarak dekat ≤2,5 km,
dengan skor=1. Waktu
tempuh >15 menit skor=0, dan waktu tempuh ≤15
menit skor=1. Nilai
≥3=mudah dijangkau. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Susah dijangkau = 0 b. Mudah dijangkau = 1 (BPS, 2013)
Variabel Definisi Operasional Instru ment Skala Peng ukur an Catatan tentang Rencana Analisis j. Informas i dari petugas kesehata n
Informasi yang diterima oleh wanita pasangan usia subur tentang kontrasepsi implant yang diberikan
oleh tenaga kesehatan
meliputi berapa kali
mendapatkan informasi,
kejelasan dari informasi serta tingkat pemahaman ibu. Nilai ≥3=mendapat informasi. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Tidak mendapat informasi = 0 b. Mendapa t informasi = 1 (Salvina dkk, 2013) k. Dukunga n suami
Dukungan yang diberikan suami dalam keikutsertaan
memutuskan metode
kontrasepsi dan
keikutsertaan dalam
pelaksanaannya baik
secara moral dan material yang meliputi musyawarah bersama dalam mengambil
keputusan, mendukung
dalam bentuk keikut
sertaan baik secara
langsung maupun tidak
langsung. Nilai ≥3=mendapat dukungan dari suami. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Tidak mendapat dukungan = 0 b. Mendapa t dukungan = 1 (Aryanti, 2014) Dependent Pemakaian implant
Wanita pasangan usia subur yang memakai kontrasepsi implant. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Tidak memakai implant = 0 b. Memakai implant = 1
4.5 Instrument penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner terstruktur yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel yang diteliti, yaitu berisikan tentang umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, role model, jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami.
4.6 Pengumpulan data
4.6.1 Jenis data yang dikumpulkan
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder.
4.6.2 Cara pengumpulan data
Proses pengumpulan data dimulai dengan cara permohonan ijin pengambilan data di Bakesbangpol. Data primer didapatkan dengan cara memberikan kuesioner sedangkan data sekunder didapatkan dari laporan tahunan pada BPPKB dan laporan tahunan Kabag KB pada kecamatan Tegalsari. Data sekunder yang didapatkan dari Kabag KB Kecamatan Tegalsari merupakan list akseptor KB, yang digunakan sebagai list untuk pengambilan sampel. Cara pengambilan data dengan mendatangi rumah dari masing-masing responden yang telah ditentukan secara systematic random sampling kemudian membagikan kuesioner terstruktur dan responden mengisi kuesioner dalam waktu 20 sampai 30 menit.
4.6.3 Pengolahan data 4.6.3.1 Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.
4.6.3.2 Coding
Dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Data disederhanakan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu pada setiap jawaban. Pengkodean dilakukan dengan memberi kode pada pertanyaan, nomor variabel, nama variabel dan kode jawaban.
4.6.3.3 Scoring
Memberikan nilai jawaban pada setiap jawaban responden sehingga setiap jawaban responden dapat diberikan skor. Data yang telah terkumpul dari masing-masing responden di skor sesuai dengan variable yang ditanyakan.
4.6.3.4 Entering
Meringkas data dengan memasukkan ke dalam tabel yang disediakan. 4.6.3.5 Tabulating
Menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi kemudian diinterpretasikan secara narasi.
4.7 Teknik analisis data 4.7.1 Analisa univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan setiap variabel yang diteliti, dengan melihat gambaran distribusi dari variabel independent yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan tentang implant, role model, jarak ke
fasilitas pelayanan, informasi dari petugas kesehatan serta dukungan suami dengan variabel dependent pemakaian implant. Data dianalisa menggunakan statistik deskriptif yang digunakan untuk mendapatkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase (%) dari masing-masing variabel.
4.6.1 Analisa bivariat
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independent dengan variabel dependent. Analisis bivariat dilakukan pada variabel yang telah dikategorikan dengan membuat tabel 2 x 2 colum percentage. Ukuran asosiasi variabel independent dengan variabel dependent ditunjukan dengan nilai Crude Odds Ratio (OR) dengan interpretasi nilai PR. Jika nilai PR = 1 maka variabel independent tidak mempunyai hubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant, jika nilai PR >1 maka variabel independen berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant dan jika nilai PR <1 maka variabel independent tidak berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant. Uji statistik dalam menghitung estimasi besar hubungan masing-masing variabel independent dengan variabel dependent menggunakan uji chi-square , dengan niali α = 0,05 dan Confidence Interval (CI) 95%, bila nilai p > tidak ada hubungan , bila nilai p ≤ berarti ada hubungan.
4.6.2 Analisa multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
bebas dengan variabel dependent dan variabel independent mana yang
mempunyai hubungan paling besar terhadap variabel dependent. Analisis