• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik wanita pasangan usia subur akseptor implant Masa reproduksi merupakan masa aktif digunakan untuk

HASIL PENELITIAN

6.2 Karakteristik wanita pasangan usia subur akseptor implant Masa reproduksi merupakan masa aktif digunakan untuk

kebutuhan seksual, sehingga mereka memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk menunda kehamilan, mengatur kehamilan dan menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Usia reproduktif yaitu usia diantara 20 tahun sampai 35 tahun dimana merupakan usia dewasa yang cukup matang untuk dibuahi, dan sebaliknya usia <20 tahun yang merupakan usia terlalu muda untuk hamil sehingga penggunaan kontrasepsi diperlukan sebagai alat untuk menunda kehamilan. Usia yang terlalu tua untuk hamil yaitu >35 tahun, sehingga metode kontrasepsi diperlukan untuk mencegah kehamilan, sehingga pada kedua periode usia tersebut diperlukan metode yang lebih efektif dan berlaku dalam jangka waktu yang lebih panjang (Depkes RI, 2006).

Pemakaian kontrasepsi implant lebih banyak dipakai oleh wanita usia muda <21 tahun karena mempunyai resiko abortus yang lebih tinggi (Winner dkk, 2012). Usia muda mempunyai masa reproduktif yang panjang sehingga diperlukan metode kontrasepsi efektif dalam

waktu yang lama, sehingga implant lebih banyak digunakan pada wanita usia <24 tahun (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002). Penggunaan kontrasepsi dengan metode yang lebih efektif lebih banyak diminati wanita dengan umur <20 tahun dan >35 tahun dengan anggapan pemilihan yang rasional sesuai fase usia (Ode dkk, 2013).

Hasil analisis bivariat didapatkan OR 0,82 dengan CI 0,37-1,75. Hasil menunjukkan bahwa peluang umur <20 tahun atau >35 tahun untuk memakai implant 0,8 kali dibandingkan dengan umur 20-35 tahun, jadi wanita yang banyak menggunakan implant adalah umur 20-35 tahun akan tetapi secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05 serta angka CI yang mengandung angka satu. Hal ini berlawanan dengan penelitain yang pernah dilakukan sebelumnya, akan tetapi hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di Ethopia didapatkan akseptor implant lebih banyak pada usia 25 tahun sampai 35 tahun (Alemayehu dkk., 2012).

Pemakaian implant lebih banyak digunakan pada wanita usia 20-35 tahun. Diketahui bahwa pada usia 20-20-35 tahun merupakan masa reproduksi dengan usia matang yang paling sempurna untuk dibuahi. Pada tahap usia ini kontrasepsi berfungsi untuk mengatur dan menjarangkan kehamilan. Masa keefektifan dari implant yang efektif dalam waktu 3 sampai 5 tahun sesuai dengan jarak ideal antara kehamilan.

Hasil penelitian terkait pendidikan sebesar 73,81% dengan pendidikan menengah pada kelompok yang memakai implant, 71,52% tidak memakai dan sebesar 2,38% pendidikan tinggi yang memakai

implant dan 7,05% yang tidak memakai. Berdasarkan hasil analisis

didapatkan nilai OR 0,95 pada pendidikan menengah dan 0,31 pada pendidikan tinggi. Diketahui bahwa peluang penggunaan implant pada yang berpendidikan tinggi (akademi atau universitas) lebih rendah 0,3 daripada yang berpendidikan rendah (SD dan tidak sekolah) dan terdapat trend terbukti semakin tinggi pendidikan didapatkan nilai OR yang semakin rendah.

Pemakaian implant pada wanita PUS lebih banyak dipakai pada wanita dengan pendidikan rendah. Masalah ini memang sangat berkaitan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting pada perkembangan dan kemajuan SDM suatu bangsa. Orang dengan pendidikan tinggi berkecenderungan mempunyai pemikiran yang lebih kritis dan selektif karena mempunyai prinsip yang menjadikan mereka lebih idealis dan berhati-hati dalam bertindak. Sebaliknya, seseorang dengan pendidikan yang rendah akan lebih mudah untuk dipengaruhi untuk melakukan suatu hal. Ketidaktahuan mereka akan beberapa hal membuat mereka lebih terbuka terhadap suatu hal baru yang diperkenalkan.

Hal ini berlawanan dengan teori yang ada bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan

seseorang. Penelitian tersebut menegaskan bahwa hubungan pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi modern sangat berkaitan (Samandari, 2010). Tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah karena seorang ibu dengan pendidikan tinggi lebih berpengalaman dalam menggunakan kontrasepsi (Susanti dkk, 2013)

Hasil yang sama didapatkan tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan yang signifikan. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih tinggi (Copollo, 2011). Perbedaan yang terjadi berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Tegalsari bahwa, semakin rendah pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk dipengaruhi dalam memutuskan memakai kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa orang dengan pendidikan yang rendah mempunyai kecenderungan untuk lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain.

Hasil penelitian terkait status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa hanya 16,16% ibu yang memakai implant bekerja disektor pertanian, 28,28% dibidang jasa dan sebesar 55,56% sebagai ibu rumah tangga dan berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemakaian implant (p>0,05). Akan tetapi berdasarkan analisis bivariat dapat disimpulkan

bahwa semakain sibuk ibu-ibu justru semakin rendah penggunaan

implant

Wanita yang bekerja cenderung lebih mengatur kesuburannya sehingga mereka harus memilih kontrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam waktu yang lama (Mosha & Ruben, 2013). Pekerjaan juga memiliki hubungan yang signifikan dan mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam pemakaian alat kontrasepsi (Anggraeni, 2012).

Jenis pekerjaan seseorang menentukan gaya hidup serta kebiasaan dari individu. Pekerjaan mempunyai peranan yang cukup erat dengan pemikiran dan keputusan yang harus dilakukan demi keberlangsungan karir. Jenis pekerjaan menyangkut berat dan ringannya kategori pekerjaan mempengaruhi jenis pememakaian kontrasepsi yang digunakan. Anggapan kontrasepsi yang kurang aman bagi pekerja keras karena akan menimbulkan efek samping menyebabkan penggunaan kontrasepsi implant cenderung kurang diminati .

Hasil penelitian terkait paritas menunjukkan bahwa 70,20% pada paritas ≤2 dan 29,80% pada paritas >2. Secara statistik paritas tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan didapatkan nilai OR yang didapatkan 1,07 dengan CI mengandung angka satu dan nilai (p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman bahwa paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi

dengan penggunaan metode baik jangka panjang maupun jangka pendek (Erman & Elviani, 2012).

Pengalaman berulang ibu melahirkan mempengaruhi mereka dalam memutuskan dan memilih jenis kontrasepsi yang lebih efektif dalam waktu yang lama (Newland, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Newland sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alemayehu, wanita yang mempunyai anak >2 mempunyai peluang lebih besar 3 kali dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak <2 terbukti dengan nilai OR 2,7 dan CI 1,4-5,1 (Alemayehu dkk., 2012).

Jumlah anak hidup mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas yang lebih tinggi.

Dokumen terkait