Dr. Bambang Supriyanto, SH, MH
Program Director CHRP
Dosen Fak Hukum, Unika Atma Jaya
Konsultan Hubungan Industrial/Hukum
Perburuhan
OUTSOURCING, DAN
BERBAGAI MASALAHNYA.
SOLUSINYA ?
Untuk ICHRP
1
Jakarta, 17 Januari 2013
OUTLINE
1.
Gejolak perburuhan mutakhir
2.
Outsourcing pelaksanaan pekerjaan
3.
Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011
4.
Tentang Mahkamah Konstitusi dan putusannya
5.
Transfer of Undertaking – Protection of Employee
(TUPE)
6.
Pelaksanaan TUPE
7.
Outsourcing dihujat, apa yang mesti dilakukan ?
8.
Pembahasan Permenakertrans No 19 Tahun 2012
9.
Peraturan Outsourcing yang bagaimana yang
diperlukan ?
10. Solusinya ?
Gejolak perburuhan mutakhir
•
HOSTUM : Hapus Outsourcing dan
Tolak Upah Murah
•
Front Nasional menuntut pencabutan
UU 24 tahun 2011 Tentang BPJS dan
UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN
•
Buruh tuntut Presiden keluarkan
Perppu untuk cabut kedua
undang-undang tersebut
Sasaran buruh berkembang
•
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ribuan buruh kembali berdemo di
Bundaran Hotel Indonesia. Demo buruh Front Nasional menuntut
agar pemerintah mencabut UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
(Badan Penyelenggara Jaringan Sosial) dan UU No. 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
•
Pemerintah telah menyiapkan rancangan peraturan pemerintah
dan rancangan peraturan presiden tentang iuran dan manfaat
asuransi jaminan kesehatan yang akan dilaksanakan pada 1 Januari
2014.
•
"Iuran asuransi jaminan kesehatan dibayar oleh pengusaha dan
pekerja sebesar lima persen dari upah pekerja. Pengusaha tiga
persen, pekerja dua persen,”
Sasaran buruh berkembang
•
Untuk yang bukan pekerja dan bukan fakir miskin akan dikenakan
kewajiban iuran Kelas satu Rp. 50 ribu untuk kelas dua Rp. 40 ribu, dan
kelas tiga Rp. 22.500.
•
"Apabila melanggar diancam sanksi admibistrasi berupa tidak mendapatkan
pelayanan publik. Misalnya bikin KTP.
•
Untuk pembayaran iuran sendiri, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.
Jika terlambat, akan dikenakan denda 1 persen setiap bulan. Jika tiga
bulan berturut-turut tidak membayar, maka pelayanan kesehatan akan
dihentikan.
•
"Jika pemerintah memaksakan melaksanakan UU tersebut, kami akan
memboikot dengan cara menarik Jaminan Hari Tua (JHT) secara bersamaan
di seluruh Indonesia cabang Jamsostek,"
•
Front Nasional: ASPBI (F SPN, FSPTKILN-SPSI, SBSI92, Gaspermindo,
FSPBUMN, FNPBI, SPINDO, SBMI), Hizbut Tahrir Indonesia, DKR, PPMI/BIMA,
SPRTMM, GSBI, FSPOI, SPTJR, SRMI.
Outsourcing pekerjaan
Outsourcing:
menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain
Pekerjaan lazim/ dapat diborongkan
HUMAN RESOURCES
Rekrutmen, Job Evaluation,
Salary Survey, Payroll
INFORMATION TECH
Help Desk, Program Design,
Soft ware system
GENERAL AFFAIRS
Security Guard, Driver, Catering,
Expat Affairs
PERBANKAN
Teller, Credit Card Marketing,
Outsourcing
Perusahaan Pemberi Kerja (PPK)
Pekerjaan
diborongkan
Menggunakan pekerja
dari Perusahaan Penyedia
Jasa Pekerja (PPJP) untuk
bekerja di Perusahaan
Pemberi Kerja (PPK)
Pasal 65
Pasal 66
• Recruitment • Call center • Security/Satpam • Catering • Job evaluation • cleaning service • dllTipe 1:
Syarat-syarat penyerahan pekerjaan
Pasal 65, ayat (2)
Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada
perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat :
1.
dilakukan secara terpisah dari kegiatan
utama;
2.
dilakukan dengan perintah langsung atau
tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
3.
merupakan kegiatan penunjang perusahaan
secara keseluruhan (kegiatan tsb merupakan
kegiatan yang mendukung dan
memperlancar pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan alur kegiatan PPK); dan
4.
tidak menghambat proses produksi secara
langsung.
Sanksi pelanggaran: hubungan kerja pekerja Outsourcing beralih ke hubungan kerja dengan perusahaanPerjanjian pemborongan pekerjaan
Perusahaan
pemberi
pekerja
Perusahaan
pemborong
pekerjaan
Perjanjian tertulis
Pemborongan pekerjaan
•
Penyerahan sebagian
pelaksanaan
pekerjaan kepada
perusahaan lain
dilaksanakan melalui
perjanjian
pemborongan
pekerjaan yang
dibuat secara tertulis.
Kata kunci:
1. pemborongan
pekerjaan
2. perusahaan pemberi
kerja
3. perusahaan
pemborong pekerjaan
Wajib membuat bagan alur proses
Kepmenakertrans 220 tahun 2004
•
Perusahaan pemberi pekerjaan yang akan
menyerahkan sebagian pelaksanan pekerjaannya
kepada perusahaan pemborong pekerjaan wajib
membuat alur kegiatan proses pelaksanaan
pekerjaan.
•
Berdasarkan alur kegiatan proses pelaksanaan
pekerjaan perusahaan pemberi pekerjaan
menetapkan jenis-jenis pekerjaan yang utama dan
penunjang serta melaporkan kepada instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan
Tipe 2:
Outsourcing mempekerjakan pekerja dari
perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP)
Perjanjian penyediaan jasa
pekerja
Perusahaan
pemberi
pekerja
Perusahaan
penyedia
jasa
pekerjaan
Perjanjian tertulis
Penyediaan jasa pekerja
Pekerja dari perusahaan
penyedia jasa pekerja tidak
boleh digunakan oleh pemberi
kerja untuk melaksanakan
kegiatan pokok atau kegiatan
yang berhubungan langsung
dengan proses produksi,
kecuali untuk kegiatan jasa
penunjang atau kegiatan yang
tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi.
(pelanggaran, kena sanksi)
Kata kunci:
1. penyediaan jasa
pekerja
2. perusahaan pemberi
kerja
3. perusahaan penyedia
jasa pekerja
4. Kegiatan jasa
penunjang
5. Kegiatan tidak
berhubungan
langsung dengan
proses produksi
Unsur-unsur pokok/ kunci :
1. Pekerja tidak boleh digunakan untuk :
a. melaksanakan kegiatan pokok, atau
b. kegiatan yang berhubungan langsung dengan
proses produksi
2. Pekerja hanya boleh digunakan untuk :
a. melaksanakan kegiatan jasa penunjang, atau
b. kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi
Mempekerjakan pekerja dari perusahaan
penyedia jasa pekerja (PPJP)
a. hubungan kerja adalah antara pekerja dengan PPJP
b. perjanjian kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu
tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak
tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak;
c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja,
serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab
PPJP; dan
d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja PPJP
dengan PPJP dibuat secara tertulis dan wajib memuat
pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Wajib berbadan hukum dan ada ijin
Kepmenakertrans 101 Tahun 2004
•
PPJP harus berbadan hukum dan
memiliki ijin dari instansi yang
bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
Pekerja menandatangani
perjanjian kerja dengan
perusahaan pemberi kerja
PKWTT
PKWT
Perusahaan
pemborong
pekerjaan
Perusahaan
penyedia jasa
pekerja
Pekerja
PKWT/
PKWTT
Pekerja
PKWT/
PKWTT
Perusahaan pemberi kerja
Perjanjian perdata
Perjanjian kerja
Perjanjian kerja
PERTAMINA
PT MAJU MAKMUR
(Pemborong Pekerjaan
Outsourcing)
PKWT atau PKWTT ?
1. Pekerjaan di Pertamina sekali
selesai atau berkesinambungan ?
2. Pekerjaan di PT Maju Makmur sekali
selesai atau berkesinambungan ?
Kontrak
Desember 2010 –
Desember 2012
PT SEJAHTERA
(Pemborong Pekerjaan
Outsourcing)
Masa kerja di PT Maju Makmur
berlanjut
Putusan
Mahkamah
Konsitusi
Nomor 27/PUU- IX/2011
17 Januari 2012
KEKUASAAN KEHAKIMAN INDONESIA
MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH PELAYARAN PENGADILAN PAJAK PENGADILAN ANAK PENGADILAN KORUPSI PENGADILAN HAM PENGADILAN NIAGA MAHKAMAH KONSTITUSI MENTERI PERHUBUNGAN MAHKAMAH SYARIAH PERADILAN MILITER PERADILAN AGAMA PERADILAN TUN PERADILAN UMUM PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL23
Kewenangan Mahkamah Konstitusi
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
3. Memutus pembubaran partai politik;
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; atau
5. Memutus atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Para Hakim Mahkamah Konstitusi
•
3 orang dari Pemerintah
•
3 orang dari Mahkamah Agung
•
3 orang dari DPR
Legal standing (kedudukan hukum)
1. Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh
berlakunya undang-undang, yaitu:
Ł
perorangan warga negara Indonesia;
Ł
kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
Ł
badan hukum publik atau privat, atau
Ł
lembaga negara
2. Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam
permohonannya tentang hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya
Putusan Mahkamah Konstitusi
Dalam dua format :
1. Suatu frasa, Pasal atau Undang-Undang
a.
Bertentangan dengan UUD 1945
b.
Oleh karena itu, frasa, Pasal, atau Undang-Undang
dinyatakan tidak “mempunyai kekuatan hukum
mengikat”, atau
2. Suatu frasa atau Pasal dalam Undang-Undang
bertentangan dengan UUD 1945. Putusan bersifat
kondisional. Agar frasa atau Pasal dalam
Undang-Undang tidak bertentangan, frasa atau Pasal
tersebut harus dimaknai sesuatu atau dipenuhi
syarat tertentu (dirumuskan dalam putusan MK).
AMAR PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
2. Frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65 ayat
(7) dan frasa “…perjanjian kerja untuk waktu tertentu” dalam
Pasal 66 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4279)
bertentangan
dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dalam
perjanjian kerja tersebut tidak disyaratkan adanya pengalihan
perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerjanya
tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang
melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan
lain atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;
Amar Putusan
Mahkamah Konstitusi
3. Frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65
ayat (7) dan frasa “…perjanjian kerja untuk waktu tertentu”
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4279)
tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat
sepanjang dalam perjanjian kerja
tersebut tidak disyaratkan adanya pengalihan perlindungan
hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerjanya tetap ada,
walaupun terjadi pergantian perusahaan yang melaksanakan
sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau
Amar Putusan MK disederhanakan
1. Perjanjian kerja antara pekerja outsourcing
dengan perusahaan outsourcing (penerima kontrak
pemborongan pekerjaan atau kontrak penyediaan
jasa pekerja) bila obyek kerjanya tetap ada,
(harus) memuat ketentuan tentang pengalihan
perlindungan hak-hak bagi pekerja outsourcing.
2. Bila ketentuan pada angka 1 tidak terpenuhi,
maka perjanjian kerja waktu tertentu tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat.
PERTAMINA
PT MAJU MAKMUR
(Pemborong Pekerjaan
Outsourcing)
PKWT atau PKWTT ?
1. Pekerjaan di Pertamina sekali
selesai atau berkesinambungan ?
2. Pekerjaan di PT Maju Makmur sekali
selesai atau berkesinambungan ?
Kontrak
1 April 2011 – 31 Maret 2013
PT SEJAHTERA
(Pemborong Pekerjaan
Outsourcing)
Masa kerja di PT Sejahtera kembali
nol lagi
SE Dirjen B.31/PHIJSK/I/2012
Tentang Pelaksanaan Putusan
Mahkamah Konstitusi No
27/PUU-IX/2011
SE Dirjen B.31/PHIJSK/I/2012
PERUSAHAAN
PEMBERI KERJA
OUTSOURCING
PERUSAHAAN
Bila Tidak
memuat syarat pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja yang obyek kerjanya tetap adaPerjanjian kerja antara perusahaan outsourcing
Dengan pekerja outsourcing
harus
PKWTT
Kontrak 2 tahun
PEKERJA
OUTSOURCING
SE Dirjen B.31/PHIJSK/I/2012
PERUSAHAAN
PEMBERI KERJA
OUTSOURCING
PERUSAHAAN
Bila Memuat
syarat pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja yang obyek kerjanya tetap adaPerjanjian kerja antara perusahaan outsourcing
Kontrak 2 tahun
PEKERJA
OUTSOURCING
Transfer of Undertaking – Protection
of Employment
• TUPE is based on UK law.
• The purpose of TUPE is to protect employees if
the business in which they are employed
changes hands. Its effect is to move employees
and any liabilities associated with them from the
old employer to the new employer by operation
of law.
• TUPE Regulations were first passed in 1981
100
Pertautan empat (4) pihak
PT MAJU MAKMUR Des 2010-Des 2012 PT SEJAHTERA Des 2012-Des 2014 PT JASA MANDIRI Des 2014-Des 2016 PT SUKSES ABADI Des 2016-Des 2018
100
95
87
TUPE
TUPE
TUPE
Masa kerja
1. PPK – PT MM
2. PT MM – Pekerja
3. PT MM – PT S
4. PT S – Pekerja
5. PPK – PT S
5 TUPE CLAUSES :
PERUSAHAAN
PEMBERI KERJA
PIHAK KESATU
PT MAJU MAKMUR
PIHAK KEDUA
PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) -1
Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, Pihak Kedua harus mencantumkan dalam perjanjian kerja antara Pihak Kedua dengan pekerja outsourcing yang menyatakan antara lain bahwa apabila kontrak Penyediaan Jasa Pekerja antara Pihak Kedua dengan Pihak Kesatu putus karena alasan apapun, Pihak Kedua wajib mengadakan perjanjian tentang Pemindahan Tanggung Jawab dari Pihak Kedua kepada Perusahaan yang akan melanjutkan mempekerjakan pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya oleh Pihak Kedua sebagai akibat putusnya perjanjian antara Pihak Kedua dengan pihak Kesatu, atas hak-hak yang terkait dengan hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan semua pekerja yang terkait dengan perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja antara Pihak Kedua dengan Pihak Kesatu.
Perjanjian
Penyediaan
Jasa Pekerja
1. PPK – PT MM
PT MAJU MAKMUR
PIHAK KESATU
PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 2
1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, Dalam hal Pihak Kesatu harus memutuskan hubungan kerja dengan Pihak Kedua sebagai akibat dari putusnya atau berakhirnya Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja antara Pihak Kesatu dengan Perusahaan Pemberi Kerja, Pihak Kesatu bertanggung jawab untuk mengalihkan tanggung jawab Pihak Kesatu yang terkait dengan hubungan kerja antara Pihak Kesatu dengan Pihak Kedua kepada PPJP yang akan menampung Pihak Kedua
2. Pihak Kesatu tetap bertanggung jawab atas hak-hak Pihak Kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas, dalam hal PPJP yang akan menampung Pihak Kedua melalaikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
Perjanjian
Kerja
PEKERJA
OUTSOURCING
PIHAK KEDUA
PT MAJU MAKMUR
PIHAK KESATU
PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 3
1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, dan sehubungan dengan berakhirnya kontrak penyediaan jasa pekerja antara Pihak Kesatu dengan PPK terhitung mulai tanggal 15 Desember 2012, Pihak Kesatu mengalihkan tanggung jawab atas hak-hak 100 orang pekerja sehubungan dengan putusnya hubungan kerja 100 orang pekerja tersebut dengan Pihak Kesatu kepada Pihak Kedua.
2. Dengan pengalihan tanggung jawab tersebut, Pihak Kedua menjadi bertanggung jawab atas semua hak-hak 100 pekerja baik selama mereka bekerja pada Pihak Kedua, maupun bila terjadi pemutusan hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan 100 pekerja.
3. Tanggung jawab Pihak Kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 di atas, meliputi tetapi tidak terbatas pada upah dan pembayaran yang timbul sebagai akibat putusnya hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan 100 pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian
TUPE
PT SEJAHTERA
PIHAK KEDUA
PT SEJAHTERA
PIHAK KESATU
PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 4
1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, dan sesuai dengan Perjanjian Pengalihan Tanggung Jawab antara Pihak Kesatu dengan PT Maju Makmur terhitung mulai tanggal 15 Desember 2012, Pihak Kesatu menyatakan kesediaannya kepada Pihak Kedua untuk bertanggung jawab atas semua hak-hak Pihak Kedua sehubungan dengan putusnya hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan PT Maju Makmur.
2. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja antara Pihak Kesatu dengan Pihak Kedua, kewajiban pembayaran hak-hak Pihak Kedua terkait dengan pemutusan hubungan kerja antara Pihak Kesatu dengan Pihak Kedua, bila ada, akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian
Kerja
PEKERJA
OUTSOURCING
PIHAK KEDUA
4. PT Sejahtera – Pekerja
PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 5
1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, dan sesuai dengan Perjanjian Pengalihan Tanggung Jawab antara Pihak Kedua dengan PT Maju Makmur terhitung mulai tanggal 15 Desember 2012, Pihak Kesatu menyatakan kesediaannya kepada Pihak Kedua untuk bertanggung jawab atas semua hak-hak Pekerja Outsourcing sehubungan dengan putusnya hubungan kerja antara PT Maju Makmur dengan Pekerja Outsourcing.
2. Pelaksanaan pemenuhan tanggung jawab Pihak Kesatu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas dan cara penghitungannya akan didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian
TUPE
PERUSAHAAN
PEMBERI KERJA
PIHAK KESATU
PT SEJAHTERA
PIHAK KEDUA
5. PPK – PT Sejahtera
Konsekuensi hukum
•
Bagaimana bila PPJP
dengan/tidak sengaja
tidak memuat
ketentuan tentang
pengalihan
perlindungan hak-hak
bagi pekerja
outsourcing dalam
PKWT ?
1. Menurut Putusan MK 27/PUU-IX/2011,
PKWT tersebut tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat.
2. Menurut Pasal 1320 KUHPer, untuk
sahnya suatu perjanjian harus dengan
sebab, dan sebab harus halal. Perjanjian
tanpa sebab, perjanjian dengan sebab
tetapi sebab yang tidak halal batal demi
hukum. Vide Pasal 52 ayat (1), huruf d,
ayat (2), UU 13 tahun 2003.
3. Menurut Pasal 1337 KUHPer, sebab yang
tidak halal adalah sebab yang dilarang
oleh undang-undang, bertentangan
dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
4. Menurut Pasal 1335 KUHPer, suatu
perjanjian tanpa sebab, sebab yang
palsu, atau terlarang, tidak mempunyai
kekuatan
Kesimpulan:
1. PKWT menjadi tidak ada 2. Namun hubungan kerja jalan
terus
3. Hubungan kerja menjadi PKWTT (adanya PUP)
4. PPJP wajib bayar UP, UPMK, UPH bila memPHK pekerja