• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTSOURCING, DAN BERBAGAI MASALAHNYA. SOLUSINYA? Untuk ICHRP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OUTSOURCING, DAN BERBAGAI MASALAHNYA. SOLUSINYA? Untuk ICHRP"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Dr. Bambang Supriyanto, SH, MH

Program Director CHRP

Dosen Fak Hukum, Unika Atma Jaya

Konsultan Hubungan Industrial/Hukum

Perburuhan

OUTSOURCING, DAN

BERBAGAI MASALAHNYA.

SOLUSINYA ?

Untuk ICHRP

1

Jakarta, 17 Januari 2013

(2)

OUTLINE

1.

Gejolak perburuhan mutakhir

2.

Outsourcing pelaksanaan pekerjaan

3.

Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011

4.

Tentang Mahkamah Konstitusi dan putusannya

5.

Transfer of Undertaking – Protection of Employee

(TUPE)

6.

Pelaksanaan TUPE

7.

Outsourcing dihujat, apa yang mesti dilakukan ?

8.

Pembahasan Permenakertrans No 19 Tahun 2012

9.

Peraturan Outsourcing yang bagaimana yang

diperlukan ?

10. Solusinya ?

(3)

Gejolak perburuhan mutakhir

HOSTUM : Hapus Outsourcing dan

Tolak Upah Murah

Front Nasional menuntut pencabutan

UU 24 tahun 2011 Tentang BPJS dan

UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN

Buruh tuntut Presiden keluarkan

Perppu untuk cabut kedua

undang-undang tersebut

(4)

Sasaran buruh berkembang

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ribuan buruh kembali berdemo di

Bundaran Hotel Indonesia. Demo buruh Front Nasional menuntut

agar pemerintah mencabut UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS

(Badan Penyelenggara Jaringan Sosial) dan UU No. 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Pemerintah telah menyiapkan rancangan peraturan pemerintah

dan rancangan peraturan presiden tentang iuran dan manfaat

asuransi jaminan kesehatan yang akan dilaksanakan pada 1 Januari

2014.

"Iuran asuransi jaminan kesehatan dibayar oleh pengusaha dan

pekerja sebesar lima persen dari upah pekerja. Pengusaha tiga

persen, pekerja dua persen,”

(5)

Sasaran buruh berkembang

Untuk yang bukan pekerja dan bukan fakir miskin akan dikenakan

kewajiban iuran Kelas satu Rp. 50 ribu untuk kelas dua Rp. 40 ribu, dan

kelas tiga Rp. 22.500.

"Apabila melanggar diancam sanksi admibistrasi berupa tidak mendapatkan

pelayanan publik. Misalnya bikin KTP.

Untuk pembayaran iuran sendiri, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

Jika terlambat, akan dikenakan denda 1 persen setiap bulan. Jika tiga

bulan berturut-turut tidak membayar, maka pelayanan kesehatan akan

dihentikan.

"Jika pemerintah memaksakan melaksanakan UU tersebut, kami akan

memboikot dengan cara menarik Jaminan Hari Tua (JHT) secara bersamaan

di seluruh Indonesia cabang Jamsostek,"

Front Nasional: ASPBI (F SPN, FSPTKILN-SPSI, SBSI92, Gaspermindo,

FSPBUMN, FNPBI, SPINDO, SBMI), Hizbut Tahrir Indonesia, DKR, PPMI/BIMA,

SPRTMM, GSBI, FSPOI, SPTJR, SRMI.

(6)

Outsourcing pekerjaan

Outsourcing:

menyerahkan sebagian

pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lain

(7)

Pekerjaan lazim/ dapat diborongkan

HUMAN RESOURCES

Rekrutmen, Job Evaluation,

Salary Survey, Payroll

INFORMATION TECH

Help Desk, Program Design,

Soft ware system

GENERAL AFFAIRS

Security Guard, Driver, Catering,

Expat Affairs

PERBANKAN

Teller, Credit Card Marketing,

(8)

Outsourcing

Perusahaan Pemberi Kerja (PPK)

Pekerjaan

diborongkan

Menggunakan pekerja

dari Perusahaan Penyedia

Jasa Pekerja (PPJP) untuk

bekerja di Perusahaan

Pemberi Kerja (PPK)

Pasal 65

Pasal 66

• Recruitment • Call center • Security/Satpam • Catering • Job evaluation • cleaning service • dll

(9)

Tipe 1:

(10)

Syarat-syarat penyerahan pekerjaan

Pasal 65, ayat (2)

Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada

perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat :

1.

dilakukan secara terpisah dari kegiatan

utama;

2.

dilakukan dengan perintah langsung atau

tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

3.

merupakan kegiatan penunjang perusahaan

secara keseluruhan (kegiatan tsb merupakan

kegiatan yang mendukung dan

memperlancar pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan alur kegiatan PPK); dan

4.

tidak menghambat proses produksi secara

langsung.

Sanksi pelanggaran: hubungan kerja pekerja Outsourcing beralih ke hubungan kerja dengan perusahaan

(11)

Perjanjian pemborongan pekerjaan

Perusahaan

pemberi

pekerja

Perusahaan

pemborong

pekerjaan

Perjanjian tertulis

(12)

Pemborongan pekerjaan

Penyerahan sebagian

pelaksanaan

pekerjaan kepada

perusahaan lain

dilaksanakan melalui

perjanjian

pemborongan

pekerjaan yang

dibuat secara tertulis.

Kata kunci:

1. pemborongan

pekerjaan

2. perusahaan pemberi

kerja

3. perusahaan

pemborong pekerjaan

(13)

Wajib membuat bagan alur proses

Kepmenakertrans 220 tahun 2004

Perusahaan pemberi pekerjaan yang akan

menyerahkan sebagian pelaksanan pekerjaannya

kepada perusahaan pemborong pekerjaan wajib

membuat alur kegiatan proses pelaksanaan

pekerjaan.

Berdasarkan alur kegiatan proses pelaksanaan

pekerjaan perusahaan pemberi pekerjaan

menetapkan jenis-jenis pekerjaan yang utama dan

penunjang serta melaporkan kepada instansi yang

bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan

(14)

Tipe 2:

Outsourcing mempekerjakan pekerja dari

perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP)

(15)

Perjanjian penyediaan jasa

pekerja

Perusahaan

pemberi

pekerja

Perusahaan

penyedia

jasa

pekerjaan

Perjanjian tertulis

(16)

Penyediaan jasa pekerja

Pekerja dari perusahaan

penyedia jasa pekerja tidak

boleh digunakan oleh pemberi

kerja untuk melaksanakan

kegiatan pokok atau kegiatan

yang berhubungan langsung

dengan proses produksi,

kecuali untuk kegiatan jasa

penunjang atau kegiatan yang

tidak berhubungan langsung

dengan proses produksi.

(pelanggaran, kena sanksi)

Kata kunci:

1. penyediaan jasa

pekerja

2. perusahaan pemberi

kerja

3. perusahaan penyedia

jasa pekerja

4. Kegiatan jasa

penunjang

5. Kegiatan tidak

berhubungan

langsung dengan

proses produksi

(17)

Unsur-unsur pokok/ kunci :

1. Pekerja tidak boleh digunakan untuk :

a. melaksanakan kegiatan pokok, atau

b. kegiatan yang berhubungan langsung dengan

proses produksi

2. Pekerja hanya boleh digunakan untuk :

a. melaksanakan kegiatan jasa penunjang, atau

b. kegiatan yang tidak berhubungan langsung

dengan proses produksi

(18)

Mempekerjakan pekerja dari perusahaan

penyedia jasa pekerja (PPJP)

a. hubungan kerja adalah antara pekerja dengan PPJP

b. perjanjian kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu

tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak

tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh

kedua belah pihak;

c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja,

serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab

PPJP; dan

d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja PPJP

dengan PPJP dibuat secara tertulis dan wajib memuat

pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

(19)

Wajib berbadan hukum dan ada ijin

Kepmenakertrans 101 Tahun 2004

PPJP harus berbadan hukum dan

memiliki ijin dari instansi yang

bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan.

(20)

Pekerja menandatangani

perjanjian kerja dengan

perusahaan pemberi kerja

PKWTT

PKWT

Perusahaan

pemborong

pekerjaan

Perusahaan

penyedia jasa

pekerja

Pekerja

PKWT/

PKWTT

Pekerja

PKWT/

PKWTT

Perusahaan pemberi kerja

Perjanjian perdata

Perjanjian kerja

Perjanjian kerja

(21)

PERTAMINA

PT MAJU MAKMUR

(Pemborong Pekerjaan

Outsourcing)

PKWT atau PKWTT ?

1. Pekerjaan di Pertamina sekali

selesai atau berkesinambungan ?

2. Pekerjaan di PT Maju Makmur sekali

selesai atau berkesinambungan ?

Kontrak

Desember 2010 –

Desember 2012

PT SEJAHTERA

(Pemborong Pekerjaan

Outsourcing)

Masa kerja di PT Maju Makmur

berlanjut

(22)

Putusan

Mahkamah

Konsitusi

Nomor 27/PUU- IX/2011

17 Januari 2012

(23)

KEKUASAAN KEHAKIMAN INDONESIA

MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH PELAYARAN PENGADILAN PAJAK PENGADILAN ANAK PENGADILAN KORUPSI PENGADILAN HAM PENGADILAN NIAGA MAHKAMAH KONSTITUSI MENTERI PERHUBUNGAN MAHKAMAH SYARIAH PERADILAN MILITER PERADILAN AGAMA PERADILAN TUN PERADILAN UMUM PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

23

(24)

Kewenangan Mahkamah Konstitusi

1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

3. Memutus pembubaran partai politik;

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; atau

5. Memutus atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil

Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak

pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau

tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(25)

Para Hakim Mahkamah Konstitusi

3 orang dari Pemerintah

3 orang dari Mahkamah Agung

3 orang dari DPR

(26)

Legal standing (kedudukan hukum)

1. Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau

kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh

berlakunya undang-undang, yaitu:

Ł

perorangan warga negara Indonesia;

Ł

kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;

Ł

badan hukum publik atau privat, atau

Ł

lembaga negara

2. Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam

permohonannya tentang hak dan/atau kewenangan

konstitusionalnya

(27)

Putusan Mahkamah Konstitusi

Dalam dua format :

1. Suatu frasa, Pasal atau Undang-Undang

a.

Bertentangan dengan UUD 1945

b.

Oleh karena itu, frasa, Pasal, atau Undang-Undang

dinyatakan tidak “mempunyai kekuatan hukum

mengikat”, atau

2. Suatu frasa atau Pasal dalam Undang-Undang

bertentangan dengan UUD 1945. Putusan bersifat

kondisional. Agar frasa atau Pasal dalam

Undang-Undang tidak bertentangan, frasa atau Pasal

tersebut harus dimaknai sesuatu atau dipenuhi

syarat tertentu (dirumuskan dalam putusan MK).

(28)

AMAR PUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI

2. Frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65 ayat

(7) dan frasa “…perjanjian kerja untuk waktu tertentu” dalam

Pasal 66 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4279)

bertentangan

dengan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dalam

perjanjian kerja tersebut tidak disyaratkan adanya pengalihan

perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerjanya

tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang

melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan

lain atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;

(29)

Amar Putusan

Mahkamah Konstitusi

3. Frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65

ayat (7) dan frasa “…perjanjian kerja untuk waktu tertentu”

dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4279)

tidak memiliki

kekuatan hukum mengikat

sepanjang dalam perjanjian kerja

tersebut tidak disyaratkan adanya pengalihan perlindungan

hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerjanya tetap ada,

walaupun terjadi pergantian perusahaan yang melaksanakan

sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau

(30)

Amar Putusan MK disederhanakan

1. Perjanjian kerja antara pekerja outsourcing

dengan perusahaan outsourcing (penerima kontrak

pemborongan pekerjaan atau kontrak penyediaan

jasa pekerja) bila obyek kerjanya tetap ada,

(harus) memuat ketentuan tentang pengalihan

perlindungan hak-hak bagi pekerja outsourcing.

2. Bila ketentuan pada angka 1 tidak terpenuhi,

maka perjanjian kerja waktu tertentu tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat.

(31)

PERTAMINA

PT MAJU MAKMUR

(Pemborong Pekerjaan

Outsourcing)

PKWT atau PKWTT ?

1. Pekerjaan di Pertamina sekali

selesai atau berkesinambungan ?

2. Pekerjaan di PT Maju Makmur sekali

selesai atau berkesinambungan ?

Kontrak

1 April 2011 – 31 Maret 2013

PT SEJAHTERA

(Pemborong Pekerjaan

Outsourcing)

Masa kerja di PT Sejahtera kembali

nol lagi

(32)

SE Dirjen B.31/PHIJSK/I/2012

Tentang Pelaksanaan Putusan

Mahkamah Konstitusi No

27/PUU-IX/2011

(33)

SE Dirjen B.31/PHIJSK/I/2012

PERUSAHAAN

PEMBERI KERJA

OUTSOURCING

PERUSAHAAN

Bila Tidak

memuat syarat pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja yang obyek kerjanya tetap ada

Perjanjian kerja antara perusahaan outsourcing

Dengan pekerja outsourcing

harus

PKWTT

Kontrak 2 tahun

PEKERJA

OUTSOURCING

(34)

SE Dirjen B.31/PHIJSK/I/2012

PERUSAHAAN

PEMBERI KERJA

OUTSOURCING

PERUSAHAAN

Bila Memuat

syarat pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja yang obyek kerjanya tetap ada

Perjanjian kerja antara perusahaan outsourcing

Kontrak 2 tahun

PEKERJA

OUTSOURCING

(35)

Transfer of Undertaking – Protection

of Employment

• TUPE is based on UK law.

• The purpose of TUPE is to protect employees if

the business in which they are employed

changes hands. Its effect is to move employees

and any liabilities associated with them from the

old employer to the new employer by operation

of law.

• TUPE Regulations were first passed in 1981

(36)

100

Pertautan empat (4) pihak

PT MAJU MAKMUR Des 2010-Des 2012 PT SEJAHTERA Des 2012-Des 2014 PT JASA MANDIRI Des 2014-Des 2016 PT SUKSES ABADI Des 2016-Des 2018

100

95

87

TUPE

TUPE

TUPE

Masa kerja

1. PPK – PT MM

2. PT MM – Pekerja

3. PT MM – PT S

4. PT S – Pekerja

5. PPK – PT S

5 TUPE CLAUSES :

(37)

PERUSAHAAN

PEMBERI KERJA

PIHAK KESATU

PT MAJU MAKMUR

PIHAK KEDUA

PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) -1

Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, Pihak Kedua harus mencantumkan dalam perjanjian kerja antara Pihak Kedua dengan pekerja outsourcing yang menyatakan antara lain bahwa apabila kontrak Penyediaan Jasa Pekerja antara Pihak Kedua dengan Pihak Kesatu putus karena alasan apapun, Pihak Kedua wajib mengadakan perjanjian tentang Pemindahan Tanggung Jawab dari Pihak Kedua kepada Perusahaan yang akan melanjutkan mempekerjakan pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya oleh Pihak Kedua sebagai akibat putusnya perjanjian antara Pihak Kedua dengan pihak Kesatu, atas hak-hak yang terkait dengan hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan semua pekerja yang terkait dengan perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja antara Pihak Kedua dengan Pihak Kesatu.

Perjanjian

Penyediaan

Jasa Pekerja

1. PPK – PT MM

(38)

PT MAJU MAKMUR

PIHAK KESATU

PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 2

1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, Dalam hal Pihak Kesatu harus memutuskan hubungan kerja dengan Pihak Kedua sebagai akibat dari putusnya atau berakhirnya Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja antara Pihak Kesatu dengan Perusahaan Pemberi Kerja, Pihak Kesatu bertanggung jawab untuk mengalihkan tanggung jawab Pihak Kesatu yang terkait dengan hubungan kerja antara Pihak Kesatu dengan Pihak Kedua kepada PPJP yang akan menampung Pihak Kedua

2. Pihak Kesatu tetap bertanggung jawab atas hak-hak Pihak Kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas, dalam hal PPJP yang akan menampung Pihak Kedua melalaikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.

Perjanjian

Kerja

PEKERJA

OUTSOURCING

PIHAK KEDUA

(39)

PT MAJU MAKMUR

PIHAK KESATU

PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 3

1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, dan sehubungan dengan berakhirnya kontrak penyediaan jasa pekerja antara Pihak Kesatu dengan PPK terhitung mulai tanggal 15 Desember 2012, Pihak Kesatu mengalihkan tanggung jawab atas hak-hak 100 orang pekerja sehubungan dengan putusnya hubungan kerja 100 orang pekerja tersebut dengan Pihak Kesatu kepada Pihak Kedua.

2. Dengan pengalihan tanggung jawab tersebut, Pihak Kedua menjadi bertanggung jawab atas semua hak-hak 100 pekerja baik selama mereka bekerja pada Pihak Kedua, maupun bila terjadi pemutusan hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan 100 pekerja.

3. Tanggung jawab Pihak Kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 di atas, meliputi tetapi tidak terbatas pada upah dan pembayaran yang timbul sebagai akibat putusnya hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan 100 pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian

TUPE

PT SEJAHTERA

PIHAK KEDUA

(40)

PT SEJAHTERA

PIHAK KESATU

PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 4

1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, dan sesuai dengan Perjanjian Pengalihan Tanggung Jawab antara Pihak Kesatu dengan PT Maju Makmur terhitung mulai tanggal 15 Desember 2012, Pihak Kesatu menyatakan kesediaannya kepada Pihak Kedua untuk bertanggung jawab atas semua hak-hak Pihak Kedua sehubungan dengan putusnya hubungan kerja antara Pihak Kedua dengan PT Maju Makmur.

2. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja antara Pihak Kesatu dengan Pihak Kedua, kewajiban pembayaran hak-hak Pihak Kedua terkait dengan pemutusan hubungan kerja antara Pihak Kesatu dengan Pihak Kedua, bila ada, akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian

Kerja

PEKERJA

OUTSOURCING

PIHAK KEDUA

4. PT Sejahtera – Pekerja

(41)

PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB (TUPE) - 5

1. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, dan sesuai dengan Perjanjian Pengalihan Tanggung Jawab antara Pihak Kedua dengan PT Maju Makmur terhitung mulai tanggal 15 Desember 2012, Pihak Kesatu menyatakan kesediaannya kepada Pihak Kedua untuk bertanggung jawab atas semua hak-hak Pekerja Outsourcing sehubungan dengan putusnya hubungan kerja antara PT Maju Makmur dengan Pekerja Outsourcing.

2. Pelaksanaan pemenuhan tanggung jawab Pihak Kesatu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas dan cara penghitungannya akan didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian

TUPE

PERUSAHAAN

PEMBERI KERJA

PIHAK KESATU

PT SEJAHTERA

PIHAK KEDUA

5. PPK – PT Sejahtera

(42)

Konsekuensi hukum

Bagaimana bila PPJP

dengan/tidak sengaja

tidak memuat

ketentuan tentang

pengalihan

perlindungan hak-hak

bagi pekerja

outsourcing dalam

PKWT ?

1. Menurut Putusan MK 27/PUU-IX/2011,

PKWT tersebut tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat.

2. Menurut Pasal 1320 KUHPer, untuk

sahnya suatu perjanjian harus dengan

sebab, dan sebab harus halal. Perjanjian

tanpa sebab, perjanjian dengan sebab

tetapi sebab yang tidak halal batal demi

hukum. Vide Pasal 52 ayat (1), huruf d,

ayat (2), UU 13 tahun 2003.

3. Menurut Pasal 1337 KUHPer, sebab yang

tidak halal adalah sebab yang dilarang

oleh undang-undang, bertentangan

dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

4. Menurut Pasal 1335 KUHPer, suatu

perjanjian tanpa sebab, sebab yang

palsu, atau terlarang, tidak mempunyai

kekuatan

Kesimpulan:

1. PKWT menjadi tidak ada 2. Namun hubungan kerja jalan

terus

3. Hubungan kerja menjadi PKWTT (adanya PUP)

4. PPJP wajib bayar UP, UPMK, UPH bila memPHK pekerja

(43)

1.UU No 13 tahun 2003 mensyaratkan bahwa pekerjaan

yang boleh di oursource adalah pekerjaan yang non

core. Perlukah hal ini di atur ?

2.Serikat pekerja menganggap bahwa pelaksanaan

outsourcing tipe 2 adalah praktik perbudakan jaman

modern. Mengapa ?

3.Seorang pakar hukum menyoal dasar hukum

outsourcing.

4.Dalam praktik outsourcing tipe 2, perusahaan penyedia

jasa pekerja memotong upah pekerja outsourcing ?

Mengapa bisa demikian ?

(44)

5. Dua orang melakukan job yang kurang lebih

sama, tetapi kompensasi dan kesejahteraan

yang diterima berbeda jauh.

6. Putusan MK No 27/PUU-IX/2011 tidak

diapresiasi oleh pekerja. Justru putuan MK

dianggap lebih melegalkan outsourcing.

7. Perusahaan penerima pemborongan

outsourcing banyak melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundangan-undangan

ketenagakerjaan.

(45)

Praktik umum – PPJP- 1

Perusahaan Pemberi

Kerja

Perusahaan

Penyedia Jasa

Pekerja (PPJP)

Banyak PPK tidak:

1. menentukan secara rinci

upah pekerja outsourcing

2. Melakukan kontrol,

pengawasan ketat terhadap

pelaksanaan outsourcing

Banyak PPK merasa:

1. Membayar upah sesuai UMP

sudah cukup

2. Karena sudah melakukan

outsourcing, maka tanggung

jawab sepenuhnya ada pada

PPJP

Banyak PPJP:

1. Mengambil manfaat

dengan membayar

seminimal mungkin upah

pekerja

2. Tidak melaksanakan

peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan

untuk hemat biaya

3. Mengambil manfaat dari

posisi lemah pekerja

(46)

1. Pekerja outsourcing bekerja

untuk jangka waktu lama di PPK

2. Status hubungan kerja PKWT

dengan PPJP, secara

berganti-ganti

3. Upah hanya pada UMP

4. Tidak mengenal/mendapat uang

pesangon ketika mencapai usia

pensiun

5. Benefit selain Upah Pokok amat

terbatas

6. Tidak tahu persis berapa PPK

membayar upah melalui PPJP

7. Tidak ada harapan masa depan

karena selalu berganti “majikan”

(47)

Dua situasi praktik – Outsourcing PPJP

Outsourcing Tipe 2

Perusahaan A:

besar, multinasional,

milik BUMN, anak

perusahaan BUMN

Perusahaan B: kecil,

domestik,

milik swasta

1. Pekerja outsourcing mendapat

kompensasi yang memadai

2. Ada pengawasan ketat/close

audit dalam pelaksanaan

outsourcing

3. Kontrak outsourcing antara

PPK dengan PPJP mengatur

detail remunerasi untuk pekerja

1. Pekerja outsourcing menerima

sebatas kompensasi normatif

2. Pengawasan sangat minimal

dari PPK

3. Kontrak outsourcing tidak rinci,

terbuka peluang untuk PPJP

bebas melaksanakan

outsourcing

(48)

Kilas balik Kepmenakertrans

101 Tahun 2004

Tentang

Tata Cara Perijinan

Perusahaan Penyedia Jasa

Pekerja/Buruh

(49)

perjanjian tertulis antara PPK dan PPJP

sekurang-kurangnya memuat :

a.

Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja dari perusahaan

jasa;

b. penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana

dimaksud huruf a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara

perusahaan penyedia jasa dengan pekerja yang dipekerjakan

perusahaan penyedia jasa . Oleh karenanya perlindungan upah dan

kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul

menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja ;

c. penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja bersedia

menerima pekerja di perusahaan penyedia jasa pekerja

sebelumnya untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus menerus

ada di perusahaan pemberi kerja dalam hal terjadi penggantian

perusahaan penyedia jasa pekerja.

(50)

(1) Untuk dapat menjadi perusahaan

penyedia jasa pekerja, perusahaan

wajib memiliki ijin operasional dari

instansi yang bertanggung jawab di

bidang ketenagakerjaan di

kabupaten/kota sesuai domisili

perusahaan penyedia jasa pekerja/

buruh.

(51)

(1) Perjanjian sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 harus didaftarkan pada

instansi yang bertanggung jawab di

bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota

tempat perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh melaksanakan pekerjaan

(52)

(1) Dalam hal perusahaan penyedia jasa pekerja

tidak mendaftarkan perjanjian penyedia jasa

pekerja, maka instansi yang bertanggung

jawab di bidang ketenagakerjaan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 mencabut ijin

operasional perusahaan penyedia jasa pekerja

yang bersangkutan setelah mendapat

rekomendasi dari instansi yang bertanggung

jawab di bidang ketenagakerjaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5.

(53)

Apa yang perlu dilakukan ?

?

NO

1

Lanjut saja seperti sekarang

OPSI

Tidak, akan timbul

PENJELASAN

kekacauan

2

Revisi UU 13 tahun 2003

Bisa, tapi perlu

waktu yang lama

3

Presiden mengeluarkan PERPPU

Mengeluarkan

PERPPU

berdasarkan Pasal

22, UUD 1945. Ada

syarat-syaratnya.

4

Melarang outsourcing?

Bertentangan

dengan

undang-undang

5

Perbaiki secara komprehensif

Kepmenakertrans yang ada

Paling

memungkinkan,

dapat dilaksanakan

segera.

(54)

Review Permenakertrans

No 19 Tahun 2012

Tentang Syarat-Syarat Penyerahan

Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan

(55)

Usulan perbaikan

(56)

Dalam perjanjian/kontrak antara perusahaan pemberi kerja

dengan PPJP harus juga memuat paling sedikit ketentuan

tentang:

x

Besarnya upah yang sudah ditentukan oleh pemberi kerja

untuk setiap job/posisi pekerja outsourcing, misalnya

ditentukan berapa upah pokok untuk Satpam,

Pengemudi, Office Boy, dengan catatan bahwa upah

tersebut harus secara proporsional sebanding dengan

job/posisi pekerja pemberi kerja.

x

PPJP wajib membayarkan upah kepada pekerja

outsourcing sebagaimana telah ditetapkan oleh pemberi

kerja.

Revise/ perbaiki Kepmenakertrans

101/ 2004

(57)

Kontrak harus dilampiri dengan lampiran yang

memuat hak-hak pekerja outsourcing yang wajib

diberikan oleh PPJP dan juga memuat daftar

besarnya upah dan tunjangan-tunjangan yang

sudah ditetapkan oleh perusahaan pemberi

kerja.

Lampiran wajib dibagikan oleh PPJP kepada

semua pekerja outsourcing.

Revise/ perbaiki Kepmenakertrans

101/ 2004

(58)

Dalam perjanjian/kontrak antara perusahaan pemberi kerja

dengan PPJP harus juga memuat paling sedikit ketentuan

tentang:

x

Pada tahun kedua, dan seterusnya selama pekerja

outsourcing masih menjadi pekerja PPJP, upah harus

dinaikkan minimal sama dengan angka laju inflasi pada

Biro Pusat Statistik.

x

Kewajiban PPJP untuk patuh dan taat melaksanakan

semua ketentuan peraturan perundang-undangan dalam

menyelenggarakan hubungan kerja dengan pekerja

outsourcing. Pelanggaran atas ketentuan dalam kontrak

akan berakibat diputuskannya kontrak.

Revise/ perbaiki Kepmenakertrans

101/ 2004

(59)

Perusahaan pemberi kerja wajib menaikkan

upah pekerja outsourcing minimal sebesar sama

dengan laju inflasi pada saat pergantian PPJP,

kecuali bila pada tahun yang sama PPJP

sebelumnya telah memberikan kenaikan upah

tahunan.

Revise/ perbaiki Kepmenakertrans

101/ 2004

(60)

Perusahaan pemberi kerja wajib melakukan

audit atas kinerja PPJP minimal 2 kali dalam

setahun untuk memastikan bahwa pelaksanaan

administrasi hubungan kerja dengan pekerja

outsourcing sudah sesuai dengan kontrak

pemborongan dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Revise/ perbaiki Kepmenakertrans

101/ 2004

(61)

Dibentuk satuan tugas (satgas) gabungan untuk

melakukan pengawasan kinerja PPJP dalam

kaitannya dengan kepatuhan terhadap

ketentuan dalam kontrak pemborongan dan

peraturan perundang-undangan.

Satgas gabungan terdiri atas unsur APINDO

dan Konfederasi/Federasi Serikat Pekerja

terkait. Temuan satgas atas pelanggaran yang

terjadi dilaporkan ke instansi ketenagakerjaan

untuk penindakan dan sanksi yang tegas.

Revise/ perbaiki Kepmenakertrans

101/ 2004

(62)
(63)

Lakukan uji materiil Pasal 17 ayat (3) ?

Outsourcing jalan terus secara leluasa,

gunakan sistem Pemborongan Pekerjaan

(Pasal 65, UU 13/2003)

Perusahaan outsourcing PPJP

melengkapi izin usaha sebagai

Pemborong Pekerjaan

Menyikapi/ merespon

(64)

1. Permenakertrans No 19 tahun 2012 belum

menjawab/menyelesaikan tuntutan pekerja

tentang “hapuskan outsourcing”

2. Pemberi kerja dapat “mengemas” outsourcing

dengan sistem pemborongan pekerjaan (Pasal

65, UU 13/2003)

3. Perusahaan PPJP, menambah lingkup bidang

usaha perseroan mencakup melaksanakan

pemborongan pekerjaan

4. Jadi apa maksud gerakan serikat pekerja

dengan mengajukan tuntutan atas outsourcing ?

(65)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap Perencanaan ini yang sering dikeluhkan oleh Puskesmas Gaya Baru V adalah ada beberapa jenis obat jumlahnya tidak sesuai dengan permintaan.Berdasarkan

Hasil penelitian yang dilakukan di pedagang kaki lima kebersihan diri penjamah makanan kebersihan diri (100%), 9 responden yang mengatakan tidak menggunakan

Makanan jajanan yang memenuhi syarat adalah air yang digunakan harus memenuhi standar dan persyaratan hygiene sanitasi yang berlaku bagi air bersih atau air minum dan harus dimasak

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi fisik, imtelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa

tingkat pendidikan formal, pengetahuan dari tingkat pendidikan profesional berkelanjutan dan pengetahuan dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh ketika melakukan

Pada setiap spesimen dilakukan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui Kekerasan, kekuatan tarik dan dilakukan juga pengamatan struktur mikro atau morfologi dari baja

Dari analisis prediksi nilai Vs menggunakan artificial neural network pada data sumur “SEAM Phase I Well Log Data”, prediksi paling optimal dilakukan dengan parameter input berupa

Berdasarkan penelitian tersebut, Tugas Akhir ini membahas tentang estimasi parameter distribusi Log-Normal untuk non-informatif prior dengan menggunakan pendekatan metode