• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN METODE KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN PRIORITAS BONGKAR KAPAL DI PELABUHAN PT PETROKIMIA GRESIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN METODE KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN PRIORITAS BONGKAR KAPAL DI PELABUHAN PT PETROKIMIA GRESIK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak− Pelabuhan PT petrokimia Gresik merupakan pelabuhan khusus yang melayani jasa bongkar muat untuk kepentingan distribusi dari dan ke perusahaan. Semakin tingginya aktivitas bongkar muat yang terjadi di pelabuhan ini, menyebabkan tingginya demurrage ( denda yang harus dibayar perusahaan kepada pemilik kapal). Aturan prioritas bongkar kapal di pelabuhan didasarkan pada algoritma penjadwalan dengan aturan first come first served (FCFS). Namun, aturan ini tidak selalu digunakan, karena terkadang ada kasus yang menyebabkan sebuah kapal harus bongkar terlebih dahulu. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi bongkar kapal untuk dijadikan sebagai dasar dalam penentuan rules penjadwalan bongkar kapal. Hasil dari penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas bongkar kapal adalah ketersediaan dermaga, sifat muatan, waktu kedatangan, waktu delay, due date, demurrage, dan ketersediaan gudang. Dari faktor-faktor tersebut kemudian dibuat rules untuk menentukan kapal mana yang harus dibongkar terlebih dahulu. Rules yang dibuat dengan menggunakan pertimbangan beberapa faktor dapat mengurangi demurrage yang terjadi. dibandingkan bila penentuan prioritas bongkar kapal yang hanya berdasarkan kedatangan kapal dan juga kondisi gudang.

Kata Kunci− Penjadwalan, Algorirma Penjadwalan,

Demurrage, rules

I. PENDAHULUAN

Pelabuhan Petrokimia Gresik melayani aktivitas distribusi pemasaran pupuk ke berbagai daerah danjuga pengiriman bahan baku ke perusahaan. Saat ini mempunyai permasalahan semakin padat seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi perusahaan yang menyebabkan kebutuhan bahan baku untuk produksi juga meningkat. Sehingga lalu lintas pelabuhan semakin padat dengan banyaknya kapal yang datang untuk melakukan proses bongkar muat. Banyaknya antrian kapal mengakibatkan terjadinya delay atau keterlambatan apabila melebihi due date dari tanggal perjanjian akan menyebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan yang biasa disebut dengan demurrage yaitu denda yang harus dibayar karena keterlambatan aktivitas bongkar muat. Gambar 1 menunjukkan demurrage karena delay yang terjadi.

Gambar 1 Besarnya demurrage di PT Petrokimia Gresik pada tiga tahun terakhir (dalam USD)

Sistem pelayanan bongkar muat saat ini didasarkan pada aturan penjadwalan dengan algoritma first come first served (FCFC). Kapal paling awal akan dilayani terlebih dahulu. Namun ada beberapa kasus yang menyebabkan sebuah kapal dilayani terlebih dahulu walaupun kapal tersebut masih dalam antrian, misalnya karena bahan baku di gudang kritis. Hal ini memungkinkan kapal-kapal yang antri terleih dahulu terlambat dan terkena denda demurrage.

Selain permasalahan kapal harus bongkar terlebih dahulu yang menimbulkan demurrage, terdapat pula permasalah yang menyebabkan penundaan bongkar yang dikarenakan oleh cuaca, kerusakan alat bongkar, dan kapasitas gudang penuh. Sehingga berdasarkan pertimbangan penelitian sebelumnya, pada penelitian yang akan dilakukan akan membahas bagaimana mengatur prioritas antria bongkar muat kapal berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi urutan proses bongkar muat sehingga dapat meminimumkan demurrage yang mungkin terjadi.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Tahap awal dari metodologi penelitian ini terdiri dari idetifikasi faktor, penentuan prioritas rules , dan penentuan rules penjadwalan. $0.00 $500,000.00 $1,000,000.00 $1,500,000.00 $2,000,000.00 $2,500,000.00 2010 2011 2012 (Jan-Apr) $837,818.97 $1,357,757.40 $2,195,576.37

PERANCANGAN METODE KEPUTUSAN UNTUK

PENENTUAN PRIORITAS BONGKAR KAPAL DI

PELABUHAN PT PETROKIMIA GRESIK

Anis Ustanti dan I Nyoman Pujawan

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: pujawan@ie.its.ac.id

(2)

Tahap Awal Identifikasi faktor Penentuan prioritas faktor Penentuan rules penjadwalan Tahap Pengumpulan Data

Tahap Uji Coba Data

Gambar 2 Metodologi Penelitian

Pada tahap pengumpulan data, data yang dibutuhkan diantaranya adalah:

- Tanggal kedatangan kapal - Due date kapal

- Jenis muatan kapal - Besar demurage - Kapasitas storage

- Rate konsumsi bahan baku - Jumlah dermaga

- Alat untuk bongkar muat kapal - Kapasitas alat bongkar kapal

Pada tahap pengujian, rules yang telah ditetapkan akan diuji. Input dari pengujian ini adalah data yang didapatkan pada tahap pengumpulan data. Dalam melakukan uji coba data, yaitu melakukan penjadwalan bongkar kapal berdasarkan rules yang telah dibuat menggunakan MS.Excel. Uji coba data ini untuk mendapatkan urutan kapal yang harus bongkar terlebih dahulu. Uji coba data ini dilakukan pada data historis bongkar kapal. Kemudian akan dibandingkan dengan penjadwalan existing yang telah terjadi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penjadwalan eksisting untuk penentuan prioritas bongkar adalah menggunakan faktor kedatangan kapal dan juga sifat kargo. Kedatangan kapal merupakan pertimbangan utama dalam penjadwalan bongkar muat barang. Hal ini bisa dilihat dari sistem First Come First Served (FCFS) yang digunakan di pelabuhan selama ini. Dengan adanya aturan ini, kapal yang datang terlebih dahulu akan segera dilayani.

Sifat kargo berkaitan dengan apakah muatan tersebut sangat dibutuhkan. Jika pada saat kapal sedang mengantri untuk bongkar, kemudian diketahui bahwa kondisi gudang

sedang kritis, maka kapal akan segera dibongkar, walaupun kapal baru datang. Sebaliknya, bila inventory dari muatan kapal sedang penuh, maka kapal akan delay. Biasanya muatan cairlah yang akan mengalami penundaan bongkar hingga tangki tidak penuh.

Dalam penjadwalan eksisting, prioritas bongkar kapal hanya dilihat dari waktu kedatangan dan sifat muatan yang dilihat dari kondisi gudang. Namun tidak selalu kapal yang dibongkar adalah kapal yang datang pertama kali. Selain karena kondisi gudang yang penuh, terkadang ketika kapal dalam masa antrian, kapal yang sudah antri lebih lama tidak selalu dibongkar ketika dermaga tersedia. Indikasi terjadinya hal ini adalah rules penjadwalan yang belum baik. Sehingga akan dicoba untuk melakukan perbaikan dalam menentukan kapal mana yang dibongkar dengan memasukkan beberapa kriteria lain. Dalam menentukan rules bongkar kapal perbaikan, prioritas bongkar kapal adalah sebagai berikut sifat muatan, waktu dan demurrage.

Setelah dilakukan identifikasi yang menjadi faktor prioritas bongkar kapal selain dua faktor tersebut adalah demurrage, due date, sifat muatan, dan waktu delay. Dari faktor-faktor tersebut kemudian ditentukan prioritas dari faktor –faktor yang ada. Prioritas bongkar kapal adalah sebagai berikut :

1. Sifat muatan 2. waktu 3. demurrage

Sifat dari muatan menjadi faktor utama dikarenakan berkaitan dengan tingkat inventory dari muatan. Salah satu fungsi dari inventory adalah sebagai safety stock. Sehingga harus ada batas tertentu agar inventory aman. Berdasarkan kebijakan yang ada di pelabuhan, minimum inventory adalah dimana run out inventory barang yang ada kurang dari 10 hari. Ketika run out inventory kurang dari sepuluh hari, maka kapal yang membawa muatan tersebut harus bongkar. Namun jika kapal mempunyai on hand inventory sama dengan

Prioritas kedua adalah waktu. Waktu yang pertama dilihat adalah tentunya kedatangan. Hal ini berarti pada tanggal dermaga tersedia, jika tidak ada kapal yang antri untuk bongkar, maka kapal tersebut akan segera diproses. Jika ada beberapa kapal yang dalam antrian, maka due date yang akan diperhatikan. Hal ini due date akan berkaitan dengan besarnya demurrage yang mungkin terjadi pada kapal jika kapal mengalami keterlambatan. Due date dari kapal sama dengan discharged rate dari kapal

Prioritas ketiga adalah demurrage. Jika kapal masih dalam waktu tunggu dan melebihi due date, maka yang menjadi prioritas adalah nilai demurrage dari tiap kapal yang antri.

(3)

Hitung estimasi jumlah muatan (K) yang dapat

dibongkar per hari

(OH+K)/rate konsumsi < 10hari Data kapal yang labuh, Data Dermaga, Data Inventory

Hitung jumlah on hand inventory (OH)

Cari dermaga yang tersedia

Sesuaikan jenis muatan kapal dengan alat bongkar yang tersedia

sesuai tidak Bongkar kapal Delay tidak ya ya Gudang penuh ya tidak Bandingkan panjang kapal dengan panjang dermaga yang tersedia

Htung due date dari kapal

Kapal sudah melebihi due date

?

Hitung lama waktu tunggu

Hitung total demurrage dari kapal Bongkar kapal

dengan demurrage tertinggi

Ya

tidak

Gambar 3 rules penjadwalan (1)

Gambar 3 merupakan rules untuk menentukan kapal mana yang akan dibuat. Inputan dari rules ini adalah, kapal yang sedang sandar di pelabuhan PT Petrokimia Gresik, data dermaga, dan data inventory untuk masing-masing muatan. Untuk data kapal, atribut yang dibutuhkan adalah tanggal kedatangan kapal, panjang kapal, jenis muatan, jumlah muatan, besarnya demurrage per hari berdasarkan kontrak,

dan due date berdasarkan kontrak. Sedangkan atribut untuk dermaga adalah dermaga yang tersedia, panjang kapal yang tersedia, dan kapasitas alat. Untuk data inventory atribut yang dibutuhkan adalah kapasitas maksimal untuk tiap gudang dari masing-masing jenis muatan, rata-rata konsumsi atau rencana pemakaian masing-masing jenis bahan per hari, dan jumlah minimal bahan di gudang untuk berapa hari.

Setelah data dimasukkan, maka hitung estimasi jumlah muatan yang dapat dibongkar. Jumlah ini dapat merupakan kapasitas dari alat yang akan digunakan. Kemudian hitung jumlah gudang yang tersedia. Jika kapasitas gudang masih bisa digunakan kurang dari sepuluh hari maka muatan kapal tersebut akan disebut kritis. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut untuk beberapa kondisi yang mungkin terjadi, kapal dengan muatan dengan run out inventory < 10 hari dan disebut gudang dalam keadaan kritis.

Jika muatan berbeda, dengan run out time masing-masing gudang muatan tersebut < 10 hari, maka bongkar kapal yang kondisi gudangnya paling kritis

 Jika dermaga belum tersedia, maka hitung estimasi waktu selesai kapal yang sedang bongkar (pada dermaga yang sesuai). Jika barang di gudang masih aman dalam waktu estimasi tersebut, maka kapal akan menunggu kapal yang sedang bongkar. Jika tidak aman, maka kapal harus bongkar di pelabuhan lain.

Namun jika lebih dari sepuluh hari, dan ternyata gudang penuh, maka kapal dengan muatan tersebut harus delay. Jika gudang tidak penuh, maka yang dilakukan adalah mengidentifikasi dermaga yang tersedia. Kemudian sesuaikan jenis muatan dengan alat bongkar yang tersedia di dermaga tersebut. Hal ini dikarenakan ada beberapa bahan yang harus dibongkar dengan alat tertentu. Jika tidak sesuai maka kapal harus delay, jika tidak maka bandingkan panjang kapal dengan panjang dermaga yang tersedia. Jika tidak sesuai maka kapal harus delay, jika tidak maka hitung due date dari kapal. Jika kapal belum melebihi due date, maka hitung remaining due date, dan hitung perkiraan biaya demurrage dari kapal tersebut. Bongkar kapal dengan perkiraan biaya demurrage terkecil. Jika sudah melebihi due date, maka hitung waktu delay kapal kemudian hitung total biaya demurrage. Bongkar kapal dengan biaya demurrage terbesar.

Setelah dibuat rules tersebut, maka berikut ini merupakan langkah untuk menjadwalkan berdasarkan rules yang ada. Misalkan pada tanggal 12 Februari 2012, dermaga yang tersedia adalah dermaga 2. Dermaga 2 ini merupakan dermaga yang terletak di titik 200-400 meter, dengan alat bongkar yang tersedia untuk adalat KC 2 untuk muatan padat, dan pipa serta pompa untuk muatan cair.

Tabel 1 Kedatangan Kapal Tanggal 2 Februari 2012 Kapal Panjang Kapal Muatan Tanggal

Kedatangan Kapasitas Demurra ge Due date K 191 ZA 2-Feb-12 27500 $2,500.00 10 P 185 ZA 25-Jan-12 18878.686 $5,000.00 3 R 190 MOP 11-Feb-12 13200 $2,500.00 4 S 190 H2SO4 10-Feb-12 41000 $20,000.00 6 T 190 P.ROCK 28-Jan-12 31265 $5,000.00 11

Dari tabel 1 terlihat bahwa ada empat kapal yang sedang antri. Kapal K dianggap sedang proses bongkar yang akan selesai pada tanggal 12 Februari 2012, sehingga pada tanggal

(4)

tersebut diasumsikan kapal selanjutnya bisa masuk dermaga dan melakukan proses bongkar pada hari itu juga. Dan pada tanggal 12 Februari tersebut terdapat empat kapal yang sedang antri bongkar. Asumsi lain yang digunakan adalah waktu perpindahan dari tempat kapal berlabuh ke tempat tambat untuk bongkar tidak diperhitungkan, dalam arti dapat dilakukan pada hari itu juga. Kemudian akan dilakukan penentuan kapal mana yang harus dibongkar berdasarkan rules yang telah dibuat.

1. Inputkan data kapal yang ada sandar di pelabuhan pada tanggal tersebut dan belum bongkar, data dermaga, dan data inventory. Untuk data kapal, atribut yang menjadi input adalah nama kapal, muatan kapal, tanggal kedatangan kapal, discharge rate dan demurrage. Untuk data dermaga, atributnya adalah nama dermaga dan panjang dermaga. Karena pada masing-masing dermaga bisa terdiri dari lebih satu alat bongkar, maka dibutuhkan jenis alat bongkar dan kapasitas alat bongkar pada dermaga. Data inventory terdiri dari jenis bahan, masing kapasitas inventory, dan run out inventory masing-masing bahan. Untuk data besarnya inventory, akan dilakukan diasumsikan. Untuk gudang H2SO4 gudang

sedang penuh. Sedangkan untuk gudang lainnya dianggap aman, yaitu lama pemakaiaanya lebih dari 10 hari.

2. Hitung estimasi jumlah muatan yang dapat dibongkar pada hari itu. Estimasi ini sama dengan kapasitas alat bongkar per hari. Untuk kapasitas bongkar pada kapal-kapal tersebut akan disesuaikan dengan eksisting.

3. Identifikasi jenis dan jumlah muatan kapal. Kemudian sesuaikan dengan kondisi gudang. Untuk muatan H2SO4

kondisi tangki penuh. Sedangkan kondisi gudang untuk ZA dan MOP sedang aman, dalam arti run out inventory masih lebih dari 10 hari. Sehingga kapal S harus tereleminasi. 4. Cari dermaga yang tersedia pada hari ini. Sebagai contoh

dermaga yang tersedia pada tanggal 12 Februari adalah dermaga 2. Dikarenakan pada tanggal ini kapal K selesai bongkar.

5. Sesuaikan jenis muatan kapal dengan alat yang tersedia di dermaga. Pada dermaga 2, alat bongkar yang tersedia adalah KC 2 yang digunakan untuk membongkar muatan padat selain phosphate rock. Selain itu juga terdapat alat bongkar cair. Sehingga kapal T yang tereliminasi karena kapal T berisi muatan phospat rock yang alat bongkarnya adalah CSU yang ada di dermaga 3.

6. Bandingkan panjang kapal dengan dermaga yang tersedia. Dari kapal yang antri, panjang kapal sesuai dengan panjang kapal K yang telah selesai bongkar. Dari data yang ada maka, semua kapal memenuhi kriteria ini.

7. HItung due date dari kapal. Kapal R masih kurang tiga hari sebelum due date. Sedangkan kapal P sudah melebih due date, yaitu empat hari dan sudah terkena demurrage sebesar $ 40.000,00. Sehingga yang akan dipilih untuk dibongkar pada hari itu adalah kapal P. Sehingga urutan penjadwalan bongkar kapal setelah K selesai adalah kapal P, R, dan S.

Kemudian dilakukan analisa beberapa kondisi untuk mengetahui perbandingan dari pejadwalan menggunakan rules dengan beberapa skenario dan penjadwalan dengan eksisting. Berikut ini merupakan beberapa contoh kondisi yang mungkin terjadi pada satu dermaga dengan jenis muatan

yang sama atau berbeda jenis muatan. Skenario 1-5 merupakan kondisi untuk jenis muatan dengan inventory yang diasumsikan aman. Skenario ini untuk mengetahui bagaimana jika penjadwalan dilakukan dengan menggunakan rules dan jika dijadwalkan menggunakan FCFS

 Skenario 1 : Dua kapal dengan jenis muatan sama, dengan kedatangan yang sama, due date, sama, demurrage juga sama, namun kuantitas berbeda. Dan kapal akan dibongkar pada hari kedatanganya.

.

Pada skenario 1 kapal P yang pertama dibongkar, maka kapal tersebut tidak akan terkena demurrage. Karena proses bongkar kapal P selesai pada hari terakhir due date kapal. Namun ketika kapal P dibongkar terlebih dahulu maka kapal S akan terkena demurrage bila kapal S mulai bongkar pada saat kapal P selesai bongkar. Sehingga hasil total demurrage pada skenario 1.1 adalah sebesar $ 41.846,36. Hasil total demurrage juga sama bila bongkar kapal dilakukan pada pada skenario 1.2 kapal S terlebih dahulu. Sehingga dapat disimpulkan pada kondisi ini kapal manapun bisa dibongkar terlebih dahulu.

 Skenario 2 : Dua kapal dengan jenis muatan sama, kapal A datang lebih awal dari kapal B, dengan due date kapal B lebih cepat, jumlah dan jenis muatan sama, dan demurrage B yang lebih tinggi. Pada rules eksisting 2.1, jika kapal A dibongkar terlebih dahulu memberikan nilai total demurrage yang yang lebih tinggi dibandingkan bila kapal B didahulukan. Namun bila melihat total dari demurrage yang terjadi hasilnya sama saja. Namun lebih baik kapal B yang dilakukan bongkar terlebih dahulu, untuk mengantisipasi bila waktu bongkar kapal A melebihi waktu yang diestimasikan.

 Skenario 3 : Dua kapal dengan jumlah muatan sama, kapal A datang lebih awal dari kapal B, dengan due date sama, tetapi demurrage kapal B lebih tinggi. Dan kapal dibongkar pada saat kapal masih dalam waktu tunggu yang belum melewati delay. Pada skenario 3.1, jika kapal A dibongkar terlebih dahulu, biaya demurrage lebih besar dibandingkan B pada skenario 3.2. Namun secara total skenario 3.2 memberikan total nilai demurrage yang paling rendah. Hal ini terjadi karena pada saat kapal B bongkar pada skenario 3.2 , masih dalam waktu due date, sehingga ketika kapal A bongkar, kapal A hanya lebih 1 hari telat.

 Skenario 4 : Dua kapal berada dalam masa waktu tunggu, dan sudah melebihi due date. Kapal A datang lebih awal dari kapal B. Kedua kapal mempunyai kapasitas yang sama dan due date yang sama. Namun demurrage kapal B lebih rendah dibandingkan dengan demurrage kapal A. Berdasarkan skenario 4.1 dan 4.2, skenario 4.1 lebih memberikan memberikan total demurrage yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan total demurrage kapal A yang didahulukan memberikan nilai demurrage yang lebih besar.

 Skenario 5 : Dua kapal dengan kondisi yang sama dengan skenario 4, namun pada skenario ini demurrage B lebih tinggi dari kapal A. Hasil dari skenario ini berbeda dengan skenario 4. Pada skenario 4.1 kapal lebih memberikan total demurrage yang rendah dibandingkan skenario 4.2.

(5)

 Skenario 6 : Skenario ini mempunyai kondisi, bila kapal B tiba-tiba harus bongkar ketika kapal A sedang bongkar. kondisi ini terjadi pada jenis muatan yang berbeda. Skenario ini mempunyai kondisi, bila tiba-tiba B harus bongkar ketika kapal A sedang bongkar. Misalnya bila, pada saat itu muatan di gudang kapal A penuh, sehingga beberapa waktu kapal A tidak bisa bongkar. Kondisi ini terjadi pada jenis muatan yang berbeda. Skenario 6.2 sama dengan skenario eksisting selama ini. Jika dibandingkan, maka lebih baik kapal menyela kapal yang sedang bongkar dibandingkan bila kapal harus menunggu kapal satunya selesai bongkar.

Dari hasil kondisi tersebut menunjukkan bahwa tidak selalu kapal dengan penentuan prioritas bongkar kapal berdasarkan aturan kedatangan pertama dapat memberikan nilai demurrage yang rendah. Namun dalam suatu penjadwalan tersebut, harus mempertimbangkan hal-hal lain, seperti lama waktu tunggu dan juga due date dari kapal. Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan yang digunakan, tentuna dapat mengetahui kemungkinan demurrage yang terjadi bila dibandingkan dengan hanya melihat faktor kedatangan saja. Dari keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa lebih baik mendahulukan kapal dengan perkiraan demurrage yang lebih besar. Sehingga kapal ketika waktu proses eksisting kapal ketika bongkar lebih lama dari yang diperkirakan, maka tidak terjadi demurrage yang lebih besar lagi.

Selain itu juga dilakukan perbandingan dengan penjadwalan eksisting untuk data kedatangan kapal pada bulan februari. Untuk penjadwalan eksisiting pada bulan februari demurrage yang terjadi adalah $748.000,00 dan jika dijadwalkan ulang demurragenya berubah menjadi $668.000,00. Sehingga terdapat perbedaan 10%.

Dari penjadwalan yang dilakukan dan juga kondisi-kondisi yang dilakukan, didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi bongkar kapal selain sifat muatan, waktu kedatangan, due date, dan juga demurrage adalah waktu proses yang dipengaruhi oleh kapasitas bongkar alat. Namun kapasitas alat bongkar ini berbeda dan tidak maksimal dikarenakan memang kondisi alat yang sudah tidak baru. Oleh karena itu, untuk melakukan bongkar kapal sebaiknya sama atau lebih besar dari discharge rate kontrak yang ada untuk mengurangi delay dan juga mempercepat proses bongkar. Sehingga kapal yang sudah terlambat dapat dipercepat proses bongkarnya dan delay menjadi lebih pendek. Selain itu untuk mempercepat proses bongkar kapal yang sudah melebihi due date, dapat dilakukan juga dengan bantuan crane kapal.

IV. SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Rules penjadwalan yang dilakukan yang dilakukan adalah dengan urutan sebagai berikut : sifat muatan yang dilihat dari inventory, dermaga yang tersedia, waktu, dan demurrage.

2. Rules yang dibuat dengan menggunakan pertimbangan beberapa faktor dapat mengurangi demurrage yang terjadi yaitu sekitar 10% dibandingkan bila penentuan prioritas bongkar kapal yang hanya berdasarkan kedatangan kapal dan juga kondisi gudang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Amiron, Sahdan. 2009. Analisa Kelayakan Ukuran Panjang Dermaga, Gudang Bongkar Muat Barang dan Sandar Kapal (Studi Kasus Dermaga Ujung Baru-Pelabuhan Belawan). Tugas Akhir. Departemen Teknik Sipil. Universitas Sumatera Utara. Medan.

[2] Baker, Kenneth R. 1974. Introducing to Sequencing and Scheduling. John Wiley&Sons, Inc. New York [3] Bedworth, David D & James E. Bailey.1987. Integrated

Production Control System Management, Analysis, Design. John Wiley and Sams, Singapore.

[4] Chopra, Sunil dan Meindl, Peter. 2004. Supply Chain Management :Strategy, Planning, and Operation. Pearson Education International. New Jersey,

[5] Ciptomulyono, U. 2000. Pengembangan Model Optimasi Keputusan Multi Kriteria MCDM (Multi Kriteria Decision Making) untuk Evaluasi dan Pemilihan Proyek. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. [6] Eva Fajarrina . 2006. Model Simulasi Penjadwalan

Kapal Pengangkut Pupuk dan Bahan Kimia untuk Meminimasi Delay Kapal di Pelabuhan dengan Algoritma Penjadwalan Operasi (Studi Kasis PT Petrokimia Gresik ). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

[7] Gurning, Raja Oloan Saut dan Budiyanto, Eko Hariyadi. 2007. Manajemen Bisnis Pelabuhan. PT Andhika Prasetya Ekawahana. Surabaya.

[8] Ikasari, Noevita. 2012. Perbaikan Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi di PT Petrosida Gresik untuk Meningkatkan Kinerja Supply Chain. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

[9] Irfan, Moch. 2010. Simulasi Perencanaan Kapasitas Pelabuhan untuk Menunjang Operasional Pabrik Pupuk (Studi Kasus PT Petrokimia Gresik). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

[10] Muller, Max. 2003. Essensials of Inventory Management. AMACOM. New York.

[11] Pujawan, I Nyoman dan Mahendrawathi ER. 2010. Supply Chain Management. Guna Widya. Surabaya. [12] Saaty, T. L., 1994. Fundamentals of Decision Making

and Priority Theory with The Analytic Hierarchy Process. Pittsburg. RWS Publications.

[13] Turban, Efraim, Aronson, Jay E, dan Liang, Ting-Peng. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems. ANDI. Yogyakarta

[14] Ulfija, Marija. 2007. Pemodelan Sistem Penjadwalan Kapal dengan Metode Rule-Based Scheduling Algorithm dan Perancangan Sistem Penunjang Keputusan (Studi Jasus : PT Petrokimia Gresik). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

[15] Wibowo, Harmaini. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Kapal di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Tesis. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Diponegoro. Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Ternyata sebuah hal yang dinyatakan sangat sulit dan hampir tidak mungkin dilakukan pada awal kemunculan MD5, yaitu menemukan dua buah pesan yang memiliki nilai hash MD5 yang sama,

Itu bisa disebutkan sebagai komunikasi sastra karena puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya sesuai

pelarut metanol kemudian difraksinasi menggunakan pelarut n -heksana. Hasil fraksi kemudian diskrining fitokimia dan diuji aktivitas antibakteri menggunakan teknik

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian tepung azolla terfermentasi dapat meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan pada perlakuan T2,

Dalam bab ini berisikan analisis data yang peneliti buat adalah analisis data dan pembahasan konseling Islam dengan terapi istigfar sebagai upaya meningkatkan

Urusan pemerintahan di luar urusan wajib dan urusan pilihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, sepanjang menjadi kewenangan daerah yang bersangkutan tetap

(4) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditindaklanjuti dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa