• Tidak ada hasil yang ditemukan

132676789-GASIFIKASI-BATUBARA-makalah.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "132676789-GASIFIKASI-BATUBARA-makalah.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e Universitas Pancasila BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo kimia menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi adalah endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu padatan, cairan (termasuk gas yang dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media yang paling umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah udara dan uap. Gas yang dihasilkan dari gasifikasi dengan menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang lebih rendah tetapi disisi lain proses operasi menjadi lebih sederhana.

Proses gasifikasi batubara adalah proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi bahan bakar gas. Dengan mengubah batubara menjadi gas, maka material yang tidak diinginkan yang terkandung dalam batubara seperti senyawa sulfur dan abu, dapat dihilangkan dari gas dengan menggunakan metode tertentu sehingga dapat dihasilkan gas bersih dan dapat dialirkan sebagai sumber energi. Sebagaimana diketahui, saat bahan bakar dibakar, energi kimia akan dilepaskan dalam bentuk panas. Pembakaran terjadi saat Oksigen yang terkandung dalam udara bereaksi dengan karbon dan hidrogen yang terkandung dalam batubara dan menghasilkan CO2 dan air serta energi panas. Dalam kondisi normal, dengan pasokan udara yang tepat akan mengkonversi semua energi kimia menjadi energi panas.

Namun kemudian, jika pasokan udara dikurangi, maka pelepasan energi kimia dari batubara akan berkurang, dan kemudian senyawa gas baru akan terbentuk dari proses pembakaran yang tidak sempurna ini (sebut saja

(2)

2 | P a g e Universitas Pancasila pembakaran “setengah matang”). Senyawa gas yang terbentuk ini terdiri atas H2, CO, dan CH4 (methana), yang masih memiliki potensi energi kimia yang belum dilepaskan. Dalam bentuk gas, potensi energi ini akan lebih mudah dialirkan dan digunakan untuk sumber energi pada proses lainnya, misalnya dibakar dalam boiler, mesin diesel, gas turbine, atau diproses untuk menjadi bahan sintetis lainnya (menggantikan bahan baku gas alam). Dengan fungsinya yang bisa menggantikan gas alam, maka gas hasil gasifikasi batubara disebut juga dengan syngas (syntetic gas). Dengan proses lanjutan, syngas ini dapat diproses menjadi cairan. Proses ini disebut dengan coal liquefaction (pencairan batubara). Untuk dapat menghasilkan gas dari batubara dengan maksimal, maka pasokan oksigen harus dikontrol sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran “setengah matang” ditambah energi yang terkandung pada senyawa gas yang terbentuk setara dengan energi dari batubara yang dipasok.

1.2 Sejarah Perkembangan Gasifikasi

Gasifikasi batu bara pertama kali diusulkan untuk dijadikan cara alternatif oleh presiden Amerika Serikat Jimmy Carter pada tahun 1970. Proyek tersebut termasuk dalam program Synthetic Fuels Corporation. Usulan itu muncul ketika itu karena pada tahun 1970 harga minyak yang diimpor terus-menerus mengalami peningkatan. Alasan lain adalah karena gasifikasi batu bara lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pembakaran minyak. Namun pada tahun 1980an proyek itu mengalami kendala karena pada tahun 1980 harga bahan bakar minyak mengalami penurunan.

Gasifikasi masih berkembang sampai dengan saat ini. Pada tahun 2009 pabrik gasifikasi batu bara dibangun di The Great Plains di kota Beulah, Amerika Serikat, dan berhasil memproduksi gas alam serta mengurangi emisi karbon.

(3)

3 | P a g e Universitas Pancasila BAB II

ISI

2.1 Proses Gasifikasi Batubara

Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi bahan bakar gas. Berbeda dengan pembakaran batubara, gasifikasi adalah proses pemecahan rantai karbon batubara ke bentuk unsur atau senyawa kimia lain. Secara sederhana, batubara dimasukkan ke dalam reaktor dan sedikit dibakar hingga menghasilkan panas. Sejumlah udara atau oksigen dipompakan dan pembakaran dikontrol dengan uap agar sebagian besar batubara terpanaskan hingga molekul-molekul karbon pada batubara terpecah dan dirubah menjadi ”coal gas”. Coal Gas merupakan campuran gas-gas hidrogen, karbon monoksida, nitrogen serta unsur gas lainnya. Gasifikasi batubara merupakan teknologi terbaik serta paling bersih dalam mengkonversi batubara menjadi gas-gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.

Ada perbedaan antara gas batubara dan campuran gas yang terjadi dari gasifiksai batubara. Gas batubara dihasilakan dari destilasi destruktif batubara dan hasil sampingan proses karbonisasi batubara. Perolehan gas dan komposisinya tergantung pada peringkat batubara dan temperature karbonisasi.

Proses gasifikasi mengubah semua material organic batubara menjadi bentuk gas, peringkat batubara dan temperature hanya mempengaruhi laju gasifikasi dan jika diinginkan bias diperoleh gas yang kesemuanya mengandung CO, CO2, dan H2 disamping pengotor hydrogen sulfide. Perbedaan yang mencolok ini disebabkan pada proses gasifikasi terjadi raihan yang jauh dan interaksi lebih lanjut yang dapat dikendalikan antara volatile matter dan char atau kokas dengan oksigen.

(4)

4 | P a g e Universitas Pancasila 2.2 Tahapan Proses Gasifikasi

A. Prinsip Kerja Umum 1. Proses Fisika

Beberapa proses fisis yang terjadi pada gasifikasi adalah sebagai berikut:

a. Pemanasan, yaitu proses penambahan batu bara dengan oksigen dan uap air, kemudian dipanaskan/dikompresi sampai suhunya tinggi. b. Pengeringan, yaitu pelepasan uap air dari padatan batu bara.

c. Pemanasan lanjut: Batu bara dipanaskan kembali sampai suhunya sangat tinggi.

d. Devolatilisasi, yaitu pengeluaran volatil (senyawa dengan struktur benzena) yang terdapat pada batu bara sampai hanya tersisa arang saja.

e. Pembakaran arang agar tidak ada lagi udara yang tersisa. 2. Proses Kimia

Selama reaksi, oksigen (O2) mengoksidasi air (H2O) dari batu bara dan menghasilkan karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

3C + O2 + H2O → H2 + 3CO

B. Klasifikasi Gas Berdasarkan Nilai Kalornya yaitu:

1. Gas high Btu merupakan sinonim dari sibstitute natural gas (SNG) dan mempunyai nilai kalor antara 970 sampai 1000 Btu per standard cubic foot (Scf). Komposisi gas sebagian besar terdiri dari CH4 (lebih dari 90%) dan sebagian kecil terdiri dari CO, CO2, dan N2. Gas high Btu pada umumnya dapat dipertukarkan dengan gas alam dan dapat dibuat dari batubara pada skala besar. 2. Gas medium Btu mempunyai nilai kalor 270 hingga 600 Btu/Scf. Pada nilai kalor yang lebih rendah dari rentang ini, gas umumnya terdiri dari CO dan H2 serta sejumlah kecil CO2. Pada nilai kalor yang lebih tinggi dari rentang diatas, nilai kalor meningkat seiring dengan masuknya CH4 atau hidrokarbon yang lain. Gas medium Btu banyak digunakan dalam industrimanufaktur karena dapat

(5)

5 | P a g e Universitas Pancasila terbakar dengan cepat dan menghasilkan temperatur nyala yang sama atau lebih tinggi dari gas alam. Akan tetapi gas medium Btu ini tidak dapat dimasukkan ke dalam jaringan distribusi gas alam karena tidak dapat dipertukarkan dengan gas alamdan karena kadar karbon monoksidanya. Gas medium Btu dapat digunakan sebagai sumber hidrogen untuk liquekfaksi batubara secara langsung menjadi bahan bakar cair atau untuk sintesa metanol dan bahan bakar cair lainnya. Gas medium Btu juga dapat digunakan untuk produksi gas High Btu.

3. Gas Low Btu normalnya mempunyai nilai kalor sekitar 90 sampai 150 Btu/scf. Komponen-komponen yang dapat dibakar terdiri dari CO dan H2yang dilarutkan oleh CO2 dan N2. Gas ini mempunyai temperatur nyala yang rendah, kecuali jika udara pembakaran dilakukaan pra-pemanasan dengan kuat. Gas ini bisa menjadi bahan bakar turbin yang ideal yang kemungkinannya dimanfaatkan secara besar-besaran dalam gas stream combined power cycle untuk pembangkitan listrik dilokasi dmana gas tersebut dihasilkan.

B. Teknologi Gasifikasi

Banyak system gasifikasi yang secara komersial diperoleh atau mempunyai potensi untuk dikomersialkan. Ada sejumlah cara untuk mengkarakteristikan system-sistem yang berbeda tersebut, diantaranya dibedakan antara karakteristik bebas dan tak bebas. Karakteristik bebas yaitu metoda pemasokan panas, media gasifikasi, dan jenis reactor. Karakteristik tak bebas yaitu apakah residu padat berupa kerak, komposisi gas bahan baku dan nilai kalor.

1. Metoda Pemasokan Panas

Pada kebanyakan gasifier, panas yang dibutuhkan untuk menjalankan reaksi endotermis karbon-uap dan reaksi Boudouard dihasilkan secara langsung oleh pembakaran batubara atau char dalam gasifier. Satu permasalahan dengan cara pemasokan panas seperti ini adalah jika udara digunakan maka gas-gas produk akan terlarut dengan nitrogen dan nilai kalor yang rendah. Jika digunakan gas medium-Btu, metoda pemasokan panas secara langsung dilakukan untuk menghilangkan nitrogen sebelum proses. Juga bias dilakukan dengan menggunkan

(6)

6 | P a g e Universitas Pancasila oksigen murni. Saat ini, tidak ada system gasifier yang telah dikembangkan didasarkan pada penghilangan nitrogen dari aliran produk pemasokan oksigen relative murni bagaimanapun juga sangat mahal.

Saat ini teknik pemanasan tak langsung yang dikembangkan untuk menghilangkan nitrogen selama proses gasifikasi dilakukan agar konversi batubara menjadi gas berlangsung sempurna.

2. Jenis Reaktor ( Gasifier )

Di bidang teknik kimia, gasifikasi digunakan sebagai teknik untuk mengkonversi bahan bakar padat menjadi gas. Gas yang dihasilkan pada gasifikasi disebut gas produser yang kandungannya didominasi oleh gas CO, H2, dan CH4. Bahan bakar yang umum digunakan pada gasifikasi adalah bahan bakar padat, salah satunya adalah batubara. Jika ditinjau dari produk yang dihasilkan, pengolahan batubara dengan gasifikasi lebih menguntungkan dibandingkan pengolahan dengan pembakaran langsung. Dengan teknik gasifikasi, produk pengolahan batubara lebih bersifat fleksibel karena dapat diarahkan menjadi bahan bakar gas atau bahan baku industri kimia yang tentunya memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu suatu reaktor. Reaktor tersebut dikenal dengan nama gasifier. Ketika gasifikasi dilangsungkan, terjadi kontak antara bahan bakar dengan medium penggasifikasi di dalam gasifier. Kontak antara bahan bakar dengan medium tersebut menentukan jenis gasifier yang digunakan. Secara umum pengontakan bahan bakar dengan medium penggasifikasinya pada gasifier dibagi menjadi tiga jenis, yaitu entrained bed,

fluidized bed, dan fixed/moving bed. Jenis reactor yang keempat yaitu reactor

molten media dapat dikelompokkan bersama dengan reactor entrained bed, tetapi operasinya dibedakan tersendiri. Jenis reactor sangat mempengaruhi distribusi temperature, produk gas dan residu. Temperatur reaksi bervariasi mulai dari 815 0 C sampai 1025 0C, masing-masing jenis reactor memiliki rentang temperature yang spesifik. Pengecualian untuk ini adalah molten media gasifier, dimana karakteristik temperature operasi dan lainnya ditentukan oleh lelehan yang dipakai. Perbandingan ketiga jenis gasifier tersebut ditampilkan pada Tabel 1.

(7)

7 | P a g e Universitas Pancasila a. Fixed bed gasifier

Operasi fixed-bed gasifier berlangsung dengan aliran bolak-balik (countercurrent) dan menggunakan uap dan oksigen atau uap dan udara. Residu berupa terak atau abu kering ditambah karbon yang tidak terkonversi. Bahan bakar masuk dari atas dan bergerak kebawah menggantikan bahan bakar yang terkonsumsi oleh gasifikasi. Aliran bahan bakar dari atas kebawah dan pertukaran panas dengan produk gasifikasi ke atas melalui empat zona yang terpisah walaupun tidak jelas. Keuntungan fixad bed gasifier adalah efisiensi konversi yang tinggi dengan kehilanagn panas minimum. Keterbatasan fixed bed gasifier adalah tidak mudahmenggunakan batubara caking dan swelling tanpa dilakukan pre-treatment terlebih dulu agar menjadi batubara non-agglomerating atau tanpa perubahan design mekanis. Fraksi batubara harus diperhatikan terlebih pada sistim penambangan dengan menggunakan mesin skala besar yang banyak menghasilkan batubara yang halus.

b. Fluidized-bed Gasifier

Fluidized bed gasifier diumpankan dengan batubara pulverized dan dalam gasifier, batubara tersebut diangkat oleh umpan dan gas-gas produk. Pada gasifier satu tahap yang dipanaskan secara langsung, uap/ oksigen atau campuran uap/udara di injeksikan didekat dasar reactor, baik secara concurrent maupun countercurrent terhadap aliran fluida. Gas-gas yang naik bereaksi dengan batubara

(8)

8 | P a g e Universitas Pancasila dan pada saat yang sama menjaganya dalam keadaan terfluidakan. Selama batubara tergasifikasi partikel-partikel batubara yang berukuranlebih besar turun kebawah melewati lapisan terfluidakan bersama-sam dengan partikel-partikel char yang lebih besar.

Keuntungan Fluidized-bed Gasifier antara lain terjadinya pencampuran padatan yang baik, temperatur relatif seragam, terjadi kesetimbangan temperatur yang cepat antara padatan dan gas. Fluidized-bed Gasifier mempunyai keuntungan yang lain yaitu efisiensi perpindahan panas dari daerah eksotermis ke endotermis dan oleh karenanya reaksi-reaksi gasifikasi mencapai kesetimbangan dengan cepat sehingga masukan cukup tinggi. Selanjutnya tidak ada hot spots yang menyertaipembentukan partikel-partikel abu yang melebur, yang bdisebut klinker. Kerugian Fluidized-bed Gasifier adalah bahwa tanpa pre-treatment okdisatif pada batubara atau konfigurasi desain yang khusus, gasifier mengalami kesulitan dalam penanganan batubara caking dan swelling, yang beragglomerasi dan membentuk partikel-partikel yang lebih besar keterbatasan yang lain adalah terbawanya padatan pada gas produk sehingg doperlukan peralatan khusus pembersihan padatan dalam gas produk.

c. Entrained-Bed Gasifier

Selama Entrained-Bed Gasifier menggunakan batubara pluverized dengan ukuran sekitar 75 µm. Oksigen atau udara, bersama-sama dengan uap, biasanya digunakan untuk memasuki batubara, yang diinjeksikan melalui nozzle kedalam blumer dari gasifier. Gas produk panas, atau hidrogen panas pada kasus hidrogenasi, dapat juga dugunakan untuk memasuki batubara dan pada saat yang sama menggasifikasi batubara tersebut.

Gasifier ini beroperasi pada suhu yang sangat tinggi. Karena suhu yang tinggi ini, semua volattile matter dalam batubara teroksidasi sehingga konsumsi oksigen relatif tinggi. Gas-gas produk umumnya mengandung sedikit atau tidak mengandung tar, minyak, atau metan. Volatile matter cepat sekali tergasifikasi begitu bahan bakar memasuki zona reaksi temperatur tinggi.pembentukan metan rendah membuat Entrained-Bed Gasifier cocok untuk memproduksi hidrogen.

(9)

9 | P a g e Universitas Pancasila Kerugian utama Entrained-Bed Gasifier berasal dari rendahnya konsentrasi bahan bakar dalam media gasifikasi dan aliran concurrent dari reaktan, hal ini mengemliminasi kemungkinan pertukaran panas internal antara gas produk dan bahan bakar yang baru masuk, menghasilkan tingginya temperatur gas keluaran dibanding dengan proses fluidized bed gasifier dan proses fixed bed.

d. Molten Bath Gasifier

Kebanyakan proses Molten Bath Gasifier meliputi gasifikasi batubara yang berlangsung dengan adanya kontak langsung batubara dengan uap dan udara atau oksigen dalam suatu wadah leburan terak, logam, dan garam. Temperatur yang tinggi dibutuhkan untuk menjaga leburan dalam bak sehingga memberikan laju reaksi yang tinggi dan oleh karenanya jumlah masukan yang tinggi. Gasifikasi juga didorong oleh sifat-sifat katalitik dari logam. Kapasitas termal yang tinggi dari leburan menyebabkan pemanasan yang cepat dari bahan bakar yang dimasukkan ke gasifiersehingga tidak sempat terbentuk tar dan minyak. Cepatnya volatile matter lepas dari batubara menyebabkan batubara terdisintegrasi, memperluas permukaan kontak sehingga menaikkan laju reaksi

Kerugian utama pada proses molten bath yaitu kehilangan panas yang relatif tinggi dan permasalahan menyangkut tertahannya leburan dan pembersihan terak dan abu. Masalah serangan korosi juga terjadi akibat garam lebur temperatur tinggi juga oleh logam-logam lebur.

Tabel 1. Perbandingan jenis-jenis gasifier

Parameter Fixed/Moving Bed Fluidized Bed Entrained Bed

Ukuran umpan < 51 mm < 6 mm < 0.15 mm

Toleransi

kehalusan partikel Terbatas Baik Sangat baik

Toleransi

kekasaran partikel Sangat baik Baik Buruk

(10)

10 | P a g e Universitas Pancasila

umpan rendah rendah dan

biomassa

batubara, tetapi tidak cocok untuk biomassa

Kebutuhan oksidan Rendah Menengah Tinggi

Kebutuhan kukus Tinggi Menengah Rendah

Temperatur reaksi 1090 °C 800 – 1000 °C > 1990 °C

Temperatur gas

keluaran 450 – 600 °C 800 – 1000 °C > 1260 °C

Produksi abu Kering Kering Terak

Efisiensi gas dingin 80% 89.2% 80%

Kapasitas

penggunaan Kecil Menengah Besar

Permasalahan Produksi tar Konversi karbon Pendinginan gas

produk

II.1.3 Perkembangan Teknologi Gasifikasi

Perkembangan terbaru gasifikasi saat ini adalah dengan ditemukannya sistem Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC). IGCC merupakan suatu sistem teknologi yang mengubah batu bara menjadi gas, yang lebih tepatnya ialah gas sintesis (syngas). IGCC selanjutnya menghilangkan pengotor yang terdapat pada batu bara sebelum di bakar dan dapat mengubah polutan-polutan menjadi suatu re-usable produk sampingan. Hal ini menyebabkan berkurangnya emisi sulfur dioksida, raksa dan partikel-partikel lainnya. Kalor yang dibuang dari ruang pembakaran dan pembangkit utama akan dialihkan ke suatu steam cycle, atau bisa juga seperti dialihkan ke combined cycle gas turbine. Pengalihan ini juga berdampak pada peningkatan efisiensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan batu bara yang di-pulverized. Akibat dari tetapnya harga batu bara dunia pada

(11)

11 | P a g e Universitas Pancasila beberapa tahun, sekitar 50 persen listrik di pasok oleh pembangkit tenaga batu bara. Dengan munculnya IGCC yang memiliki emisi yang lebih rendah ketimbang pembangkit tenaga batu bara yang lainnya, maka teknologi ini akan menjadi peranan penting dalam pasar pembangkit tenaga batu bara sejalan dengan makin ketatnya regulasi emisi global. Berikut ini adalah diagram siklus IGCC:

A. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia

Gasifikasi batu bara di Indonesia sangat berpeluang untuk dijadikan sebagai penghasil energi alternatif. Diantaranya adalah karena harga batu bara di pasar dunia relatif stabil, dan aman untuk ditransportasikan dan disimpan (karena batu bara tidak terpengaruh oleh cuaca). Alasan lain yang mendukung adalah:

a. Produk dari gasifikasi batu bara yang berkalori rendah (sekitar 4500 kkal) dapat menghasilkan gas bakar sintetis. Selain itu, dapat

(12)

12 | P a g e Universitas Pancasila juga menggunakan batu bara muda (menurut data sekitar 70% batu bara di Indonesia adalah batu bara muda).

b. Tidak mengandung resiko/bahaya, tidak berbau, dan ramah lingkungan.

Batu bara di Indonesia tersebar dengan luas terutama di Kalimantan Timur (Kutai, Tarakan), dan Sumatera Selatan. Meskipun begitu, implementasi gasifikasi di Indonesia masih sangat kurang, karena sebagian besar batu bara langsung dibakar habis dan dijadikan energi listrik melalui PLTU tanpa digasifikasi. Padahal, batu bara akan lebih efisien jika dikonversi terlebih dahulu menjadi migas sintetis atau bahan petrokimia lainnya. Salah satu caranya adalah dengan gasifikasi.

B. Teknik Pengukuran, Instrumentasi, dan Kontrol

Untuk mengontrol proses gasifikasi, sangatlah penting untuk menganalisa aliran gas dari produk secara terus menerus. Selain aliran gas, flow rate dari inputnya, suhu, dan tekanan input harus diukur dalam berbabai bagian dari rangkaian gasifikator untuk memastikan bahwa tekanan dan suhu dari batubara tersebut tidak melebihi yang sudah diperhitungkan. Variabel-variabel yang harus diperhatikan agar tidak melewati batas adalah:

a) Komposisi dan flow rate dari gas b) Tekanan balik dari reactor c) Suhu tempat terjadinya produksi

d) Pengawasan keamanan dan kontrol alarm

Sedangkan variabel yang harus dikontrol terhadap lingkungan adalah: a) Emisi atmosfir

b) Kondisi air di lingkungan c) Noises

d) Air tanah

e) Subsidence (pergerakan udara dalam atmosfir)

(13)

13 | P a g e Universitas Pancasila Pada dasarnya konsumsi daya yang dibutuhkan pada suatu proses gasifikasi sangat tergantung dari unit gasifikasi yang digunakan, karena diameter dari tiap unit gasifikasi berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel konsumsi daya berdasarkan jenis unit gasifikasinya.

D. Estimasi Biaya Penerapan Sistem Energi

Detail biaya penerapan gasifikasi batu bara dapat dilihat dari tabel

berikut ini.

J. Potensi Pasar di Indonesia

a. Letak sumber batu bara: Letak sumber batu bara di Indonesia cukup banyak, yaitu di sekitar sumatera dan kalimantan. Banyaknya sumber batu bara di Indonesia, membuat cadangan batu bara tersebut dapat dipergunakan untuk bahan bakar dan juga dapat digunakan dalam proses gasifikasi batu bara tersebut. Hal ini sangat mempermudah proses gasifikasi batu bara.

b. Daya yang dihasilkan : Daya yang dihasilkan oleh gasifikasi batu bara cukup besar, sehingga proses gasifikasi batubara ini berpotensi tinggi dalam mempengaruhi pasar di Indonesia.

c. Gasifikasi batu bara sangat ramah lingkungan dan hanya menghasilkan sedikit gas buangan. Karena itu, penggunaan

(14)

14 | P a g e Universitas Pancasila teknologi gasifikasi batu bara sebagai energi alternatif dapat mengurangi emisi CO2 di Indonesia sehingga dapat mempengaruhi pasar di Indonesia.

K. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia

Gasifikasi batu bara memang menghasilkan energi yang besar dan dapat menjadi sumber energi jangka panjang yang bagus untuk negara Indonesia. Tetapi gasifikasi batu bara ini juga mempunya berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan gasifikasi batubara di Indonesia adalah, investasi yang dibutuhkan untuk proyek gasifikasi batu bara ini sangatlah besar. Investasi untuk gasifikasi ini besar karena harga batu bara sangat tinggi. Harga batu bara juga lebih mahal dibandingkan dengan minyak bumi. Hal ini akan menyebabkan perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan minyak bumi daripada batubara. Aplikasi teknologi ini masih sangat mahal dan tingat efisiensinya masih sangat kecil.

Batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna, karena di dalamnya terdapat sulfur dan nitrogen. Bila batu bara ini terbakar maka kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di udara maka zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah akan menjadi asam sulfurik dan nitrit. Hal ini akan mengakibatkan hujan asam.

II.1.4 Manfaat dari Proses Gasifikasi

1. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.

(15)

15 | P a g e Universitas Pancasila 2. Mampu memproses beragam input bahan bakar termasuk batu bara,

minyak berat, biomassa, berbagai macam sampah kota dan lain sebagainya.

3. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang bernilai lebih tinggi.

4. Mampu mengurangi jumlah sampah padat.

5. Gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan dioxin yang berbahaya

BAB III PENUTUP

(16)

16 | P a g e Universitas Pancasila Dari materi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa :

- Proses gasifikasi batubara adalah proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi bahan bakar gas. Dengan mengubah batubara menjadi gas, maka material yang tidak diinginkan yang terkandung dalam batubara seperti senyawa sulfur dan abu, dapat dihilangkan dari gas dengan menggunakan metode tertentu sehingga dapat dihasilkan gas bersih dan dapat dialirkan sebagai sumber energi.

- Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu suatu reaktor. Reaktor tersebut dikenal dengan nama gasifier. Jenis gasifier diantaranya :

1. Fixed bed gasifier 2. Fluidized-bed Gasifier 3. Entrained-Bed Gasifier 4. Molten Bath Gasifier

Gambar

Tabel 1. Perbandingan jenis-jenis gasifier

Referensi

Dokumen terkait

Gagasan Sayyid Quthb yang utama adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan mewujudkan keadilan sosial dalam masyarakat yang berlandaskan al-Qur’an, yang dijelaskan

Skor obstruksi hidung dengan menggunakan visual analogue scale (VAS) merupakan salah satu parameter untuk menilai obstruksi hidung secara subjektif, sedangkan secara objektif

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moyo et al (2013) yang menyatakan dividen memiliki hubungan positif dengan struktur

Setelah mengetahui perhitungan Material Requirement Planning dengan tipe lot size Least Total Cost (LTC) telah selesai, selanjutnya dapat diketahui biaya yang harus dikeluarkan

Umur berbunga, jumlah polong, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot perpolong, bobot polong per tanaman, dan hasil polong per ha menunjukkan nilai yang berbeda nyata

CRM membantu perusahaan untuk memaksimalkan hubungan yang menguntungkan dengan customer dan memberikan pelayanan terbaik yang diinginkan oleh customer

Form Pembuatan Laporan Form pembuatan laporan dapat diakses oleh user owner dengan cara menekan tombol laporan pada menu yang tersedia, selanjutnya akan ada pilihan untuk

Menjaga keamanan, kenyamanan, dan keselamatan tamu serta aset perusahaan, merupakan tugas pokok dari seorang security maka hubungan yang baik dilakukan dengan HRD misalnya,