• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengguguran kandungan lazim disebut juga Abortus. Pengertian. kejahatan Abortus Provocatus berasal dari bahasa latin yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengguguran kandungan lazim disebut juga Abortus. Pengertian. kejahatan Abortus Provocatus berasal dari bahasa latin yang berarti"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tindak Pidana Aborsi

Pengguguran kandungan lazim disebut juga Abortus. Pengertian kejahatan Abortus Provocatus berasal dari bahasa latin yang berarti keguguran dengan kesengajaan. Abortus Provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis Abortus. Dari segi tata bahasa menggugurkan berarti membuat gugur atau menyebabkan gugur. Gugur sama artinya dengan jatuh atau lepas. Jadi menggugurkan kandungan berarti membuat kandungan menjadi gugur atau menyebabkan menjadi gugur.

Kejahatan mengenai penguguran dan pembunuhan kandungan jika dilihat dari subyek hukumnya dapat dibedakan menjadi 2 yakni:

a. Yang dilakukannya sendiri (Pasal 346 KUHP).

b. Yang dilakukan oleh orang lain, dalam hal ini atas persetujuan (Pasal 347 KUHP) dan tanpa persetujuannya (Pasal 348 KUH)

Ada pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang lain, baik atas persetujuannya maupun tidak, dan orang lain itu adalah orang yang mempunyai kualitas pribadi tertentu, yakni Dokter, Bidan, dan Juru Rawat (Pasal 349 KUHP).

Adapun yang dimaksud dengan perbuatan menggugurkan kandungan adalah melakukan perbuatan bagaimanapun wujud dan caranya terhadap kandungan seorang perempuan yang menimbulkan akibat lahirnya bayi atau janin dari dalam rahim perempuan tersebut sebelum waktunya dilahirkan menurut alam, lahirnya bayi atau janin belum waktunya sering disebut dengan Abortus Provocatus kadang disingkat Abortus.

(2)

Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang dikualifikasikan sebagai Tindak Pidana Abortus yaitu :

1. Pengguguran dan Pembunuhan kandungan oleh perempuan sendiri. Pengguguran dan pembunuhan kandungan oleh perempuan yang mengandung itu sendiri, dicantumkan dalam Pasal 346 KUHP yang rumusannya adalah :

”seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun”.

Unsur dari Pasal tersebut yaitu:

a. Ada petindak, yaitu seorang perempuan.

b. Melakukan perbuatan menggugurkan, mematikan, menyuruh orang lain menggugurkan dan menyuruh orang lain mematikan. c. Obyeknya adalah kandungannya sendiri.

Rumusan kejahatan dalam Pasal 346 KUHP, subyek hukumnya disebutkan dengan seorang perempuan (de vrouw), sedangkan Pasal 341 dan 342 KUHP adalah seorang Ibu (De Moeder). Hal ini dapat dimengerti, karena dalam Pasal 346 KUHP tidak diisyaratkan kandungan tersebut sudah berwujud sebagai bayai sempurna dan belum ada proses kelahiran bayi sebagaimana Pasal 341 dan Pasal 342 KUHP, oleh sebab itu wajar terhadap pemilik kandungan disebut sebagai perempuan. Berlainan dengan kejahatan dalam Pasal 341 dan Pasal 342 KUHP karena kandungan sudah berwujud lengkap bahkan perbuatan yang dilakukan dalam kejahatan itu adalah pada

(3)

waktu bayi sedang dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan, maka wajar subyek hukumnya disebut seorang Ibu.

Adami Chazawi, mengulas bahwa hal in dapat dimengerti karena dalam Pasal 346 KUHP tidak diisyaratkan kandungan tersebut sudah berwujud sebagai bayi sempurna dan belum ada proses kelahiran bayi maupun kelahiran bayi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 341 dan Pasal 342 KUHP.

Ada 4 perbuatan yang dilarang dalam Pasal 346 KUHP yaitu menggugurkan kandungan, mematikan kandungan, menyuruh orang lain menggugurkan kandungan dan menyuruh orang lain mematikan kandungan. Adapun yang dimaksud dengan perbuatan menggugurkan kandungan adalah melakukan perbuatan yang bagaimanapun wujud dan caranya terhadap kandungan seorang perempuan yang menimbulkan akibat lahirnya bayi atau janin dari dalam rahim perempuan tersebut sebelum waktunya adalah menjadi maksud atau diketahuinya petindak. Perbuatan memaksa kelahiran bayi atau janin belum waktunya ini sering disebut dengan istilah Abortus Provocatus.1

Dalam hal Abortus provocatus ada 2 hal yang perlu diterangkan yaitu : (a). Perbuatan menggugurkan kandungan boleh dilakukan terhadap bayi atau

janin yang dalam kenyataannya sudah mati sebelum perbuatan mengugurkan kandungan dilakukan. Adapun alasannya adalah bahwa dalam Pasal 346 KUHP tidak menyebutkan syarat bahwa janin atau

1

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.111

(4)

bayi dalam rahim itu masih hidup, dan oleh karenanya boleh terhadap janin yang sudah mati.

(b). Pada saat melakukan perbuatan menggugurkan, janin atau bayi dalam rahim perempuan itu harus dalam keadaan hidup.

Dengan demikian, terhadap perbuatan menggugurkan kandungan harus terbukti bahwa pada saat perbuatan dilakukan bayi harus dalam keadaan hidup. Pembuktian adanya kehidupan pada saat perbuatan dilakukan, mengalami kesulitan tanpa bantuan dari ilmu kedokteran forensik.

Jika perbuatan menggugurkan kandungan mempunyai arti memaksa kelahiran bayi atau janin hidup yang tidak mempersoalkan setelah kelahiran bayi atau janin itu dalam keadaan hidup ataukah sudah mati. Berbeda halnya dengan perbuatan, mematikan kandungan adalah perbuatan yang dengan bentuk dan cara apapun menimbulkan akibat matinya bayi atau janin dalam rahim perempuan, artinya mematikan suatu kehidupan dalam rahim seorang perempuan.

2. Pengguguran tanpa persetujuan perempuan yang mengandung. Kejahatan ini dicantumkan dalam Pasal 347 KUHP.

Pasal 347 KUHP berbunyi:

(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya dipidana penjara paling lam 12 tahun.

(2) Jika perbuatan itu menagkibatkan perempuan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.

(5)

Unsur dari Pasal 347 KUHP adalah : Unsur Obyektif :

a. Ada perbuatan, yaitu menggugurkan dan mematikan. b. Obyeknya adalah kandunga seorang perempuan. c. Tanpa persetujuan perempuan itu.

Unsur subjektifnya : Dengan Sengaja.

Dari unsur tersebut persamaan dan perbedaan antara ketentuan Pasal 346 dan Pasal 347 KUHP.

Persamaannya adalah :

1). Pada kedua perbuatan, yaitu menggugurkan dan mematikan. 2). Obyeknya yaitu seorang perempuan.

Perbedaannya adalah :

1) Pada Pasal 346 KUHP terdapat perbuatan menyuruh (orang lain) mengugurkan dan menyuruh (orang lain) mematikan, yang tidak ada dalam Pasal 347 KUHP.

2) Pada Pasal 347 KUHP ada unsur tanpa persetujuan (perempuan yang mengandung).

3) Pada Pasal 346 KUHP, pelakunya adalah perempuan yang mengandung, sedangkan pada Pasal 347 KUHP pelakunya adalah orang lain (bukan perempuan yang mengandung). Jika mengugurkan atau mematikan kandungan itu dilakukan dengan persetujuan perempuan yang mengandung masuk dalam Pasal 348 KUHP.

(6)

Tanpa persetujuan dapat terjadi dalam beberapa kemungkinan, mungkin terjadi dalam hal perempuan tersebut tidak mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang lain itu maksudnya adalah mengugurkan atau mematikan kandungannya, misalnya dalam keadaan sakit, kemudian sengaja disuntikan suatu obat oleh perawat kesehatan yang obat itu mematikan atau mengugurkan kandungannya. Bisa juga terjadi dalam hal, Ia mengetahui bahawa perbuatan oleh orang lain terhadap kandungannya itu dapat berakibat gugurnya atau matinya kandungannya, akan tetapi Ia tidak berdaya karena misalnya dipaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

Pasal 347 KUHP berupa tindak pidana mengugurkan dan mematikan kandungan yang tergerat ancaman pidananya. Bahkan menurut ayat (2) dapat dijatuhi pidana penjara setinggi-tingginya 15 tahun disamakan denagan pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP). Akibat kematian pada Pasal 348 ayat (2) KUHP adalah merupakan faktor memperberat pidananya.

Tanpa persetujuannya, artinya perempuan itu tidak menghendaki akibat gugurnya atau matinya kandungan itu, tidak selalu disetujui terhadap wujud perbuatannya. Bisa terjadi terhadap perbuatan yang dilakukan orang lain itu disetujuinya baik secara diam-diam maupun secara terang, akan tetapi Ia telah mengetahui bahwa akibat perbuatan itu hamilnya akan gugur atau mati. Hal ini dapat terjadi misalnya, seorang bidan ddengan maksud untuk mengugurkan kandungan seorang

(7)

perempuan, menyuntikan suatu obat yang dapat menimbulkan keguguran pada perempuan itu.

3. Pengguguran atas persetujuan perempuan yang mengandung.

Kejahatan ini dirumuskan dalam Pasal 348 KUHP. Pasal 348 KUHP, berbunyi sebagai berikut :

(1) Barangsiapa dengan sengaja mengugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya dipidana penjara selama-lamanya 5 tahun 6 bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut dipidana dengan pidana penjara 7 tahun.

Adapun unsur-unsur dari ayat tersebut adalah : Unsur Obyektif :

a. Perbuatannya adalah mengugurkan dan mematikan. b. Obyeknya adalah kandungan seorang perempuan. c. Dengan persetujuannya.

Unsur Subyektifnya adalah Dengan sengaja.

Persetujuan artinya dikehendaki bersama dengan orang lain, di sini ada dua orang atau lebih yang mempunyai kehendak bersama terhadap gugur atau matinya kandungan itu. Syarat terjadi persetujuan adalah harus ada dua pihak yang mempunyai kehendak yang sama. Di sini tidak dipersoalkan dari mana asal/datangnya inisiatif untuk dilakukannya penguguran atau pembinuhan kandungan itu. Karena yang penting adalah sebelum atau pada saat memulai perbuatan mengugurkan atau mematikan kandungan, gugurnya atau matinya kandungan sama dikehendaki baik

(8)

oleh perempuan yang mengandung maupun oleh orang yang melaksanakan perbuatan itu.

4. Pengguguran oleh Dokter, Bidan atau Juru obat.

Dokter, Bidan, Juru rawat adalah kualitas pribadi yang melekat pada subyek hukum (Petindak) dari kejahatan sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 349 KUHP. Pasal 349 KUHP, berbunyi sebagai berikut : ”Jika seorang Dokter, Bidan atau Juru rawat membantu melakukan kejahatan ataupun melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan Pasal 348 KUHP, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam hal mana jabatan itu dilakukan”.

Perbuatan melakukan adalah berupa perbuatan melaksanakan kejahatan, artinya dialah sebagai pelaku baik sebagai petindaknya maupun pelaku pelaksanaannya. Dia dapat berkualitas sebagai petindak (Dader) apabila dia sendiri yang melaksanakan kejahatan itu, tanpa ada orang lain yang ikut terlibat dalam kejahatan. Misalnya dalam melaksanakan kejahatan dalam Pasal 347 KUHP, dokter memberikan obat pada seorang wanita hamil yang maksudnya agar kandungan itu gugur.

Secara klinis di bidang medis dikenal istilah-istilah abortus sebagai berikut:

1. Abortus Imminens, atau keguguran mengancam. Pasien pada umumnya dirawat untuk menyelamatkan kehamilannya, walaupun tidak selalu berhasil;

(9)

2. Abortus Insipiens, atau keguguran berlangsung atau dalam proses keguguran dan tidak dapat dicegah lagi;

3. Abortus Incomplet, atau keguguran tidak lengkap. Sebagian buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian lagi belum, biasanya ari-ari masih tertinggal dalam rahim;

4. Abortus Complet, atau keguguran lengkap. Apabila seluruh buah kehamilan telah dilahirkan secara lengkap;

5. Missed Abortion, atau keguguran tertunda, ialah keadaan di mana janin telah mati di dalam rahim sebelum minggu ke-22 kemudian tertahan di dalam selarna 2 bulan atau lebih;

6. Abortus Habitualis, atau keguguran berulang, ialah abortus yang telah berulang dan terjadi tiga kali berturut-turut.

Sebenarnya ada dua golongan tentang masalah kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu:

1. Kehamilan yang tidak diinginkan oleh dokter, pertimbangan medisnya adalah karena kehamilan tersebut akan membahayakan jiwa ibu, dan anak yang dilahirkan kemungkinan besar akan cacat berat (abortus

provocatus medicianalis); Ada beberapa hal-hal yang dapat mempengaruhi pertimbangan medis, yaitu:

a. Outcome (hasil) kelahiran., jika anak yang akan lahir nanti cacat berat atau cacat mental dan harapan hidup sangat tipis, pertimbangan medis memperbolehkan dilakukan abortus provocatus.

(10)

b. Jenis permasalahan yang mengakibatkan timbulnya indikasi medis, misalnya nyawa si ibu terancam maut jika melanjutkan kehamilan atau si anak yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat berat dan harapan untuk hidup tipis.

c. Adanya keinginan ibu untuk memperoleh anak hidup sering kali dijumpai dalam praktek seorang perempuan rela mengorbankan jiwanya asal anak yang dikandungnya lahir dalam keadaan selamat. la sadar punya penyakit yang dapat menyebabkan kematiannya jika melahirkan. Tapi keinginannya untuk memperoleh anak hidup lebih besar dari pada mempertahankan keselamatan jiwanya sendiri. Untuk menghadapi semua situasi seperti ini tim medis, biasanya mengikuti segala keputusan sang ibu hanya saja kalau biasa keduanya diselamatkan.

2. Jenis kehamilan yang tidak diinginkan oleh wanita yang bersangkutan, atau suaminya, atau keluarganya karena: perkosaan, hubungan kelamin diluar perkawinan, alasan-alasan sosial ekonomi, belum mampu punya anak. Jenis kehamilan ini jika berlanjut sampai pada dikeluarkannya janin dengan paksa sebelum waktunya, maka perbuatan tersebut dilarang dan jelas melanggar hukum yang biasa disebut sebagai abortus

Referensi

Dokumen terkait

If multivariate analysis methods are applied to phenotypic traits according to the UPOV descriptor for the standard grain quality maize inbreds there is a clear indication that

Bahwa berdasarkan alasan-alasan sebagaimana tersebut di atas, baik berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek maupun berdasarkan

Oleh karena itu sebagai orang tua, sebagai pendidik, sebagai orang dewasa yang peduli terhadap perkembangan anak, maka saat anak pada usia emas berikan mereka stimulus

IDENTIFIKASI DATA DASAR 

Abstrak : Penelitian tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keterampilan berhitung dan hasil belajar siswa kelas II pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media Realia

Seperti halnya di Damaskus, di tempat- tempat lain di Dunia Islam, seperti di Mesir dan Hijaz dengan tokoh utamanya Salahuddin Al-Ayyubi juga didirikan madrasah sebagai

Untuk mengetahui proses itu, penulis melakukan wawancara dengan 2 (dua) narasumber dari Tempo, wartawan dan redaktur yang menulis berita Jokowi, dan 2 (dua)

Soka Cipta Niaga mencoba untuk melakukan inovasi baru dalam proses produksi kaos kaki yaitu dengan konsep printing dimana merupakan suatu hal baru sebab berbeda dari