• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKANAN SOSIAL, TEKANAN PSIKOLOGIS, DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA DI WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN INTAN ISLAMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKANAN SOSIAL, TEKANAN PSIKOLOGIS, DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA DI WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN INTAN ISLAMIA"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

DI WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN

INTAN ISLAMIA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tekanan Sosial, Tekanan Psikologis, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2012

Intan Islamia NIM I24080031

(4)
(5)

Being of Rural and Urban Family. Supervised by EUIS SUNARTI and NETI HERNAWATI.

The purpose of this research is to examine the social stress, psychological stress, and subjective well-being of families in rural and urban areas. This study is a subsampling research from the main research “The Variability of Family Strength in Indonesia” (Sunarti 2012). The main research was conducted in eight villages in Bogor City and Regency, whereas this subsampling research took two location from main research, there are Empang and Mulyaharja, that involved 60 samples. The result shows that social stress, psychological stress, and subjective well-being are higher in urban areas. The correlation test result shows that family income negatively associated with psychological stress. The regression test results show that social pressure have positive affect to subjective well-being. However, psychological stress have negative affect to subjective well-being only in rural areas. Factors that affected subjective well-being are social stress, typology of areas, husband age, family income, wives education, and family size. Typology of areas and dual earner pattern affect the social stress and psychological stress. Keywords: stress, social, psychological, subjective well-being

ABSTRAK

INTAN ISLAMIA. Tekanan Sosial, Tekanan Psikologis, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan NETI HERNAWATI.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian utama “Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia” (Sunarti 2012). Penelitian utama dilakukan di delapan desa di Kota dan Kabupaten Bogor, sedangkan penelitian ini mengambil dua lokasi dari penelitian utama yakni Kelurahan Empang dan Mulyaharja, dengan melibatkan 60 orang contoh. Hasil penelitian menunjukkan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif lebih tinggi di wilayah perkotaan. Hasil uji korelasi menunjukkan pendapatan keluarga berhubungan negatif dengan tekanan psikologis. Hasil uji regresi menunjukkan tekanan sosial berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif. Akan tetapi, tekanan psikologis berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subjektif hanya di wilayah perdesaan. Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif adalah tekanan sosial, tipologi wilayah, usia suami, pendapatan keluarga, pendidikan istri, dan besar keluarga. Tipologi wilayah dan pola nafkah ganda berpengaruh terhadap tekanan sosial dan terhadap tekanan psikologis.

(6)
(7)

RINGKASAN

INTAN ISLAMIA. Tekanan Sosial, Tekanan Psikologis, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan NETI HERNAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif. Adapun tujuan khususnya adalah: 1) menganalisis karakteristik, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga; 2) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga; 3) menganalisis perbedaan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif berdasarkan tipologi wilayah; 4) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan tipologi wilayah terhadap tekanan sosial, terhadap tekanan psikologis, dan terhadap kesejahteraan subjektif keluarga; 5) menganalisis pengaruh tekanan sosial dan tekanan psikologis terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian utama Hibah Kompetensi DIKTI (Sunarti 2012) dengan tema “Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia”. Disain yang digunakan dalam penelitian utama adalah cross sectional study. Penelitian utama melibatkan 240 contoh yang dipilih menggunakan

stratified disproportional random sampling, sedangkan penelitian ini mengambil sebanyak 60 contoh dari penelitian utama, yakni 30 contoh di wilayah perdesaan dan 30 contoh di wilayah perkotaan. Lokasi penelitian utama bertempat di delapan desa di empat kecamatan, di Kota dan Kabupaten Bogor, sedangkan penelitian ini mengambil dua lokasi dari penelitian utama yakni Kelurahan Empang dan Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui penelitian Sunarti (2012), meliputi karakteristik keluarga, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif. Data lainnya yang digunakan yakni data demografi Kelurahan Empang dan Mulyaharja. Data yang telah terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Selanjutnya, data dikategorikan kemudian dianalisis secara deskriptif, uji korelasi Spearman, uji independent-samples t-test, analisis faktor, dan uji regresi linier.

Hasil penelitian menunjukkan baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan, proporsi besar keluarga kecil (<4 orang) dan sedang (5-7 orang) relatif seimbang. Sebanyak tiga per empat (75%) suami berusia dewasa madya (41-65 tahun), sedangkan lebih dari separuh (56,7%) istri berusia dewasa muda (18-40 tahun). Lebih dari sepertiga (36,7%) keluarga di perdesaan merupakan keluarga dengan anak lepas dari keluarga, sedangkan keluarga di perkotaan berada pada kategori keluarga dengan anak usia SD (36,7%) dan anak remaja (36,7%). Rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah 4 orang. Sebagian besar (93,3%) keluarga di perdesaan memperoleh penghasilan dengan pola nafkah tunggal (suami), tetapi hampir separuh (43,3%) keluarga di perkotaan melakukan pola nafkah ganda. Jenjang pendidikan yang paling banyak dicapai suami (30%) dan istri (26,7%) adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebanyak 20 persen keluarga di perdesaan memiliki pendapatan antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00, sisanya tersebar pada rentang lainnya, dengan pendapatan minimal

(8)

Tekanan sosial merupakan kondisi gangguan atau ketidaknyamanan yang dirasakan sebagai dampak dari interaksi dan lingkungan sosial (Aneshensel 1992). Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh (43,3%) keluarga di wilayah perkotaan mengalami tekanan sosial yang tinggi, sedangkan hanya 6,7 persen keluarga yang mengalami tekanan sosial tinggi di wilayah perdesaan. Terdapat empat jenis tekanan sosial yang diteliti, yakni masalah dengan keluarga besar, masalah dengan tetangga, masalah terkait anak, dan masalah suami di tempat kerja. Lebih dari separuh (58,6%) keluarga di kedua wilayah mengalami masalah terkait anak. Tekanan psikologis mengacu pada hubungan dengan lingkungan dimana seseorang menilai sendiri keadaannya dalam kondisi tuntutan yang melebihi sumber daya yang tersedia (Lazarus 1993). Hasil penelitian menunjukkan tekanan psikologis tinggi dialami oleh 6,7 persen keluarga di wilayah perkotaan, sedangkan seluruh (100%) keluarga di perdesaan mengalami tekanan psikologis rendah. Terdapat empat jenis tekanan psikologis yang diteliti, yakni hal-hal yang mengkhawatirkan, hal-hal yang menakutkan, ketidakpastian yang membuat tidak tenang, dan kehilangan yang membuat sedih. Lebih dari separuh (60,2%) keluarga di kedua wilayah mengalami tekanan berupa hal-hal yang mengkhawatirkan. Kekhawatiran utama yang diungkapkan berkaitan dengan anak, keluarga, dan kondisi ekonomi. Kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi multidimensi individu terhadap kehidupan dan pengalaman riil yang memberikan dampak positif, negatif, kepuasan hidup, dan kebahagiaan (Diener 1984; Mc Givilray & Clarke 2006 dalam Conceição & Bandura 2008). Hampir separuh (46,7%) keluarga di wilayah perdesaan dan hampir seperempat (23,3%) keluarga di wilayah perkotaan memiliki kesejahteraan subjektif rendah. Selain itu, sebagian besar (86,7%) keluarga di perkotaan tidak puas dengan tabungan, dan separuh (50%) keluarga di perdesaan tidak puas dengan aset yang dimiliki.

Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat hubungan antara tekanan sosial, tekanan psikologis, pendapatan keluarga, dan kesejahteraan subjektif. Hasil uji beda menunjukkan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif lebih tinggi di wilayah perkotaan. Hasil uji analisis faktor menunjukkan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi penyumbang terbesar pada setiap variabel yakni masalah dengan tetangga, hal-hal yang mengkhawatirkan, dan kepuasan akan makanan yang dikonsumsi. Hasil uji pengaruh menunjukkan tipologi wilayah, usia suami, dan pendapatan keluarga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif. Akan tetapi, lama pendidikan istri dan besar keluarga berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Hasil lainnya, semakin tinggi tekanan sosial maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif, karena keluarga yang mengungkapkan adanya tekanan sosial masih memiliki kepuasan akan kesejahteraan subjektifnya. Sementara itu, di wilayah perdesaan, tekanan psikologis berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Faktor yang berpengaruh terhadap tekanan sosial adalah tipologi wilayah, pola nafkah ganda, besar keluarga, jumlah tanggungan, dan jumlah anggota kerja dalam keluarga. Tipologi wilayah, usia istri, pola nafkah ganda, dan perkembangan keluarga berpengaruh terhadap tekanan psikologis.

(9)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar dari IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB. 

(10)
(11)

DI WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN

INTAN ISLAMIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)
(13)

Judul : Tekanan Sosial, Tekanan Psikologis, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan

Nama : Intan Islamia

NIM : I24080031

Disetujui,

Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti M.S. Neti Hernawati, S.P., M.Si. Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(14)
(15)

 

PRAKATA

Alhamdulillaahirabbil ‘alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia, dan hidayah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tekanan Sosial, Tekanan Psikologis, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan”.

Selain itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada,

1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S. dan Neti Hernawati, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pelajaran, bimbingan dan motivasi kepada penulis.

2. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc dan Irni Rahmayani Johan, S.P., MM selaku dosen penguji skripsi yang banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Melly Latifah M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan Megawati Simanjuntak S.P., M.Si selaku dosen pemandu seminar, dan seluruh dosen beserta staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

4. Keluarga tercinta, Ayahanda Nazaruddin, S.H., Ibunda Dra. Luluk Mardiana, dan Ananda Mohammad David Brillian, atas segala bentuk dukungan dan doa tiada henti, perhatian dan kasih sayang, serta motivasi yang telah diberikan sehingga penulis tetap bersemangat untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. 5. Teman-teman IKK 45, Team Scripcutee (Nisrina, Widha, Wika, Fasih, Ifah),

Sahabat-sahabat terbaik The Dream Team (Pak Bambang Riyanto S.P, M.Si, Team Saungkuriang, Neneng, dan Irma), SLR (Ulan, Elsa, Pipit, Uun), Keluarga Mawapres IPB 2012, dan Keluarga Besar Asrama TPB khususnya para sahabat Senior Resident Merah Putih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kekurangan yang ada. Pada akhirnya, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, November 2012

(16)
(17)

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 3 Tujuan Penelitian ... 4 Kegunaan Penelitian ... 5 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Kerangka Teoritis Keluarga ... 6

Konsep Kesejahteraan Keluarga ... 8

Tekanan Keluarga ... 10

Tipologi Wilayah ... 12

Penelitian Terdahulu ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

METODE PENELITIAN ... 18

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 18

Teknik Pengambilan Contoh ... 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18

Pengolahan dan Analisis Data ... 19

Definisi Operasional ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 25

Karakteristik Keluarga ... 26

Tekanan Sosial ... 30

Tekanan Psikologis ... 32

Kesejahteraan Subjektif ... 36

Hubungan antar Variabel dalam Penelitian... 37

Perbedaan antara Tekanan Sosial, Tekanan Psikologis, dan Kesejahteraan Subjektif di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan ... 38

Analisis Faktor Variabel dalam Penelitian ... 39

Hasil Uji Pengaruh Variabel dalam Penelitian ... 40

Pembahasan ... 42

SIMPULAN DAN SARAN ... 49

Simpulan ... 49

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(18)
(19)

 

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Penelitian terdahulu ... 14

2 Variabel, skala data, dan kategori dalam penelitian ... 20

3 Sebaran keluarga berdasarkan kategori besar keluarga ... 26

4 Sebaran keluarga berdasarkan kategori usia suami dan istri ... 26

5 Sebaran keluarga berdasarkan lama pernikahan ... 27

6 Sebaran keluarga berdasarkan tahap perkembangan keluarga ... 27

7 Sebaran keluarga berdasarkan lama pendidikan suami dan istri ... 28

8 Sebaran keluarga berdasarkan pola nafkah ganda ... 28

9 Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anggota kerja dalam keluarga ... 29

10 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pendapatan keluarga ... 29

12 Sebaran keluarga berdasarkan masalah dengan keluarga besar ... 30

13 Sebaran keluarga berdasarkan masalah dengan tetangga ... 31

14 Sebaran keluarga berdasarkan masalah terkait anak ... 31

15 Sebaran keluarga berdasarkan masalah suami di tempat kerja ... 32

16 Sebaran keluarga berdasarkan jenis tekanan sosial ... 32

17 Sebaran keluarga berdasarkan masalah hal-hal yang mengkhawatirkan ... 33

18 Sebaran keluarga berdasarkan hal-hal yang menakutkan ... 34

19 Sebaran keluarga berdasarkan ketidakpastian yang membuat tidak tenang .. 35

20 Sebaran keluarga berdasarkan masalah kehilangan yang membuat sedih ... 35

21 Sebaran keluarga berdasarkan jenis tekanan psikologis ... 35

22 Sebaran keluarga berdasarkan butir pernyataan kesejahteraan subjektif ... 37

23 Hasil uji hubungan antar variabel dalam penelitian ... 37

24 Hasil uji beda antar variabel dalam penelitian ... 38

25 Hasil uji beda tiap pernyataan kesejahteraan subjektif ... 38

26 Hasil analisis faktor tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif ... 39

27 Hasil uji regresi karakteristik dan tipologi wilayah terhadap kesejahteraan subjektif ... 40

28 Hasil uji regresi karakteristik dan tipologi wilayah terhadap tekanan sosial . 40 29 Hasil uji regresi karakteristik dan tipologi wilayah terhadap tekanan psikologis ... 41

30 Hasil uji regresi tekanan sosial dan tekanan psikologis terhadap kesejahteraan subjektif ... 42

(20)
(21)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Teori-teori menengah yang melandasi penelitian ... 6 2 Kerangka pemikiran tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan

subjektif ... 17 3 Sebaran tekanan sosial di wilayah perdesaan dan perkotaan ... 32 4 Perbandingan jenis tekanan psikologis di wilayah perdesaan-perkotaan ... 36 5 Sebaran keluarga berdasarkan kesejahteraan subjektif di wilayah perdesaan

dan perkotaan ... 36

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Peta lokasi penelitian ... 55 2 Hasil uji reliabilitas dan validitas instrumen kesejahteraan subjektif ... 56 3 Hasil uji butir variabel dalam penelitian... 57  

(22)
(23)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki banyak potensi. Jika dilihat dari segi kepemilikan sumberdaya, Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA), tetapi masih membutuhkan banyak perbaikan dari segi sumber daya manusia (SDM). Secara kuantitas, jumlah penduduk negara ini sudah mencukupi untuk dikatakan sebagai negara dengan populasi penduduk yang besar. Di sisi lain, aspek kualitas penduduk merupakan suatu hal yang juga penting bagi pembangunan suatu negara, tetapi saat ini kondisi SDM Indonesia masih tergolong rendah. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari penurunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2012 yang turun dari peringkat 108 menjadi peringkat 124 dari total 187 negara (UNDP 2012; Republika 2012).

Perpaduan antara kondisi bangsa saat ini dan perkembangan zaman yang pesat menuntut disegerakannya perbaikan. Peningkatan kualitas manusia berhubungan dengan kualitas keluarga karena penentu masalah kuantitas, kualitas, dan mobilitas penduduk sebagai interaksi kualitas dan kuantitas ditentukan oleh aksi yang dilakukan sistem sosial terkecil yang disebut keluarga (Sunarti 2011). Keluarga berperan sebagai institusi yang memberikan pengaruh paling utama dan pertama terhadap individu dan memiliki dampak yang paling penting (Baxter et al. 1951; Bronfenbrenner 1979; Cooley 1909 dalam Reiss 1980; Berns 1985). Keluarga juga berperan dalam keberlangsungan sistem sosial serta merupakan institusi pertama dalam pembangunan sumber daya manusia. Keluarga merupakan Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan yang paling orisinil dan efektif (Bennett dalam Megawangi & Sunarti 2003).

Dalam perkembangannya, keluarga mengalami berbagai proses pengelolaan baik masalah maupun sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan utama, yakni kesejahteraan keluarga (Sunarti 2001). Jika keluarga sejahtera, maka individu yang berada didalamnya akan mampu mengembangkan dirinya dengan lebih baik, dan sistem yang lebih besar yang dibentuk oleh keluarga yaitu masyarakat akan turut berkembang. Terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan keluarga, yakni pendekatan

(24)

objektif dan subjektif. Kesejahteraan objektif diukur berdasarkan keadaan sosial ekonomi keluarga, sedangkan kesejahteraan subjektif merupakan persepsi yang dirasakan oleh masyarakat sendiri tentang aspek kesejahteraan sehingga hasilnya merupakan perkembangan dari aspek kesejahteraan (Iskandar 2007; Conceição & Bandura 2008; Kusumo dan Simanjuntak 2009; Martiastuti 2012). Oleh karena itu, kesejahteraan subjektif merupakan salah satu bagian penting dari keluarga, yang tidak dapat diukur hanya dengan sekedar mengetahui penghasilan tetapi bagaimana keluarga menilai kondisinya saat ini dan berupaya memperbaiki (Diener 1984; Conceição & Bandura 2008).

Dalam upaya mencapai kesejahteraan, keluarga dalam melakukan peran dan fungsinya tidak terlepas dari adanya tantangan. Tantangan yang dihadapi keluarga salah satunya berupa tekanan, yakni tekanan sosial dan tekanan psikologis. Tekanan sosial adalah kondisi ketidaknyamanan yang dirasakan sebagai dampak dari interaksi dan lingkungan sosial (Aneshensel 1992), sedangkan tekanan psikologis mengacu pada hubungan dengan lingkungan dimana seseorang menilai sendiri keadaannya dalam kondisi tuntutan yang melebihi sumber daya yang tersedia (Lazarus 1993). Upaya mengatasi tekanan sosial dan tekanan psikologis diperlukan oleh keluarga agar mampu sejahtera tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga segi sosial dan psikologisnya.

Lingkungan dimana keluarga menetap turut mempengaruhi kondisi dan perkembangan keluarga karena keluarga juga merupakan bagian dari sistem sosial yang lebih luas (Bronfenbrenner 1979; Berns 1985; Klein & White 1996 dalam Miller et al. 2003). Keluarga yang tinggal di perdesaan tentu memiliki perbedaan dengan keluarga yang tinggal di perkotaan, baik dari segi karakteristik, nilai dan norma, tekanan yang dihadapi, maupun kesejahteraan subjektifnya. Oleh karena itu, pengkajian terkait tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif perlu dilakukan pada keluarga di wilayah perdesaan dan perkotaan untuk mengetahui kondisi keluarga dari sudut pandang sosial dan psikologis, sehingga membantu keluarga untuk mencapai kesejahteraannya. Terwujudnya kesejahteraan keluarga juga menjadi bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkualitas.

(25)

 

Perumusan Masalah

Tekanan berupa gangguan atau ketidaknyamanan merupakan hal yang wajar dialami oleh sebuah keluarga. Sesuai dengan teori struktural-fungsional bahwa adanya perubahan diawali oleh tekanan-tekanan yang kemudian terintegrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna, sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan yang baru (Grutzmacher 2007; Puspitawati 2009).

Keluarga dapat mengalami tekanan baik dari kondisi internal keluarga, maupun dari lingkungannya. Dari segi internal keluarga, misalnya, konflik orangtua dan anak, memikirkan masa depan anak, kehilangan anggota keluarga (Mc Cubbin 1988), kematian pasangan, cerai, perpisahan, kematian keluarga dekat, perkawinan, perubahan kesehatan anggota keluarga, bertengkar dengan pasangan, anak meninggalkan rumah (Kozier & Erb 1983 dalam Rasmun 2004). Pengaruh lingkungan eksternal, misalnya, kekacauan hubungan sosial dan keluarga, konflik sosial dan budaya, bencana alam, perpindahan tempat tinggal (Esperanza 1997 dalam Rasmun 2004).

Dengan mendapatkan gambaran mengenai tekanan sosial dan psikologis yang dialami keluarga, hal ini dapat dikaitkan dengan kesejahteraan subjektif yang lebih berdasarkan kepada kepuasan akan kehidupan. Lingkungan tempat tinggal yang berbeda juga akan berpengaruh terhadap kondisi internal keluarga. Karakteristik keluarga yang tinggal di wilayah perkotaan akan berbeda dengan karakteristik keluarga di wilayah perdesaan. Wilayah perkotaan, dengan berbagai perubahan yang terjadi baik fisik maupun sosial (Halim 2008), membuat keluarga semakin terpapar dengan permasalahan. Permasalahan ini berdampak pada tekanan yang dirasakan oleh keluarga, baik sosial maupun psikologisnya. Berbeda dengan wilayah perdesaan, dimana keluarga lebih sedikit menghadapi perubahan dari lingkungan, karena karakter masyarakatnya yang relatif statis (Ramli 2010). Dapat diduga bahwa tekanan yang dihadapi oleh keluarga di wilayah perkotaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perdesaan.

Berkaitan dengan kesejahteraan subjektifnya, keluarga dengan tekanan yang semakin tinggi diduga akan memiliki kesejahteraan subjektif yang rendah. Hal ini dikarenakan tekanan yang dihadapi menyebabkan kepuasan akan

(26)

kehidupan semakin rendah. Apabila dilihat berdasarkan perbedaan wilayah, maka kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah perdesaan seharusnya lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga di wilayah pekotaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai tekanan sosial dan tekanan psikologis yang dihadapi keluarga dan tingkat kesejahteraan subjektif dari keluarga di wilayah perdesaan dan perkotaan.

Secara lebih rinci, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. keragaan karakteristik keluarga, keadaan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga ?

2. apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga ?

3. apakah terdapat perbedaan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga berdasarkan tipologi wilayah ?

4. apakah karakteristik keluarga dan tipologi wilayah berpengaruh terhadap tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga ? 5. apakah tekanan sosial dan tekanan psikologis berpengaruh terhadap

kesejahteraan subjektif keluarga ?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah perdesaan dan perkotaan.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, adalah:

1. menganalisis karakteristik, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga,

2. menganalisis hubungan karakteristik, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga,

3. menganalisis perbedaan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif berdasarkan tipologi wilayah,

(27)

 

4. menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan tipologi wilayah terhadap tekanan sosial, terhadap tekanan psikologis, dan terhadap kesejahteraan subjektif keluarga,

5. menganalisis pengaruh tekanan sosial dan tekanan psikologis terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, diantaranya: a. peneliti

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai motivasi bagi peneliti untuk menulis dan berkarya dengan lebih baik serta memberikan kontribusi positif bagi upaya peningkatan kesejahteraan keluarga Indonesia,

b. masyarakat

penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat terutama keluarga mengenai bagaimana kondisi sosial dan psikologis dapat memengaruhi kesejahteraan keluarga, serta memaknai bahwa tidak hanya dari faktor ekonomi saja sebuah keluarga dikatakan sejahtera, tetapi ada faktor lain yang juga penting dalam kesejahteraan keluarga, yakni keadaan sosial dan keadaan psikologisnya,

c. LSM, media, dan pemerhati keluarga lainnya

penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi pihak-pihak terkait untuk saling bekerjasama meningkatkan kesejahteraan keluarga, d. pemerintah

penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu landasan bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia tidak hanya dari segi ekonomi tetapi juga segi sosial dan psikologisnya.

(28)
(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis Keluarga

Penelitian ini didasari oleh salah satu teori besar mengenai keluarga yaitu teori struktural-fungsional. Asumsi-asumsi yang mendasari teori struktural fungsional ini adalah keluarga harus memiliki struktur tertentu agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Salah satu aspek penting dari perspektif teori ini ialah bahwa setiap keluarga yang baik memiliki pembagian peran dan fungsi yang jelas (Winton 1995 dalam Sunarti 2009; Grutzmacher 2007; Puspitawati 2009). Adanya perubahan diawali oleh tekanan-tekanan yang kemudian terintegrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna, teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi layaknya sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan yang baru (Grutzmacher 2007; Puspitawati 2009). Aplikasinya dalam keluarga ialah dengan diterapkannya struktur dan aturan. Tanpa aturan atau fungsi yang dijalankan tersebut, keluarga tidak memiliki arti yang dapat menghasilkan suatu kebahagiaan, lebih jauh lagi menghasilkan generasi penerus yang hidup tanpa arah. Oleh karena itu, untuk melaksanakan fungsinya secara optimal, keluarga harus mempunyai aturan struktur tertentu (Winch 1963 dalam Puspitawati 2009).

Teori-teori menengah (middle-range theory) (Sunarti 2010) yang juga melandasi penelitian ini, yakni teori ekologi keluarga (lingkungan sekitar keluarga turut memengaruhi kehidupan dan keberfungsian keluarga), teori ketangguhan keluarga (dalam hal manajemen stres keluarga berupa tekanan keluarga dan strategi koping keluarga), dan teori perkembangan keluarga (periode kritis tiap tahapan perkembangan). Secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Teori-teori menengah yang melandasi penelitian Teori-Teori Keluarga

Family Ecology Family Environment

Family Ecosystem

Family Strength

Family Stress Management

Family Coping Strategy Family Stress

Family Development

Critical Periods in Family Developmental

(30)

 

Ruang Lingkup Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat, terdiri dari dua atau lebih orang yang dihubungkan oleh ikatan darah, pernikahan atau adopsi, dan tinggal bersama, dimana didalamnya terdapat interaksi antar kepribadian dengan sejarahnya masing-masing untuk tujuan pemeliharaan suatu kebudayaan (Burgess & Locke 1960; U.S. Bureau of the Census 1970 dalam Berns 1985; Bronfenbrenner 1979; UU No. 10 Tahun 1992). Reiss (1980) menjelaskan bahwa keluarga adalah interaksi dari tiga sistem, yakni institusi keluarga (hubungan kekerabatan yang terstruktur dengan fungsi utama sosialisasi pengasuhan anak), institusi perkawinan (kesatuan peran suami dan istri dengan fungsi utama legitimasi sebagai orang tua), dan institusi hubungan cinta kasih (pola memilih interaksi untuk orang yang belum menikah atau hubungan orang tua-anak dalam pemilihan pasangan hidup).

Keluarga memberikan pengaruh yang paling utama dan pertama terhadap individu serta memiliki dampak yang paling penting (Baxter et al. 1951; Bronfenbrenner 1979; Cooley 1909 dalam Reiss 1980). Keluarga juga berperan dalam keberlangsungan sistem sosial serta merupakan institusi pertama dalam pembangunan sumber daya manusia. Keluarga merupakan Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan, dan Kesejahteraan yang paling orisinil dan efektif (Bennet dalam Megawangi & Sunarti 2003).

Fungsi dasar keluarga (Berns 1985) yakni fungsi reproduksi, sosialisasi atau pendidikan, penetapan peran sosial, dukungan ekonomi, dan fungsi dukungan emosional. Sementara itu, terdapat delapan tugas perkembangan keluarga (Duvall 1971), yakni pemeliharaan kebutuhan fisik seluruh anggota keluarga, alokasi sumber daya yang dapat diakses oleh keluarga, pembagian tugas antar anggota keluarga, sosialisasi anggota keluarga, reproduksi: penambahan dan pelepasan anggota keluarga, pemeliharaan tata tertib, penempatan anggota keluarga pada masyarakat luas, dan pemeliharaan moral serta motivasi anggota keluarga.

Dalam penelitian ini, kriteria keluarga yang dipilih secara acak untuk dijadikan contoh adalah keluarga dengan suami-istri yang masih lengkap dan memiliki anak usia sekolah. Keluarga dengan anak usia sekolah merupakan tahap perkembangan keempat yang dilalui keluarga (Duvall 1971). Tugas

(31)

perkembangan keluarga pada tahap ini, yaitu memfasilitasi aktivitas anak dan privasi orang tua, menjaga kestabilan keuangan, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah, melanjutkan proses untuk saling memuaskan satu sama lain selaku rekan dalam pernikahan, menerapkan komunikasi yang efektif dalam keluarga, saling berbagi dalam pengasuhan anak, kemampuan mengelola finansial, menjaga kedekatan dengan sanak saudara dalam keluarga besar, terlibat dalam kehidupan di luar keluarga, menguji filosofi kehidupan keluarga, dan kepuasan terhadap kualitas kehidupan (Duvall 1971; Mc Cubbin 1988).

Konsep Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan adalah wujud dari kebudayaan dan terbentuk dalam proses interaksi sosial masyarakat sehingga persepsi kesejahteraan masyarakat desa akan berbeda dengan masyarakat kota maupun dengan pemerintah, tetapi secara keseluruhan dipengarui oleh nilai-nilai yang dijadikan pedoman hidupnya untuk mewujudkan kesejahteraan itu (Sumarti 1999; Suandi 2007). Misalnya, pada masyarakat desa, nilai kesejahteraan berasal dari hasil sosialisasi dari nilai-nilai lokal yang berasal dari nilai-nilai budaya dan agama, sementara nilai-nilai-nilai-nilai kesejahteraan dari pemerintah merupakan kebijakan yang baku.

Keluarga sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (UU No. 10 Tahun 1992). Menurut Syarief dan Hartoyo (1993) dalam Sjafari (2010), faktor kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, faktor budaya, faktor teknologi, faktor keamanan, faktor kehidupan agama, dan faktor kepastian hukum.

Dalam pengukurannya, terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan keluarga, yakni pendekatan melalui indikator objektif dan indikator subjektif. Aspek kuantitatif dapat dilihat dari indikator kesejahteraan ekonomi keluarga, sedangkan aspek kualitatif kesejahteraan dapat dilihat dari indikator sosial dan indikator psikologis seperti ketentraman, kepuasan, kebahagiaan, kebebasan, serta harapan (Sunarti & Khomsan 2006).

(32)

 

Kesejahteraan Objektif

Pendekatan objektif mengukur kesejahteraan melalui fakta-fakta yang dapat diamati, dari angka-angka yang langsung dihitung dari aspek yang telah ditelaah, misalnya, pendekatan yang baku seperti yang dibuat oleh BPS dan BKKBN. BPS mengukur kesejahteraan dengan melihat dari konsep kebutuhan minimum (kalori) proxy pengeluaran. Sementara BKKBN membagi kesejahteraan keluarga menjadi tiga kebutuhan, yakni kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan (Ibrahim 2007; Suandi 2007).

Kesejahteraan Subjektif

Pendekatan subjektif merupakan persepsi yang dirasakan oleh masyarakat sendiri mengenai aspek kesejahteraan sehingga hasilnya merupakan perkembangan dari aspek kesejahteraan (Iskandar 2007; Mc Givilray & Clarke 2006 dalam Conceição & Bandura 2008; Kusumo & Simanjuntak 2009; Martiastuti 2012). Kesejahteraan subyektif didefinisikan sebagai evaluasi multidimensi kehidupan dari seseorang, pengalaman riil seseorang secara langsung, yang menunjukkan evaluasi individu terhadap berbagai peristiwa dalam hidup yang memberikan dampak positif, negatif, kepuasan hidup, dan kebahagiaan (Diener 1984; McGilivray & Clarke 2006 dalam Conceição & Bandura 2008). Bruni dan Porta (2007) dalam Conceição dan Bandura (2008) menyatakan ada empat komponen kesejahteraan subjektif, yakni emosi yang menyenangkan, emosi yang tidak menyenangkan, penilaian hidup global, serta domain kepuasan (perkawinan, kesehatan, kesenangan, dan lain-lain).

Raharto dan Romdiati (2000) dalam Martiastuti (2012) menyatakan bahwa konsep subjektif dapat memberikan pengertian yang mendalam mengenai kesejahteraan yang dihadapi keluarga. Kesejahteraan keluarga merupakan komponen keluaran dari proses pengelolaan sumber daya dan masalah dalam keluarga. Kesejahteraan keluarga dibagi menjadi tiga, yakni kesejahteraan fisik kesejahteraan sosial dari komponen penghargaan dan dukungan sosial, dan kesejahteraan psikologis yang merupakan fenomena multidimensi dari fungsi emosi dan fungsi kepuasan hidup. Pada akhirnya, apabila kesejahteraan keluarga tercapai maka ketahanan keluarga juga akan terwujud (Sunarti 2009).

(33)

Kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Sunarti 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif, diantaranya keadaan psikologis, kepuasan subjektif, pendapatan, usia, ras, pekerjaan, pendidikan, agama, pernikahan, dan keluarga (Diener 1984), posisi sosial, peran kerja, gender, akses sosial, faktor internal diri sendiri (Aneshensel 1992), besar keluarga (Muflikhati et al. 2010; Hatmadjil & Anwar 1993 dalam Iskandar 2007), usia suami-istri (Hurlock 1980), pendapatan keluarga (Iskandar 2007; Suandi 2007), tingkat pendidikan suami dan istri (Suandi 2007; Koswara 2009), dan lingkungan keluarga (Bronfenbrenner 1979; Halim 2008).

Tekanan Keluarga

Tekanan merupakan gangguan, keadaan yang tidak menyenangkan, atau perasaan terancam yang mengharuskan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri untuk mengurangi ancaman itu (Webster 1768; Lazarus 1993; Lazarus 1996 & Selye 1980 dalam Calhoun & Acocella 1990; Kamus Besar Bahasa Indonesia 2006). Stres merupakan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, dan krisis merupakan bagian dari disorganisasi sistem keluarga, melibatkan kebutuhan keluarga untuk mengembalikan keseimbangan dan keberfungsian keluarga (Mc Cubbin 1988). Sementara itu, Seyle (1956) dalam Berns (1985) menyatakan bahwa stres merupakan respon non spesifik dari tubuh terhadap rangsangan atau merupakan kemampuan manusia untuk menyesuaikan terhadap ancaman.

Beberapa definisi tekanan menyebutkan bahwa tekanan adalah stres, beberapa lainnya menyatakan bahwa tekanan berbeda dengan stres. Dalam penelitian ini, definisi operasional tekanan adalah kondisi gangguan atau ketidaknyamanan baik berasal dari internal maupun eksternal keluarga yang mengharuskan keluarga menyesuaikan diri agar dapat bertahan dan tetap stabil. Apabila dikaitkan dengan definisi operasional, maka tekanan dan stres adalah hal yang sama-sama menyebabkan gangguan dan ketidaknyamanan bagi keluarga yang mengharuskan keluarga menyesuaikan diri agar tetap stabil.

Salah satu model analisis tekanan keluarga (family stress) dikemukakan oleh Mc Cubbin (1988), yakni model ABCX. Dalam model ini dijelaskan bahwa keluarga memiliki sumber daya (B), persepsi terhadap tekanan (C), dan ada

(34)

 

tekanan yang dihadapi oleh keluarga (A). Akan tetapi, ada suatu masa dimana keluarga tidak mampu memberikan respon yang tepat sehingga keluarga mengalami krisis. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya (coping) yang dipengaruhi oleh persepsi akan masalah dan kemampuan keluarga menggunakan sumber daya tersebut sehingga keluarga dapat beradaptasi dan mengembalikan keseimbangannya.

Penyebab Tekanan Keluarga

Tekanan keluarga berdampak pada setiap individu yang ada dalam keluarga tersebut (Berns 1985). Sementara itu, kemampuan keluarga bervariasi dalam menghadapi tekanan (Sunarti 2009). Mc Cubbin (1988) mendefinisikan stressor (penyebab stres) sebagai suatu peristiwa kehidupan atau suatu transisi, misalnya kematian, membeli rumah, dan lain-lain yang memberikan dampak bagi atau dalam unit keluarga, yang menghasilkan atau potensial menghasilkan perubahan dalam sistem sosial keluarga. Beberapa contoh stressor diantaranya, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, kekacauan hubungan sosial dan keluarga, konflik sosial dan budaya, peristiwa yang menyebabkan tekanan, bencana alam, perpindahan tempat tinggal, dan lain-lain (Esperanza 1997 dalam Rasmun 2004).

Kozier dan Erb (1983) dalam Rasmun (2004) menyatakan beberapa sumber tekanan dalam keluarga, yaitu kematian pasangan, perceraian, perpisahan, kematian keluarga dekat, perkawinan, perubahan kesehatan anggota keluarga, bertengkar dengan pasangan, anak meninggalkan rumah, masalah dengan mertua, perubahan kondisi tempat tinggal, perubahan aktivitas sosial, dan lain-lain. Selain itu, terdapat pula faktor lingkungan. Kepadatan penduduk merupakan bagian dari lingkungan sosial yang ada, orang dalam situasi kepadatan yang tinggi cenderung kurang menyukai satu sama lain karena berkurangnya kemampuan untuk mengendalikan kadar interaksi dengan orang lain (Evans 1989 dalam Halim 2008; Calhoun & Acocella 1990). Tekanan sosial dan tekanan psikologis dapat terjadi karena keluarga merupakan bagian dari sistem sosial yang lebih luas (Bronfenbrenner 1979; Klein & White 1996 dalam Miller et al. 2003).

Tekanan Sosial

Tekanan sosial (social stress) merupakan kondisi gangguan atau ketidaknyamanan yang dirasakan sebagai dampak dari interaksi dan lingkungan

(35)

sosial (Aneshensel 1992). Faktor pengaruhnya antara lain oleh adanya strata sosial, gender, peran kerja dan status perkawinan (Dohrenwend 1969 & Kessler 1979 dalam Aneshensel 1992). Karakteristik keluarga berkaitan dengan bagaimana keluarga bersosialisasi, yakni status sosial ekonomi, orientasi budaya, serta agama yang dianut oleh keluarga (Berns 1985).

Perilaku manusia berkaitan erat dengan lingkungannya, lingkungan sekitar dapat menentukan apa yang akan dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan (Calhoun & Acocella 1990). Apabila keluarga mampu mengatasi tekanan sosial, maka akan tercapailah ketahanan sosial keluarga. Indikator ketahanan sosial yakni orientasi nilai agama, efektivitas komunikasi, komitmen yang tinggi, membina hubungan sosial, dan memiliki mekanisme koping yang baik.

Tekanan Psikologis

Tekanan psikologis (psychological stress) mengacu pada hubungan dengan lingkungan dimana seseorang menilai sendiri keadaannya dalam kondisi tuntutan yang melebihi sumber daya yang tersedia (Lazarus 1993). Apabila keluarga mampu mengatasi tekanan psikologis maka akan tercapailah ketahanan psikologis keluarga. Indikator ketahanan psikologis yakni anggota keluarga memiliki konsep diri dan pengenalan emosi yang baik serta pasangan memiliki dan menjalankan nilai religious dengan baik (Sunarti 2001). Aspek psikososial keluarga berkaitan dengan kesiapan pasangan untuk menjalankan komitmen kehidupan berkeluarga (Sunarti et al. 2003).

Tipologi Wilayah

Sistem yang lebih luas yang dibentuk oleh keluarga adalah masyarakat. Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan dan keberfungsian keluarga (Bronfenbrenner 1979; Berns 1985; Mc Cubbin 1988). Lingkungan fisik, termasuk kepadatan, kebisingan, tipe dan penataan rumah, tempat bermain, dan karakteristik populasi (besar komunitas dan pola mobilitas) menjadi determinan dari interaksi manusia yang terjadi didalamnya (Berns 1985). Tipologi wilayah dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni wilayah perdesaan dan wilayah perkotaan. Secara etimologis, Rahardjo (1999) dalam Karlina (2003) menyebutkan bahwa konsep rural dan urban lebih menunjukkan pada karakteristik sosio-budaya masyarakatnya, sementara village, town, dan city

(36)

 

lebih menunjukkan pada suatu unit teritorial (spasial). Rural dimaknai sebagai perdesaan dan urban sebagai perkotaan sedangkan village sebagai desa, town sebagai kota kecil, dan city sebagai kota besar. Oleh karena itu, konsep yang dipakai dalam menggambarkan tipologi wilayah adalah rural and urban family.

Kota yang ada di Indonesia ditentukan secara politiko-administratif, seperti kota metropolitan Jakarta, ibukota provinsi atau kabupaten. Perkotaan merupakan sebuah komunitas yang relatif luas, dihuni oleh penduduk yang beranekaragam dari segi pekerjaan, pendidikan, dan gaya hidup, jaringan komunikasi yang kompleks dan intensif, bangunannya banyak terbuat dari batu yang tahan lama, tinggi, dan besar, serta banyak terdapat spesialis yang bekerja penuh pada berbagai kegiatan non pertanian (Halim 2008; Marzall 1978 dalam Sjafari 2010). Beberapa ciri dari lingkungan perkotaan (Halim 2008; Sorokin & Zimmerman dalam Sjafari 2010), yaitu pekerjaan masyarakat perkotaan cenderung mengarahkan orang kepada spesialisasi, lingkungan alam perkotaan memunculkan masalah yang berhubungan lingkungan fisik seperti kepadatan penduduk, kumuh, bising, polusi udara dan sebagainya, yang ditimbulkan karena kurang terencana dan kurang terkontrolnya perkembangan lingkungan kota. Besaran komunitas perkotaan mengikuti tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Penduduk perkotaan adalah penduduk yang sangat heterogen serta memiliki tingkat mobilitas yang tinggi.

Sementara itu, menurut Poerwadarminta (1976) dalam Chozin et al. (2010), desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, dusun atau udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan dari kota). Menurut UU No. 32 Tahun 2004, desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional. Mayarakat desa sebagaimana halnya masyarakat kota memiliki norma-norma yang telah melembaga dan kemudian menjadi panutan bagi masyarakatnya (Sumarti 1999; Suandi 2007). Mereka sering dianalogikan dengan berbagai stigma (Ramli 2010), seperti tidak berpendidikan, terisolasi secara fisik dan mental, sederhana dalam cara hidup, tidak sehat, jauh dari kemajuan, dan sebagainya. Anggapan tersebut

(37)

tidak selalu benar karena dalam kenyataannya masyarakat di desa berjuang menapaki tangga kehidupan dengan cara mereka masing-masing.

Adapun ciri-ciri perdesaan menurut Ramli (2010), yaitu kehidupan perdesaan erat hubungannya dengan alam dan mata pencaharian tergantung dari alam, umumnya semua anggota keluarga mengambil bagian dalam kegiatan bertani walaupun keterlibatannya berbeda, kehidupan yang rukun, perasaan sepenanggungan dan jiwa tolong-menolong sangat kuat dihayati, banyak bertautan dengan adat-istiadat yang diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, masyarakatnya tidak mudah melepaskan keterikatan dan ketakutan terhadap kaidah-kaidah dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian berikut merupakan penelitian yang juga mengangkat topik mengenai kesejahteraan keluarga. Perbedaan dengan penelitian ini yakni kategori kesejahteraan yang diteliti. Selain itu, sejauh yang penulis temukan bahwa penelitian yang menyentuh ranah tekanan sosial dan tekanan psikologis dalam keluarga masih sedikit dilakukan.

Penelitian ini juga menggunakan pertanyaan semi terbuka yang lebih menggali apa saja hal yang dirasakan dan dialami keluarga terkait dengan kondisi sosial dan psikologisnya. Pembedaan untuk wilayah perdesaan dan perkotaan juga dilakukan untuk melihat pengaruh perbedaan lingkungan terhadap tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga.

Tabel 1 Penelitian terdahulu

No. Judul penelitian Peneliti Bahasan utama penelitian 1. Persepsi kesejahteraan dan

tindakan kolektif orang Jawa dalam kaitannya dengan gerakan masyarakat dalam pembangunan keluarga sejahtera di pedesaan.

Titik Sumarti MC (1999)

Mengkaji konsepsi kesejahteraan menurut pandangan subyektif masyarakat lokal serta pelaksanaan program pembangunan keluarga sejahtera: peranan pemerintah dan partisipasi masyarakat.

2. Ketahanan keluarga, manajemen stres, serta pemenuhan fungsi ekonomi dan fungsi sosialisasi keluarga korban kerusuhan Aceh. Euis Sunarti, Qori Ifada, Ika Desmarita, Sri Hasanah (2005)

Mengkaji ketahanan keluarga, menganalisis manajemen stres keluarga (perubahan, reorientasi, strategi koping, tingkat stres ibu rumah tangga), faktor yang mempengaruhi pemenuhan fungsi ekonomi dan fungsi sosialiasi keluarga.

(38)

 

Tabel 1 Penelitian terdahulu (lanjutan)

No. Judul penelitian Peneliti Bahasan utama penelitian 3. Analisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan kesejahteraan keluarga di Kabupaten Lembata, NTT. Hasan Ibrahim (2007)

Mengukur tingkat akurasi indikator BKKBN dan subyektif dalam menentukan tingkat kesejahteraan keluarga serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan keluarga.

4. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor.

Abubakar Iskandar (2007)

Menganalisis perbedaan proses atau praktek serta faktor yang mempengaruhi manajemen sumber daya keluarga yang diterapkan keluarga serta merumuskan model dan strategi pemberdayaan keluarga.

5. Modal sosial dan kesejahteraan ekonomi keluarga di daerah perdesaan Provinsi Jambi.

Suandi (2007)

Mengkaji perbedaan tingkat kesejahteraan ekonomi berdasarkan wilayah agroekologi serta menghasilkan model pemberdayaan keluarga di daerah perdesaan.

6. Indikator keluarga sejahtera: sejarah pengembangan,

evaluasi, dan keberlanjutannya.

Euis Sunarti (2009)

Mengkaji konsep dan ruang lingkup kesejahteraan dan keluarga serta prinsip pengukuran dan perumusan indikator keluarga sejahtera.

7. Indikator kerentanan keluarga petani dan nelayan untuk pengurangan resiko bencana di sektor pertanian.

Euis Sunarti, Hadi Sumarno, Murdiyanto, Adi Hadianto (2009)

Melakukan kajian eksplorasi lapangan, merumuskan model pemberdayaan petani atau nelayan serta menyusun landasan teoritis dan kerangka kerja PRB sektor pertanian berbasis hasil analisis vulnerability stakeholder

pembangunan pertanian. 8. Keberdayaan keluarga

miskin di perkotaan dalam meningkatkan

kesejahteraannya (Kasus di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi).

Agus Sjafari (2010)

Menganalisis keberdayaan keluarga miskin, pengaruh karakteristik kelompok dan intervensi pemberdayaan terhadap keberdayaan keluarga miskin, menganalisis pengaruh keberdayaan keluarga terhadap tingkat kesejahteraan keluarga miskin serta merumuskan strategi program pemberdayaan keluarga miskin dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH).

Megawati Simanjuntak (2010)

Mengidentifikasi karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi keluarga penerima PKH antara pra dan saat mendapat dana PKH serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga subjektif dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima PKH.

(39)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kemampuan keluarga bervariasi dalam mengelola sumber daya dan masalah-masalah yang dimilikinya dalam upaya mencapai kesejahteraan. Kemampuan ini dapat disebabkan karena faktor internal dan eksternal keluarga, diantaranya karakteristik keluarga serta lingkungan dimana keluarga tinggal. Karakteristik keluarga yang diteliti adalah besar keluarga, usia suami dan istri, lama pernikahan, perkembangan keluarga, pendidikan suami dan istri, pola nafkah ganda, jumlah anggota keluarga yang bekerja, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Karakteristik ini kemudian dikaitkan dengan tipologi wilayah, yang dibagi menjadi dua, yakni wilayah perdesaan dan wilayah perkotaan. Perbedaan karakteristik keluarga berkaitan dengan perbedaan tipologi wilayah. Karakteristik keluarga yang menetap di wilayah perdesaan diduga akan berbeda dengan karakteristik keluarga yang menetap di wilayah perkotaan.

Dengan melihat karakteristik keluarga dan perbedaan tipologi wilayah, hal ini diduga akan berpengaruh terhadap tekanan sosial dan tekanan psikologis yang dihadapi keluarga. Pembedaan wilayah dalam penelitian ini juga dilakukan untuk melihat bagaimana perbandingan jenis tekanan yang dihadapi serta tingkat kesejahteraan dari keluarga di kedua wilayah. Keluarga di wilayah perkotaan diduga akan mengalami tekanan sosial dan tekanan psikologis yang lebih tinggi berkaitan dengan kepadatan dan perkembangan masyarakatnya. Selanjutnya, tekanan sosial dan tekanan psikologis yang dihadapi oleh keluarga diduga akan berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Faktor lain yang juga diduga berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga berasal dari karakteristik keluarga dan tipologi wilayah.

Pada akhirnya, akan didapatkan gambaran tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif di wilayah perdesaan dan perkotaan, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga di kedua wilayah. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, kerangka pemikiran penelitian tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif dapat dilihat secara lebih jelas pada Gambar 2.

(40)

   

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah perdesaan dan perkotaan

Kesejahteraan Subjektif Keluarga Karakteristik Keluarga

a. Besar keluarga b. Usia suami dan istri c. Lama pernikahan d. Perkembangan keluarga e. Pendidikan suami dan

istri

f. Pola nafkah ganda g. Jumlah anggota kerja h. Pendapatan keluarga i. Jumlah tanggungan Tipologi Wilayah a. Perdesaan b. Perkotaan Tekanan Keluarga: 1. Tekanan Sosial 2. Tekanan Psikologis

(41)

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian utama Hibah Kompetensi DIKTI Sunarti (2012) dengan tema “Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia”. Disain yang digunakan dalam penelitian utama adalah cross sectional study, dengan melibatkan 240 contoh yang dipilih menggunakan stratified disproportional random sampling. Penelitian utama dilakukan di delapan desa di empat kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor, sedangkan penelitian ini mengambil dua lokasi dari penelitian utama yakni Kelurahan Empang dan Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Oktober 2012, meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penyusunan laporan hasil penelitian.

Teknik Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian utama adalah seluruh keluarga dengan kriteria suami dan istri yang masih lengkap serta memiliki anak usia sekolah. Penelitian utama melibatkan 240 contoh yang dipilih menggunakan stratified disproportional random sampling, sedangkan penelitian ini mengambil sebanyak 60 contoh dari penelitian utama, yakni 30 contoh di wilayah perdesaan dan 30 contoh di wilayah perkotaan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui penelitian Sunarti (2012) dengan tema “Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia”, meliputi karakteristik keluarga, kondisi tekanan sosial, kondisi tekanan psikologis, dan keadaan kesejahteraan keluarga subjektif. Pertanyaan untuk tekanan sosial dan tekanan psikologis merupakan pertanyaan semi terbuka yang memiliki konstruk. Konstruk dikembangkan dari penelitian mengenai Ketahanan Keluarga (Sunarti 2003). Data sekunder lainnya berupa data monografi dari Kelurahan Empang dan Kelurahan Mulyaharja yang meliputi keadaan wilayah, jumlah penduduk, sebaran usia, dan lain-lain.

(42)

 

Variabel dalam penelitian ini, meliputi:

1. karakteristik keluarga, yakni besar keluarga, usia suami dan istri, lama pernikahan, perkembangan keluarga, lama pendidikan suami dan istri, pola nafkah ganda, jumlah anggota kerja dalam keluarga, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga.

2. tekanan sosial keluarga, dari pertanyaan semi terbuka yang memiliki konstruk pertanyaan sehingga pertanyaan yang sama diberikan untuk semua responden, tetapi jawaban yang dikehendaki adalah jawaban bebas dari responden. Pertanyaan ini meliputi masalah atau ketidaknyamanan dengan keluarga besar, masalah atau ketidaknyamanan dengan tetangga, masalah terkait anak, dan masalah suami di tempat kerja.

3. tekanan psikologis keluarga, dari pertanyaan semi terbuka yang juga memiliki konstruk pertanyaan sehingga pertanyaan yang sama diberikan untuk semua responden, tetapi jawaban yang dikehendaki adalah jawaban bebas dari responden. Pertanyaan ini meliputi hal-hal yang mengkhawatirkan atau meresahkan, hal-hal menakutkan, ketidakpastian yang membuat tidak tenang, dan kehilangan yang membuat sedih.

4. kesejahteraan subjektif keluarga (cronbach’s alpha 0,794), dari pertanyaan tertutup dengan skala Likert 1-5, yaitu sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas, dan sangat puas. Pertanyaannya meliputi kepuasan keluarga terhadap makanan yang dikonsumsi, kondisi rumah yang ditempati, pakaian yang dimiliki dan digunakan, pelayanan kesehatan, pendidikan anak, tabungan yang dimiliki, aset atau harta lainnya yang dimiliki, hubungan dengan keluarga besar, hubungan dengan tetangga atau sekitar, dan lingkungan fisik tempat tinggal.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini kemudian diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 16. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analyze data. Skala data yang digunakan dalam kuesioner meliputi skala nominal, ordinal, dan rasio, sedangkan pengkategorian disesuaikan dengan jenis variabel yang diteliti. Hal ini dijelaskan secara rinci pada Tabel 2.

(43)

Tabel 2 Variabel, skala, dan kategori dalam penelitian

Variabel Skala Kategori Karakteristik keluarga

Besar keluarga Rasio Jumlah anggota keluarga Usia suami dan istri Rasio Usia suami dan istri (tahun) Lama pernikahan Rasio Usia pernikahan (tahun) Lama pendidikan suami dan istri Rasio Lama pendidikan (tahun) Pola nafkah ganda Nominal Dikelompokkan:

0. Nafkah tunggal 1. Nafkah ganda

Perkembangan keluarga Nominal Berdasarkan Duvall (1971): 1. Keluarga baru menikah

2. Keluarga baru mempunyai anak 3. Keluarga dengan anak usia

prasekolah

4. Keluarga dengan anak usia sekolah

5. Keluarga dengan anak remaja 6. Keluarga dengan anak launching 7. Keluarga dengan orang tua umur

menengah 8. Keluarga lansia Tipologi wilayah Nominal Dikelompokkan:

0. Perdesaan 1. Perkotaan

Jumlah tanggungan keluarga Rasio Jumlah anggota yang ditanggung Pendapatan keluarga (Rp/ bulan) Rasio Jumlah pendapatan keluarga

(Rupiah)

Jumlah anggota kerja dalam keluarga Rasio Jumlah anggota yang bekerja Tekanan sosial Ordinal Jumlah jawaban dikelompokkan berdasarkan median: 1. Rendah (0-1) 2. Tinggi (1,1-2) Masalah dengan keluarga besar

Masalah dengan tetangga/lingkungan sosial Masalah terkait anak

Masalah hubungan di tempat kerja suami

Tekanan psikologis Jumlah jawaban dikelompokkan berdasarkan median: 1. Rendah (0-2,5) 2. Tinggi (2,6-5) Hal-hal yang mengkhawatirkan

Ordinal Hal-hal yang menakutkan

Ketidakpastian yang membuat tidak tenang Kehilangan yang membuat sedih

Kesejahteraan subjektif Kepuasan terhadap:

1. makanan yang dikonsumsi 2. kondisi rumah yang ditempati

3. pakaian yang dimiliki dan digunakan 4. pelayanan kesehatan

5. pendidikan anak 6. tabungan yang dimiliki 7. aset yang dimiliki

8. hubungan dengan keluarga besar 9. hubungan dengan tetangga 10. lingkungan fisik tempat tinggal

Ordinal

Dikelompokkan:

0. Sangat tidak puas, tidak puas

1. Cukup puas, puas, sangat puas

(44)

 

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi Spearman, uji beda independent sample t-test, analisis faktor, dan uji regresi linier.

Variabel tekanan sosial terdiri dari empat pertanyaan, yaitu masalah dengan keluarga besar, masalah dengan tetangga, masalah terkait anak, dan masalah suami di tempat kerja. Variabel tekanan psikologis juga terdiri dari empat pertanyaan, yaitu hal-hal yang mengkhawatirkan, hal-hal yang menakutkan, ketidakpastian yang membuat tidak tenang, dan kehilangan yang membuat sedih. Berdasarkan jawaban yang diberikan responden, variasi jawaban kemudian dijumlahkan, dan dikategorikan berdasarkan mediannya (Sunarti 2001). Pada tekanan sosial yaitu rendah (0-1) dan tinggi (1,1-2) serta tekanan psikologis yaitu rendah (0-2,5) dan tinggi (2,5-5). Pengelompokan ini digunakan hanya sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan keadaan tekanan keluarga sehingga tinggi dan rendahnya diperoleh berdasarkan hasil penelitian ini.

Pengelompokkan berdasarkan median adalah sebagai berikut:

Rendah = skor minimum ≤ x ≤ skor minimum + median Tinggi = skor minimum + median < x ≤ skor maksimum

Hasil deskriptif dari tiap jenis tekanan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan variasi jawaban yang diberikan responden. Variabel kesejahteraan subjektif diukur melalui 10 pertanyaan. Skor diberikan dengan menggunakan Skala Likert dari 1-5, menggambarkan kondisi sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas, dan sangat puas. Dalam pengolahan data dan pembahasan, kesejahteraan subjektif dikelompokkan berdasarkan kategori 0 dan 1, dimana 0 mewakili kategori sangat tidak puas dan tidak puas serta 1 mewakili kategori cukup puas, puas, sangat puas.

Uji korelasi dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan tipologi wilayah dengan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif.

Interval Berdasarkan Median = Skor Maksimum – Skor Minimum 2

(45)

Uji independent sample t-test digunakan untuk menganalisis perbedaan tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif di wilayah perdesaan dan perkotaan baik dari total pertanyaan maupun dari setiap butir pertanyaan. Analisis faktor juga dilakukan untuk mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat menerangkan varians yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok variabel yang diobservasi yang jumlahnya lebih besar dan menganalisis apakah suatu variabel dapat dianalisis lebih lanjut (Sarwono 2012).

Selain itu, uji regresi linier juga dilakukan untuk menganalisis pengaruh tekanan sosial dan tekanan psikologis terhadap kesejahteraan subjektif dengan rumus sebagai berikut, yakni:

Keterangan: Y = kesejahteraan subjektif X2 = tekanan psikologis (total skor)

a = konstanta

ε

= galat X1 = tekanan sosial (total skor)

Selanjutnya, uji regresi linier berganda juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik keluarga dan tipologi wilayah terhadap tekanan sosial, terhadap tekanan psikologis, dan terhadap kesejahteraan subjektif dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Y1 = tekanan sosial, Y2 = tekanan psikologis, Y3 = kesejahteraan subjektif

a = konstanta X1 = besar keluarga

X2 = lama pernikahan (tahun)

X3 = usia suami (tahun)

X4 = usia istri (tahun)

X5 = lama pendidikan suami (tahun)

X6 = lama pendidikan istri (tahun)

X7 = perkembangan keluarga

X8 = pola nafkah ganda (0=tunggal, 1=ganda)

X9 = jumlah tanggungan keluarga

X10 = jumlah anggota kerja dalam keluarga

X11 = pendapatan keluarga (Rp/bulan)

X12 = tipologi wilayah (0=perdesaan, 1=perkotaan)

ε

= galat

Y1,2,3 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + b12X12+

ε

Y = a + b1X1 + b2X2 +

ε

(46)

 

Definisi Operasional

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak dalam keluarga.

Contoh adalah keluarga dengan suami dan istri yang lengkap serta masih memiliki anak usia sekolah, dibedakan berdasarkan wilayah perkotaan dan perdesaan.

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data karakteristik keluarga, tipologi wilayah, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif.

Jumlah anggota kerja dalam keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang sudah bekerja dalam keluarga tersebut.

Jumlah tanggungan keluarga adalah sejumlah orang yang tergolong tidak produktif yang harus dihidupi dan dibiayai dalam keluarga tersebut.

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, usia suami dan istri, lama pernikahan, perkembangan keluarga, lama pendidikan suami dan istri, pola nafkah ganda, jumlah anggota kerja dalam keluarga, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat, terdiri dari dua atau lebih orang yang dihubungkan oleh darah, pernikahan atau adopsi, dan tinggal bersama, dimana didalamnya terdapat interaksi antar kepribadian dengan sejarahnya masing-masing untuk pemeliharaan suatu kebudayaan.

Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang dinilai dari kepuasan keluarga terhadap beberapa hal dalam kehidupan, dikelompokkan dengan menggunakan skala Likert 1-5 yakni sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas, dan sangat puas.

Lama pernikahan adalah lama pernikahan yang telah dilalui oleh suami dan istri sejak awal menikah sampai dengan saat penelitian ini dilakukan, yang dinyatakan dalam tahun.

Pendapatan keluarga adalah total pendapatan keluarga dari suami, istri, ataupun anggota keluarga bekerja lainnya yang digunakan oleh keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

(47)

Pendidikan suami dan istri adalah lama pendidikan formal (dinyatakan dalam tahun) yang ditempuh oleh suami dan istri.

Perdesaan adalah wilayah yang relatif masih jauh dari kepadatan penduduk, komunitas yang masih sedikit, jauh dari pengaruh teknologi dan informasi yang semakin berkembang, dan keluarga yang tinggal di wilayah ini memiliki kemungkinan kecil untuk melakukan pola nafkah ganda.

Perkembangan keluarga adalah tahap perkembangan yang saat ini sedang dijalankan oleh keluarga. Dikelompokkan menjadi keluarga baru menikah, keluarga baru mempunyai anak, keluarga dengan anak pra sekolah, dengan anak usia sekolah, dengan anak remaja, anak lepas dari keluarga, keluarga dengan orang tua umur menengah, dan keluarga lansia Duvall (1971).

Perkotaan adalah komunitas yang relatif luas, dihuni oleh penduduk yang beraneka ragam dari segi pekerjaan, jaringan komunikasi yang kompleks dan intensif, banyak terdapat spesialis yang bekerja penuh, dan keluarga yang menetap memiliki potensi yang besar untuk melakukan pola nafkah ganda. Pola nafkah ganda adalah upaya penambahan pendapatan keluarga dimana

suami dan istri sama-sama bekerja.

Tekanan psikologis adalah kondisi hubungan dengan lingkungan dimana keluarga menilai sendiri keadaannya dalam kondisi tuntutan yang melebihi sumber daya yang tersedia. Tekanan ini mencakup hal-hal yang mengkhawatirkan, hal-hal yang menakutkan, ketidakpastian yang membuat tidak tenang, dan kehilangan yang membuat sedih.

Tekanan sosial adalah kondisi gangguan atau ketidaknyamanan yang dirasakan oleh keluarga sebagai dampak dari interaksi dan lingkungan sosial. Tekanan ini mencakup masalah dengan keluarga besar, masalah dengan tetangga atau sekitar, masalah terkait anak, dan masalah suami di tempat kerja.

Tipologi wilayah adalah tipe wilayah dimana keluarga menetap, dikelompokkan menjadi wilayah perdesaan dan perkotaan.

Usia suami dan istri adalah lama hidup (dinyatakan dalam tahun) yang dijalani oleh suami dan istri sampai dengan saat penelitian ini dilakukan. 

(48)
(49)

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua Kelurahan di Kota Bogor, yakni Kelurahan Empang dan Mulyaharja. Kelurahan Empang mewakili wilayah perkotaan dan terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Berdasarkan data monografi Kelurahan Empang, kelurahan ini terdiri atas 20 RW dan 116 RT. Luas wilayahnya sekitar 79 Ha, dengan ketinggian tanah dari permukaan laut yakni 201-250 mdpl, dan suhu udara rata-rata 26 ºC. Kelurahan ini hanya berjarak 2 km dari pusat pemerintahan Kota Bogor. Secara geografis, kelurahan ini berbatasan dengan Sungai Cipakancilan di sebelah utara, Kelurahan Bondongan di sebelah timur, Kelurahan Batutulis di sebelah selatan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Cisadane. Penduduknya berjumlah 16.414 jiwa, terdiri dari 8.354 laki-laki dan 8.060 perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah terbanyak adalah pada tingkat pendidikan SMA/sederajat yakni 5.401 orang. Bidang pekerjaan masyarakat sebagian besar bergerak pada sektor perdagangan dan jasa (2.620 orang) dan pegawai swasta (1.392 orang).

Kelurahan yang mewakili wilayah perdesaan yakni Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara geografis, kelurahan ini berada di kaki Gunung Salak, di sebelah utara berbatasan dengan Sungai Cibereum (Kelurahan Cikaret), bagian selatan dengan Desa Sukaharja, sebelah timur dengan Sungai Cipinanggading, Kelurahan Pamoyanan, dan Kelurahan Rangga Mekar, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Cibereum (Desa Sukamantri) dan Desa Kota Batu. Luas wilayahnya sekitar 477,0005 Ha, dengan ketinggian tanah dari permukaan laut yakni ± 1500 mdpl, curah hujan 4000mm, dan suhu udara rata-rata 25-37 ºC. Kelurahan ini berjarak 8 km dari pusat pemerintahan Kota Bogor. Berdasarkan data kependudukan November 2011, jumlah penduduk di Kelurahan ini mencapai 16.475 orang terdiri dari 8.573 laki-laki dan 7.902 perempuan, dan 4.461 kepala keluarga. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah terbanyak adalah pada tingkat pendidikan SMP/sederajat yakni 232 orang. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh/swasta (1887 orang) dan pedagang (1600 orang).

(50)

Karakteristik Keluarga

Besar Keluarga. Hasil penelitian menunjukkan baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan, proporsi keluarga kecil dan sedang relatif seimbang. Artinya, keluarga di wilayah perdesaan dan perkotaan tidak jauh berbeda dalam besar keluarganya. Selain itu, dapat dilihat bahwa jumlah minimal anggota keluarga adalah sebanyak 4 orang dan maksimal sebanyak 7 orang.

Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kategori besar keluarga Besar keluarga Perdesaan (%) Perkotaan (%) Total Keluarga kecil (≤ 4 orang) 53,3 50,0 51,7 Keluarga sedang (5-7 orang) 46,7 50,0 48,3 Keluarga besar (> 7 orang) 0 0 0

Total 100,0 100,0 100,0

Rata-rata 4,63 4,53 4,58

Kisaran (min-maks) 3-7 3-7 3-7

p-value 0,673

Usia Suami dan Istri. Hasil penelitian menunjukkan, di wilayah perdesaan, suami lebih banyak berada pada usia dewasa madya, sedangkan separuh istri berada pada kategori usia muda dan separuh lainnya pada usia dewasa madya. Sementara itu, di wilayah perkotaan, suami lebih banyak berada pada usia dewasa madya, sedangkan istri lebih banyak berada pada kategori usia dewasa muda.

Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan kategori usia suami dan istri Kategori usia (tahun) Perdesaan (%) Perkotaan (%)

Suami Istri Suami Istri Dewasa muda (18-40) 16,7 50,0 33,3 63,3 Dewasa madya (41-65) 83,3 50,0 66,7 36,7 Tua (>65) 0 0 0 0 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Rata-rata 47,30 41,47 42,37 38,67 Kisaran (min-maks) 27-62 22-60 29-53 25-53 p-value (usia suami) 0,013

p-value (usia istri) 0,191

Lama Pernikahan. Lebih dari separuh (63,3%) keluarga di perkotaan sudah memasuki usia pernikahan 11-20 tahun, sedangkan hampir separuh (43,3%) keluarga di perdesaan sudah memasuki usia pernikahan 21-30 tahun. Lama pernikahan minimal dari keluarga dalam penelitian ini adalah selama 3 tahun dan maksimal yakni selama 47 tahun.

Gambar

Tabel 1 Penelitian terdahulu (lanjutan)
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian tekanan sosial, tekanan psikologis,  dan kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah perdesaan dan  perkotaan
Tabel 2 Variabel, skala, dan kategori dalam penelitian
Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kategori besar keluarga  Besar keluarga  Perdesaan (%)  Perkotaan (%)  Total  Keluarga kecil (≤ 4 orang)  53,3  50,0  51,7  Keluarga sedang (5-7 orang)  46,7  50,0  48,3  Keluarga besar (&gt; 7 orang)  0  0  0
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi

Dibuatnya SOP/pedoman baku pelaksanaan, oleh pihak Disbudpar Kota Semarang untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa wisata Kandri; serta dengan

Diberikan tugas melakukan pengukuran tentang volume dan luas sebuah benda siswa diharapkan dapat menunjukkan prilaku.. Memiliki rasa ingin tahu tentang cara menentukan volume

Untuk mengetahui bagaimana kelompok, klaim budaya serta kegiatan media yang digunakan harian SIB dalam mengkonstruksi berita pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh

Sesuai dengan T FLORIST MURAH | BELI BUNGA | FLORIST TOKO BUNGA DI AMBO N no 2 di atas harga bunga dekoran di FLORIST MURAH | BELI BUNGA | FLORIST TOKO BUNGA DI AMBO N ini di

Berikut adalah kumpulan doa-doa puasa ramadhan yang dapat kita panjatkan atau amalkan selama bulan ramadhan, dan/atau yang lebih kita kenal dengan doa harian puasa

gaptek (gagap teknologi) dan gagap keterampilan. Jika kita telaah, pendidikan capaiannya sangat luas, tidak terukur. Dimanapun tempatnya sebenarnya seseorang bisa

Karakteristik yang terdapat dalam pembelajara tematik menurut Hernawan (2011: 2) yaitu (a) berpusat pada peserta didik dengan kata lain disebut juga student