• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK CAIR URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica Oleracea var. Botrytis L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK CAIR URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica Oleracea var. Botrytis L.)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK CAIR URINE SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA

(Brassica Oleracea var. Botrytis L.)

(Effectiveness Of Concentration Of Urine Liquid Fertilizer On Growth And Result Of Cabbage Flowers Plant)

Nur Hafizah dan Anita

Program Studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai Jl.Bihman Villa No. 07B Amuntai 71417

Email : fifi_bjm@yahoo.co.id

ABSTRACT

Cabbage Flowers is one of the vegetable crops that have high commercial value and prospects in Indonesia, because these plants have a central role as meeting the needs of food, feed and the domestic industry. To improve the quality and yield of couliflower are some things to consider include the supply of nitrients to the plants throug fertilization, one cow urine as an organic liquid fertilizer as solutions and alternatives to obtain optimal results in podsolic land. This study aims to determine the concentration of liquid fertilizer of cow urine on the growht and yield of couliflower. The research was conducted from March to June 2017, housed in the Village Hariang Banua Lawas Distric of Tabalong. The study was conducted using a Randomized Block Design (RBD) with a single faktor consisting of 6 level with 4 group. Faktor to be examined is the concentration of liquid fertilizer of cow urine consists of : : 5 cc.l-1 (u1), 10 cc.l-1 (u2), 15 cc.l-1 (u3), 20 cc.l-1 (u4), 25 cc.l-1 (u5), dan 30 cc.l-1 (u6). The results showed liquid fertilizer of cow urine with various concentration has no effect on the observed variables that plant height, leaf number, age of the plant during flowering, severe fresh crop planting and perimeter planting flowers.

Keywords : effectiveness of concentration, cabbage flowers, urine liquid fertilizer

PENDAHULUAN

Kubis bunga termasuk salah satu jenis tanaman sayur-sayuran yang menghasilkan sayuran daun, kuncup, bunga, batang, ubi dan minyak dari bijinya. Kubis bunga merupakan jenis sayuran yang mengandung gizi lengkap, sehingga baik dikonsumsi untuk memenuhi gizi masyarakat, sehingga permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat (Rukmana, 1994).

Produktivitas kubis bunga di Tabalong tahun 2012 sebesar 2,36 ton.ha-1 dengan luasan panen mencapai 8 ha dan produksi 18,90 ton. Pada tahun 2013

produktivitas sebesar 2,50 ton.ha-1 dengan luasan panen 7 ha dan produksi 17,5 ton serta pada tahun 2014 produktivitas 1,35 ton.ha-1 dengan luas lahan 2 ha dan hasil produksi 2,7 ton (Distan TPH Kalsel, 2015).

Hasil analisis tanah di Desa Hariang Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong yaitu kandungan C-Organik (%) 1,437 termasuk sangat rendah, pH (H2O) 5,93 termasuk kategori agak masam, N (%) 0,305 sedang, P potensial (mg/100 g) 48,615 tinggi, Mg (cmol(+)/kg) 5,905 tinggi dan K potensial (mg/100 g) sangat tinggi (Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, 2016).

Untuk meningkatkan mutu dan hasil kubis bunga beberapa kendala perlu

(2)

diperhatikan antara lain penyediaan hara bagi tanaman melalui pemupukan. Pemupukan secara organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada di tanah sehingga membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman (Gomies, 2012).

Pembuatan pupuk cair dari urine sapi cukup mudah dan tidak membutuhkan waktu lama, bahan mudah didapat, biayanya relatif murah, serta baik untuk tanaman. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanah dan tanaman seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-bungaan (Rohmat, 2009). Menurut UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-api (2014) pupuk cair urine sApi-api memiliki kandungan Nitrogen 4,60%, Phospor 0,74%, Kalium 21,82%, Carbon 5,91%, pH 7,2% serta mengandung hormon auksin dan untuk jenis sayur-sayuran seperti bayam, selada, kubis, cabe, wortel, bawang dan lain-lain dengan pemberian dosis yaitu 10 cc.l-1 air dengan interval pemberian 1 minggu sekali.

Khoiri et. al. (2014) hasil dalam

penelitiannya pada tanaman sawi memaparkan bahwa pemberian urine sapi pada konsentrasi

29 cc.l-1 air merupakan konsentrasi yang

terbaik untuk semua parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, volume akar, berat segar tanaman serta berat tanaman layak konsumsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi pada pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga dan mendapatkan konsentrasi terbaik pupuk cair urine sapi pada pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hariang Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong yang dimulai dari bulan Maret sampai Juni 2017. Bahan yang digunakan adalah tanah podsolik, benih kubis bunga (Varietas PM 126 F1), pupuk cair urine sapi, aquades, polybag kecil, air dan pestisida alami. Adapun alat yang digunakan adalah cangkul, parang, hand sprayer, pipet tetes, gembor, meteran, sungkup/naungan, neraca analitik, alat tulis dan kamera.

Rancangan yang dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal, dengan pengelompokan berdasarkan tinggi bibit. Perlakuan yang diteliti adalah berbagai konsentrasi dari pupuk cair urine sapi (U) yang terdiri dari 6 taraf (u1: 5 cc.l-1, u2 : 10 cc.l-1,u3 : 15 cc.l-1, u4 : 20 cc.l-1, u5 : 25 cc.l-1 dan u6 : 30 cc.l-1). Setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan dengan 4 tanaman sampel untuk setiap satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah daun, umur tanaman saat berbunga., berat krop bunga segar pertanaman dan keliling krop bunga pertanaman. Analisis data yang digunakan adalah Uji F dan uji lanjutan dengan DMRT taraf uji 5% .

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kubis bunga. Grafik rata-rata tinggi tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi dapat dilihat pada Gambar 1.

(3)

Gambar 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi pupuk cair urine sapi cenderung dapat meningkatkan rata-rata tinggi tanaman baik pengamatan umur 10, 20 dan 30 HST.

Jumlah daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun kubis bunga. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi dapat dilihat pada Gambar 2

.

Gambar 2. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi pupuk cair urine sapi cenderung dapat

meningkatkan rata-rata jumlah daun baik pengamatan umur 10, 20 dan 30 HST.

11.8 12.4 12.5 12.8 12.8 13.1 14.6 14.9 15 16 17 17.3 15.3 15.6 16 16.75 17.75 18 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc T in ggi tan am an k u b is b u n ga (c m ) Perlakuan 10 HST 20 HST 30 HST 5.7 6.5 6.7 6.7 6.8 7 6.3 7.1 7.3 7.6 7.8 8 7.3 8.1 8.3 8.8 9 9.3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc J u m la h d a u n t a n a m a n k u b is b u n g a ( h el a i) Perlakuan 10 HST 20 HST 30 HST

(4)

Umur berbunga

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap umur

berbunga tanaman kubis bunga. Grafik umur berbunga tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi disajikan Gambar 3.

Gambar 3. Grafik rata-rata umur berbunga tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi pupuk cair urine sapi cenderung dapat mempercepat umur berbunga tanaman kubis bunga.

Berat krop

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap berat krop tanaman kubis bunga. Grafik berat krop tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi disajikan Gambar 4.

Gambar 4. Grafik rata-rata berat krop kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi

82.4 82.3 82.3 82.1 82.1 82.1 82 82.1 82.2 82.3 82.4 82.5 82.6 82.7 82.8 82.9 83 5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc U m u r b er b u n g a t a n a m a n k u b is b u n g a ( h st ) Perlakuan Umur Berbunga 109.13 112.19 115.25 126.38 128.94 138.25 0 20 40 60 80 100 120 140 160 5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc Be rat k ro p tan am an k u b is b u n ga (g) Perlakuan Berat krop

(5)

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi pupuk cair urine sapi cenderung dapat meningkatkan berat krop tanaman kubis bunga, dimana pada konsentrasi 30 cc.l -1 menghasilkan krop terberat yaitu 138,25 g. Keliling krop bunga

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh terhadap keliling krop tanaman kubis bunga. Grafik keliling krop tanaman kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik rata-rata keliling krop kubis bunga pada berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi.

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi pupuk cair urine sapi cenderung dapat meningkatkan keliling krop tanaman kubis bunga dimana pada konsentrasi 30 cc.l-1 menghasilkan keliling krop terbesar yaitu 32,19 cm.

Komponen Pertumbuhan

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak memberikan pengaruh terhadap peubah pertumbuhan tanaman kubis bunga, walaupun secara deskriptif yang tergambar pada grafik terlihat kecenderungan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi pupuk cair urine sapi cenderung dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kubis bunga baik pengamatan umur 10, 20 dan 30 HST. Hal ini diduga karena pemberian

konsentrasi poc urine sapi ini masih terlalu rendah sehingga belum mencukupi kebutuhan tanaman kubis bunga, dan juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada saat penelitian dimana pada saat tersebut curah hujannya tinggi sehingga sangat mempengaruhi penerimaan stomata tehadap pemberian urine sapi dan seharusnya pemberian dilakukan 2 jam sebelum prediksi waktu hujan ini dapat menyebabkan poc urine sapi yang diberikan akhirnya banyak yang tercuci oleh air hujan dan tidak dapat diserap oleh tanaman secara optimal.

Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata. Kecepatan unsur hara dipengaruhi oleh ketebalan lapisan kutikula. Disamping itu kecepatan penyerapan juga dipengaruhi oleh status hara dalam tanaman. Bila kadar dalam tanaman rendah maka penyerapan unsur hara lewat daun relatif lebih cepat dan sebaliknya

29.13 29.56 29.49 30.63 31.69 32.19 27.5 28 28.5 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 5 cc 10 cc 15 cc 20 cc 25 cc 30 cc K el il in g k ro p t a n a m a n k u b is b u n g a ( cm ) Perlakuan Keliling krop

(6)

penyerapan unsur hara yang kahat P dua kali lebih besar dari tanaman yang cukup. P juga diangkut dari jaringan daun ke jaringan akar yang letaknya dibawah bila tanaman kahat P (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Siagian et. al. (2003) menjelaskan bahwa kecepatan penyerapan unsur hara umumnya menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Penyerapan unsur hara lewat daun dirangsang oleh adanya cahaya matahari. Walaupun demikian, keberadaan cahaya berpengaruh pada peningkatan temperatur dan penguapan, jika proses pengeringan larutan yang diserap melampui ambang batas toleransi tanaman, maka tanaman tersebut akan mengalami keracunan.

Sesuai yang dinyatakan Wattimena (1988) penggunaan hormon pada konsentrasi yang tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman, namun konsentrasi yang terlalu rendah tidak menunjukkan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Diperjelas oleh Taiz dan Zeiger (1991) dalam Nirmala (2013) bahwa Auksin mampu meningkatkan aktivitas pembelahan, pemanjangan, dan pembesaran sel, sehingga dengan diberikan pada konsentrasi yang tepat dapat mendukung pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, berat krop dan keliling krop.

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) zat-zat yang sangat diperlukan tanaman dan seringkali kurang cukup terdapat di dalam tanah, terutama Nitrogen (N), Phosfor (P), dan Kalium (K). Apabila unsur tersebut dapat terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi normal dan baik. Sebaliknya, apabila kekurangan atau kelebihan akan menunjukkan gejala-gejala abnormal. Ketersediaan unsur hara pada tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Kondisi ini disebabkan karena pembentukan sel-sel baru dalam suatu tanaman sangat erat hubungannya dengan ketersediaan hara pada tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Foth (1994) dalam Murniati

(2014) penetapan konsentrasi dan dosis dalam pemupukan sangat penting dilakukan karena akan berpengaruh tidak baik pada pertumbuhan jika tidak sesuai kebutuhan tanaman. Proses pembentukan daun tidak terlepas dari peranan unsur hara seperti nitrogen dan fosfat yang terdapat pada medium tanah dan dalam kondisi tersedia bagi tanaman Nyakpa et. al. (1988) dalam Murniati (2014) menyatakan bahwa N dan P berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino, asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP. Jumlah daun yang terbentuk sangat berkaitan dengan tinggi tanaman dimana pada tanaman tertinggi jumlah daun yang dihasilkan juga banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Thiroseputro (1993) dalam Khoiri (2014) bahwa semakin tinggi tanaman maka bertambah pula jumlah ruas sehingga dari jumlah ruas yang bertambah akan terbentuk daun baru. Menurut Suwandi dan Nurtika

(1987) dalam Gomies (2012) pupuk organik

cair akan mempercepat pembentukan daun jika diaplikasikan dalam konsentrasi tepat dengan pemberian secara rutin. Pupuk organik cair akan memberikan hasil budidaya tanaman yang rendah apabila diberikan hanya beberapa kali

pemupukan dalam masa tanam. Sesuai yang

dinyatakan Heddy (1996) dalam Nirmala (2013) hormon dalam konsentrasi yang tepat mampu menstimulir pertumbuhan tanaman. Tampak pada data ini pengaruh hormon berbeda dengan unsur hara. Seperti yang dinyatakan oleh Wareing dan Philips (1981) dalam Nirmala (2013) zat pengatur tumbuh atau hormon adalah senyawa organik bukan hara, yang berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hormon tidak sama dengan pupuk, sebab hormon sama sekali tidak akan memberikan unsur hara pada tanaman, walaupun hormon berperan dalam mengatur berbagai proses fisiologis, termasuk di dalamnya proses pertumbuhan seperti pembelahan dan pemanjangan sel, pertumbuhan akar, batang dan daun.

(7)

Pembukaan stomata sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, antara lain intensitas cahaya, temperatur dan air. Faktor – faktor lingkungan tersebut mengalami perubahan harian (diurnal) seiring dengan bergantinya waktu pagi, siang dan sore hari. Pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup menyebabkan turgor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang hari, stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta penguapan air yang berlebihan (Taiz and Zeiger, 2002; Hopkins, 2004 dalam Fatonah, 2013).

Pembukaan stomata berkaitan dengan proses metabolisme tumbuhan yaitu transpirasi dan fotosintesis. Stomata berperan dalam difusi CO2 pada proses fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai pintu keluarnya cairan dari sel dalam proses transpirasi (Salisbury dan Ross, 1995; Taiz and Zeiger, 2002; Hopkins, 2004 dalam Fatonah, 2013).

Pada kisaran waktu pukul 09.00 – 10.00 WITA, peningkatan intensitas cahaya berpengaruh terhadap peningkatan suhu, namun kelembaban udara masih tinggi. Meningkatnya temperatur dengan RH yang tetap tinggi akan meningkatkan gradien tekanan uap antara daun dengan udara. Kondisi ini memacu terjadinya transpirasi yang ditunjukkan dengan pembukaan stomata (Hopkins, 2004 dalam Fatonah, 2013). Dengan semakin meningkatnya transpirasi, maka terjadi kehilangan air. Kehilangan air ini menyebabkan tekanan turgor sel penjaga menurun. Pada kondisi seperti ini ABA akan masuk sebagai akibatnya stomata akan menutup. Penutupan ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan air yang berlebihan (Zeiger dan Taiz, 2002 dalam Fatonah, 2013). Selain itu, selama stomata membuka juga terjadi difusi CO2 ke dalam sel mesofil. Selanjutnya, akumulasi CO2 menyebabkan stomata menutup.

Pemupukan sering tidak memberikan hasil yang memuaskan, apabila konsentrasi yang diberikan tidak tepat. Pada konsentrasi terlalu rendah menyebabkan pemupukan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Menurut Lingga dan Marsono (2007) bahwa konsentrasi pupuk merupakan faktor yang sangat vital dan memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pemupukan terutama pemupukan melalui daun. Oleh sebab itu untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil optimal, harus memperhatikan dosis dan konsentrasi yang tepat.

Komponen Hasil

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak memberikan pengaruh terhadap peubah pertumbuhan tanaman kubis bunga, walaupun secara deskriptif yang tergambar pada grafik terlihat kecenderungan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi pupuk cair urine sapi cenderung dapat mempercepat umur berbunga dan meningkatkan berat serta keliling krop tanaman kubis bunga Pemupukan tanaman melalui daun harus mengunakan konsentrasi yang tepat, konsentrasi yang konsentrasi yang terlalu rendah menyebabkan unsur yang dibutuhkan tanaman kurang mencukupi. Hal ini sejalan dengan Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa peralihan dari fase vegetatif ke generatif sebagian ditentukan oleh genotif serta faktor luar seperti suhu, air, pupuk dan cahaya. Suatu tanaman akan tumbuh dengan subur bila semua unsur hara yang diperlukan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap diabsorbsi oleh tanaman. Peranan unsur hara adalah untuk merangsang perkembangan seluruh bagian tanaman sehingga tanaman akan lebih besar.

Berdasarkan hasil penelitian untuk umur tanaman saat berbunga dan berat krop bunga segar pertanaman menurut deskripsi kubis bunga Varietas PM 126 F1 yaitu 45-50 HST dan berat krop yaitu 400-500 g sedangkan hasil penelitian rata-rata umur

(8)

tanaman saat berbunga 82,65 HST dan rata-rata berat krop 121,69 g, serta untuk hasil konversi perhitungan produksi dalam hektar tanaman kubis bunga bahwa hasil yang didapat yaitu 7,6 ton.ha-1 masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi produksi yang sudah ditetapkan yaitu 18-25 ton.ha-1, hal ini diduga karena pemberian konsentrasi pupuk organik cair urine sapi masih terlampua rendah sehingga untuk meningkatkan hasil tanaman masih perlu dilanjutkan dengan menambahkan unsur hara yang lebih banyak lagi kepada tanaman agar tanaman lebih subur sehingga produksi tanaman meningkat.

Besar kecilnya krop kubis bunga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan dan ketersediaan hara. Berat bunga dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat dalam kubis bunga. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan dengan meningkatnya produktivitas metabolisme maka tanaman akan lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air, hal ini berkaitan dengan kebutuhan bagi tanaman pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Berat segar suatu tanaman dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan fotosintat yang ada dalam sel-sel dan jaringan tanaman, sehingga apabila fotosintat yang terbentuk meningkat maka berat segar tanaman juga akan meningkat. Berat segar merupakan akumulasi fotosintat yang dihasilkan selama pertumbuhan. Hal ini mencerminkan tingginya serapan nutrisi yang diserap tanaman untuk proses pertumbuhan. Menurut Indranada (1986) dalam Gomies (2012) kelebihan P dapat mengakibatkan krop yang lunak, sedangkan gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan terhambat dan mengecilnya krop.

Pada penelitian ini tanaman kubis bunga terserang tidak terdapat serangan hama dan penyakit yang besar diduga karena dengan pemberian urine sapi sesuai dikatakan Murniati (2014) bahwa fermentasi urine sapi mempunyai sifat menolak hama dan penyakit pada tanaman, karena baunya yang khas. Hama dan penyakit bisa saja datang, tetapi

langsung pergi, bukan musnah tetapi hanya menyingkir dari tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dsimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemberian berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tidak berpengaruh pada semua peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, berat krop dan keliling krop tanaman kubis bunga.

2. Berdasarkan grafik hasil penelitian pemberian konsentrasi urine sapi 30 cc.l-1 menghasilkan berat krop terberat 138,25 g, tetapi tidak didapatkan konsentrasi terbaik yang mampu memperlihatkan respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :

1. Melakukan penelitian lanjutan tentang respon pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga terhadap berbagai konsentrasi pupuk cair urine sapi tetapi dengan kombinasi pupuk organik lain. 2. Memberikan pupuk cair urine sapi pada

budidaya tanaman kubis bunga dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Distan TPH Kalsel. 2015. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Hortikultura.. Diakses pada 10 November 2016.

Fatonah, S., Dwijowati S., Desi M., dan Dyah I. 2013. Penentuan Waktu Pembukaan Stomata Pada Gulma Melastoma malabathricum L. Universitas Riau. Pekanbaru Riau. Biospecies Vol. 6 No.2, Juli 2013, hal. 15-22.

(9)

Gomies, L., Nandissa, J., dan Rehatta, H., 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair RII terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceae var botrytis L.). Universitas Pattimura. Ambon. Agrologia, Vol. 1, April 2012, hal. 13-20.

Khoiri, A. M, Nurbaiti dan Sholikhin, R. 2014. Pemberian Urine Sapi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta Vol.1 No.2

Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 2016. Hasil Analisis Tanah. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru. Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk

Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murniati, Aslim. R dan Karya. R. 2014. Pengaruh Pemberian Urine Sapi yang Difermentasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Sawi Hijau

(Brassica rafa). Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta Vol.1 No.2

Nirmala, R., 2013. Pengaruh konsentrasi pupuk organic cair kosarine terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). Fakultas Pertanian. Universitas Mulawarman. Samarinda. Agrin Vol.17, No. 2.

Parawansa, I. N. R., 2014. Interval waktu pemberian pupuk organic cair urine sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Gowa. Jurnal Agrisistem.Vol. 10. No. 2. Rohmat. 2009. Fermentasi Urine Sapi sebagai Pupuk Cair.

http://biog-suka.blogspot.com. Diakses pada 10 November 2016.

Rosmarkam A, dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius. Yogyakarta.

Salisbury, F. B. dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.

Siagian, Zairin Ahmad dan Z. Rahmi. 2003. Kesuburan dan Kesehatan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api-Api. 2014. Pupuk Urine Organik. Kalimantan Timur. Wattimena, G. A. 1988. Diktat Zat Pengatur

Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkanbahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan positif antar efikasi diri dan dukungan social keluarga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hasil belajar siswa pada materi iklim global (el nino dan la nina) dengan pengajaran Konvensional, (2) Hasil belajar siswa

Kembali seperti siklus I, bahwa tahapan pertama dalam penelitian tindakan kelasa adalah perencanaan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan dengan menjelaskan materi pelajaran sebelum

Peneltian ini diperkuat dari hasil penelitian Heldygrad Delvyan jacob, dkk (2012) tentang gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai perilaku pencegahan malaria di

Pelaksanaan musdes/muskel harus transparan dan partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak terkait, setidaknya, aparat desa/kelurahan, perwakilan kelompok masyarakat (tokoh

Pendekatan upaya kesehatan berkelanjutan upaya bidan adalah meningkatkan kualitas keselamatan ibu dan bayi terutama dengan melaksanakan pelayanan antenatal care,

Banyak masyarakat pejalan kaki yang di temui di pedestrian pada Pusat Kota Pekanbaru tidak tahu bahwa jalan keramik tersebut atau jalur tersebut adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar Siswa Kelas III Pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran