• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Komputasi Berbasis Agen: Menjawab Tantangan Kompleksitas Dunia Ekonomi Masa Kini dan Akan Datang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekonomi Komputasi Berbasis Agen: Menjawab Tantangan Kompleksitas Dunia Ekonomi Masa Kini dan Akan Datang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonomi Komputasi Berbasis Agen: Menjawab Tantangan

Kompleksitas Dunia Ekonomi Masa Kini dan Akan Datang

Miftah Andriansyah A. Benny Mutiara

Jurusan Teknik Informatika,Fakultas Teknologi Industri

Universitas Gunadarma

Jurusan Teknik Informatika,Fakultas Teknologi Industri

Universitas Gunadarma

Depok, Jawa-Barat Depok, Jawa-Barat

didi@staff.gunadarma.ac.id mutiara@staff.gunadarma.ac.id

Ringkasan

Permasalahan dunia ekonomi di era digital sekarang ini semakin komplek dan membutuhkan pende-katan baru untuk pencarian solusi yang holistik. Faktor banyaknya data dari segi volume, interaksi antara data yang sangat cair, pengambilan keputusan yang efektif, efisien dan komprehensif menjadi beberapa faktor yang melatar belakangi penggunaan metode pendekatan baru dimaksud. Pendekatan dengan meng-gunakan metode ekonomik komputasi berbasis agen (agent-based computational economics/ACE) adalah studi komputasi atas model ekonomi sebagai sistem berkembang atas interaksi agen (yang berkarakter) otonom. Metode ini melibatkan ilmu komputasi seperti sistem kecerdasan , sistem self-learning dan simu-lasi atas interaksi agen-agen ekonomi yang terlibat dari (model) permasalahan ekonomi. Pada tulisan ini akan dijelaskan mengenai metode ekonomi komputasi berbasis agen secara umum, dan komputasi agen dalam persepsi makroekonomi; karakteristik; metodologi dan cara kerja model ACE; dan kelebihan dan kekurangan penerapan ACE.Dengan penggunaan ACE ini diharapkan pencarian solusi atas masalah ekono-mi yang tidak dapat dilakukan dengan metode ekonoekono-mi yang tradisional dapat diselesaikan dengan lebih baik dengan segala konsekuensinya. Keywords: agen-based computational economics, ekonomi komputasi berbasis agen, ACE, makroekonomi

1

Pendahuluan

Permasalahan dunia ekonomi di era digital seka-rang ini semakin komplek dan butuh pendekatan baru untuk pencarian solusi. Faktor banyaknya da-ta dari segi volume, interaksi anda-tara agen ekono-mi yang cair, pengambilan keputusan yang efektif, efisien dan komprehensif menjadi beberapa faktor yang melatar belakangi penggunaan metode pen-dekatan baru dimaksud. Metode ekonomi kompu-tasi berbasis agen (agent-based computational eco-nomics) adalah studi komputasi ilmu ekonomi yang dimodelkan sebagai sistem berkembang dari inte-raksi agen otonom. Metode ini melibatkan ilmu komputasi seperti sistem kecerdasan buatan (arti-ficial intelligent), sistemself-learning dan simulasi atas interaksi agen-agen ekonomi yang terlibat dari (model) permasalah ekonomi.

Permasalahan ekonomi tersebut banyak dipenga-ruhi oleh kebiasaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri, dimana desentralisasi ekonomi pasar mengakibatkan banyaknya agen ekonomi yang ter-libat dalam interaksi lokal terdistribusi.

Permasalahan ekonomi terjadi juga dikarenakan ekonom tidak dapat memodelkan secara kuantita-tif hubungan dua arah antara struktur mikro dan struktur makro (seperti hubungan antara perilaku agen ekonomi, layer-layer interaksi dan keluaran kesejahteraan sosial) yang mendekati dengan ke-nyataan yang terjadi di lapangan. Permasalahan yang terjadi semakin bertambah, manakala pende-katan solusi model kuantitatif yang digunakan eko-nom adalah konstruksi top-down, yang sering ber-gantung pada aturan keputusan tetap (fixed de-cision rules), asumsi-asumsi bersifat umum (yang cenderung menyederhanakan masalah), agen per-wakilan dan konstrain kesetimbangan pasar. Pe-nyederhanaan masalah yang terlalu kaku, penggu-naan asumsi-asumsi yang terlalu luas menyebabk-an interaksi menyebabk-antar agen ymenyebabk-ang sesungguh cenderung tidak terlihat dan acapkali diabaikan.

Dan baru beberapa tahun belakangan ini, dengan semakin banyak dan berkembangnya perangkat pe-modelan memungkinkan ahli ekonomi memodelk-an dengmemodelk-an lebih baik masalah/fenomena rumit de-sentralisasi ekonomi pasar seperti kompetisi tidak

(2)

sempurna, formasi jaringan perdagangan endogen,

inductive learningdan lain lain.

Perlu dijelaskan di sini, desentralisasi ekonomi pasar adalah sistem adaptif kompleks yang terdiri dari pembeli dan penjual dalam jumlah yang be-sar yang terlibat dalam interaksi lokal paralel yang massal.

Interaksi lokal tersebut menimbulkan keteratur-an makroekonomi seperti protokol pasar bersa-ma dan norbersa-ma-norbersa-ma perilaku yang, pada gili-rannya, umpan balik ke dalam penentuan inte-raksi setempat. Hasilnya adalah sistem dinamis yang rumit rantai kausal berulang menghubungk-an perilaku individu, jaringmenghubungk-an interaksi, dmenghubungk-an sil/keluaran kesejahteraan sosial. Salah satu ha-sil dari pengembangan perangkat pemodelan ter-sebut dikenal dengan: ekonomi komputasi berbasis agen (agen-based computational economics) yang menggunakan studi komputasi atas model ekono-mi yang tidak biasa pada pemodelan ekonoekono-mi tra-disional/konvensional.

2

Definisi ACE

2.1

Pengertian ACE

Sebagaimana diuraikan oleh Joshua M. Epstein dan Robert Axtel pada tahun 1996 dan Leigh Tesfatsion dan Kenneth L. Judd pada tahun 2006, Ekonomi komputasi berbasis agen atauAgent-based computa-tional economics/ACE adalah studi komputasional ilmu ekonomi yang dimodelkan sebagai sistem ber-kembang atas interaksi agen yang otonom.

Kata “agen” merujuk pada pengkapsulan koleksi data dan metode yang mewakili entitas yang ber-ada dalam dunia komputasi. Agen dapat berupa manusia sebagai pelaku hidup ekonomi, kelompok sosial, institusi dan entitas fisik, Otonom di sini di-artikan dapat berjalan dengan sendirinya interaksi antar agen yang terlibat dalam ekonomi pasar tan-pa intervensi dari pemodel.

ACE dikembangkan mulai pada pertengahan 1980-an sebagai usaha pencarian atas pertanyaan dan fenomena yang sering muncul dalam penggu-naan metode pemodelan ekonomi secaratop-down

yang sebelumnya sering digunakan oleh ekonom namun tidak dapat menangkap gambaran kom-pleksitas dalam dunia nyata.

Perkembangan dunia komputasi dan digital sa-ngat membantu pengembangan ACE sebagai per-angkat yang dapat membantu pemahaman ilmu ekonomi (makro) sebagai sistem adaptif kompleks. Kekuatan komputasi memungkinkan kita dapat mempelajari proses dan fenomena ekonomi yang kompleks melalui simulasi komputer dalam labora-torium.

Pakar ekonomi komputasi, Leigh Tesfatsion, da-lam situs webnya memiliki klaim bahwa:

“Pertim-bangan utama peneliti ACE adalah untuk memaha-mi kehadiran spontan suatu keteraturan global da-lam proses ekonomi, seperti kordinasi tak terenca-na dalam perdagangan di dalam desentralisasi eko-nomi pasar, yang Adam Smith sebut sebagai invisi-ble hand”.

Menarik apa yang dinyatakan oleh Axel Leijo-nhufvud, pendiri Center for Computable Economi-cs di UCLA, dalam kuliah tamu tahun 1992 pada

Annual Meeting of the Southern Economics Associa-tion yakni “Cara memahami terbaik ekonomi ada-lah dengan menganalogikannya sebagai suatu ja-ringan dari interaksi antar prosesor, yang masing-masing dengan kemampuan yang kurang sedikit untuk memproses informasi yang akan diperlukan oleh prosesor pusat untuk memecahkan masalah alokasi keseluruhan pada keseluruhan sistem”.

Setiap orang, dengan bantuan teknologi kompu-ter, sekarang ini memiliki kesempatan lebih baik untuk mensimulasikan perkembangan/ evolusi su-atu populasi yang berukuran besar pada skala tu yang panjang dengan hanya membutuhkan wak-tu penyelesaian dalam hiwak-tungan detik atau pun ha-ri.

ACE bukan hanya menjadi perhatian ilmuwan barat, di sebelah timur dunia ini, ahli ekonomi Je-pang telah memulainya dengan mendirikan asosi-asi ilmuan JAFEE (Japan Association for Evolutio-nary Economics). Sedang untuk Indonesia, tinggal menunggu waktu yang tepat yang (saya ketahui) dimulai dengan kementrian Bappenas melakukan pelatihan pemodelan agen dengan pembicaranya Leigh Tesfatsion beberapa periode lalu (informasi dapat dilihat di situs web Bappenas).

Dengan kehadiran ACE, ahli ekonomi mulai me-nyadari bahwa ilmu ekonomi lebih menyenangkan dan lebih kaya untuk dipelajari dalam konteks sis-tem adaptif komplek, seperti yang dijelaskan pada pasar saham artifisial Arthur[3].

Dan dengan berkembangnya ACE maka jawaban atas pernyataan Paul Ormerod dalam bukunya The Death of Economics, yakni perlunya penggantian ekonomi konvensional yang selama ini memberik-an pmemberik-andmemberik-angmemberik-an ymemberik-ang misleading bagaimana seha-rusnya dunia bekerja, telah dijawab oleh perkem-bangan dunia ekonomi itu sendiri.

2.2

Karakteristik ACE

ACE memiliki karakteristik pendekatan yang bottom-up, sebagai anti thesis dari metode pende-katan yang digunakan para ekonom sebelumnya.

Model ekonomi konvensional memiliki keluaran (kesetimbangan sederhana) dengan karakter nilai tetap /fixed point atau distribusi stasioner. Dengan kata lain model ekonomi kebanyakan menggunak-an bermacam-masam aturmenggunak-an atau aksioma untuk mendeskripsikan suatu sistem, namun keluarannya

(3)

tetap sederhana dan regular.

Dengan bahasa mudahnya yakni, model eko-nomi konvensional berlaku :”Yang keluar (ha-sil/keluaran) lebih sedikit dari yang masuk (in-put/masukkan). Hal yang berbeda pada karakteris-tik ACE dimana berlaku:”Yang keluar lebih banyak dibandingkan yang masuk”.

Pendekatan ACE memiliki karakteristik pende-katan culture-dish, yakni percobaan laboratorium dengan sejumlah perlakuan yang diberikan serupa dalam penelitian biologi menggunakan metode pi-ringan kultur (culture-dish).

Dalam pelaksanaannya, para peneliti ACE meng-gunakan bantuan teknologi komputer untuk mem-pelajari evolusi ekonomi pasar terdesentralisasi da-lam kondisi percobaan yang terkendali.

Dua perhatian yang dilakukan para peneliti ACE, yakni fokus Desktiptif dan fokus Normatif.

• Deskriptif, yakni berfokus pada penjelasan konstruktif perilaku global yang muncul atas fenomena yang terjadi seperti: “Mengapa ke-teraturan global tertentu berkembang dan da-pat bertahan dalam keadaan sesungguh pada desentralisasi ekonomi pasar, meskipun tan-pa kehadiran perencanaan dan kontrol sistem

top-down? Dan lebih spesifik, Apakah kete-raturan global tersebut dihasilkan dari akar rumput/bottom-upmelalui interaksi lokal inte-raksi agen otonom”. Apabila saya tidak salah dalam menerjemahkannya sebagai:” Mengapa dunia usaha kecil tetap berjalan meskipun ter-jadinya keterpurukan ekonomi dunia dan keti-dak berdayaaan institusi formal ekonomi yang ada?”

• Normatif, yang berfokus pada rancangan me-kanisme dengan diberikannya suatu mekanis-me ekonomi tertentu, apakah terjadi implika-si mekanisme tersebut terhadap kinerja ekono-mi keseluruhan. Dan apakah keluaran sosial yang muncul dari percobaan berulang pencari-an mpencari-andiri agen-agen ypencari-ang ada

3

Metodologi dan Cara Kerja

ACE

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa percoba-an dengpercoba-an simulasi komputer di laboratorium, ca-ra kerja pembentukan model ACE yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan membangun ekonomi dengan populasi awal agen. Agen-agen tersebut termasuk di dalamnya agen-agen ekonomi (seper-ti penjual, lembaga keuangan, dan lain lain) dan agen yang mewakili fenomena sosial dan lingkung-an lainnya (seperti pemerintah, tlingkung-anah, cuaca, dlingkung-an lain lain). Pemodel ACE menentukan kondisi awal

ekonomi dengan cara memberikan atribut awal da-ri agen-agen. Dimana atda-ribut tersebut dapat me-liputi karakteristik jenis, norma perilaku internal, moda internal perilaku (termasuk moda komunika-si dan pembelajaran), dan informakomunika-si internal meng-enai agen yang di dalam dan agen lainnya. Kemu-dian ekonomi dalam model tersebut akan berkem-bang tanpa adanya intervensi dari pemodel. Semua kejadian yang terjadi sesudahnya harus tercantum dari garis waktu sejarah interaksi agen-agen. Seba-gai catatan, tidak diperkenankan adanya perangkat dari luar.

Metodologi simulasi komputer di atas disebut ju-ga sebaju-gai metodologikehidupan artificial (artifici-al life/ALife) [5]. Peneliti ACE dan ALife memiliki tujuan dan maksud yang serupa untuk secara kon-struktuf mendemonstrasikan bagaimana keteratur-an global dapat timbul dari akar rumput (bottom up), melalui perulangan interaksi lokal dari agen-ahen otonom.

Peneliti ACE secara umum memandang model ACE sebagai representasi dari proses ekonomi yang ada atau proses ekonomi yang potensial daripada memandangnya sebagai proses ekonomi aktual da-ri kepentingan intda-rinsik.

Untuk melakukan simulasi ACE ekonomi secara lebih rinci , terutama untuk fenomena makroeko-nomi ada tahapan-tahapan dimana ACE dan pene-liti ACE bekerja dalam simulasi komputer di labo-ratorium, seperti dijelaskan oleh Blake LeBaron [6] berikut ini.

Para peneliti ACE memulai dengan kondisi awal yang ditetapkan oleh pemodel, dengan konsekuen-sinya bahwa semua kejadian yang berlaku sesudah-nya dikendalikan oleh interaksi agen yang terlibat. Interakasi yang ada ditentukan secara dinamis oleh struktur internal agen, status informasional, keya-kinan, motivasi, dan metode pemrosesan data. Ti-tik krusial keTi-tika pemodel tidak perlu untuk mem-batasi interaksi agena priorioleh pengenaan kondi-si kesetimbangan, homogenitas, asumkondi-si, atau per-angkat koordinasi lainnya eksternal yang tidak me-miliki referensi dunia nyata. Idealnya adalah agen dalam model ACE harus dibebaskan bergerak da-lam perhitungan/simulasi komputasi sebagaimana agen itu bergerak dalam kondisi di dunia nyata.

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam rangka model ACE agar didapatnya pemahaman kondisi makroekonomi sesungguhnya di dunia nya-ta.

• Pertama, model harus meliputi taksonomi agen berbasis empiris yang sesuai.

• Kedua, skala model harus sesuai dengan mak-sud/tujuan tertentu atau tujuan khusus. • Ketiga, spesifikasi model harus menuruti

(4)

wawasan orisinal ke dalam mekanisme terde-kat dan mekanisme akhir.

3.1

Kriteria pemodelan ACE dalam

makroekonomi

Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga kriteria tersebut dalam model makroekomi ACE.

1. Taksonomi agen: tipe agen yang sesuai un-tuk model makroekonomi.

Menurut Ernst Mayer [9], taksonomi sa-ngat diperlukan bagi kepentingan riset sebagai pengklasifikasian kejadian/fenomena ke da-lam kelompok atau kategori yang terurut. Taksonomi memfasilitasi pengambil-an/pencarian informasi dan menetapkan dasar untuk penelitian komparatif.

Klasifikasi taksonomi empiris harus dilakukan sebagai bagian dari proses pembangunan mo-del dan berteori makroekonomi. Berikut ada-lah pertanyaan-pertanyaan metodologis yang dapat membentuk suatu pohon taksonomi:

Jenis kebutuhan dan keinginan manusia apa yang relevan untuk memahami tipe khusus

fenomena makroekonomi?

| |

Jenis barang dan jasa apa yang memenuhi atau data memenuhi dengan kebutuhan dan

keinginan manusia?

| |

Jenis fasilitas apa yang ada atau bisa ada untuk memproduksi barang dan jasa tersebut,

dan siapa yang berpartisipasi dalam aktifitas produksi?

| |

Lembaga apa yang perlu atau dapat diperlukan untuk mendistribusi barang dan jasa tersebut,

dan siapa yang terlibat dalam distribusi?

| |

Dan (jika ada) siapa yang mengawasi rancangan dan/atau pengoperasian lembaga-lembaga tersebut, dan bertujuan apa?.

Perlu diketahui bahwa model ACE tidak da-pat menjawab pertanyaan tersebut satu per sa-tu, karena pertanyaan di atas merupakan bagi-an dari metodologis, bukbagi-an suatu teori. Se-baliknya, pemodelan ACE menyediakan cara yang sistematik, apapun jenis atau cara klasi-fikasi taksonomi yang digunakan oleh peneli-ti yang berguna untuk memberikan penjelasan atas suatu fenomena ekonomi tertentu [12]. Agen ACE dapat bergerak dan merentang se-panjang yang ia bisa, dari fitur pasif tanpa fungsi kognitif hingga pengambilan keputusan yang memiliki kemampuan fungsi kognitif da-lam mengumpulkan dan memproses data. Se-perti disebutkan sebelumnya dan dalam [5], bahwa model makroekonomi ACE dapat terdi-ri daterdi-ri agen struktural (misal dunia spasial), agen institusional (misal sistem hukum, peru-sahaan, pasar), agen kognitif (misal, pengusa-ha, konsumen, pialang saham, dan pemerin-tah).

Agen dapat dipadukan dengan lebih dari agen elementer dalam bentuk yang bermacam-macam dalam suatu organisasi yang memiliki hirarki. Sebagai contoh, berikut adalah model makroekonomi ACE dengan agen yang berka-lang: ekonomi nasional ? sektor keuangan, sektor bisnis, sektor rumahtangga, sektor pe-merintah, sektor luar negeri; sektor keuangan ? bank komersil, perusahaan asuransi, pialang saham, dan pedagang surat hutang; bank ko-mersil ? pegawai, pemegang saham; pegawai ? gaji pekerja, bayaran pekerja; dan seterusnya. Pemodelan ACE memungkinkan ahli makro-ekonomi memiliki kemampuan yang memil-ki kelenturan untuk mengikuti keluasan dan kedalaman “agen representatif” dalam model tersebut untuk diterapkan pada aplikasi yang ingin digunakan. Dan, yang menjadi poin pen-ting adalah bahwa taksonomi yang telah dibu-at dapdibu-at disesuaikan dengan aplikasi yang ada dan bukan sebaliknya.

Apabila telah ditentukan taksonomi dari mak-roekonomi, metode dan data setiap jenis agen dapat dimulai dengan menggunakan bukti yang tersedia dari studi lapangan, studi eko-nometrik, percobaaan laboratorium bersubjek manusia, survey dan wawancara.

Bahasa pemrograman yang digunakan biasa-nya adalah yang berorientasi objek yang me-milki modulasi yang tinggi dan formulasi mo-del yang dapat dikembangkan.

(5)

2. SkalaRobustness: Berapa banyak agen yang diperlukan untuk model makroekonomi? Penskalaan merupakan aspek kritis untuk pe-nyederhanaan (simplifikasi). Pertanyaan yang biasa muncul terkait dengannya, seperti:

Berapa banyak rumah tangga dengan ke-butuhan dan keinginan berbeda yang seha-rusnya dipertimbangkan?

Berapa banyak barang dan jasa yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan tersebut?

Berapa banyak aspek kelembagaan dari produksi dan distribusi yang harus beker-jasama?

Dan seterusnya.

Salah satu kontribusi terbesar dari ACE un-tuk teori makroekonomi adalah memungkink-an terjadi eksplorasi konstruktif pada segala jenis skala tanpa gangguan luar dari peralat-an kordinasi artifisial. Suatu pertperalat-anyaperalat-an yperalat-ang mungkin diajukan adalah, Apa yang akan ter-jadi manakala suatu ekonomi mempunyai par-tisipan 10000 berbanding 300 juta?

Tujuan makroekonomi apa yang akan diwakilk-an dengdiwakilk-an model berskala kecil ddiwakilk-an berapa ska-la yang diperlukan agar mendekati dengan ke-nyataan emprik?

Apakah makroekonomi menghadirkan ketera-turan penting yang tidak dapat dengan mudah dibangun menggunakan model berskala kecil?

Kelebihan yang dimiliki oleh model ACE ada-lah dapat diimplementasikan pada platform komputasi modern dengan jutaan interaksi agen yang heterogen [2].

3. Validas Emprik: Menghubungkan dengan Data.

Selain untuk model ekonomi tradisional, vali-dasi empirik berperan penting juga pada mo-del ACE. Para peneliti ACE dan pengamat yang kritis problem validasi menjadi hal yang dite-mui pada metodologi ACE.

Salah satu problemnya adalah pada derajat ke-bebasan (degree of freedom). Terkadang mo-del ACE memiliki banyak parameter dan be-berapa peneliti tidak mengalami kesulitan da-lam menetapkan fitur empirik yang dingink-an dengdingink-an menggunakdingink-an derajat kebebasdingink-an. Namun masalah sesungguhnya adalah bahwa bentuk fungsional dan algoritma pembelajaran keseluruhan diacuhkan (disposal) oleh peneli-ti. Pertanyaannya adalah apakah perlu meng-gunakan algoritma baru seperti algoritma ge-netika, atau penggunaan jaringan saraf (neu-ral network) untuk menyimpan informasi yang ada atau dalam modelforecasting linier?

Masalah lainnya yakni bahwa sifat-sifat keba-nyakkan model ACE pada saat ini tidak mu-dah untuk dipahami terhadap perilaku manu-sia yang diamati.

Salah satu metode yang umum digunakan ada-lah menghubungkan perilaku level agen pada percobaan dengan manusia/orang yang sebe-narnya.

Menurut [1] bahwa, perilaku pembelajaran agen dalam model pertukaran ACE sejajar de-ngan perilaku partisipan dalam percobaan la-boratorium yang paralalel dengan subjek ma-nusia. Jelas bahwa percobaan laboratorium akan menyediakan fondasi krusial untuk pe-modelan ACE, apabila masih relatif sedikit ter-dapat informasi mengenai bagaimana manusia belajar dalam situasi yang bermacam-macam. Makroekonomi modern pada saat ini dengan segala kompleksitasnya seperti meningkatnya transaksi elektronik yang dimana data akan tersimpan dalam bentuk data yang dimenger-ti oleh bahasa mesin, menjadi catatan yang penting bagi pemodel dalam memodelkan fe-nomena ekonomi, yang berperan dua sekali-gus mempersulit atau mempermudah. Terle-bih, kumpulan data inklusif pada level mikro tidak diperlukan. Sampel data mikro dunia nyata yang representatif dan terbatas menye-diakan pemeriksaan informasi pada plausabili-tas empirik dari simulasi distribusi level mikro. Karena model makro ACE merepresentasikan fenomena ekonomi, dapat secara empirik di-validasi menggunakan prosedur toolbox em-pirik tradisional. Manusia dapat berinteraksi dengan model, dan validasi dapat dilakukan dalam bentuk pengujian dampak dari manu-sia atau mesin dengan suatu situasi yang di-berikan. Agen simulasi dimungkinkan untuk terlibat dalam aliran data aktual, sebagaima-na dalam kasus pasar keuangan dimasebagaima-na sese-orang dapat mengamati perkembangan suatu pemesanan buku dengan aliran pemesanan ak-tual yang dilakukan perdaganan agen simulasi. Pengukuran validasi yakni seberapa dekat an-tara pemesanan buku dalam simulasi dengan pemesanan buku sesungguhnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam jurnal [7]. Dalam memvalidasi model ACE juga dapat dilakukan dengan cara penguji-an/penaksiran/identifikasi yang tradisional sebagaimana validasi pada model standar. Namun cara tersebut seperti diketahui mem-butuhkan biaya yang tidak sedikit.

3.2

Kelebihan dan Kekurangan ACE

Kelebihan ACE

(6)

Seperti sudah disinggung dalam beberapa para-graph sebelunya, ACE memiliki kelebihan lainnya yang membuatnya layak digunakan dalam pemo-delan permasalahan ekonomi terutama dalam kri-sis ekonomi pada saat ini dengan segala komplek-sitas yang menyertainya, diantaranya:

• Agen yang berinteraksi dapat dibedakan sesuai dengan keinginan.

• Model ACE tidak bergantung pada asumsi bah-wa ekonomi akan menuju pada kesetimbangan yang ditetapkan sebelumnya.

• Karena menggunakan komputer sebagai alat bantunya dalam simulasi percobaan model ekonomi, maka interaksi agen yang terlibat terjejak setiap waktu dalam catatan/record agar segala peristiwa yang terjadi dapat ter-pantau.

• ACE dapat menangani dalam cakupan yang lebih luas dari perilaku non linear ekonomi dibandingkan model kesetimbang-an/ekualibrium konvensional.

• Dengan menggunakan ACE, para pembuat kebijakkan dapat mensimulasikan ekonomi buatan/artifisial dengan skenaria kebijakkan yang bermacam-macam dan secara kuanti-tatif mengeksplorasi konsekuensi-konsekuensi yang terjadi

• ACE memungkinkan terjadi eksplorasi kon-struktif pada setiap jenis skala tanpa gangguan luar dari peralatan kordinasi artifisial

• Dengan ACE, maka ekonomi sebagai sistem adaptif yang kompleks, seperti model Keynesi-an yKeynesi-ang coba diterapkKeynesi-an, dapat disimulasikKeynesi-an dengan model dimana agen-agen yang berinte-raksi bersifat otonom, self-learning, dan tanpa interfensi dari peneliti/pemodel.

• Karena melibatkan banyak disiplin ilmu seperti ahli komputer, ekonomi, fisika, psikologi, bio-logi, maka pendekatan ACE merupakan pende-katan holistik/menyeluruh yang tidak mampu dilakukan pada pemodelan konvensional sebe-lumnya.

Kekurangan ACE

Ada beberapa faktor dimana ACE memiliki keku-rangan dalam penerapannya diantaranya:

• Adaptasi; karena merupakan suatu hal yang relatif baru dan menggunakan banyak agen yang berinteraksi secara otonom serta kom-pleksitas model ekonomi, maka proses adap-tasi penggunaan model ACE merupakan salah satu hambatan bagi peneliti/pemodel yang se-ring membuat para peneliti kepusingan.

• Skala; diperlukannya kekuatan komputasi yang baik dan kordinasi multi disiplin ilmu an-tara ahli ekonomi, ahli komputer, psikolog, ah-li biologi dan ahah-li fisika yang biasa berhadapan dan/atau mengelola model yang berskala be-sar.

• Validasi; seperti disebutkan sebelumnya vali-dasi antara model simulasi dengan kenyataan ekonomi dilapangan menjadi kesulitan karena kompleksitas dari model ACE.

Perilaku agen; tantangan terbesarnya adalah me-netapkan perilaku agen, khususnya dalam memilih aturan yang digunakan dalam membuat keputusan.

4

Kesimpulan

Dengan semakin kompleknya dunia dan permasa-lahan ekonomi pada saat ini, salah satunya adalah semakin banyak dan beragamnya agen-agen eko-nomi yang terlibat dalam dunia digital ini. Dan semakin berkembangnya teknologi komputer yang memungkinkan bagaimana permasalahan ekonomi tertentu dapat disimulasikan dengan bantuan kom-puter.

ACE merupakan salah satu cara untuk dapat mensimulasikan suatu model ekonomi yang tidak dapat dilakukan pada teori pemodelan ekonomi se-belumnya. Dengan ACE kita dapat melakukan sua-tu simulasi ekonomi yang memungkinkan interak-si agen dapat berjalan secara otonom tanpa ada-nya intervensi dari pemodel itu sendiri, sedemikian hingga gambaran kondisi nyata ekonomi dapat di-lihat atau diprediksi dalam simulasi komputer de-ngan lebih mendekati.

Pustaka

[1] Jasmina Arifovic. The behavior of the excha-nge rate in genetic algorithm and experimen-tal economies. InJornal of Political Economy, volume 104, pages 518–541, 1996.

[2] Robert L. Axtell. Zipf distribution of u.s. firm sizes. science, 2001. 293(5536), 1818-1820. [3] Arthur B. On learning and adaptation in the

economy. InSFI Economics Research Program, number 92-03-038, 1992.

[4] Shu-Heng Chen. Agent-Based Computational Macroeconomics: A Survey. Taipei, Taiwan 11623.

[5] Leigh Tesfatsion dan Kenneth L. Judd. Han-dbook of Computational Economics:Agent-Based Computational Economics. Edisi 2006. Handbook in Economics Series. Amsterdam. Elsevier.

(7)

[6] Blake LeBaron dan Leigh Tesfatsion. Mode-ling macroeconomics as open-ended dynamic systems of interacting agents. InAEA Paper & Proceeding, May 2008.

[7] Michael Kearns dan Luis Ortiz. The penn-lehman automated trading project. In IE-EE Intelligent System, pages 22–31, Novem-ber/Desember 2003.

[8] Peter Howitt. Macroeconomics with intelli-gent autonomous aintelli-gents. June, 1 2007. [9] Ernst Mayer. This is Biology: The Science of

the Living World. Harvard University Press, MA:Harvard University Press.

[10] E. Di Paolo J. Noble M. Bedau p. Husbands S. Kirby dan A. Seth M.Wheeler, S. Bullock. The view from elsewhere: Perspective on alife modeling. artificial life. Number 8, 2002. [11] Opinion. The economy needs agent-based

modeling. In Nature, volume 460, August 6 2009.

[12] Leigh Tesfatsion. Agents come to bits: Towa-rd a constructive comprehensive taxonomy of economic entities. InJournal of Economic Be-haviour and Organization, volume 63, pages 333 – 346.

[13] Leigh Tesfatsion. Economics agents and mar-kets as emergent phenomena.

[14] Leigh Tesfatsion. Agent-based computational economics: Growing economies from the bot-tom up. In ISU Economics Working Paper, number 1, December 14 2001.

[15] Leigh Tesfatsion. Agent-based computational economics. In ISU Economics Working Paper, number 1, 2002. Revised July 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Erman Suherman dalam sebuah bukunya mengatakan bahwa “pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah pembelajaran yang dimulai

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap,

mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah.. melakukan dosa

Lambchop raised his eyebrows at Arthur as if to say, “I told you so.” Then Odinga reappeared and grabbed Arthur’s arm.. He wanted the Lambchops to

Bahasa Arab memiliki sistem penulisan yang khusus layaknya bahasa China, Jepang, dan Rusia karena memiliki aksara khusus, tidak seperti bahasa Indonesia, Inggris, dan Spanyol

Thus, international scheme like Post- Kyoto Protocol, Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD), and the other international scheme is needed to mitigate

Dari analisa sprung Displacement pada masing masing variasi suspensi double wishbone, maka dapat disimpulkan jika variasi model 1 adalah yang terbaik karena memiliki

Dimasa sekarang banyak terjadi bencana yang disebabkan oleh sampah seperti banjir yang disebabkan oleh sampah-sampah plastik dan kaca, oleh karena itu kami