• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target MDG’s telah berupaya keras menangani perumahan dan permukiman kumuh perkotaan, bahkan zero kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019 tepatnya ditahun 2019. Dalam perkembangannya Pemerintah Indonesia bersiap untuk menjalankan amanat SDG’s dimana didalamnya mengangkat isu-isu mengenai kemiskinan, lingkungan hidup, ketahanan pangan, energi serta isu mempromosikan pembangunan permukiman manusia berkelanjutan. Pencanangna zero kumuh 2019 telah diikuti dengan arah kebijakan dan strategi yang fokus serta alokasi anggaran yang memadai diawali di tahun pertama implementasi RPJMN 2015-2019. Langkah awal dalam mengejar target zero kumuh 2015 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat cq Ditjen Cipta Karya semenjak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara koordinatif dengan kementrian/lembaga yang berkaitan serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, tertata serta aman dan nyaman adalah menjadi dambaan setiap orang. Namun kenyataan yang ada tidak mudah untuk mewujudkan kebutuhan/keinginan ini. Hal ini ada banyak sebab yang mempengaruhi, diantaranya pendapatan per kapita yang rendah, ketergantungan anggota keluarga terhadap keluarga yang bekerja sangat tinggi.

Dengan demikian baik waktu, tenaga apalagi dana yang diharapkan untuk menata lingkungannya menjadi baik, tertata dan memenuhi standar kesehatan semakin jauh dari kenyataan. Bahkan lingkungan akan semakin kumuh.

Disamping faktor/sebab kenyataan kehidupan diatas, ada beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi terciptanya kekumuhan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

(2)

LAPORAN AKHIR I - 2

2) Berpenghasilan rendah,

3) Kelengkapan fakta untuk berusaha,

4) Sarana dan prasarana yang tidak memadai,

5) Jumlah penduduk yang terlalu padat,

6) Lahan / kawasan / areal yang tersedia terlalu sempit.

Berdasarkan Pasal 97 UU Nomor 1 Tahun 2011 disebutkan ruang lingkup upaya penenganan permukiman kumuh, yaitu :

1) Pencegahan, yang meliputi :

- Pengawasan dan Pengendalian

- Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesusai dengan

peraturan perundang-undangan.

- Pemberdayaan Masyarakat, yaitu pelaksanaan melalui pendampingan dan

pelayanan informasi.

2) Peningkatan kualitas, yang meliputi :

- Pemugaran, yaitu perbaikan/pembangunan kembali menjadi permukiman layak

huni.

- Peremajaan, yaitu mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi

keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat.

- Pemukiman kembali, yaitu pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak

mungkin dibangun kembali/tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang atau manusia.

Melalui penanganan peningkatan kualitas lingkungan diharapkan kawasan kumuh perkotaan berkurang. Untuk mengurangi kawasan kumuh perkotaan diperlukan beberapa pendekatan program penanganan seperti :

1) Program dan kegiatan ketersediaan sarana dan prasarana dalam peningkatan

kualitas lingkungan perbaikan dan peningkatan infrastruktur di lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Misalnya : pembuatan/rehabilitasi jalan lingkungan

(3)

LAPORAN AKHIR I - 3 perumahan/permukiman, pembangunan air bersih, pembangunan/rehabilitasi saluran drainase lingkungan, pembuatan sarana persampahan komunal.

2) Pendekatan penanganan kumuh perkotaan dalam cakupan wilayah administrative

perkotaan dengan cakupan kegiatan skala kawasan dan skala lingkungan.

3) Pendetilan dari kebijakan dan strategi penanganan kumuh perkotaan yang

tercantum pada RP2KP/SPPIP atau RKP (Rencana Kawasan Permukiman) kumuh perkotaan atau dokumen teknis penanganan kumuh lainnya.

4) Strategi Penangan kumuh perkotaan untuk jangka waktu menengah 3-5 tahun yang

dilaksanakan dalam program dan kegiatan tahunan.

5) Penanganan yang bersifat partisipasif dengan berbasis pemberdayaan masyarakat

di kawasan kumuh perkotaan.

Kementerian PU melalui Ditjen Cipta Karya melakukan fasilitasi pemerintah daerah dalam upaya penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dengan menitikberatkan kepada konsep tribina (aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan). Hal tersebut menjadi landasan sinergitas antar level pemerintah dengan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan kota untuk merumuskan bentuk kegiatan fisik atau kegiatannon fisik dalam konsep penaganan kumuh secara komprehensif.

Terkait pola pendekatan penanganan fisik dalam hal peningkatan kualitas permukiman di kawasan kumuh, strategi penanganan mencakup beberapa komponen infrastruktur utama yang diatur sebagai indikator pelayanan infrastruktur permukiman seperti :

1. Keteraturan bangunan

2. Aksesbilitas/ jaringan jalan

3. Drainase

4. Air minum

5. Air limbah

6. Persampahan

7. Pengamanan kebakaran

Melalui tahap perencanaan yang tepat dan hasil output yang terukur diharapkan proses penanganan kawasan permukiman di kawasan kumuh dapat berjalan secara terpadu dan

(4)

LAPORAN AKHIR I - 4 terintegrasi sehingga masyarakat pemukim dapat merasakan kehidupan yang sehat dan tinggal di lingkungan yang layak.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

- MAKSUD

Pelaksanaan pekerjaan ini dimaksudkan untuk menghasilkan suatu dokumen perencanaan teknis rinci sebagai bagian dari penungkatan kualitas lingkungan permukiman bagi kawasan permukiman kumuh perkotaan.

- TUJUAN

Sedangkan yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya pekerjaan ini adalah :

1. Melakukan pemutakhiran data terkait identifikasi potensi dan permasalahan

kawasan permukiman dalam penyajian suatu profil kawasan mengacu kepada hasil penetapan SK Bupati/Walikota terkait kawasan kumuh.

2. Melakukan pendampingan terhadap pemutakhiran data dokumen Detail

Engineering Design (DED) Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan melalui

keterpaduan program semua sektor ke-Cipta Karya-an, sebagai acuan pelaksanaan

penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) yang

bersifat menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).

3. Melakukan pemutakhiran data terhadap Detail engineering Design (DED) Kawasan

Permukiman Kumuh Perkotaan sesuai dengan identifikasi potensi, masalah, strategi kawasan, tipologi, indikasi program serta kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh.

- SASARAN

Sasaran dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

1. Tersedianya landasan pemahaman konsepsi Penanganan Kawasan Kumuh

Perkotaan berdasarkan identifikasi potensi dan permasalahan kawasan.

2. Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan Penanganan Kawasan Kumuh

Perkotaan terutama infrastruktur permukiman.

(5)

LAPORAN AKHIR I - 5

4. Tersedianya Dokumen DED Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan sebagai acuan

pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) pelaksanaan penyelenggaraan penanganan kawasan permukiman

kumuh perkotaan yang menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery

system).

1.3 RUMUSAN MASALAH

Pesatnya pertumbuhan penduduk terutama didaerah perkotaan yang umumnya berasal dari urbanisasi tidak selalu dapat diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota sehingga berakibat pada semakin meluasnya lingkungan perumahan dan permukiman kumuh. Dalam hal ini maka untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, pemerintah dapat memberikan bimbingan, bantuan dan kemudahan kepada masyarakat baik dalam tahap pelaksanaan, serta melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman. Di Kabupaten Barito Selatan permukiman kumuh dan lingkungan perumahan yang ada kualitasnya semakin menurun dan hal ini perlu segera di tangani, maka dipandang perlu menetapkan lokasi lingkungan perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Barito Selatan. Dari hasil penjabaran diatas maka didapat rumusan masalah yaitu :

Bagaimana strategi penanganan lingkungan perumahan dan kawasan permukiman kumuh Kabupaten Barito Selatan yang mencakup beberapa infrastruktur utama sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan diatas ?

1.4 LANDASAN HUKUM

a. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pemerintah Daerah Tingkat II di

Kalimantan.

b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

(6)

LAPORAN AKHIR I - 6

d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

e. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

g. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

h. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan.

i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keungan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah.

k. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Selatan Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Organisasi Tata Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Selatan.

l. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Selatan Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten barito Selatan Tahun Anggaran 2014.

m. Panduan Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-

KP) Tahun 2015, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman.

1.5 KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

a. Masterplan/ desain umum penanganan kawasan beserta jadwal, skenario

(7)

LAPORAN AKHIR I - 7

b. Metode setiap kegiatan, jadwal persiapan personil, peralatan dan biaya yang

diperlukan berdasarkan survey berupa data dan informasi lapangan termasuk penyelidikan tanah.

c. DED penataan kawasan permukiman kumuh perkotaan dengan desain/

rancangan rinci tiap komponen infrastruktur (1:200, 1:100, 1:50), spesifikasi teknis serta RAB untuk kegiatan yang siap dilelangkan.

d. Gambar pra rencana/ denah, tampak dan potongan.

e. Perhitungan struktur, mekanikal dan elektrikal (system permukiman)

f. Informasi tentang perizinan prasarana dan sarana serta utilitas kawasan dengan

instansi terkait.

g. Format operasional dan perizinan.

h. Penjelasan jenis kegiatan, volume dan perkiraan sementara biaya

- Rencana Anggaran Biaya (RAB/EE)

- Rinci Volume Pekerjaan (BQ)

- Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimanakah perbedaan kondisi ketahanan pangan komoditas padi di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur terkait dengan dinamika penduduk yang berbeda di kedua

Untuk meningkatkan pelaksanaan kinerja kegiatan ketahanan pangan dalam pencapaian sasaran tahun 2012, perlu mempertimbangkan : (1) keberlanjutan program dan kegiatan yang

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 7 tahun

Rencana Aksi ini meliputi strategi dan langkah konkrit yang akan dilakukan dalam perbaikan pangan dan gizi untuk mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan

Rincian evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan pencapaian kinerja Renstra SKPD Dinas Ketahanan Pangan Kota Bima sebagai berikut

Untuk menjawab pertanyaan diatas peneliti mengangkat penelitian yang berjudul: “Dinamika Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Maksud dari penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (RENJA BKP3) Kabupaten Bantul

Penyusunan Rencana Strategis Kecamatan Badas Kabupaten Kediri 2016-2021 pada dasarnya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menjalankan amanat yang ditetapkan dalam