• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH BERSAING

PENERAPAN KONSTRUKSI MODEL

KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM PEMANFAATAN SUNGAI UNTUK MEWUJUDKAN

PENGELOLAAN INDUSTRI TERINTEGRASI

DI PROVINSI JAWA BARAT

Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

Ketua Tim Peneliti :

Nurhasan, S.H., M.Hum.

NIDN : 0404086601

Anggota Tim Peneliti :

Yudistiro, S.H., M.H.

NIDN : 0414095901

Hj. Wiwi Yuhaeni, S.H., M.H.

NIDN : 0030115801

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

DESEMBER 2014

Dibiayai oleh DIPA Kopertis Wilayah IV, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor :

1043/K4/KM/2014 tanggal 5 Mei 2014

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

1 . Judul Penelitian : Penerapan Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan

Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi Di Provinsi Jawa Barat 2 . 2 . 1 . Ketua Peneliti Data Pribadi a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIPY/NIDN d. Pangkat/Golongan e. Jabatan Fungsional f. Fakultas/Jurusan g. Bidang Ilmu h. Alamat Kantor i. Telp/Faks j. Alamat Rumah k. Telp/Faks/HP/Email : : : : : : : : : : : Nurhasan, S.H., M.Hum. Laki-laki 1 5 1 1 0 3 1 5 /0404086601 Penata Tingkat I/III-D Lektor

Hukum Ilmu Hukum

Jl. Lengkong Besar No. 68 Bandung (022) 4262226/(022) 4217340 Jl. Bojong Indah No. 9 Bandung. 40191. (022) 2512353/08122189134/ hasan_a l b il @yahoo . co .i d 2 . 2 . Anggota Peneliti a. Anggota (ke 1) Nama NIDN Perguruan Tinggi b. Anggota (ke 2) Nama NIDN Perguruan Tinggi : : : : : : Yudistiro, S.H., M.H. 0 4 1 4 0 9 5 9 0 1

Universitas Pasundan Bandung Hj. Wiwi Yuhaeni, S.H., M.H. 0 0 3 0 1 1 5 8 0 1

Universitas Pasundan Bandung

2 . 3 . Penanggung Jawab : Lembaga Penelitian (Lemlit)

Universitas Pasundan Bandung

3 4

Tahun Pelaksanaan Jangka Waktu Penelitian

: :

Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun 2 tahun

5 Pembiayaan

a. Jumlah biaya tahun berjalan (2014) b. Jumlah biaya tahun pertama (2013)

: :

Rp. 4 5 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 ,- Rp. 4 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,00,-

Mengetahui :

Dekan Fakultas Hukum Unpas,

Dr. Dedy Hernawan, S.H., M.Hum. NIPY : 151.100.46 Bandung, 1 Desember 2014 Ketua Peneliti, Nurhasan, S.H., M.Hum. NIPY : 151.103.15 Menyetujui Ketua Lemlit Unpas

Dr. Yaya Mulyana Abdul Aziz, Drs., M.Si. NIP : 15110156

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

1 . Judul Penelitian : Penerapan Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan

Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi Di Provinsi Jawa Barat 2 . 2 . 1 . Ketua Peneliti Data Pribadi a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIPY/NIDN d. Pangkat/Golongan e. Jabatan Fungsional f. Fakultas/Jurusan g. Pusat Penelitian h. Alamat i. Telp/Faks j. Alamat Rumah k. Telp/Faks/HP/Email : : : : : : : : : : : Nurhasan, S.H., M.H. Laki-laki 1 5 1 1 0 3 1 5 /0404086601 Penata Tingkat I/III-D Lektor

Hukum Lemlit Unpas

Jl. Setiabudi No. 193 Bandung (022) 2021436/(022) 2009267 Jl. Bojong Indah No. 9 Bandung. 40191. (022) 2512353/08122189134/

hasan_a l b il @yahoo . co .i d

3 Jangka Waktu Penelitian : 2 tahun

4 Pembiayaan

a. Jumlah biaya tahun berjalan (2014) b. Jumlah biaya tahun pertama (2013)

: :

Rp. 4 5 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 ,- Rp. 4 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,00,-

Mengetahui :

Dekan Fakultas Hukum Unpas,

Dr. Dedy Hernawan, S.H., M.Hum. NIPY : 151.100.46 Bandung, 1 Desember 2014 Ketua Peneliti, Nurhasan, S.H., M.Hum. NIPY : 151.103.15 Menyetujui Ketua Lemlit Unpas

Dr. Yaya Mulyana Abdul Azis, Drs., M.Si. NIP : 15110156

(4)

RINGKASAN (ABSTRACT)

Penelitian ini dilakukan untuk menyesuaikan paradigma peruntukan sungai tertentu, dari peruntukan secara tradisional sebagai sarana pengairan dan kebutuhan keluarga menjadi juga sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri. Fakta menunjukkan bahwa saat ini 7 (tujuh) DAS di Jawa Barat berada dalam status tercemar berat, dengan indikasi tercemar Limbah Cair Industri. Rencana pengaturan pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri dapat mendorong lahirnya paradigma baru pengelolaan lingkungan hidup, yaitu: Hukum harus menyesuaikan terhadap karakteristik alam dan masyarakat suatu daerah yang secara faktual berbeda antara kondisi di daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Penelitian ini juga dilakukan untuk menjamin terwujudnya keseimbangan kepentingan antara perusahaan (industri), masyarakat, dan Pemerintah dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar DAS di Jawa Barat, yang secara ilmiah dimungkinkan dengan mengkonstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Industri Terintegrasi, yaitu perusahaan (industri) selain berkewajiban melakukan penanggulangan dampak lingkungan fisik (mitigasi fisik) juga berkewajiban melakukan penanggulangan dampak sosial (mitigasi sosial).

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yuridis-empiris berorientasi pada kajian holistik yang dalam prosesnya disiplin ilmu hukum mendapat bantuan disiplin ilmu terkait, misalnya : ekonomi, politik, sosial-budaya, biologi, geologi, kimia, fisika. Analisis terhadap obyek penelitian dilakukan melalui analisis hukum. Teknik pengumpulan data, selain melalui studi kepustakaan, juga dilakukan survei (observasi) lapangan di lokasi penelitian dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan, diantaranya: Cost-Benefit-Analysis (CBA).

Hasil dari penelitian ini yaitu tersusunnya Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Jawa Barat, sebagai berikut: Konstruksi model ini didasarkan pada prinsip Semua Untung. Fisik sungai dengan keseluruhan ekosistem biotik dan abiotik yang ada di dalamnya diuntungkan, karena sasaran dari konstruksi model ini mewujudkan Sungai Bersih terbebas dari pencemaran limbah cair industri. Perusahaan (industri) diuntungkan, karena konstruksi model ini mewajibkan kepada perusahaan (industri) memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri yang dibuang ke sungai sudah dalam kondisi dapat ditoleransi oleh ekosistem sungai, yang pada akhirnya perusahaan terhindar dari tuntutan masyarakat. Masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan lainnya (stakeholders) diuntungkan, karena dengan mitigasi fisik yang konsisten dan jujur menjadi terhindar dari dampak pencemaran sungai serta dengan mitigasi sosial yang tulus mendapat stimulan untuk mendongkrak tingkat kesejahteraannya. Pemerintah pun diuntungkan, karena sebagian program pembangunannya dapat terealisasi, yaitu terjaganya kelestarian lingkungan sungai, terwujudnya kesejahteraan masyarakat sekitar DAS, dan terjaminnya kelangsungan proses produksi perusahaan (industri). Jika prinsip Semua Untung tersebut telah dipastikan dapat diterapkan, maka Konstruksi Model ini memperkenankan atau dapat menerima kondisi depenalisasi ketentuan hukum pidana lingkungan hidup.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan hanya untuk Zat Allah SWT yang dengan karunia-Nya, kasih sayang-Nya, dan rahmat-Nya, telah memudahkan dan melancarkan proses penelitian ini, sehingga pada kesempatan ini, Peneliti dapat menyelesaikan dan melaporkan Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2014 (Tahun ke 2) tanpa halangan yang berarti.

Penelitian ini berjudul : “Penerapan Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi Di Provinsi Jawa Barat”. Laporan Akhir Penelitian ini menggambarkan hasil penelitian yang telah Peneliti lakukan pada tahun 2013 yang kemudian dilanjutkan pada tahun 2014 ini (mulai bulan Januari 2014 hingga Desember 2014). Dengan demikian, pada dasarnya Laporan Akhir Penelitian ini merupakan tahap kegiatan menyusun konstruksi model, sosialisasi, dan adaptasi penerapan hasil penelitian yang sudah dicapai pada tahun pertama (2013) dan tahun kedua (2014).

Banyak pihak yang telah membantu Peneliti dalam proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dalam rangka sosialisasi dan adaptasi penerapan hasil

penelitian, diantaranya pada kesempatan yang baik ini, Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mochamad Lukmanul Hakim (Kasi Hasil Hutan dan Perkebunan Bidang Industri Agro Disperindag Provinsi Jawa Barat) yang selalu membuka pintu lebar-lebar kepada Peneliti untuk mendapatkan data dan informasi terkait pengembangan industri di Jawa Barat. Peneliti juga sangat berterimakasih kepada Bapak Asep Bayu, Ibu Ruli, Ibu Hera, Ibu Resmiani yang dengan sabar dan tulus membantu memberikan apapun data dan informasi yang Peneliti perlukan dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat. Peneliti juga menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Bapak Rudi Martono (Sekretaris Eksekutif DPP APINDO Jawa Barat) yang di sela-sela kesibukannya yang padat, dengan tulus menerima kedatangan Peneliti kapan saja memerlukan data dan informasi seputar APINDO Jawa Barat. Peneliti juga sangat terbantu dan berterima kasih kepada Ibu Bilqys dan Bapak Asep Hadianto dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat yang selalu siap menghubungkan Peneliti ke berbagai bidang di Bappeda Provinsi Jawa Barat sesuai dengan data dan informasi yang Peneliti perlukan. Peneliti juga mendapat bantuan yang tulus dari Ibu Euis Hersini Barkah (Kasi Sundawapan Balai PSDA WS Citarum) dalam pengumpulan data fisik kualitas air Sungai Citarum yang tentunya sangat berharga bagi Peneliti. Dan masih banyak lagi, baik perseorangan maupun

(6)

institusi yang telah berjasa kepada Peneliti namun tidak sempat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuannya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, Peneliti selalu terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan Laporan ini. Semoga Zat Allah SWT meridhoi segala upaya Peneliti dan siapa saja yang memiliki kepedulian untuk mewujudkan Sungai Bersih, Masyarakat Sejahtera, serta Dunia Usaha tersenyum dan nyaman. Amiin.

Bandung, 1 Desember 2014 Ketua Peneliti,

ttd

(7)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN (ABSTRACT) ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemanfaatan Sungai Secara Normatif, Filosofis, dan Ekologis .... B. Pengelolaan Industri Terintegrasi ...

5 12

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 1 3

BAB IV METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan ... 2. Alasan pemilihan Metode Pendekatan ... 3. Objek Penelitian ... 4. Jenis dan Sumber Data ... 5. Teknik Pengumpulan Data ... 6. Keabsahan Data ... 7. Desain Analisis Data ...

14 14 15 15 16 16

(8)

BAB V

BAB VI

BAB VII

DAFTAR LAMPIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Industri di Jawa Barat Dalam Peta Industri Nasional ... B. Pemanfaatan Sungai Sebagai Sarana Pembuangan Limbah Cair

Industri Dan Dampaknya ... C. Existing Condition Pengelolaan Industri Terintegrasi di Jawa

Barat ... D. Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Jawa Barat ... SOSIALISASI DAN ADAPTASI PENERAPAN HASIL PENELITIAN

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran-saran ... PUSTAKA . . . 17 21 46 65 75 77 78 79 81

(9)

DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Tabel 1 : Tabel 2 : Tabel 3 : Tabel 4 : Tabel 5 : Tabel 6 : Tabel 7 : Tabel 8 : Tabel 9 : Tabel 10: Tabel 11: Tabel 12: Tabel 13: Tabel 14: Tabel 15: Tabel 16: Tabel 17: Tabel 18:

Kerangka Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat Roadmap Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat Kerangka Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat Roadmap Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat Kawasan Industri di Jawa Barat

Perkembangan Unit Usaha (Industri) Terhadap Serapan Tenaga Kerja dan PDRB UMKM dan Besar

Potensi Ketersediaan Sumber Daya Air di Provinsi Jawa Barat

Laporan PT Kahatex (IPAL I) Bulan Januari 2011 Laporan PT Indorama Synthetics (Divisi Polimer) Bulan Januari 2011

Laporan PT Kertas Bekasi Teguh Bulan Maret 2011 Laporan PT Pupuk Kujang Bulan Desember 2011 Laporan PT Surya Cipta Swadaya Bulan April 2011 Laporan PT Arnotts Indonesia Bulan Maret 2011 Laporan PT Insan Sandang Internusa Bulan Juni 2011 Laporan PT Tanabe Indonesia Bulan Mei 2011 Laporan PT Kimia Farma Bulan Mei 2011 Laporan PT Dactex Indonesia Bulan Mei 2011

Peran Dari Masing-masing Pemangku Kepentingan dan Kerangka Keterkaitannya Industri Pulp dan Kertas

(10)

DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Gambar 1 : Gambar 2 : Gambar 3 : Gambar 4 : Gambar 5 : Gambar 6 : Gambar 7 : Gambar 8 : Gambar 9 : Gambar 10:

Peta Industri Unggulan Kabupaten/Kota di Jawa Barat Koridor Ekonomi Jawa Dalam MP3EI

Tahapan Proses Penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Barat Peta Wilayah Sungai Provinsi Jawa Barat

Kerangka Pengembangan Industri Pulp dan Kertas

Peran Dari Masing-Masing Pemangku Kepentingan Dan Kerangka Keterkaitannya

Lokasi Pengembangan Klaster Industri Pulp Dan Kertas Struktur Organisasi Fasilitasi Penyelenggaraan CSR di Jabar Struktur Tim Fasilitasi CSR Di Jabar

Skema Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat (Comdev) dan Pengelolaan Industri Terintegrasi (PIT) di Provinsi Jawa Barat

(11)

DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14 15 Lampiran 1 : Lampiran 2 : Lampiran 3 : Lampiran 4 : Lampiran 5 : Lampiran 6 : Lampiran 7 : Lampiran 8 : Lampiran 9 : Lampiran 10: Lampiran 11: Lampiran 12: Lampiran 13: Lampiran 14: Lampiran 15:

Hasil Penelitian Kualitas Air Sungai oleh Balai PSDA Wilayah Sungai Citarum Bulan Oktober 2010

Hasil Penelitian Kualitas Air Sungai oleh Balai PSDA Wilayah Sungai Citarum Bulan Agustus 2010

Hasil Penelitian Kualitas Air Sungai oleh Balai PSDA Wilayah Sungai Citarum Bulan Juli 2010

Grafik Kualitas Air Sungai Citarum Rata-rata Tahun 2008

Contoh Program CSR di Jawa Barat

Data dan Informasi tentang DPP APINDO JABAR Contoh Kerangka Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Teksti dan Keterkaitannya

Surat Keterangan Penelitian Justifikasi Anggaran Penelitian Susunan Organisasi Tim Peneliti

Peraturan Bersama, Gubernur Jawa Barat, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Metro Jaya, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat No. 77 Tahun 2009 Tentang Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu Di Jawa Barat

Contoh Berkas Perkara Lingkungan Hidup No. Pol. : BP/3260/VIII/2011/BPLHD, Perkara Dugaan Tindak Pidana Lingkungan Hidup oleh PT Karawang Prima Sejahtera Stell yang diwakili oleh sdr. Wang Dong Bing Identitas Usulan Tahun 2013 Tahun Anggaran 2014 Tanda Bukti Kegiatan Sosialisasi dan Adaptasi Hasil Penelitian

Ketua Peneliti Mendirikan Lembaga Penyedia Jasa Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (LPJ-PSLH-LP) melalui Akta Notaris Muhammad Azhari, S.H., SpN., M.H., Nomor 2 tanggal 4 September 2013

(12)

BAB I PENDAHULUAN

Pengaturan lingkungan hidup berdasarkan paradigma lama yaitu bahwa lingkungan hidup harus diatur oleh satu undang-undang (hukum) nasional, ternyata terdapat indikasi tidak dapat diterapkan di Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 2 6 Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sekitar 41.483.729 jiwa (hasil survey sosial ekonomi daerah tahun 2007) memiliki banyak industri, bentang alam, dan kondisi masyarakatnya yang berkarakter khusus, memikul peranan yang besar dan berat sebagai Daerah Penyangga ibu kota Republik Indonesia (Jakarta).

Pengaturan pemanfatan sungai tertentu (bagian dari lingkungan hidup) sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri di Jawa Barat menuntut adanya paradigma baru atau setidak-tidaknya penyesuaian dalam pengaturan lingkungan hidup yaitu : Hukum harus menyesuaikan dengan karakteristik alam dan masyarakat daerah yang bersangkutan. Selain dari itu, penelitian ini penting dilakukan untuk memberi solusi berkeadilan terhadap perubahan paradigma peruntukan sungai, dari peruntukan sungai secara tradisional sebagai sarana pengairan dan kebutuhan keluarga menjadi juga berfungsi sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri.

Fakta menunjukkan bahwa 7 (tujuh) Daerah Aliran Sungai (DAS) di Jawa Barat saat ini dalam kondisi atau dalam status mutu air baku tercemar berat. 7 (tujuh) DAS tersebut yaitu: 1) Sungai Cisadane; 2) Sungai Ciliwung; 3) Sungai Cileungsi; 4) Sungai Citarum; 5) Sungai Cilamaya; 6) Sungai Cimanuk; dan 7) Sungai Citanduy. Penyebabnya adalah terutama diduga akibat perusahaan-perusahaan (industri) membuang limbah cair industrinya secara langsung ke sungai-sungai tersebut dengan tidak memenuhi standar pengelolaan limbah yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat diketahui bahwa sebagian keanekaragaman hayati di DAS Citarum terancam punah, diantaranya 15 jenis ikan, 5 jenis mamalia, 7 jenis burung, dan 8 jenis ampibi. DAS Citarum merupakan yang paling luas dan paling panjang. Luas DAS Citarum mencapai 7.187 kilometer persegi, panjangnya mencapai 269 kilometer persegi untuk sungai utama, dan jika dihitung dengan anak-anak sungainya mencapai 14.346 kilometer persegi. Hulu Sungai Citarum terletak di mata air Gunung Wayang. Secara keseluruhan DAS Citarum meliputi 9 Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta,

(13)

Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Karawang. Sungai Citarum bermuara di Kabupaten Bekasi, tepatnya di Muara Gembong, terletak sekitar 64 kilometer dari pusat kota Bekasi. Ada juga yang menyebutkan di Tanjung Karawang, Kabupaten Karawang.

DAS lainnya yang termasuk luas yaitu DAS Cisadane-Cimandiri, DAS Citanduy, dan DAS Cimanuk. Persoalan semua DAS di Jawa Barat, hampir serupa, yaitu lahan kritis cukup luas (lebih dari 1.250 kilometer persegi), langganan Banjir di musim hujan, kekeringan di musim kemarau, sedimentasi waduk, penegakan hukum belum tegas, partisipasi masyarakat masih kurang, koordinasi masih lemah, dan berpotensi konflik jika stakeholders tidak bersatu.

Sungai Citarum mempunyai kedudukan penting karena merupakan penyuplai air di Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur, yang menjadi pusat penghasil listrik (PLTA) untuk kebutuhan Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sungai Citarum merupakan sumber air irigasi untuk area pertanian terutama pesawahan seluas 300 ribu hektar. Sungai Citarum juga merupakan sumber air minum untuk masyarakat Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan DKI Jakarta. Di sepanjang DAS Citarum banyak berdiri industri kecil, menengah dan besar yang berpotensi menimbulkan pencemaran di dalam maupun di sekitar DAS, sedangkan di bagian hulu, terjadi kerawanan akibat

penjarahan lahan dan alih fungsi menjadi areal pertanian, terutama dijadikan sentra penanaman sayuran dan peternakan.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

(1) Pada tahun ke 1: meneliti, mengkaji dan menyusun Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Provinsi Jawa Barat sebagai hukum yang dicita-citakan (ius constituendum) tentang pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir limbah cair industri.

(2) Pada tahun ke 2: sosialisasi dan adaptasi penerapan Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Provinsi Jawa Barat tentang pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir limbah cair industri.

Urgensi atau keutamaan penelitian ini berkaitan dengan kegiatan industri yang dalam prosesnya menghasilkan limbah cair yang dibuang secara langsung ke sungai. Sungai telah dimanfaatkan untuk pembuangan akhir Limbah Cair Industri yang dampaknya memberi tekanan pada aspek fisik (dalam arti luas) dan aspek sosial (dalam arti luas). Pemanfaatan

(14)

sungai untuk kegiatan industri tidak cukup hanya dengan mengantongi izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tetapi juga harus memperhatikan mitigasi (perbaikan) dampak lingkungan fisik (rekognisi, kompensasi) dan pemberdayaan masyarakat (community development).

Rekognisi (recognition) atas status tanah yang digunakan sebagai lokasi industri penting untuk diperhatikan, karena sangat sensitif dan seringkali menjadi pemicu terjadinya konflik. Kompensasi (compensation) berkaitan dengan terjadinya akuisisi lahan untuk lokasi industri. Masyarakat hukum adat atau perorangan yang tanahnya digunakan untuk lokasi industri tentu berhak mendapatkan ganti kerugian (kompensasi) yang berkeadilan. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dijadikan sebagai areal pembuangan akhir Limbah Cair Industri perlu diimbangi dengan program pemulihan yang tuntas, komprehensif, dan terintegrasi.

Mitigasi dampak sosial (dalam arti luas) dilakukan melalui program pemberdayaan masyarakat (community development). Provinsi Jawa Barat memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Jumlah perusahaan yang menanamkan modalnya di Jawa Barat cukup banyak, dan terdapat fenomena tumbuhnya kesadaran masyarakat Jawa Barat untuk dapat berperan secara optimal sebagai pelaku pembangunan. Dalam kenyataannya, pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan alam Provinsi Jawa Barat belum dilakukan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, sebagai dampaknya tingkat kesejahteraan penduduk sebagian besarnya masih rendah.

Kegiatan industri dalam pelaksanaannya memerlukan ruang yang berarti terkait dengan masalah pemanfaatan lingkungan. Sungai sebagai bagian dari lingkungan hidup telah dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan industri, yaitu difungsikan sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri. Optimalisasi partisipasi masyarakat Jawa Barat dalam kegiatan industri penting karena bagi masyarakat Jawa Barat berdasarkan kearifan tradisionalnya bahwa sungai merupakan sumber kehidupan, oleh karena itu harus dijaga dan tidak boleh dirusak.

Uraian di atas mengindikasikan perlunya kajian holistik pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri untuk mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi, sehingga perusahaan dalam jangka waktu tertentu mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya tanpa mendapat tekanan, gangguan, atau tuntutan dari masyarakat.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemanfaatan Sungai Secara Normatif, Filosofis, dan Ekologis

Sungai sebagai bagian dari sumber daya air mempunyai fungsi serbaguna, yaitu diantaranya bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional. Fungsi sungai yang penting tersebut menuntut adanya pengaturan pemanfaatan sungai yang memenuhi rasa keadilan masyarakat, yaitu mencakup upaya perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendaliannya.

Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, maka sungai sebagai bagian dari sumber daya air dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi yang pengelolaannya diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antargenerasi. Masyarakat perlu diberi peran yang lebih luas dalam pengelolaannya sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Rumusan otentik tentang sungai terdapat dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) No. 35 Tahun 1991, yaitu : “Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.”

Ketentuan tentang penguasaan sungai dalam PP No. 35 Tahun 1991 masih mencerminkan karakteristik pemerintahan Orde Baru yang sentralistik, sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan (2) berikut : “(1) Sungai dikuasai oleh Negara, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pemerintah; dan (2) Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab penguasaan sungai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan Menteri.

Sejalan dengan demokratisasi yang berkembang pada era reformasi, konsep penguasaan sungai mengalami kemajuan sebagaimana terkandung maknanya dalam ketentuan Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yaitu : (1) Sumber daya air dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; (2) Penguasaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan

(16)

kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan; dan (3) Hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat.

Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 6 UU No. 7 Tahun 2004, sungai sebagai bagian dari sumber daya air walaupun hak penguasaannya ada pada negara, namun dalam penggunaannya harus ditujukan untuk mewujudkan kemakmuran yang optimal bagi masyarakat pada umumnya dan lebih khusus bagi masyarakat sekitar sungai. Ketentuan tersebut juga telah mengakomodasi pemerintah daerah untuk turut serta berperan dalam penyelenggaraan penguasaan sungai sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah. Hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu juga telah mendapat pengakuan keberadaannya menurut hukum, sehingga dalam penyelenggaraan penguasaan sungai tidak dibenarkan adanya upaya mengesampingkan hak-hak tersebut.

Memperhatikan ketentuan Pasal 2 dan 4 UU No. 7 Tahun 2004, sungai mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang pengelolaannya harus berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas.

Sungai sebagai bagian dari ekosistem yang di dalamnya hidup beragam jenis flora dan fauna yang bersifat endemis, serta kondisi aliran fisiknya yang pada umumnya bersifat lintas daerah, maka ruang lingkup pengelolaannya terbagi ke dalam beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS).

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam upaya melakukan konservasi sumber daya air sungai secara optimal yang pada akhirnya dapat dicapai suatu kondisi terjaganya keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sungai. Untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air sungai dapat dilakukan melalui pengelolaan kualitas air sungai dan pengendalian pencemarannya secara frofesional. Ketentuan Pasal 24 UU No. 7 Tahun 2004 dengan tegas melarang setiap orang atau badan usaha melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan rusaknya sumber air (sungai) dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air.

Pemanfaatan sungai perlu diimbangi dengan upaya perlindungan dan pelestariannya dari kemungkinan terjadinya kerusakan atau gangguan terutama yang disebabkan oleh tindakan manusia, yang pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pendekatan biologi, geologi, fisika, kimia, sosial, ekonomi, dan budaya. Upaya tersebut penting dilakukan karena dapat dijadikan dasar dalam penatagunaan lahan.

(17)

Pendayagunaan sungai sangat dimungkinkan, kecuali pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam, namun dalam penyelenggaraannya harus dilakukan secara terpadu, adil dan optimal, baik antarsektor, antarwilayah, maupun antar-kelompok masyarakat dengan mendorong pola kerja sama agar berhasil guna dan berdaya guna.

Kegiatan usaha industri sangat berkepentingan dengan upaya pengembangan sumber daya air sungai, karena dalam proses pengolahan dan/atau eksplorasi biasanya membutuhkan ketersediaan air baku dalam jumlah besar. Potensi dampak yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya pengembangan sumber daya air sungai harus ditangani secara tuntas dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders). Selain dari itu, pengembangan air permukaan pada sungai perlu dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi sungai yang bersangkutan. Hal tersebut perlu diperhatikan karena karakteristik dan fungsi sungai pada daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lainnya.

Ketentuan Pasal 52 UU No. 7 Tahun 2004 dengan tegas melarang setiap orang atau badan usaha melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air. Pengendalian daya rusak air dapat dilakukan melalui upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Upaya pencegahan harus lebih diutamakan, baik melalui kegiatan fisik dan/atau nonfisik maupun melalui penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai. Jika terpaksa perlu ditempuh upaya penanggulangan, maka penanggulangannya dapat dilakukan dengan mitigasi bencana, sedangkan upaya pemulihan dilakukan terutama oleh pihak yang paling bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan sungai untuk memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup dalam ekosistem sungai.

Pengelolaan sungai mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah (Daud Silalahi, 2003) yang memerlukan keterpaduan tindakan untuk menjaga kelangsungan fungsi sungai, dan oleh karenanya fungsi koordinasi mutlak diperlukan dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan stakeholders.

Ketentuan-ketentuan tentang pemanfaatan sungai sebagai bagian dari sumber daya air yang secara normatif telah tegas pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan terkait harus diperhatikan ketika akan mengadakan pengaturan tentang pemanfaatan sungai untuk pengangkutan limbah cair industri.

Secara filosofis, kekuasaan mutlak atas alam semesta berada pada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai bagian dari alam semesta mendapat kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup di bumi dan mengelola alam semesta dengan petunjuk-Nya yang telah disampaikan-Nya melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Dengan demikian, kekuasaan yang

(18)

dimiliki manusia untuk mengelola alam semesta bersifat sementara (temporary), terbatas (restricted), amanah (mandate), kolektif (collective), dan untuk kemakmuran (prosperity).

Sejalan dengan paradigma relativitas kekuasaan yang dimiliki manusia, bangsa Indonesia meneguhkan cita-cita membangun negara hukum sebagaimana dikukuhkan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Ajaran negara hukum memuat tiga dimensi penting, yaitu dimensi politik, hukum, dan sosial ekonomi (Bagir Manan, 1999 : 2). Lebih lanjut ia menjelaskan, dimensi politik dalam negara hukum memuat prinsip pembatasan kekuasaan yang menjelma dalam paham negara berkonstitusi, pembagian atau pemisahan kekuasaan, kemerdekaan kekuasaan kehakiman, dan jaminan serta penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dimensi hukum dalam negara hukum harus tercipta suatu tertib hukum dan perlindungan hukum bagi setiap orang tanpa diskriminasi. Dimensi sosial ekonomi dalam negara hukum berupa kewajiban negara melalui pemerintah untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan sosial.

Doktrin John Locke memiliki relevansi yang kuat dengan ajaran negara hukum terutama yang menyangkut dimensi politik, yaitu pembagian kekuasaan. John Locke bereaksi keras terhadap absolutisme raja pada jamannya, dan kemudian ia mengajukan konsep dalam rangka merasionalkan dan mensistimatiskan fungsi-fungsi kekuasaan negara menjadi tiga fungsi (H.M. Rasjidi, 1984 : 174), yaitu fungsi legislatif, eksekutif, dan federatif. Ia mengakui bahwa bila kekuasaan diletakkan pada tangan yang berbeda dapat dicapai suatu keseimbangan kekuasaan (balancing of power).

Paradigma relativitas kekuasaan dalam perkembangannya mampu mendorong pertumbuhan demokrasi, termasuk demokratisasi di dalam setiap fungsi-fungsi kekuasaan negara. Pelaksanaan otonomi daerah yang lebih maju di Indonesia pasca era reformasi 1998 merupakan perwujudan demokratisasi fungsi kekuasaan legislatif dan eksekutif dalam rangka merealisasikan amanat UUD 1945.

Pemerintahan daerah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), berhak menetapkan peraturan daerah (Perda) dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Kewenangan yang diberikan oleh konstitusi (grondwet) tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Keanekaragaman adalah sifat alamiah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam

keanekaragaman ada kekhususan dengan ciri-ciri khas yang tidak dapat dipaksakan harus sama dengan yang lainnya. Masyarakat Jawa Barat dan lingkungan alamnya memiliki kekhasan yang tidak dapat dipersamakan dengan masyarakat dan lingkungan alam daerah

(19)

lainnya. Masyarakat Jawa Barat dengan segala kekhasannya memiliki hak untuk menikmati hasil pembangunan secara wajar. Selama ini, pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan alam Provinsi Jawa Barat belum digunakan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Jawa Barat.

Secara filosofis, upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam konteks pengaturan pemanfaatan sungai untuk pembuangan akhir Limbah Cair Industri di Provinsi Jawa Barat dapat disejalankan dengan Aliran Utilitarianisme yang dipelopori oleh Jeremy Bentham (1748-1832) yang mendalilkan bahwa manusia itu akan berbuat dengan cara sedemikian rupa sehingga ia mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan yang sebesar- besarnya dan menekan serendah-rendahnya penderitaan (Lili Rasjidi & Ira Rasjidi, 2000 : 64) . Ketika dalil tersebut digunakan pada bidang hukum, maka standar penilaian etis yang digunakan yaitu mendasarkan pada ukuran bahwa baik buruknya peraturan perundang- undangan ditentukan oleh apakah peraturan perundang-undangan tersebut mendatangkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat atau tidak. Jadi, peraturan perundang- undangan yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat Jawa Barat akan dinilai oleh masyarakat Jawa Barat sebagai peraturan perundang-undangan yang baik.

Secara ekologis atau ekonomi alam, yang bermakna melakukan transaksi dalam bentuk materi, energi, dan informasi, bahwa dalam pengelolaan lingkungan hidup dewasa ini, cenderung bersifat antroposentris, yaitu melihat permasalahan lingkungan dari sudut kepentingan manusia, sehingga ekologi yang dibutuhkan adalah ekologi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya (Otto Soemarwoto, 1997 : 22).

Manusia yang oleh Tuhan Yang Maha Esa dikaruniai akal dan pikiran mempunyai kemampuan mendayagunakan lingkungan hidupnya. Faktor teknologi yang digunakan dalam mendayagunakan lingkungan hidup tersebut menentukan besaran manfaat (nilai ekonomi) dan dampak yang ditimbulkannya. Semakin tinggi kemampuan teknologi yang digunakan, cenderung semakin tinggi pula manfaat (nilai ekonomi) yang dapat dinikmati oleh manusia, baik kualitas maupun kuantitasnya. Namun demikian, dampak lingkungan hidup yang ditimbulkannya dapat dipastikan akan semakin besar pula. Strategi dan teknik pengelolaan dampak lingkungan hidup menjadi semakin penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan efektivitasnya.

Di dalam ekosistem sungai terdapat unsur jasad hidup (biotic) dan tidak hidup (abiotic). Unsur jasad hidup terdiri dari beragam jenis hewan dan tumbuhan dari mulai yang

(20)

berukuran sangat kecil hingga yang besar dan berada dalam sistem jaring-jaring kehidupan (mata rantai makanan). Unsur yang tidak hidup seperti air, tanah, batu, pasir, dan lain-lain berfungsi sebagai sarana penunjang untuk berlangsungnya kehidupan beragam jenis hewan dan tumbuhan. Tingkat kualitas air sungai menentukan dapat atau tidaknya beragam jenis hewan dan tumbuhan melangsungkan kehidupannya.

Untuk menentukan kualitas air sungai, apakah dalam kondisi baik atau buruk, terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan, diantaranya yaitu : 1) Parameter fisika; dan 2) Parameter kimia (Hefni Effendi, 2003 : 50-128). Parameter fisika dapat menggunakan indikator cahaya; suhu; kecerahan dan kekeruhan; warna; konduktivitas (daya hantar listrik); padatan total, terlarut dan tersuspensi; dan salinitas. Parameter kimia dapat menggunakan indikator pH (derajat keasaman); potensi redoks (reduksi dan oksidasi); oksigen terlarut; karbondioksida; alkalinitas; kesadahan; dan bahan organik.

Pemantauan kualitas air sungai secara berkala, jujur, dan profesional penting dilakukan untuk terjaganya keseimbangan ekosistem sungai, sehingga kegiatan industri yang dilakukan oleh manusia tidak mengorbankan lingkungan hidup. Tujuan yang harus diwujudkan yaitu industri tetap berjalan dan kualitas lingkungan hidup selalu dalam kondisi prima.

Berdasarkan konsep ekologi manusia, terdapat dua hal penting yang harus dijaga keseimbangannya, yaitu : a) pemanfaatan sumber daya alam; dan b) pengelolaan dampak lingkungan hidup. Dalam merealisasikan kedua hal tersebut, harus dipersepsikan bahwa baik pemanfaatan sumber daya alam maupun pengelolaan dampak lingkungan hidup merupakan kepentingan manusia yang sama derajat kepentingannya. Hasil kegiatan industri dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak derajat kemakmuran manusia. Namun demikian, dalam pemanfaatannya tidak boleh mengorbankan lingkungan hidup, karena kualitas lingkungan hidup yang prima sangat diperlukan juga oleh manusia dalam melangsungkan kehidupannya. Dari konsep ekologi manusia tersebut dikembangkanlah penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

B. Pengelolaan Industri Terintegrasi

Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk melanjutkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(21)

Komitmen Indonesia untuk berpegang pada prinsip pembangunan berkelanjutan dalam mengelola lingkungan hidupnya, termasuk di dalamnya proses industrialisasi yang dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari kerangka pengelolaan lingkungan hidup secara keseluruhan (Daud Silalahi, 1996). Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan Limbah Cair yang dihasilkan dari kegiatan industri adalah bahwa Limbah Cair tersebut tidak boleh terakumulasi di alam karena dapat mengganggu siklus materi dan nutrien. Pembuangan Limbah Cair tersebut harus dibatasi pada tingkat yang tidak melebihi daya dukung lingkungan. Kondisi demikian mengindikasikan bahwa pengelolaan industri harus diintegrasikan dengan prinsip, kaidah, dan norma yang berlaku dalam pengelolaan sumber daya air, kesehatan, lingkungan sosial budaya, dan pemanfaatan teknologi. Dengan demikian, komitmen yang kuat dari pihak perusahaan (industri) pada pelaksanaan Mitigasi Fisik dan Mitigasi Sosial menjadi prasyarat untuk penerapan Pengelolaan Industri Terintegrasi, serta tentu dengan dukungan yang kuat pula dari masyarakat (stakeholders) dan pemerintah.

(22)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) Pada tahun ke 1: meneliti, mengkaji dan menyusun Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Provinsi Jawa Barat sebagai hukum yang dicita-citakan (ius constituendum) tentang pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir limbah cair industri; dan 2) Pada tahun ke 2: sosialisasi dan adaptasi penerapan Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Provinsi Jawa Barat tentang pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir limbah cair industri.

Hasil dari penelitian ini diproyeksikan bermanfaat : a) Bagi Dunia Usaha, mendapatkan jaminan kepastian hukum dan terhindar dari tuntutan masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya, serta dalam jangka waktu tertentu mempunyai kesempatan untuk mendapatkan haknya dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan hukum yang berlaku; b) Bagi Masyarakat, mendapatkan bantuan manajemen dan dana dari perusahaan dalam rangka pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat (community development); c) Bagi Pemerintah, memperoleh kajian holistik sebagai bahan menyusun peraturan daerah dalam rangka melindungi hak-hak masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelestarian lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah baik berupa pajak daerah maupun retribusi daerah; dan d) Bagi Aparatur Penegak Hukum, adanya kepastian hukum depenalisasi pemanfaatan sungai-sungai tertentu.

(23)

BAB IV

METODE PENELTIAN

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yuridis – empiris berorientasi pada kajian holistik, yang dalam prosesnya mendapat bantuan disiplin ilmu terkait, misalnya : ekonomi, sosial-budaya, politik, biologi, geologi, fisika, kimia. Alur penerapan metode pendekatan tersebut sebagai berikut :

2 . Alasan pemilihan Metode Pendekatan

Penggunaan pendekatan tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa pengkajian terhadap masalah lingkungan hidup tidak cukup hanya dengan meng-gunakan pendekatan normatif (Yuridis), melainkan memerlukan dukungan data empiris yang dalam prosesnya mendapat bantuan disiplin ilmu terkait (Non Yuridis), sehingga berkarakter penelitian Yuridis – Empiris (Daud Silalahi, 2001 : 1-20). Namun demikian, hasil akhir (out put) dari penelitian ini diformulasikan kembali sebagai sebuah hasil penelitian hukum (Yuridis).

Penggunaan pendekatan tersebut diharapkan dapat memberikan penjelasan secara holistik (utuh), sebagaimana dijelaskan oleh Suriasumantri, “Dewasa ini pengetahuan yang satu tercerai dari pengetahuan yang lainnya, ilmu terce-rai dari moral, moral tercerai dari seni, seni tercerai dari ilmu, dan seterusnya. Inilah sebenarnya sumber ketidakbahagiaan manusia modern dewasa ini, sebab pengetahuan yang tidak utuh akan membentuk manusia yang tidak utuh pula. Kerangka filsafat akan memungkinkan kita membentuk wawasan mengenai keterkaitan berbagai pengetahuan. (Jujun S. Suriasumantri, 1986 : 57).

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu sungai tertentu di Jawa Barat dan adanya konflik kepentingan antara perusahaan (industri), masyarakat, dan Pemerintah dalam pemanfaatan sungai-sungai tersebut. Penyesuaian fungsi sungai dari fungsi tradisionalnya sebagai sarana pengairan dan kebutuhan keluarga menjadi juga berfungsi sebagai sarana pembuangan akhir

HUKUM (Yuridis) BUKAN HUKUM (Non Yuridis) HUKUM (Yuridis)

(24)

Limbah Cair Industri, telah memunculkan konflik kepentingan yang berkepanjangan hingga saat ini, terutama yaitu antara perusahaan (industri) dengan masyarakat sekitar Daerah Aliran Sungai.

Masyarakat Jawa Barat memiliki kearifan tradisional yang menempatkan fungsi sungai sebagai sumber kehidupan yang tidak boleh dicemari dan dirusak, sedangkan pihak perusahaan membutuhkan sungai tersebut sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Iindustri yang efektif dan efisien. Pada satu sisi kearifan tradisional masyarakat Jawa Barat perlu dihargai, dan pada sisi yang lain kegiatan perusahaan tidak dikehendaki berhenti beroperasi. Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Industri Terintegrasi menjadi alternatif solusi yang dapat ditawarkan untuk menyelesaikan konflik kepentingan tersebut.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data yang sudah jadi (data sekunder), yaitu data hasil penelitian para peneliti sebelumnya yang dipandang relevan untuk membantu memecahkan masalah dalam penelitian ini, data hasil penelitian dibidang hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat, biologi, geologi, dan fisika, yang diperoleh melalui telaah kepustakaan, wawancara, dan survei lapangan.

Tahap berikutnya dilakukan analisis dan dalam proses tersebut dipergunakan semua unsur metodis umum seperti yang berlaku dalam penelitian bidang lingkungan hidup.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : 1) Studi kepustakaan, yang terdiri dari :

a. Meta analisis :

Meta analisis multi disipliner meliputi aspek-aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai pilar pembangunan yang berkelanjutan. Meta analisis adalah analisis hubungan antar informasi yang diperoleh sebelumnya berdasarkan hasil-hasil penelitian atau dokumen-dokumen tertulis. Hasil meta analisis digunakan untuk menunjukkan pengelompokan masalah, analisis sebab-akibat serta keterkaitannya satu dengan lainnya. Hasil meta analisis berupa masukan-masukan kajian multi disipliner diintegrasikan ke dalam bahan-bahan hukum sehingga analisis yang dilakukan dalam tahap selanjutnya menjadi lebih lengkap dan valid. Tahapan meta analisis meliputi :

(25)

unitasi data, kategorisasi data, analisis dan interpretasi, analisis lintasan informasi, dan pilihan (opsi) pemecahan masalah.

b. Meta yuridis :

Inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan pengaturan pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri. Inventarisasi hukum meliputi pengumpulan peraturan-peraturan yang masih berlaku (hukum positif), melakukan identifikasi yang kritis dan klasifikasi yang logis dan sistematis.

2) Survei (observasi) lapangan dan wawancara.

6. Keabsahan Data

Data kualitatif yang akan diperoleh tidak bersifat tunggal, namun beragam mengingat begitu banyak paradigma/teori/konsep/fakta yang dikaji. Data kualitatif sebagaimana dijelaskan di atas diperoleh melalui studi kepustakaan.

Data kualitatif itu akan bersifat dialogis, artinya satu dengan yang lain saling berkorelasi, apalagi dalam pengertian ilmu sebagai jaringan, data akan berkaitan sangat erat. Model dialogis ini juga merupakan bentuk dari pengecekan data, sehingga setiap data yang diperoleh akan dicek oleh data lainnya, data lain itu kemudian akan dicek pula oleh data lainnya pula, sehingga pengecekannya akan seperti model „triangulasi data (Valerie J. Janesick, 1994), di mana data yang satu akan dicek melalui data lainnya. Triangulasi data merupakan model pengecekan sirkuler sehingga data seakurat mungkin dapat dipertang- gungjawabkan keabsahannya. Triangulasi data sebagaimana pada prinsipnya merupakan metode yang digunakan untuk melakukan klarifikasi terhadap sejumlah data yang dikumpul- kan. Triangulasi merupakan upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang dikaji. Menurut Agus Salim, triangulasi bukan merupakan alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanya sebagai alternatif terhadap pembuktian. (Agus Salim, 2001: 6- 7) . Penggunaan triangulasi ini menjadi penting, karena dalam penelitian bidang lingkungan hidup umumnya selalu bersifat multi metode dan lintas paradigma. (M. Antonius Birowo, 2004 : 6). Sistem triangulasi data dengan model sirkuler sebagaimana dijelaskan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

(26)

Ragaan

Triangulasi Data

7. Desain Analisis Data

Analisis terhadap obyek penelitian akan dilakukan melalui analisis hukum, yang mendapat bantuan data sekunder bidang ekonomi, biologi, geologi, fisika, kimia, sosial, budaya, politik. Target dari analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Analisis hukum yang mendapat bantuan data sekunder bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, biologi, geologi, fisika, kimia, akan difokuskan pada upaya menemukan konsep hukum yang dicita-citakan (ius constituendum ) yang tepat sebagai landasan hukum konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat dalam pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri untuk mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Provinsi Jawa Barat.

b. Bantuan data sekunder bidang ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui pilihan yang paling menguntungkan dari beberapa pilihan yang ada, misalnya : 1) Sumber daya yang ada dibiarkan, tidak diolah, tidak diusahakan, dan sungai tidak terganggu ; 2) Sumber daya yang ada dieksplorasi dan dieksploitasi dengan memanfaatkan sungai untuk pembuangan akhir Limbah Cairnya, tetapi tidak diatur oleh hukum ; atau 3) Sumber daya yang ada dieksplorasi dan dieksploitasi dengan memanfaatkan sungai untuk pembuangan akhir Limbah Cair Industrinya, dan kepentingan-kepentingan pihak-pihak terkait diakomodasi- kan dan diatur dalam produk hukum berbentuk Peraturan Daerah (Perda) atau yang lebih tinggi derajatnya.

(27)

c. Bantuan data sekunder bidang biologi-geologi-fisika-kimia dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan mitigasi fisik yang mencakup program rekognisi dan kompensasi, ketika sungai dimanfaatkan untuk pembuangan akhir Limbah Cair Industri.

d. Bantuan data sekunder bidang sosial dan budaya dilakukan karena pada dasarnya pembangunan yang dilaksanakan melibatkan sejumlah manusia yang mendiami tempat tertentu, memiliki adat dan budaya (cara berfikir) tertentu, sehingga diharapkan memiliki kemampuan memahami, menghargai dan menghormati kearifan tradisional kelompok masyarakat tertentu.

e. Bantuan data sekunder bidang politik dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas lembaga politik di Jawa Barat dalam mengawal dan menjamin terlindunginya hak-hak masyarakat Jawa Barat.

Teknik analisis yang akan digunakan, diantaranya : Cost-Benefit-Analysis (CBA), yaitu teknik analisis dengan cara membandingkan antara sistem yang berlaku dengan sistem yang diajukan (Schhrecker, T.F., 1985).

Lebih jelas desain analitis dapat dilihat dalam dua ragaan di bawah ini : Ragaan Desain Analisis 1 Teori Data Konsep Baru Masalah Analisis

(28)

Ragaan Desain Analisis 2

Adapun tentang tahap penelitian yang dilakukan dijelaskan melalui bagan berikut :

Positivisme Hukum Model Penalisasi

Medel Kolaborasi Comdev & PIT

(Depenalisasi)

Kepustakaan- Dokumen

Kelemahan, Kekeliruan, dan akibat- akibat yang muncul

Diperoleh alternatif baru

Interpretasi, Komparasi dan Sintesis Analisis PRA RISET Tahap II a. Penelusuran kepustakaan mutakhir b. Sinkronisasi

Masalah, Teori & Metode Penyusunan Proposal Tahap I a. Persiapan b. Penelusuran Masalah c. Kajian Teoretis

(29)

RISET Tahap I Bulan ke 1 & 2 a. Persiapan b. Penelusuran Kepustakaan c. Pemantapan Kajian Teoretis & Metode Tahap II Bulan ke 3 & 7 Pengumpulan Data Sekunder : Telaah Pustaka/Internet, Korespondensi, Survei Tahap V Bulan ke 10 Perumusan Hasil Konstruksi Model

Kolaborasi Comdev & PIT

Tahap VI Bulan ke 11 Sosialisasi, Adaptasi &

Pelaporan Hasil Tahap VII

Bulan ke 12

Perbaikan & Penggandaan Tahap IV Bulan ke 7 & 10 Analisis Data a. Interpretasi b. Komparasi c. Sintesis

d. Matriks Hasil Analisis Tahap III

Bulan ke 3 & 7 Pengolahan Data a. Pemetaan;

b. Klasifikasi & Evaluasi c. Penyusunan Matriks Data

(30)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Industri di Jawa Barat Dalam Peta Industri Nasional 1. Kondisi Daerah

Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2005 sebesar 5,4 persen. Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 7,13 persen, masih dibawah sektor bangunan/konstruksi yang tumbuh sebesar 17,85 persen. Struktur perekonomian Jawa Barat pada tahun 2005 dilihat dari lapangan usaha (Data BPS, berdasarkan harga konstan 2000), didominasi oleh 3 (tiga) sektor unggulan dengan kontribusi pertama sektor industri non migas 41,74 persen, kedua sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,23 persen dan sektor pertanian 14,11persen. Pada tahun 2005 laju pertumbuhan industri sebesar 7,13 persen. Kontribusi terhadap PDRB terbesar didapat dari Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 18,37 persen, Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 10,17 persen, Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet 4,40 persen dan Industri Makanan, minuman dan tembakau 4,99 persen.

2. Strategi Pengembangan

Pengembangan ekonomi daerah Jawa Barat seperti tercantum dalam Rencana Stretegis dilakukan melalui pengembangan 6 core business, yaitu pengembangan (1) Sumber Daya Manusia, (2) Agribisnis, (3) Bisnis Kelautan, (4) Pariwisata, (5) Industri Manufaktur dan (6) Industri jasa lainnya. Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan peningkatan investasi di sektor-sektor unggulan (6 core business) tersebut.

2. a. Produk Unggulan

Berdasarkan hasil pembahasan dengan para pemangku kepentingan, ditetapkan produk ungulan Jawa Barat, yaitu industri kreatif dan Industri telematika. Industri kreatif yaitu industri yang bersumber dari kreativitas, keahlian, dan talenta individu yang berpeluang meningkatkan lapangan kerja melalui penciptaan dan komersialisasi kekayaan intelektual. 1) Industri Kreatif

Industri Kreatif secara sempit bisa diartikan sebagai suatu industri tersendiri yang dengan kreativitasnya menghasilkan desain-desain kreatif sebagai produk atau jasa utamanya. Secara lebih luas, Industri Kreatif bisa berarti kumpulan dari sektor-sektor

(31)

industri yang mengandalkan kreativitas sebagai modal utama dalam menghasilkan produk/jasa. Dalam konteks tersebut, Industri Desain bisa dipandang sebagai komponen inti dari suatu Industri Kreatif, yang implementasinya bisa terjadi pada beberapa sektor industri lain seperti multimedia, advertising, garment, makanan, alas kaki, dll. Jawa Barat mempunyai SDM yang kaya akan budaya, berpendidikan memadai, kreatif dan inovatif merupakan sumber kreativitas dalam Industri Kreatif, dan bisa dijadikan penggerak

pembangunan sektor industri lainnya. Sebagai pusat pendidikan, Jawa Barat dapat menarik generasi muda dari berbagai daerah sehingga bisa meningkatkan keanekaragaman dari potensi lokal (diversity and variety of local potentials), selain itu juga didukung dengan potensi lokal yang tinggi sebagai pendukung Industri Kreatif, misalnya hasil budaya Sunda, agro-industri, industri tekstil, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Permasalahannya, Industri kreatif merupakan industri baru dan belum diakui sebagai penggerak roda pembangunan. Infrastruktur yang kurang memadai juga menjadi penghambat berkembangnya industri kreatif. Permasalahan lainnya adalah kurangnya perlindungan hak cipta terhadap industri kreatif menimbulkan budaya yang tidak kreatif (budaya ikut-ikutan, negative thinking).

Sasaran dari pengembangan industri kreatif adalah menghubungkan lingkungan bisnis untuk industri kreatif produk yang unggul di pasar domestik dan mampu bersaing di pasar regional sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor dan memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan daerah. Strategi yang dilakukan dengan membangun kemampuan produk dan jasa sepanjang rantai nilai bisnis industri kreatif yang mempunyai kekuatan hak cipta melalui pemberdayaan SDM. Kerangka Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini, yaitu :

(32)

Tabel 1. Kerangka Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

(33)

Roadmap pengembangannya sebagaimana terlihat dalam Tabel 2 di bawah ini, yaitu :

No Rencana Aksi 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2

A PUSAT

1 Membangun Industri Kreatif. a. Membangun Industri Desain

b. Membangun Industri Animasi dan Game c. Membangun Industri Aplikasi komputer d. Membangun Industri Kerajinan

e. Membangun Industri Fashion

2 Menyusun kebijakan pendukung Industri Kreatif.

3 Menyediakan kemudahan bagi pelaku Industri Kreatif.

4 Mengembangkan SDM

a. Meningkatkan kemampuan SDM kreatif b. Membangun lembaga sertifikasi SDM kreatif.

5 Meningkatkan jaringan pemasaran

6 Meningkatkan kualitas dan pengembangan merk Indonesia di pasar internasional. 7 Kerjasama (aliansi) dengan pengusaha luar B DAERAH

1 Menyediakan infrastruktur untuk pengembangan industri kreatif

2 Menyusun Perda pendukung Industri Kreatif. 3 Menyediakan kemudahan bagi pelaku Industri

Kreatif.

4 Membangun jejaring bagi pelaku Industri Kreatif.

5 Meningkatkan kualitas SDM melalui workshop, pelatihan dan pendidikan.

6 Kerjasama (aliansi) dengan pengusaha luar

negeri.

Tabel 2. Roadmap Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

2) Industri Telematika

Kondisi industri Telematika saat ini di Jawa Barat telah menuju tahap perintisan seperti dengan adanya prakarsa pengembangan telematika yaitu Pemerintah Kota Cimahi melalui Cimahi Cyber City yang fokusnya kepada pengembangan software dan Cimahi Technoresidential park yang fokusnya kepada hardware. Pemerintah Kabupaten Bogor juga melakukan melalui pengembangan dengan membangun technopark seluas 30 ha yang dikerjasamakan dengan provinsi Shen Zen China. Selain itu dari pihak Perguruan Tinggi dalam hal ini ITB telah me-launching pemasyarakatan penggunaan IGOS di kampus. ITB juga bekerja sama dengan Menristek untuk mengembangkan internet perdesaan dan program Universal Service Obligation yaitu program telepon perdesaan.

(34)

Telah dibentuk yayasan BHTV yang merupakan wadah komunitas telematika di Jawa Barat.

Permasalahan dalam pengembangan industri telematika adalah belum adanya tempat bisnis yang representatif dan memadai untuk bisnis ICT, seperti fasilitas infrastruktur ICT dan fasilitas pendukung yang memadai, belum ada wadah link and match antara lembaga pendidikan pencetak SDM ICT dengan pusat riset ICT dan industri ICT, terjadinya brain drain dengan dibajaknya SDM-SDM ICT Bangsa Indonesia yang handal oleh perusahaan-perusahaan luar negeri, pengembangan industri ICT memerlukan biaya yang tidak sedikit, khususnya pada bidang riset ICT hingga ke tahap prototipe dan implementasi. Untuk masuknya investor, perlu ada payung hukum dan payung keamanan yang menjamin keterlaksanaan dan kelangsungan usaha di bidang ICT yang sarat akan modal, teknologi, dan kemampuan SDM yang tinggi.

Strategi dalam mengembangkan industri telematika adalah dengan menumbuhkan IKM-IKM industri telematika, mendorong kerjasama teknik & bisnis jangka panjang antara IKM pendukung dan pasar (terutama perbankan).

Kerangka pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat sebagaimana terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini, yaitu :

(35)

Industri Terkait

Jasa Layanan Nilai Tambah (Broadband/Internet, Multimedia). 1 1 2 2 3 3 4 5 6 7 1 1 2 2 3 4 5 6 7 8 1 1 2 2 3 3 1 1

2 Fasilitasi akses pasar dengan Industri dan Perbankan. 2 Memberikan akses keuangan bagi inkubator IT;

Lokasi : Kota Cimahi

Pasar Infrastruktur

Membangun dan mempromosikan merk lokal di pasar global. Membangun IT Technopark, inkubator bisnis, menyediakan layanan Broadband, dan sentra-sentra regional; Mengembangkan manajemen usaha di bidang teknologi IT. Sertifikasi kompetensi SDM.

Pengembangan Biro Desain. Meningkatkan kualitas dan uantitas SDM melalui pendekatan visual dan nonvisual serta pendirian inkubator dan Regional IT Centre of Excelence (RICE).

UNSUR PENUNJANG

Teknologi SDM

Mengembangkan R & D. Meningkatkan kompetensi SDM. 9 Penyusunan rencana pengembangan West Java Technopark.

Revitalisasi dan peningkatan kemampuan industri perangkat, jaringan dan aplikasi;

Menyediakan layanan jasa nilai tambah (internet dan broadband) murah; Mendorong industri animasi dan multimedia;

Mengembangkan produksi komputer harga terjangkau.

Mengembangkan aliansi strategis dengan MNCs dalam rangka pengembangan industri perangkat, jaringan dan aplikasi;

Membangun industri telematika Jawa Barat yang mampu menembus pasar global.

Mengembangkan industri pengembang software lokal untuk mengisi program pelaksanaan IGOS (Indonesia Go to Open Source);

Pengembangan kemampuan E-Business dan E-Government;

POKOK RENCANA AKSI JANGKA MENENGAH (2006-2010) POKOK RENCANA AKSI JANGKA PANJANG (2011- 2020)

Menumbuhkan IKM telematika di Jabar. Konsolidasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk pengembangan West Java Technopark.

SASARAN JANGKA MENENGAH (2008-2012) SASARAN JANGKA PANJANG (2013- 2018)

Tumbuhnya IKM telematika; Meningkatnya pertumbuhan industri telematika;

Masuknya investasi untuk hardware.

STRATEGI

Tumbuhnya industri perangkat komputer yang dapat memenuhi kebutuhan lokal maupun peluang pasar ekspor;

Tumbuhnya industri software berbasis sumber terbuka (open source). Terpenuhinya sebagian besar kebutuhan peralatan telekomunikasi nasional dari produksi dalam negeri.

Industri Inti Industri Penunjang

Industri Perangkat (Devices), jaringan aplikasi (content).

Software Aplikasi ; Peralatan Telekomunikasi; Komponen TI.

Meningkatkan nilai tambah industri telematika dengan menumbuhkan IKM-IKM industri telematika, mendorong kerjasama teknik & bisnis jangka panjang antara IKM pendukung dan pasar (terutama perbankan)

Tersedianya standar kompetensi usaha dan profesi industri telematika; Meningkatnya ekspor ke pasar regional maupun global.

Tumbuhnya lembaga sertifikasi profesi di bidang telematika; Terbentuknya West Java Technopark.

Tabel 3. Kerangka Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

(36)

Adapun roadmap pengembangannya sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 di bawah ini, yaitu :

No Rencana Aksi 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2

A. PUSAT

1 Mengembangkan aliansi strategis dengan MNCs dalam rangka pengembangan industri perangkat, jaringan dan aplikasi.

2 Mengembangkan industri pengembang software lokal untuk mengisi program pelaksanaan IGOS (Indonesia Go to Open Source).

3 Mengembangkan kemampuan E-Business dan E- Government.

4 Revitalisasi dan peningkatan kemampuan industri telematika.

5 Mendorong industri animasi dan multimedia. 7 Mengembangkan industri low-end computer 8 Mengembangkan R & D telematika.

9 Mengembangkan SDM

a. Meningkatkan kemampuan SDM telematika b. Membangun lembaga sertifikasi SDM telematika. 10 Mendirikan pusat desain produk-produk

telekomunikasi dan animasi

11 Mengembangkan jaringan pemasaran B DAERAH

1 Memperkuat kelembagaan RICE dan IBC di Jawa Barat

2 Menumbuhkan industri animasi dan multimedia. 3 Mengembangkan kemampuan E-Business dan E-

Government.

4 Mendorong tumbuhnya layanan jasa Internet kompetitif.

5 Mengembangkan komputer dengan harga murah. 6 Mengembangkan SDM

a. Meningkatkan kemampuan SDM telematika b. Membangun lembaga sertifikasi SDM telematika. 7 Membangun dan mempromosikan merk lokal di

pasar global.

8 Fasilitasi akses pasar dengan Industri dan Perbankan.

9 Pengembangan Technopark (Cimahi dan Bogor).

Tabel 4. Roadmap Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

Di Jawa Barat terdapat banyak Kawasan Industri, dapat dilihat dalam Tabel 5 di bawah ini, yaitu :

(37)

Tabel 5. Kawasan Industri di Jawa Barat Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

NO NAMA KAWASAN NAMA

PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI LOKASI LUAS RENCANA (Ha)

1 Kawasan Industri Plumbon Plumbon Bangun Sejahtera, PT

Cirebon 8 5 . 0 0 2 KI Kota Bukit Indah Besland Pertiwi, PT Purwakarta 1 . 3 0 0 . 0 0

3 KI Kujang Cikampek Kawasan Industri Kujang

Cikampek, PT

Karawang 1 4 0 . 0 0 4 Karawang International

Industrial City (Maligi)

Maligi Permata Industrial Estate, PT

Karawang 4 4 6 . 0 0 5 Kawasan Industri Indotaisei Indotaisei Indah

Development, PT

Karawang 7 0 0 . 0 0 6 Golden Industrial Park Sumber Air Mas Pratama, PT Karawang 5 0 0 . 0 0 7 Surya Cipta City Of Industry Surya Cipta Swadaya, PT Karawang 1 4 0 0 . 0 0 8 Mandala Pratama Permai Mandala Pratama Permai, PT Karawang 2 3 7 . 5 0 9 Karawang Jabar Industrial Estate Karawang Jabar Industrial

Estate, PT

Karawang 5 0 6 . 0 0 1 0 Kawasan Industri Mitra

Karawang

Mitra Karawang Jaya, PT Karawang 4 3 0 . 0 0 1 1 Kawasan Dharma Industri Kawasan Dharma Industri,

PT

Bekasi 1 8 . 0 0 1 2 Cikarang Industrial Estate

Jababeka

Kawasan Industri Jababeka, PT

Bekasi 1 5 7 0 . 0 0 1 3 Bekasi International Industrial

City

Hyundai Inti Development, PT

Bekasi 2 0 0 . 0 0 1 4 Lippo Cikarang Industrial Lippo Cikarang Tbk, PT Bekasi 1 0 0 0 . 0 0 1 5 Gobel Industrial Complex Gobel Dharma Nusantara, PT Bekasi 5 2 . 0 0 1 6 East Jakarta Industrial Park

(EJIP)

East Jakarta Industrial Park, PT

Bekasi 3 2 0 . 0 0 1 7 MM 2100 Industrial Town Megalopolis Manunggal

Industrial Development, PT

Bekasi 1 0 0 5 . 0 0 1 8 Bekasi Fajar Industrial Estate Bekasi Fajar Industrial Estate,

PT

Bekasi 2 0 0 . 0 0 1 9 KI Menara Permai Menara Permai, PT Bogor 6 0 . 0 0 2 0 Cibinong Center Industrial

Estate

Cibinong Center Industrial Estate

Bogor 1 4 0 . 0 0 2 1 Kawasan Industri Sentul Bogorindo Cemerlang, PT Bogor 1 0 0 . 0 0 2 2 Kawasan Industri Batujajar Hexamas Atanaka Persada,

PT

Bandung 3 7 . 0 0

2 3 Kawasan Industri Rancaekek Dwipapuri Abadi, PT Sumedang 2 0 0 . 0 0

Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Telah tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu :

(38)

1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri Alas Kaki.

2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri

Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu.

3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian.

4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.

5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni. 6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu (5 Klaster

Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan.

Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi :

1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Gambar

Grafik Kualitas Air Sungai Citarum Rata-rata Tahun  2008
Tabel 1.  Kerangka Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat  Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013
Tabel 3.  Kerangka Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat
Tabel 4. Roadmap Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat  Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) mengkaji gambaran desain dan manfaat normalisasi Sungai Krukut, (2) mengkaji persepsi masyarakat

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) mengkaji gambaran desain dan manfaat normalisasi Sungai Krukut, (2) mengkaji persepsi masyarakat

Pemberdayaan Usaha Kecil Budidaya PROGRAM PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP Kepala Bidang Kenelayanan Pengelolaan Penangkapan Ikan di Wilayah Sungai, Danau, Waduk, Rawa,

(2) Pemanfaatan lahan pada daerah manfaat sungai, bekas sungai dan daerah penguasaan sungai dilakukan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih lanjut melalui

Kerjasama dengan dinas terkait 6 Pemberdayaan masyarakat di daerah potensi panas bumni melalui teknologi pemanfaatan secara langsung potensi panas bumi yang ada

Menyusun rencana kerja Seksi Pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial dan Kelembagaan Sosial berdasarkan Renstra, data dan informasi yang ada serta

Pembangunan Permukiman Rumah khusus Relokasi Masyarakat Kawasan Rawan Bencana (Masyarakat Hunian Kumuh.. ilegal, Bantaran Sungai

Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan merupakan salah satu kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan pada tahun 2010-2014, oleh karena itu melalui APBN tahun 2011 (pemanfaatan