ISSN : 2527 – 5836 (print) | 2528 – 0074 (online)
Implementasi Metode Scrum Dalam Pengembangan Test
Engine Try Out Sertifikasi
Siti Saudah (1), Nia Oktaviani (2), Muhammad Bunyamin (3)
1,2,3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer Jl. Ahmad Yani No 3 Seberang Ulu I Palembang, 30264
e-mail : (1)[email protected], (2) [email protected] (3) [email protected]
Abstract
Bina Darma University is one of higher education under the auspices of the Region II Higher Education Service Institute committed to producing graduates who have competence. One tangible form that can see from the activities carried out through the Faculty of Computer Science is the capacity-building and capabilities of prospective graduates through the certification program. Available certifications are competency certifications from world-renowned vendors that have licenses to issue certifications. But the problem that occurs is the failure caused by the unfamiliarity of participants in seeing the types of issues to be faced. Even though if it is seen to take a vendor certification exam, it will cost a lot of money and time is not small. For that reason, in this research, an alternative solution was made, namely by making a test engine try out certification. In the process of developing a test engine, the Scrum method is used, which focuses on speed in development. the results of the event show that the test engine produced can function properly and can be used as a try out the tool before conducting a certification exam.
Keywords : Scrum, Test Engine, Competency Certification Abstrak
Universitas Bina Darma merupakan salah satu penyelenggara pendidikan tinggi di bawah naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi. Salah satu wujud nyata yaitu dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan melalui Fakultas Ilmu Komputer yaitu kegiatan peningkatan kapasitas dan kapabilitas calon lulusan melalui program sertifikasi. Sertifikasi yang tersedia merupakan sertifikasi kompetensi dari vendor ternama dunia yang memiliki lisensi untuk mengeluarkan sertifikasi. Namun permasalah yang terjadi yaitu kegagalan yang disebabkan kurang terbiasanya peserta dalam melihat jenis soal-soal yang akan dihadapi. Padahal jika dilihat untuk mengikuti ujian sertifikasi vendor membutuhkan biaya yang mahal serta waktu yang tidak sedikit. Untuk itu didalam peneltian ini dilakukan upaya alternative solusi yaitu dengan dibuat test engine try out sertifikasi. Dalam proses pengembangan test engine digunakan metode Scrum yang berfokus pada kecepatan dalam pengembangan. hasil pengembangan menunjukkan bahwa test engine yang dihasilkan dapat berfungsi dengan baik serta dapat dijadikan sebagai alat try out sebelum dilakukannya ujian sertifikasi.
Kata Kunci : Scrum, Test Engine, Sertifikasi Kompetensi 1. PENDAHULUAN
Setiap lulusan dari pendidikan tinggi haruslah memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang studinya. Untuk itu setiap pendidikan tinggi berusaha untuk menghadirkan beragam cara agar terciptanya lulusan yang mempuni agar memiliki kompetensi yang memadai. Beragam cara dapat dilakukan baik itu diselenggarakannya kegiatan workshop, training atau bahkah sertifikasi kompensi berskala nasional maupun internasional. Selain kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan yang melekat pada dirinya hal yang tak kala penting adalah dokumen pembuktian bagi seseorang lulusan pergurian tinggi yaitu serfifikat kompetensi. Dokumen pendukung kompeternsi diperlukan bagi seseorang lulusan perguruan tinggi sebagai penguatan atau bukti selain dari surat keterangan pendamping ijazah. Untuk mendorong terciptanya lulusan yang berkompeten perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi telah diatur sedemikian rupa oleh pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia salah satunya melalui instrument akreditasi. Akreditasi merupakan proses validasi dan verifikasi penyelenggata pendidikan tinggi untuk melihat output dan outcome yang dihasilkan.
Universitas Bina Darma merupakan salah satu penyelenggara pendidikan tinggi di bawah naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi. Salah satu wujud nyata yaitu dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan melalui Fakultas Ilmu Komputer yaitu kegiatan peningkatan kapasitas dan kapabilitas calon lulusan melalui program sertifikasi. Sertifikasi yang diselenggarakan diantaranya adalah Microsoft Technology Associate, SAP, NIIT, PASAS, CISCO, dan berbagai sertifikasi laiinya. Semua sertifikasi yang tersedia merupakan sertifikasi kompetensi dari vendor ternama dunia yang memiliki lisensi untuk mengeluarkan sertifikasi. Dalam proses penyelenggaraan sertifikasi tersebut dilakukan berbagai upaya seperti memasukkan materi sertifikasi pata matakuliah, training, botcamp, uji coba (try out) sebelum ujian sertifikasi dilakukan. Usaha tersebut merupakan proses untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang mempuni. Untuk mendapatkan sertifikasi dari vendor tersebut sering kali calon lulusan yang mengikuti mengalami kegagalan. Kegagal yang terjadi disebabkan kurang terbiasanya dalam melihat jenis soal-soal yang akan dihadapi. Padahal jika dilihat untuk mengikuti ujian sertifikasi vendor membutuhkan biaya yang mahal. Selain itu juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit sebagai bahan persiapan untuk mengikuti ujian tersebut. Sesuai kondisi tersebut maka pihak pengelola ujian sertifikasi sebagai upaya peningkatan kompetensi perlu untuk membuat sebuah mekanisme agar calon peserta ujian sudah terbiasa dan sekaligus memahami jenis dan tipe soal ketika pelaksanaan ujian sertifikasi. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan yaitu dibuatnya sebuah test engine yang digunakan oleh calon peserta untuk melakukan try out atau uji coba sebelum pelaksanaan ujian sertifikasi yang sebenarnya dimulai. Dengan adanya test engine untuk melakukan try out tersebut maka tingkat kegagalan peserta dalam ujian sertifikasi dapat dikurangi atau bahkan tidak ada. Pada akhirnya lulusan yang dihasilkan memiliki sertifikat kompetensi seabgai bentuk nyata pembuktian kemampuan alumni yang dihasilkan.
Sebagai upaya penyedian test engine yang digunakan untuk try out maka dalam proses pengembangannya digunakan metode pengembangan. Metode pengembangan terdapat berbagai jenis dan tipe baik metode classic ataupun modern. Metode pengembangan classic diantaranya waterfall, spiral, rapid application development, dan prototyping. Namun saat ini metode pengembangan yang sering digunakan adalah metode pengembangan moderen seperti metode pengembangan agile (agile methologogy). Dalam proses pengembangan modern dengan agile terdapat berbagai jenis metode yang dapat dipilih seabgai metode pengembangan yaitu: (1) extreme programming, (2) adaptive software development, (3) agile modelling, (4) feature driven development, (5) dynamic system sevelopment methodology, (6) crystal, dan (7) Scrum (Ibrahim, 2012). Kecepatan dalam proses pengembangan menjadi isu tersendiri dalam proses pengembangan. Dimana dari agile methodology proses pengembangan yang dapat dilakukan dengan cepat terdapat pada metode Scrum (Schön, Escalona, & Thomaschewski, 2015). Dengen demikian maka dalam menyediakan test engine try out digunakan Scrum sebagai metode pengembangan.
Proses pengembangan menggunakan metode Scrum terdapat lima tahapan pengembangan yaitu: (1) backlog refinement, (2) sprint planning, (3) daily meeting, (4) reviews, dan (5) sprint retrospective. Kelima proses pengembangan tersebut mengikuti tiga prinsip Scrum yaitu: product owner (PO), Scrum master (SM), dan cross functional (Alqudah & Razali, 2016). Metode Scrum dalam proses pengerjaan sebuah proyek mengedepankan sprint, dimana kondisi ini telah terjadi ketika pertama kali Metode Scrum digunakan dalam proses pengembangan pata tahun 1990 (Robiansyah & Salma, 2017). Sprint didaman metode Scrum adalah proses pengerjaan pada tiap tahapan. Dimana proses pengerjaan di dalam sprint Scrum membutuhkan waktu yang sama untuk masing-masing sprit yaitu lebih kurang tiga puluh hari pengerjaan. Sedangkan jenis dari sprint yang dilakukan pada proses pengerjaan Scrum terdiri dari (1) sprint planning, (2) daily scrum, (3) sprint review, dan (4) sprint retrospective (Schwaber & Sutherland, 2012). Scrum juga memiliki kelebihan selain dari kecepatan, kelebihan tersebut yaitu dalam proses pengembangan selalu dilakukan pengecekan dan perubahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan teknologi yang digunakan (Ependi, 2018). Keuntungan lain dengan metode Scrum yaitu dalam proses pengembangan dan pengujian sebuah proyek dapat dibuat berdasarkan modul sehingga fokus pengembangan dapat dilakukan (Meiliana, Bryan, Joshua, & Raymond, 2014).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode pengembangan Scrum dengan proses pelaksanaan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Scrum adalah salah satu metode pengembangan turunan dari Agile Development. Dalam proses pengembangan terdapat kunci praktek (key practices) yang terdiri dari lima kunci. Kunci-kunci tersebut yaitu: (1) berpegang pada agenda jadwal, (2) bekerja konsisten sesuai sprint, (3) product backlog meruapakan tanda dalam pekerjaan, (4) produk backlog dasar melakukan sprint dan tim harus memutuskan produk dapat dikembangkan atau tidak, (5) SCRUM master bertanggung jawab menerima hasil sprint, (6) mengadakan meeting setiap hari kerja, dan (7) berfokus pada sprint, meeting, review dan project timeline (Kenett & Baker, 2010).
Gambar 1. Proses Pengembangan Scrum A. Product backlog
Product backlog merupakan proses pengumpulan kebutuhan yang lakukan melalui pembuatan daftar kebutuhan. Selain dari daftar kebutuhan pada proses product backlog juga dibuat daftar (Subekti, Lukman, Indrawan, & Putra, 2014). Proses pengerjaan yang dilakukan pada tahapan product backlog yaitu melakukan anaslis terhadap kebutuhan test engine yang akan dikembangkan. Mengingat test engine ini akan digunakan oleh pihak fakultas Ilmu Komputer yang menaungi dua program studi yaitu program studi teknik informatika dan program studi sistem informasi maka kebutuhannyapun harus diakormodir dan disamakan dalam satu test engine. Proses pengumpulan kebutuhan tersebut dilakukan kepada pihak terkait yaitu pihak pengelolah sertifikasi yang ada di fakultas serta perwakilan program studi.
B. Sprint backlog
Sprint backlog adalah proses pemenuhan kebutuhan sesuai dengan yang diingkan pada proses product backlog yang telah ditentukan (Dafitri & Elsera, 2017). Dari hasil analisis yang telah didapat maka kebutuhan test engine dapat diketahui maka test engine yang dibuat dengan tujuan utama yaitu memfasilitas calon alumni dalam hal ini calon peserta ujian sertifikasi untuk melakukan try out (uji coba) soal-soal atau kisi-kisi sebelum dilakukannya ujian sertifikasi. Test engine yang dihasilkan diharapkan dapat melakukan (1) pendataan calon peserta ujian sertifikasi, (2) pengelolaan bank soal, (3) pengelolaan kelas try out, (4) pembuatan jadwal try out, (5) pelaksanaan try out, (6) koreksi atau hasil dari try out, dan (7) laporan nilai hasil try out.
C. Sprint,
Sprint merupakan proses dimana dilakukannya pemaparan hasil produk dalam bentuk prototype kepada pihak terkait dalam proses sertifikasi. Pihak terkait tersebut yaitu pengelola sertifikasi dan perwakilan program studi dilingkungan fakultas ilmu computer Universitas Bina Darma. Selain memaparkan terkait dengen produk prototype juga dilakukan pemaparkan berkaitan dengan hal teknis terkait peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan test engine.
D. Working Increment of the software
dengan hasil sprint (prototype). Dalam proses pengembangan pada fase ini dilakukan penyesuaian kebutuhan dengan cara melakukan pertemuan untuk memberikan penyajian kepada pihak terkait yaitu pengelolah sertifikasi dan perwakilan program studi untuk mendapatkan masukkan. Setelah masukkan didapat maka selanjutnya dilakukan perbaikan dan kemudian dilakuka penyajian kembali kepada pihak terkait. Proes tersebut dilakukan berulang-ulang sampai dengan produk test engine dianggap telah memenuhi kebutuhan untuk melaksanakan try out untuk mengikuti ujian sertifikasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan langkah-langkah atau proses pengembangan berdasrakan metode Scrum seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 maka hasil dari proses pengembangan dapat dijelaskan sebagai berikut.
3.1 Alur Proses Pelaksanaan Try Out pada Test Engine
Alur proses pelaksanaan try out merupakan alur bagaimana proses berjalannya pelaksanaan try out pada test enggine yang dihasilkan. Pada Gambar 2 dapat dilihat alur proses pelaksanaan try out tersebut. mulai berhasil Mendaftarkan diri sebagai peserta try out Yes No Melakukan login sebagai peserta Melaksanakan try out Mendapatk an hasil try out Selesai
Gambar 2. Alur Proses Pelaksanaan Try Out Pesera
Alur proses pelaksanaan try out pada Gambar 2 merupakan proses pelaksanaan yang dilakukan oleh peserta. Sesuai yang diperlihatkan pada Gambar 2 bahwa proses pelaksanaan try out
dilakukan dengan cara melakukan login dan kemudian barula pelaksanaan try out dapat dilakukan. Namun jika peserta belum terdaptar maka harusla melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Setelah peserta melakukan try out maka otomatis nilai hasil try out diperlihatkan kepada peserta dan menjadi bahan evaluasi bagi peserta untuk mengikuti ujian sertifikasi.
3.2 Akses Pengguna Test Engine
Akses pengguna pada test engine try out sertifikasi yang dihasilkan terdapat dua jenis pengguna yaitu peserta try out dan administrator test engine itu sendiri. Pada Gambar 3 dapat dilihat merupakan akses pengguna untuk test engine try out sertifikasi yang dihasilkan.
administrator peserta mengelola bank soal mengelola data matkul sertifikasi <<extend>> mengelola data kelas
Mengikuti try oyt mengelola data
waktu ujian
mengelola data peserta
mengelola data jadwal try out
melihat hasil try out <<include>> <<extend>> <<include>> <<include>> <<include>> <<include>>
Gambar 3. Use Case Diagram Akses Pengguna
Dari Gambar 3 dapat dilihat kedua akses pengguna memiliki keterhubungan satu sama lain. Dimana pengguna dengan akses peserta dapat melakukan atau mengikuti try out syarat harus dilakukan penjadwalan terlebih dahulu oleh administrator. Selain itu juga peserta untuk dapat mengikuti try out harula terdaptar sebagai peserta dan dikelompokkan ke dalam sebuah kelas try out. Peserta juga dalam mengikuti try out harus mendapatkan soal dan waktu atau durasi try out sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat oleh administrator. Pada Gambar 4 dapat dilihat halaman akses administrator pada test engine try out.
Gambar 4. Halaman Akses Administrator
Sesuai dengan akses pengguna seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3 dan hasil implementasi untuk akses administrator pada Gambar 4 maka dapat dijelaskan fitur atau aktivitas
yang dapat dilakukan administrtor tersebut. Fitur yang dihasilkan diantanya adalah pengelolaan bank soal untuk sebagai instrumen ketika melakukan try out untuk pelaksanaan sertifikasi. Bank soal yang dimasukkan merupakan bank soal yang berasal dari materi pembelajaran dan soal-soal yang didapat dari vendor sebagai contoh soal-soal. Selain itu juga terdapat soal-soal-soal-soal yang terdapat pada buku materi sertifikasi yang disediakan ketika melakukan workshop, training ataupun botcamp. Pada Gambar 5 dapat dilihat proses pengelolaan bank soal pada test engine try out serifikasi yang dihasilkan.
Gambar 5. Pengelolaan Bank Soal Try Out
Selain pengelolaan bank soal seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5 hal yang tak kala pentingnya adalah pengelolaan jadwal try out sertifikasil. Untuk melakukan penjadwalan terdapat tahapan yang perlu dilakukan yaitu pembuatan kelas, penambahan peserta didalam kelas, waktu atau durasi try out dan baru pembuatan jadwal try out. Dalam proses pembuatan try out terdapat dua cara yang dapat dilakukan pertama dapat dilakukan berdasarkan kelas peserta dan matakuliah (sertifikasi) dan kedua berdasrkan peserta dan matakuliah (sertifikasi). Pada Gambar 6 dapat dilihat hasil penjadwalan yang dibuat pada test engine try out sertifikasi baik bedasarkan kelas dan matakuliah mapun peserta dan matakuliah.
Gambar 6. Hasil Penjadwalan Try Out
Setelah proses penjadwalan try out dilakukan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7 maka barulah peserta dapat melakukan try out pada login peserta. Untuk melakukan try out tersebut
peserta harusla melakukan login kedalam test engine dengan username dan password yang telah ditentukan. Ketika peserta telah melakukan login maka terdapat beberapa menu yang dapat akses diantanya adalah ujian sertifikas (try out) dan pengguna. Ujian sertifikasi merupakan menu untuk melakukan try out yang berisikan try out dan hasil try out. Sedangkan pengguna berisikan profil dan ubah password peserta. Pada Gambar 7 dapat dilihat merupakan halaman sebelum try out dimulai.
Gambar 7. Halaman Konfirmasi Try Out
Tampilan halaman konfirmasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7 merupakan proses verifikasi atau konfirmasi yang perlu peserta lakukan. Kondisi tersebut dilakukan agar peserta melakukan try out untuk materi yang benar-benar ia pelajari untuk mengikuti ujian sertifikasi verdor (kompetensi). Setelah peserta mengamati dan membaca petunjuk try out maka peserta dapat mengklik link mulai ujian (try out) sesuai materi yang ia inginkan. Pada Gambar 8 dapat dilihat proses try out yang sedang berlangsung setelah peserta mengklik mulai ujian (try out). Dalam proses try out terdapat jumlah soal dan waktu pengerjaan try out, untuk menentukan kedua hal tersebut dilakukan pada administrator test engine. Selain kedua hal tersebut terdapat kondisi yang mempengaruhi hasil try out yaitu bobot soal. Bobot soal merupakan besaran bobot untuk masing-masing soal, dimana di dalam test engine try out ini setiap sial memungkinkan untuk memiliki bobot yang berbeda. Sehingga ketika peserta melakukan try out hal yang perlu diperhatikan juga adalah bobot soal. Pembobotan soal dibuat berdasarkan soal sertifikasi yang diujikan oleh vendor yang biasanya memiliki bobot yang berbeda walaupun tidak ditampilkan pada interface ketika peserta melakukan ujian.
Gambar 8. Proses Try Out 3.3 Pengujian Test Engine
Pengujian test engine merupakan bentuk kepastian apakah test engine benar-benar berfungis atau tidak. Untuk itu dilakukan pengujian dengan teknik black box. Pengujian dengan teknik ini dilakukan untuk melihat fungsional test engine apakah berfungsi atau tidak. Pada Tabel 1 berikut dapat dilihat hasil pengujian yang dilakukan dengan teknik black box.
Objek Uji
Pengamatan
Teknik Uji Hasil Pengamatan
Pengelolaan
Kelas
Black box
Berfungsi
(
Accepted
)
Pengelolaan
Matakuliah
(Sertifikasi)
Black box
Berfungsi
(
Accepted
)
Pengelolaan
Waktu Ujian
(
Try Out
)
Black box
Berfungsi
(
Accepted
)
Pengelolaan
Peserta
Black box
Berfungsi
(
Accepted
)
Pengelolaan
Bank Soal
Black box
Berfungsi
(
Accepted
)
Pengelolaan
Jadwal
Try
Out
Black box
Berfungsi
(
Accepted
)
Sesuai dengan uraian yang telah disampaikan dan dikemukakan sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan implementasi metode Scrum dalam pengembangan test engine try out sertifikasi yang dibuat untuk Fakultas Ilmu Komputer Universtias Bina Darma sebagai upaya pemenuhan kebutuhan peningkatan kompetensi calon alumni yaitu sebagai berikut: (1) test engine yang dihasilkan dapat menjadi salah satu alternative solusi bagi calon alumni dalam menghadapi ujian sertifikasi vendor yang rutin dilakukan pada Fakultas Ilmu Kompuer Universtias Bina Darma. (2) test engine yang dihasilkan menunjukkan dapat melakukan try out (uji coba) dalam menghadapi ujian serfikasi verdor dan berfungsi dengan baik sehingga layak untuk dijadikan alat bantu dalam menghadapi ujian sertifikasi yang akan dilakukan. (3) test engine yang dihasilkan telah dikembangkan sesuai dengan alur proses pengembangan dengan metode Scrum dan dinyatakan berfungsi dengan baik yang dibuktikan dari hasil pengujian menggunakan teknik black box.
DAFTAR PUSTAKA
Alqudah, M., & Razali, R. (2016). A review of scaling agile methods in large software development. International Journal on Advanced Science, Engineering Information Technology, 6(6), 828-837.
Dafitri, H., & Elsera, M. (2017). Rancang Bangun Sistem Informasi Akademik Berbasis Web (studi kasus: SMA Swasta Harapan I Medan). Query: Journal of Information Systems, 1(2). Ependi, U. (2018). Implementasi Model Scrum pada Sistem Informasi Seleksi Masuk Mahasiswa
Politeknik Pariwisata Palembang. Jurnal Informatika: Jurnal Pengembangan IT, 3(1), 49-55.
Ibrahim, N. (2012). An Overview of Agile Software Development Methodology and Its Relevance to Software Engineering. Jurnal Sistem Informasi, 2(1).
Kenett, R. S., & Baker, E. (2010). Process improvement and CMMI for systems and software: Auerbach Publications.
Meiliana, M., Bryan, B., Joshua, F., & Raymond, R. (2014). Pengembangan Sistem Manajemen dan Analisis Key Performance Indicator “Smart Kpi” Berbasis Web. ComTech: Computer, Mathematics Engineering Applications, 5(2), 1119-1126.
Robiansyah, H., & Salma, L. (2017). Sistem Informasi Mahasiswa Asing. MATICS : Jurnal Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, 9(1), 23-26.
Schön, E.-M., Escalona, M. J., & Thomaschewski, J. (2015). Agile values and their implementation in practice. International Journal of Interactive Multimedia and Artificial Intelligence, 3(5), 61-66.
Schwaber, K., & Sutherland, J. (2012). Software in 30 days: how agile managers beat the odds, delight their customers, and leave competitors in the dust: John Wiley & Sons.
Subekti, M., Lukman, L., Indrawan, D., & Putra, G. (2014). Perancangan Case Tools untuk Diagram Use Case, Activity, dan Class untuk Permodelan Uml Berbasis Web Menggunakan HTML5 dan PHP. ComTech: Computer, Mathematics Engineering Applications, 5(2), 625-635.