• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Kaisa Terhadap Motivasi Anak Menghafal Al-Qur'an di TK Islam Athirah 2 Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Metode Kaisa Terhadap Motivasi Anak Menghafal Al-Qur'an di TK Islam Athirah 2 Makassar"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh :

B A H R I A N I

NIM: 20100112114

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ا ﻰﻠﻋ مﻼّﺴﻟاو ةﻼّﺼﻟاو ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟا ّبر ﷲ ﺪﻤﺤﻟا ﺷ

ﮫﺑﺎﺤﺻاو ﮫﻟا ﻰﻠﻋو ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻧ ﺪﯿﺳ ﻦﯿﻠﺳﺮﻤﻟاو ءﺎﯿﺒﻧﻻا فﺮ

.ﻦﯿﻌﻤﺟا Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, Yang Maha Memiliki, Maha Menguasai, serta Yang Maha Menjaga dan Maha Memberi Ilmu. Dengan Maha Rahman-Nya, Allah memberikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan, dan dengan Rahim-Nya, Allah memberikan banyak nikmat yang tak terkira.

Salawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan Nabiullah Muhammad saw., Nabi yang merupakan sang revolusioner bagi segenap alam, nabi yang merupakan suri tauladan bagi umatnya dan nabi terakhir yang menjadi penutup segala risalah agama tauhid, menjadi pedoman hidup sebagai risalah kebenaran sampai akhir zaman.

Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segenap kemampuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Metode Kaisa Terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar”, namun peneliti menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian hingga pelaporan hasil penelitian terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang di hadapi. Berkat ridha dari Allah swt., dan bimbingan berbagai pihak maka segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat tulisan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang turut membantu baik secara moril maupun material dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

vi

membesarkan, mendidik dan tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk keberhasilan dan kebahagiaan peneliti. Serta kepada saudara-saudara dan sahabat-sahabat saya yang tercinta yang selalu memberikan semangat kepada peneliti. Begitu pula, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makasar beserta Wakil Rektor I Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A., Wakil Rektor III Prof. Siti Aisyah, M.A., Ph.D., dan Wakil Rektor IV Prof. Hamdan Johanis, M.A., Ph.D. yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I Dr. Muljono Damopolii, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si., dan Wakil Dekan III Dr. Syaharuddin, M.Pd., yang telah membina peneliti selama kuliah.

3. H. Erwin Hafid, Lc., M.Th.I., M.Ed., dan Usman, S.Pd.I., M.Pd., selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah. 4. Drs. H. Chaeruddin. B. M.Pd.I., dan Dr. Saprin, M.Pd.I., selaku pembimbing I

(7)

vii

untuk tetap semangat menyelesaikan penelitian ini mulai sejak beliau menjabat sebagai sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam hingga sekarang.

6. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada peneliti selama masa studi.

7. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan berbagai literatur dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini. 8. Kepala perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan segenap staf yang

telah menyiapkan berbagai literatur dan membarikan kemudahan untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal demi menyelesaikan skripsi ini. 9. Direktur Sekolah Islam Athirah, Drs. Edi Sutarto, M.Pd., dan Kepala TK

Islam Athirah 2 Makassar, Nurwahidah, A.Ma., S.P. yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian di TK Islam Athirah Makassar.

10. Ustadz dan Ustadzah beserta para peserta didik di TK Islam Athirah 2 Makassar yang membantu peneliti dalam mendapatkan informasi dan data yang terkait dengan penelitian ini.

(8)

viii

membantu serta mengarahkan peneliti selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

12. Saudaraku tercinta Haeruddin, Nurdin, Rosmawati, Sabri, dan Nurnilam Sari, yang telah banyak membantu peneliti dan memenuhi kebutuhan peneliti baik dari segi moril maupun materi.

13. Keluarga Besar dari ayahanda dan ibunda yang senangtiasa setia dan sedia meringankan beban setiap kali peneliti menghadapi suatu masalah serta selalu memberikan motivasi kepada peneliti.

14. Sahabat tercinta yang telah menjadi Saudara setia peneliti Alfirah Srihardianti, yang telah banyak membantu peneliti dan mendukung serta mengarahkan peneliti setiap melakukan kesalahan.

15. Sahabat-sahabatku tercinta dan seperjuangan, Hasfiana, Irmayanti, Rezky Imansari Murwati, Andhiyani Muhadi, Bahrun Nur, Furqon Saefuddin, Irfan, taqwan, Awaluddin, Firmansyah Al-Arif, Warda, Sumarni dan lainnya yang telah memberikan motivasi dan semangat peneliti dengan gayanya yang kocak serta selalu setia mengarahkan setiap kali peneliti terjatuh dari awal penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini. Semoga kampus ini bukanlah akhir untuk kita saling bersua kembali.

16. Sahabat-sahabat yang juga selalu setia Siti Nurhayati, Ria Mardiah, dan Armianti yang senantiasa menemani walaupun peneliti telah banyak mengalami perubahan.

(9)

ix

yang telah menjadi penggugah dan pemberi motivasi hingga penelitian skripsi ini selesai.

19. Sahabat-sahabat Forum Lingkar Pena (FLP) ranting UIN Alauddin Makassar, kakanda dan ayunda Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Sesulawesi Selatan, sahabat-sahabat Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Al-Uswah yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman kepada penulis selama berada di bangku perkuliahan.

20. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada peneliti selama kuliah hingga penelitian skripsi ini selesai.

Akhirnya hanya kepada Allah swt. jualah peneliti serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu peneliti mendapat pahala di sisi Allah swt, serta semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi peneliti sendiri.

Makassar, 26 Agustus 2016 Peneliti

Bahriani

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Hipotesis ... 10

D. Definisi Operasional Variabel dan Ruang Lingkup... 10

E. Kajian Pustaka... 12

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Metode Kaisa ... 17

B. Motivasi Anak Menghafal Alquran ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 30

B. Pendekatan Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Metode Pengumpulan Data... 34

E. Instrument Penelitian ... 35

F. Validasi dan reliabilitasi Instrumen ... 38

G. Pengolahan dan Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Selayang Pandang TK Islam Athirah 2 Makassar... 45

B. Deskripsi Hasil Penelitian Penerapan metode Kaisa dalam menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar ... 56 C. Deskripsi hasil penelitian tentang Motivasi anak menghafal

(11)

xi A. Kesimpulan ... 100 B. Implikasi Penelitian ... 101 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

3. Data peserta didik di TK Islam Athirah 2 Makassar ... 51

4. Daftar nama-nama peserta didik yang mengikuti metode Kaisa selama setahun ... 52

5. Tabel metode Kaisa merupakan perpaduan dari berbagai gerakan... 58

6. Tabel metode Kaisa mempermudah dalam menghafal Alquran... 59

7. Tabel metode Kaisa berdampak pada perubahan tingkah laku... 59

8. Tabel sebelum penerapan metode Kaisa dibutuhkan pemahaman awal ... 60

9. Tabel metode Kaisa mampu menarik perhatian peserta didik ... 61

10. Tabel metode Kaisa memberikan gerakan yang sesuai dengan arti ayat Alquran... 61

11. Tabel metode Kaisa yang sesuai arti ayat Alquran dan artinya memberikan kemudahan bagi peserta didik... 62

12. Tabel metode Kaisa yang terkenal metode kinestetik, menyesuaikan antara gerakan dan arti ayat Alquran ... 63

13. Tabel penerapan metode Kaisa tidak menghilangkan unsure islami dengan gerakannya... 63

14. Tabel penerapan metode Kaisa juga menyesuaikan dengan tartil bacaan Alquran... 64

15. Tabel penyesuaian antara gerakan dan tartil bacaan Alquran memberikan kemudahan bagi peserta didik... 65

(13)

xiii

Alquran... 66 18. Tabel Setiap gerakan metode Kaisa akan disesuaikan dengan tartil

bacaan Alquran ... 67 19. Tabel Penggunaan taril bacaan Alquran yang disesuaikan dengan

gerakan memberikan kesulitan kepada peserta didik dalam menghafal

Alquran... 67 20. Tabel penerapan metode Kaisa yang disesuaikan dengan tartil bacaan

Alquran memberikan perubahan tingkah laku ... 68 21. Tabel perubahan tingkah laku peserta didik dapat dilihat dari

keinginannya untuk tampil menghafal Alquran di depan kelas... 69 22. Tabel Metode Kaisa memberikan dorongan yang kuat bagi peserta didik

untuk menghafal Alquran... 69 23. Hasil angket metode Kaisa di TK Islam Athirah 2 makassar ... 70 24. Tabel kerja distribusi frekuensi penerapan metode Kaisa di TK Islam

Athirah 2 Makassar ... 71 25. Tabel menghafal Adalah menghasilkan manusia cerdas dan berkualitas

serta berakhlak mulia dan senantiasa mengamalkan Alquran adalah hal

yang paling diinginkan oleh setiap pendidik ... 77 26. Tabel peserta didik juga merasakan dan menikmati keberhasilan dari

mengahafal Alquran... 78 27. Tabel pemberian dorongan sebelum memasuki pembelajaran ... 78

(14)

xiv

30. Tabel pendidik sangat senang ketika melihat peserta didiknya

berprestasi dalam dunia Alquran... 80 31. Tabel orangtua peserta didik memberikan anaknya ke pihak sekolah

dengan harapan agar anaknya mampu mandiri, berakhlak mulia, dan

menghafal Alquran... 81 32. Tabel pendidik selalu memberikan penghargaan kepada peserta didik

yang mampu menghafal lebih cepat... 82 33. Tabel pemberian hadiah mampu memotivasi peserta didik untuk lebih

giat menghafal Alquran... 83 34. Tabel respon peserta didik terhadap hadiah yang diberikan sangat

senang... 83 35. Tabel pendidik selalu memberikan kegiatan yang menarik yang dapat

meningkatkan motivasi peserta didik dalam menghafal Alquran... 84 36. Tabel kegiatan tersebut dapat menambah ketertarikan peserta didik

untuk lebih mengahafal dan menguasai Alquran... 85 37. Tabel ruangan tempat berlangsungnya proses pembelajaran ditata

dengan baik ... 85 38. Tabel ruangan yang mampu menarik perhatian... 86 39. Tabel pendidik selalu memperhatikan masalah kebersihan lingkungan... 87 40. Tabel sarana-sarana yang lengkap ... 87 41. Tabel kondisi ruangan yang sangat jauh dari kebisingan ... 88

(15)

xv

44. Tabel kerja distribusi frekuensi motivasi anak menghafal Alquran di TK

Islam Athirah 2 Makassar ... 91 45. Hasil Instrumen wawancara langsung secara mendalam kepada peserta

didik terhadap Motivasi menghafal Alquran dengan menggunakan

metode Kaisa... 94 46. Tabel penolong analisis regresi pengaruh metode Kaisa terhadap

(16)

xvi

Judul : Pengaruh Metode Kaisa Terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran Di TK Islam Athirah 2 Makassar

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Metode Kaisa Terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran Di Tk Islam Athirah 2 Makassar” dengan rumusan masalah yaitu: 1) bagaimana penggunan metode Kaisa dalam menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar; 2) bagaimana motivasi anak menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar; 3) apakah ada pengaruh penggunaan metode Kaisa terhadap motivasi anak menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar.

Populasi berjumlah 15 orang pendidik, peserta didik yang berjumlah 46 orang serta orangtua peserta didik yang berjumlah 46 orang. Pengambilan sampel teknik proposive sampling (sample bertujuan) terhadap pendidik yang telah menerapkan metode Kaisa berjumlah 12 orang dan peserta didik yang telah mengikuti kelas tahfis dengan menggunakan metode Kaisa untuk menghafal Alquran selama satu tahun. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah lembar observasi dan angket. Pengelolaan data dilakukan dengan analisis regresi linear sederhana.

Hasil analisi data diperoleh kesimpulan, bahwa: 1) skor relatan Penerapan Metode Kaisa dalam Menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar, sebesar 59,83 dengan kategori sangat setuju, 2) penepatan motivasi anak menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar, sebesar 61,33 dengan kategori sangat setuju.

Adapun hasil analisis pada pengujian statistik inferensial yaitu uji t diperoleh hasil uji hipotesis bahwa t0 = 0,5006 dan ttabel = 1.812, dimana t0 (hitung) < ttabel, maka diterima ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan metode Kaisa terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar.

Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa metode Kaisa tidak dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi anak menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar, karena hasil yang diperoleh tak signifikansi. Namun berdasarkan hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa ada pengaruh metode kaisa terhadap motivasi menghafal Alquran.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha interaksi manusia ( Human Interaction ) antara Pendidik dengan peserta didik yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientas pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia. Dalam artian Pendidikan merupakan suatu hubungan pribadi antara pendidik dan peserta didik yang didalamnya mengandung tujuan untuk mengubah kearah yang lebih baik, baik itu dari segi kognitif, afeksi, maupun psikomotorik peserta didik.

Pendidikan bukan hanya terletak pada konteks pendidik atau pengajar yang mengajar di suatu lembaga, tetapi pendidik adalah siapa pun yang memiliki kemampuan dalam mengubah kepribadian peserta didik kearah yang lebih baik, baik itu orangtua maupun guru-guru di sekolah.

Dalam kamus bahasa Indonesia dinyatakan bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan bahwa pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah SWT. dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk individu yang mandiri.1

1H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Cet.II; Jakarta: Kencana, 2012), h. 159

(18)

Dalam dunia pendidikan, yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran adalah pendidik. Dimana, kedudukan seorang pendidik tidak lain bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2 Jadi, dapat dikatakan bahwa menjadi seorang pendidik, haruslah menguasai kompetensi-kompetensi mengenai kependidikan, yaitu kompetensi pedagodik, keprofesionalan, sosial, kepemimpinan, dan personal.

Bertolak dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengolah pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan kemampuan yang dimilikinya.3 Jadi dapat dikatakan bahwa setiap pendidik haruslah memiliki bakat yang menarik dalam memberikan pemahaman terhadap pelajaran yang akan disampaikannya kepada peserta didiknya sehingga mudah untuk dicerna dan dipahami.

Jika dilihat dari kompetensi yang dimiliki pendidik tersebut, sungguh sangatlah berpengaruh terhadap pengembangan kreativitas diri peserta didik. Selain itu, kompetensi mengajar peserta didik juga menjadi tolak ukur bagi orangtua dalam

2H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, h. 166

3Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu: Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan

(19)

pemilihan sekolah anaknya, karena tujuan utama bersekolah tidak lain adalah untuk mengajarkan content pada anak untuk meningkatkan kecerdasan mereka terhadap sesuatu. Dimana content yang dimaksud disini adalah hal-hal yang meliputi berbagai simbol, angka, kata, kalimat, fakta, aturan, metode, dan sebagainya.4

Dewasa ini, peranan orangtua dalam pemilihan sekolah bagi anakya sangatlah berpengaruh karena bagi orangtua pendidikan adalah suatu hal sensitive sehingga butuh perhatian yang lebih intens lagi. Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin canggihnya dunia, pendidikan sains terkadang mendominasi dalam satu sekolah dibandingkan dengan pendidikan agama islam, sehingga secara perlahan pemahaman peserta didik tentang ilmu agamanya juga semakin dangkal. Namun, bagi orangtua yang merasa akan kedangkalan itu justru berusaha untuk mencarikan jalan keluar dengan mencarikan anaknya sekolah yang berkualitas dalam ilmu agamanya maupun dalam ilmu dunianya. Sehingga, tak jarang kita melihat banyak orangtua yang berlomba-lomba mencarikan anaknya dan bahkan memasukkan anaknya ke dalam sekolah atau pesantren tak lain hanya untuk membuat anaknya mempelajari atau memahami dan menghafal ilmu agama terutama dalam menghafal Alquran. Selain itu banyak juga para orangtua yang melakukan berbagai cara agar anaknya mampu untuk menghafal Alquran, baik itu dengan membelikan buku, memanggil guru les, mengikut sertakan dalam sekolah TPA ataupun mengikut sertakan dalam lomba.

Melihat besarnya kemauan orangtua bahkan kegigihan orangtua dalam mendidik anaknya untuk mempelajari dan memahami lalu menghafal Alquran, para pendidik pun berpikir keras mencarikan jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan para

4John Langrehr, Teaching Children: Thinkingkills (Mengajarkan Keterampilan Berfikir Pada

(20)

orangtua untuk pendidikan anaknya dan semakin kreatif dalam menciptakan berbagai metode, baik itu metode mengajar maupun metode hafalan yang tak lain berfungsi untuk memberikan pemahaman terhadap apa yang akan diajarkan pada peserta didik. Adapun metode menghafal Alquran yang biasa diterapkan dalam lingkungan pesantren, maupun sekolah umum, yaitu mulai dari metode menghafal (thariqah) wahdah, metode (thariqah) kitabah, metode (thariqah) sima’i, metode (thariqah) gabungan, metode (thariqah) jama’, metode (thariqah) I’adah, metode menghafal

one day one juz, dan metode yang baru muncul adalah metode Kaisa.

Dalam penggunaan metode Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah swt. Di samping itu, pendidik perlu memahami metode-metode instruksional yang actual yang ditujukan dalam Alquran atau yang dideduksi dari Alquran dan dapat memberi motivasi dan disiplin atau dalam istilah Alquran disebut dengan pemberian Anugrah (tsawab) dan hukuman (‘iqab).5

Selain kedua hal tersebut, bagaimana seorang pendidik dapat mendorong peserta didiknya untuk menggunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan alam sekitarnya (QS. Fushshilat:53, pengetahuannya dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari (QS. Al-Ankabut: 45, Thaha: 132, Al-Baqarah: 183). Seorang pendidik perlu mendorong peserta didik untuk menyelidiki dan meyakini bahwa Islam merupakan kebenaran yang sesungguhnya, serta memberi peserta didik dengan

5Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Cet.III; Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), h. 166

(21)

praktik amaliah yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang yang cukup.6 Kemunculan metode-metode hafal Alquran ini merupakan salah satu metode mengajar yang dilakukan pendidik untuk memberikan pemahaman mengenai Alquran kepada peserta didiknya. Sebagaimana dalam firman Allah swt. dalam Q. S. An-Nahl/16:125 :













































Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”7

Berdasarkan ayat di atas, dapat mengambarkan bahwa kreativitas seorang pendidik sangatlah dibutuhkan dalam memberikan pemahaman kepada peserta didiknya dengan suatu metode yang mengikut sertakan pemberian atau penanaman nilai moral dalam diri peserta didik melalui metode yang diajarkan terutama dalam memahami dan menghafal Kalam Allah, yaitu Alquran.

Alquran adalah kalam Allah yang dituangkan dalam tulisan atau kitab suci umat Islam yang ditulis dengan bahasa Arab. Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad

6Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, h. 166

7Departeman Agama RI, Alquran dan Terjemahannya (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 281

(22)

yang hidup di Jazirah Arab pada abad ke-6 M.8 Alquran merupakan pedoman hidup bagi setiap ummat muslim. Alquran bukan hanya berisi tentang perintah-perintah Allah tetapi segala sesuatu yang manusia butuhkan, petunjuknya ada dalam Alquran. Mengenalkan Alquran sejak dini merupakan langkah yang utama dan pertama sebelum pembelajaran lainnya. Bagi setiap keluarga muslim menanamkan nilai-nilai Alquran dalam rumah tangga sudah menjadi komitmen yang universal, sehingga terdapat waktu yang khusus untuk mengajar Alquran baik dilakukan orang tua sendiri ataupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di lingkungan sekitarnya.9

Alquran adalah sumber utama ajaran Islam dan sekaligus sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil. Oleh sebab itu, setiap muslim dituntut untuk dapat membaca, mengkaji dan berusaha untuk memahaminya, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga hidupnya menjadi bahagia di dunia dan akhirat. Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, akan tetapi kehidupannya jauh dari nilai-nilai keislaman, bahkan tidak tercermin dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini dikarenakan kurangnya berinteraksi dengan Alquran dan belum menjadikannya sebagai kitab pedoman hidup.10

Adapun manfaat yang diperoleh dalam menghafal Alquran:

8Agus Tricahyo, Melacak Ayat-Ayat Metaforis dalam Alquran: Metafora dalam Alquran (Cet.I; Ponogora: STAIN Ponogoro Press, 2009), h. 1

9Nurul Tarbiyatun, Implementasi Metode Card Short untuk Meningkatkan Motivasi Hafalan

Alquran Hadis Materi QS. Al-Qori’ah dan At-Tin pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gedangan Kecematan Tuntang Kabupaten Semarang (Salatiga: UIN Salatiga, 2011), h.1 (Skripsi: 6d59327690867acf.pdf)

10Nurul Tarbiyatun, Implementasi Metode Card Short untuk Meningkatkan Motivasi Hafalan

Alquran Hadis Materi QS. Al-Qori’ah dan At-Tin pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gedangan Kecematan Tuntang Kabupaten Semarang, h.1 (Skripsi: 6d59327690867acf.pdf)

(23)

a. Alquran adalah firman Allah swt, maka sesungguhnya saat menghafal firman ini dalam hati, akan menjadi perbuatan yang paling agung secara mutlak. Karena hafal Alquran akan membuka seluruh pintu-pintu kebaikan.

b. Sesungguhnya hafal Alquran berarti sesungguhnya mengambil untuk setiap satu huruf sepuluh kebaikan.

c. Alquran berisi ilmu-ilmu dunia dan akhirat yang berkisah tentang orang-orang yang dahulu dan orang-orang yang akan datang.

d. Alquran ini, orang yang menghafalnya dan memeliharanya dengan baik akan menjadi temannya saat kematian.

e. Saat menghafal al-Quran, akan memiliki gaya bahasa yang kuat sebab kefasihan (balaghah) ayat-ayat al-Quran. Selain itu juga akan memiliki lebih banyak kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain, menahan beban dan kesabaran dan berada dalam kebahagiaan yang tak terlukiskan. Maka menghafal al-Quran bukanlah sekedar menghafal suatu kaidah syair, suatu cerita atau suatu lagu. Bahkan sesungguhnya saat menghafal Alquran sesungguhnya terjadi perubahan dalam cara pandangan untuk segala sesuatu di sekeliling kita.

f. Alquran adalah obat untuk penyakit-penyakit jasmani dan jiwa.

g. Hanya dengan memutuskan menghafal Alquran maka tidak ada waktu yang tersisa untuk menganggur, bosan, perasaan gelisah, kesedihan atau ketakutan. Alquran akan menghilangkan setiap kesusahan, kesedihan, timbunan-timbunan masa lalu. Hafal Alquran itu seperti tempat pengosongan untuk muatan-muatan yang tertarik yang memenuhi otak.11

11Abdul Daa-im al-Kahlil, Innovative Way To Memorize The Qur’an, Terj. Farid Zainal Effendi, Metode Baru Menghafal Alquran (Jawa Tengah Indonesia: PP Assalam,2008 ), h.6-9 (cara-baru-hafAlquran.pdf/ www. Kaheel7.com)

(24)

Sangat besar manfaat Alquran bagi kehidupan sehari. Bahkan tidak salah ketika ada yang mengatakan bahwa Alquran adalah pedoman hidup yang wajib untuk dipelajari setiap Muslim bahkan sangat baik ketika seorang berniat untuk menghafalnya. Namun, setiap kali ada kemauan dalam menjalankan sesuatu, tentu saja ada kesulitan yang mengikutinya.

Salah satu kesulitan terbesar dan terkadang banyak orang tidak menyadari adalah sesungguhnya Alquran memiliki gaya bahasa tersendiri yang tidak ditemukan dalam buku yang lain manapun. Ini adalah hal yang wajar, karena firman Allah tidak mungkin sama dengan perkataan manusia. Kita terbiasa dalam lingkungan kita hidup di dalamnya akan perkataan orang-orang di sekeliling kita. Akan tetapi kita harus membiasakan diri akan gaya bahasa yang baru ini secara sempurna. Ini berarti anda harus menghabiskan waktu untuk membiasakan gaya bahasa ini. Demikianlah sehingga anda menghubungkan setiap sel dari sel-sel tubuh anda dengan firman Allah swt.12 Untuk mengatasi masalah kesulitan yang biasa dirasakan, dibutuhkan suatu metode yang tepat. Oleh karena itu metode yang ditawarkan dalam menghafal Alquran adalah metode Kaisa.

Secara garis besar, metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kaisa adalah nama seorang anak yang pertama kali menghafal Alquran dengan menggunakan gerakan yang disesuaikan dengan arti tiap ayat Alquran yang dibacanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Kaisa adalah metode hafal Alquran yang berorientasi pada hafalan dan pemahaman ayat Alquran beserta artinya melalui gerakan tubuh atau kinestetik dengan tetap

12Abdul Daa-im al-Kahlil, Innovative Way To Memorize The Qur’an, Terj. Farid Zainal Effendi, Metode Baru Menghafal Alquran, h. 9 (cara-baru-hafAlquran.pdf/ www. Kaheel7.com)

(25)

memperhatikan tartil atau tata cara membaca Alquran. Metode ini sangat cocok dalam usia perkembangan anak yang masih usia bermain. Metode ini selain menekankan pada hafalan Alquran juga menekankan pada penguasaan arti setiap ayat. Gerakan tubuh atau kinestetik yang dilakukan ketika sedang menghafal ayat Alquran, sangat berpengaruh pada ingatan peserta didik.

Ingatan adalah perbuatan penyimpangan hal-hal yang sudah pernah diketahui yang pada suatu saat nanti dikeluarkan dan digunakan kembali. Karena tanpa ingatan, tak mungkin seseorang mampu mempelajari sesuatu.13 Jadi, sesuatu yang dilakukan dengan gaya dan ciri khas yang menarik, sangat berpengaruh pada daya ingat seseorang.

Metode Kaisa yang dikenal dengan metode hafal Alquran kinestetik ini sangat digemari, bahkan sangat pesat perkembangannya ditiap daerah walaupun kemunculan metode ini kurang lebih dua tahun. Peminat metode ini, bukan hanya kalangan anak-anak saja, melainkan orangtua pun sangat tertarik untuk mempelajari metode ini.

Menurut penulis, selain metode ini berorientasi pada hafalan dan penguasaan arti tiap ayat, juga memberikan penanaman moral secara tidak langsung dari setiap gerakan ayat yang disebutnya yang disesuaikan dengan tartil bacaan Alquran. Oleh karena itu, peneliti tergelitik untuk meneliti bagaimana Pengaruh Metode Kaisa Terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran di TK Islam Athirah Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengemukakan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan metode Kaisa dalam Menghafal Alquran di TK Islam Athira Makassar?

13Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi (Cet.II; Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 55-56

(26)

2. Bagaimana motivasi Anak Menghafal Alquran di sekolah TK Islam Athira Makassar?

3. Apakah ada pengaruh penggunaan Metode Kaisa terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran di TK Islam Athira Makassar?

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya.14

Ada dua jenis hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian:

1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.15 Yang bererti bahwa Ha : terdapat pengaruh antara Metode Kaisa terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar.

2. Hipotesis nol (null hypothesas) disingkat Ho. Hipotesis nol juga biasa disebut hipotesis statistic karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistic, yaitu uji yang dicoba dengan perhitungan statistic. Ho menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X dan variabel Y. yang artinya selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.16Yang berarti bahwa Ho : tidak terdapat pengaruh antara Metode Kaisa terhadap Motivasi Anak menghafal Alquran di TK Islam Athirah 2 Makassar.

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

14H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Cet.V; Bandung: Alfabet, 2008), h. 9

15Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka setia), h. 154 16Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka setia), h. 155

(27)

1. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Adapun yang menjadi variabel bebasnya yaitu Metode Kaisa yang dinyatakan dengan notasi X dan variabel terikatnya yaitu Motivasi Hafal Alquran yang dinyatakan dengan notasi Y.

Untuk mendapatkan gambaran konkrit tentang arah, objek, dan tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ilmiah, maka perlu diuraikan pengertian judul yang jelas agar tercapai tujuan yang diinginkan.

a. Metode Kaisa

Metode adalah suatu prosedur atau cara yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Sedangkan Kaisa adalah nama seorang nama anak yang pertama kali menggunakan gerakan dalam menghafal Alquran. Jadi, metode Kaisa adalah metode hafal Alquran kinestetik atau metode hafalan dengan gerakan tubuh yang disesuaikan dengan tartil bacaan Aquran. Metode ini sangat cocok diterapkan pada anak usia bermain. Gerakan tubuh yang disesuaikan dengan arti tiap ayat memberikan kesan santai kepada anak-anak dalam menghafal Alquran namun tetap aktif dalam menghafal. Selain itu, metode ini juga secara tidak langsung memberikan penanaman nilai moral kepada anak melalui arti tiap ayat Alquran.

b. Motivasi Menghafal Alquran

Motivasi adalah suatu dorongan atau hasrat seseorang untuk melakukan sesuatu baik itu suatu pekerjaan yang disenanginya maupun yang tidak. Sedangkan menghafal adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menguasai

(28)

suatu materi. Aquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup manusia. Jadi, motivasi menghafal Alquran adalah hasrat atau dorongan dalam diri seseorang untuk menguasai Alquran sebagai pedoman hidup dengan menghafalnya.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu dan supaya hasil penelitian lebih terfokus, maka peneliti tidak akan melakukan penelitian terhadap keseluruhan yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu. Berdasarkan studi pendahuluan di atas dan referensi yang penulis temukan, maka peneliti mem-fokuskan pada Pengaruh Metode Kaisa Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak dalam Menghafal Alquran di Tk Islam Athira.

1. Penggunaan metode Kaisa, yang meliputi pelaksanaannya serta penerapannya menghafal Alquran pada peserta didik di TK Islam Athira Makassar.

2. Motivasi menghafal Alquran, yang meliputi keinginan atau hasrat peserta didik dalam menghafal Alquran di TK Islam Athira Makassar.

E. Kajian Pustaka

Adapun hasil penelitian terdahulu yang revelan dengan penelitian ini mengenai metode hafal Alquran, yaitu:

1. Roswilda Hadianti dari jurusan Kependidikan di Universitas Pendidikan Indonesia, dengan judul penelitian Pengaruh Metode Juz’I terhadap Kemampuan Menghafal Alquran pada Anak Tunanetra di PSBN Wyata Guna Bandung. Hasil dari penelitain ini adalah penggunaan metode hafal Alquran

(29)

dengan membagi-bagikan atau mengafal per ayat ataupun per kalimat

kemudian di satukan hingga dalam satu halaman. 2. Ahmad Rony Surya Widagda dari jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultar

Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga tahun 2009, dengan judul skripsi Metode Pembelajatan Tahfidzul Qur’an (Studi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Kelas II di SDIT Salsabila Jetis Bantul Yogyakarta). Hasil dari penelitian ini yaitu metode hafal Alquran yang diterapkan di SDIT Salsabila Jetis Bantul Yogyakarta adalah metode hafal Alquran Metode Juz’I, metode

Takrir, metode Setor, metode Tes Hafalan. Adapun hambatan dalam penggunaan metode ini di sekolah tersebut, terletak dalam diri siswa yaitu secara psikis yaitu malas-malasan, inginnya selalu bermain dan adanya tingkat kecerdasan yang kurang dari beberapa siswa.

3. Anisa Ida Khusniyah dari jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung tahun 2014, dengan judul skripsi Menghafal Alquran dengan metode Muraja’ah Studi Kasus di Rumah Tahfidz Al-Ikhlas Karangrejo Tulungagung. Hasil dari penelitian ini adalah metode menghafal yang digunakan dalam menghafal Alquran di Rumah Tahfidz Al-Ikhlas Karangrejo adalah metode muraja’ah. Sebelum para santri melakukan muraja’ah ke ustadznya, terlebih dahulu santri menghafal Alquran dengan metode one day one ayah (satu hari satu ayat). Adapun faktor penghambat dalam penerapan metode muraja’ah ini dalam menghafal Alquran di Rumah Tahfidz Al-Ikhlas

(30)

Karangrejo Tulungagung, yaitu: ayat-ayat yang sudah dihafalkan biasa dilupa, malas, kelelahan dan tempat yang kurang mendukung.

4. Nurul Tarbiyatun dari jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2011, dengan judul penelitiannya adalah Implementasi Metode Card Sort untuk Meningkatkan Prestasi Hafalan Alquran Hadits Materi Surah Al-Qari’ah dan At-Tin pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gedangan Kecematan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2011. Hasil penelitian ini adalah penggunaan metode card sort sangat berpengaruh dalam peningkatan prestasi hafal Alquran di sekolah tersebut. hal itu dapat dilihat dari peningkatan hasil nilai yang diperolehnya.

Penelitian di atas memiliki tujuan yang sama dengan peneliti lakukan yaitu sama-sama memaparkan dan menjelaskan metode-metode dalam menghafal Alquran. Namun pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada metode hafal Alquran kinestetik atau metode menghafal Alquran dengan gerakan tubuh yang disesuaikan dengan arti tiap ayat Alquran dengan menggunakan tartil baca Alquran. Selain itu, metode ini juga memberikan kesan santai kepada peserta didik dalam menghafal Alquran melalui gerakan-gerakannya. Metode ini juga sangat cocok untuk peserta didik usia bermain.

F. Tujuan dan Kegunaann 1. Tujuan Penelitian

(31)

a. Untuk menjelaskan penggunaan Metode Kaisa dalam Menghafal Alquran di TK Islam Athira.

b. Untuk mendeskripsikan Motivasi Anak Menghafal Alquran di TK Islam Athira.

c. Untuk menjelaskan Pengaruh Metode Kaisa terhadap Motivasi Anak Menghafal Alquran di TK Islam Athira.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu:

a. Kegunaan Ilmiah: Sebagai wujud sumbangsih penulis terhadap upaya peningkatan perbendaharaan karya-karya ilmiah dalam spesifikasi pengaruh metode Kaisa dalam meningkatkan motivasi belajar anak dalam menghafal Alquran sehingga konsep-konsep yang telah ada akan lebih detail dan komprehensip dengan adanya karya tulis ini, baik eksistensinya sebagai pembanding, pelengkap, maupun penambah kerangka berfikir pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian siswa yang disosialisasikan oleh para pembaca, khususnya para pendidik dimasa yang akan datang.

b. Kegunaan Praktis:

1) Penelitian terhadap objek pembahasan skripsi ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan metode kaisa dalam meningkatkan motivasi belajar anak dalam menghafal Alquran di sekolah tk islam athira. Sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran dalam menghafalkan Alquran.

2) Hasil penelitian ini dapat mengungkap bahwa penggunaan metode kaisa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi hafal Alquran pesrta didik di sekolah TK Islam Athirah.

(32)

Sehingga sebagai seorang pendidik atau pun calon pendidik dapat menjadikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar terutama dalam mengajarkan Alquran.

c. Kegunaan Teoritis: Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam proses belajar mengajar.

(33)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Metode kaisa

Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya yang terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.1 Metode adalah suatu cara atau procedure yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Kaisa adalah nama seorang anak yang pertama kali menghafal Alquran dengan menggunakan gerakan yang disesuaikan dengan arti tiap ayat Alquran yang dibacanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode kaisa adalah cara menghafal Alquran yang berorientasi pada hafalan dan pemahaman ayat Alquran beserta artinya melalui gerakan tubuh atau kinestetik yang disesuaikan dengan arti tiap ayat sehingga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami dan mengingat setiap ayat Alquran yang diberikan.

Metode Kaisa adalah salah satu metode dari sekian banyak metode dalam menghafalkan ayat-ayat Alquran. Dalam penerapannya metode kaisa tidak hanya sekedar menghafalkan ayat-ayat Alquran saja, melainkan mengetahui terjemahan ayat yang dihafalkan dalam bentuk kinestetik atau gerakan tubuh. sehingga metode ini sangat menyenangkan bagi anak.2

1Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran: Disiapkan untuk Profesi

dan Sertifikasi Guru-Dosen (Cet.II; Bandung: Humaniora, 2008), h. 42

2Metode Kaisa: cara mudah menghafal dan menerjamahkan Alquran.

(http://metodekaisa.com),dibuka tgl 18.02.2016.

(34)

Selain itu, metode Kaisa ini juga merupakan perpaduan dari berbagai gerakan, yaitu gerakan teater, tari, karate atau silat yang disesuaikan dengan ekspresi wajah. Namun, gerakan yang dimunculkan harus disesuaikan dengan arti tiap ayat Alquran yang dipelajari.

Metode ini pertama kali digagas oleh Ustadzah Laili Tri Lestari saat mengajar di TK Sekolah Islam Athirah Makassar pada tahun 2013. Di tahun 2014, metode Kaisa ini mulai dikenal masyarakat Indonesia dengan lolosnya Kaisa Aulia Kamal (anak ke-empat dari enam bersaudara, dari pasangan Ustadz Kamaluddin Marsus dan Ustadzah Laili Tri Lestari) di audisi Hafizh Qur’an Trans 7 sebagai juara tiga dan juara favorit. Saat itu Kaisa masih berusia 5 tahun. Dengan menerapkan metode ini, Kaisa dan semua saudaranya menjadi Hafizh Qur’an.3

Metode ini kemudian disebar luaskan oleh Ar-Rahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic Center melalui Rumah Tadabbur Alquran (RTQ) tempat metode ini diajarkan, di bawah binaan Ustadz Bachtiar Nasir. Saat ini Kaisa aktif berbagi dalam berbagai kegiatan dan telah menginpirasi ribuan anak di berbagai daerah di Sulawesi Selatan, Jakarta, Palu, Kendari, Bone, Solo, dan pernah tampil di salah satu stasiun TV Malaysia, bahkan menginspirasi jutaan ummat melalui video-videoya yang di-share di media sosial dari berbagai bahasa, yang di-upload oleh pengguna dalam negeri maupun dari luar negeri.4

1. Sejarah terbentuknya metode kaisa.

Hafiz Qur’an, belakangan mulai digandrungi kalangan umat Islam, terutama orang tua. Ada yang memasukkan buah hatinya ke pesatren hafiz Qur’an, adapula yang berusaha sendiri dengan mempelajari metode-metode menghafal Qur’an dengan

3Metode Kaisa: cara mudah menghafal dan menerjamahkan Alquran.

(http://metodekaisa.com), dibuka tgl 18.02.2016

4Metode Kaisa: cara mudah menghafal dan menerjamahkan Alquran.

(35)

cepat. Selain itu, tak sedikit dari mereka menerapkan metode hasil pemikirannya sendiri, seperti yang dilakukan seorang ibu berusia 30 tahun, ustadzah Laili Tri Lestari, asal Bone, Sulawesi. Metode yang diterapkan kepada anak-anaknya dalam menghafal Alquran, disebut sebagai metode kinestetik. Hal itu karena ada ilmu yang mempelajarinya, menyeimbangkan perkembangan otak anak.

“Awalnya saya pakai metode gerak, terus berkembang menjadi metode body languarge. Belakangan dikenal dengan metode Kinestetik. Saya menerapkan metode itu kepada anak-anak, salah satunya Kaisa itu sejak dia belum masuk TK, usianya lima tahunan, termasuk juga kepada semua saudara-saudaranya” paparnya saat ditemui di Gedung Tanah Air, TMII, Jakarta, Kamis (10/07-2014).5

Ketika diminta untuk sedikit bercerita mengenai awal dirinya menerapkan metode tersebut kepada anak-anaknya, ustadzah Laili Tri Lestari, mengungkapkan bahwa saat dia dan keluarga masih tinggal di kampung halamannya, yaitu Bone, Sulawesi Selatan sekitar tahun 2005. Beliau senantiasa melantunkan ayat-ayat Alquran baik itu sedang melakukan suatu pekerjaan maupun sedang istirahat. Dan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dalam keluarganya. Terutama ketika beliau sedang hamil, lantunan ayat Alquran justru lebih sering dihafalkan.6

Menurut pengakuannya, ketika dirinya sedang mengurus anak, beliau berpikir bagaimana caranya agar suasana rumahnya terasa hidup. Oleh karena itu, pada saat dirinya mengerjakan pekerjaan rumah beliau senantiasa melantunkan ayat-ayat suci Alquran, agar semua anak-anaknya mendengarkan dirinya mengaji. Setelah melakukan pekerjaan rumah, beliau pun mengajak anak-anaknya untuk duduk di teras dan bertanya tentang apa yang baru saja ia bacakan. Dan ternyata anak-anaknya pun

5Uut Kia, Laili Lestari Menerapkan Metode Kinestetik pada Anaknya. 2014

(laili-Tri-Menerapkan-metode.html).

6Uut Kia, Laili Lestari Menerapkan Metode Kinestetik pada Anaknya. 2014

(36)

mengetahuinya. Meskipun demikian, ustadzah Laili Tri Lestari belum memfocuskan hal tersebut kepada anaknya. 7

Suatu ketika, ustadzah Laili Tri Lestari dan keluarganya mendapat undangan dan diminta untuk mengajar di Sekolah Islam Athirah bahkan diminta untuk menjadi Kepala Sekolah. Berawal dari itu, ustadzah Laili Tri Lestari berfikir keras untuk menciptakan sebuah metode Hafal Alquran. Kemudian ustadz Kamaluddin memberikannya tantangan agar anak TK mampu menghafal QS An-Naba dalam waktu sebulan. Tantangan tersebut sangat susah bagi Ustadzah Laili, kerena mana mungkin anak TK mampu menghafal Surah tersebut. Namun, beliau pun tak putus asa dan tetap berfikir keras untuk mencari metode. Hingga suatu ketika, beliau sedang membaca makna Alquran dan tiba-tiba tangannya bergerak sendiri mengikuti setiap terjemahan ayat. Dari situlah beliau mulai mencoba menerapkan metode gerak tersebut.8

Ketika ustadzah Laili mencoba mempraktekkan di kelas TK A dan TK B tempatnya mengajar, ternyata menurutnya semua anak TK menyenangi dan nyaman tanpa beban ketika menghafalkan QS. An-Naba, dan juga mulai menerapkan metode ini kepada anak-anaknya di rumah. Sayangnya, ketika dirinya tengah menerapkan metode gerak tersebut, dalam perjalanan teamnya di TK tempat mengajarnya bubar. Namun demikian, dirinya tidak putus asa, akhirnya dia menerapkan dan mengembangkan metode tersebut di rumahnya kepada anak-anaknya.9

7Uut Kia, Laili Lestari Menerapkan Metode Kinestetik pada Anaknya. 2014

(laili-Tri-Menerapkan-metode.html).

8Uut Kia, Laili Lestari Menerapkan Metode Kinestetik pada Anaknya. 2014

(laili-Tri-Menerapkan-metode.html).

9Uut Kia, Laili Lestari Menerapkan Metode Kinestetik pada Anaknya. 2014

(37)

Ustadzah Laili Tri Lestari, sangat bersyukur karena anak TK yang beliau ajar menghafal Alquran dengan metode ini, sudah mampu bahkan sudah hafal QS. An-Naba dalam kurung waktu 15 hari. Selain itu, beliau juga menyisipkan pelajaran bahasa inggris disela-sela metodenya. Menurut pengakuannya, anak-anaknya yaitu Muhammad Kholil Al Kamali (9), Muhammad Zakiru Fuady Al Kamali (8), Muhammad Aep Hadib Al Kamali (7), terus Kaisa Auliya Kamal (5), terus adiknya Zaenu Fikry Al Kamali (4) dan yang terakhir dalam kandungan belum ada namanya, sudah mampu menghafalkan Alquran sebanyak 2 juz kecuali yang masih kecil.10

2. Tahapan penerapan awal metode kaisa oleh ustadzah Laili di Lingkungan Keluarga.

a. Sejak bayi

Kemampuan Kaisa menghapal ayat-ayat Alquran memang tidak lepas dari peran kedua orangtuanya, ustadz Kamaluddin Marsus dan ustadzah Laili. Keduanya sama-sama memiliki visi misi menjadikan anak-anak mereka seorang penghapal Alquran. ”Kami bukan penghapal Quran, tapi kami berusaha jadi penghapal. Saat ini kami mempersiapkan anak-anak sebagai penghapal Alqsuran,” ujar Laili. Mereka pun menyiapkan metode pengajaran bagi Kaisa, anak ke empatnya. Sejak anaknya mampu mengucapkan kata pertamanya, ’A’, ustadzah Laili dan ustadz Kamaluddin langsung memperdengarkan ayat-ayat Alquran.11

10Uut Kia, Laili Lestari Menerapkan Metode Kinestetik pada Anaknya. 2014

(laili-Tri-Menerapkan-metode.html).

11Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

(38)

Mereka percaya, bayi memiliki kemampuan meniru apa pun yang mereka dengar. Ustadzah Laili menilai, Kaisa termasuk anak yang sangat mudah menghapal. Dia tidak kalah dengan kakak-kakaknya, Muhammad Kholil Al Kamali (9), Muhammad Dzakiyyul Fuadi Al Kamali (8), dan Muhammad Aidh Habib Al Kamali (7). Bahkan, adik Kaisa, Muhammad Zainul Fikri Al Kamali yang baru empat tahun pun sudah mampu menghapal Alquran.12

Ustadzah Laili tidak henti-hentinya membacakan ayat Alquran kepada kelima anaknya itu. Dia memilih melantunkan sendiri daripada memasangkan CD murottal, karena menurutnya suara syekh di murottal belum tentu bisa diikuti anaknya. Selesai melantunkan ayat, ustadzah Laili biasanya akan memberikan tantangan kepada anak-anaknya, siapa saja yang bisa menghapal Alquran.13

Tantangan Laili ternyata disambut baik oleh anak-anaknya. Anak-anaknya ternyata mendengarkan. Walaupun beliau sambil kerja dan mereka bermain, mereka ternyata bisa merespon, dan bahkan anak-anaknya hafal yang beliau bacakan.14

b. Tanpa Paksaan

Ustadz Kamaluddin dan ustadzah Laili juga menerapkan disiplin tidak tertulis untuk anak-anak mereka untuk belajar Alquran. Setiap hari jadwal yang mereka terapkan ke anak-anak adalah bangun tidur, salat Subuh, mandi, makan, kemudian muroja’ah (mengulang kembali pelajaran yang telah lewat). Menurut

12Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

al Alquran4_nyata.html)

13Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

Alquran4_nyata.html)

14Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

(39)

ustadzah Laili, semua yang dilakukan anak-anaknya, termasuk Kaisa tanpa paksaan. ”Syukurlah anak-anak, termasuk Kasia, mengerjakannya dengan ringan. Semua jadi kebiasaan. Habis makan dia menghapal. Habis menghapal dia berangkat sekolah,” beber Laili tentang rutinitas anak-anaknya.15

Sore hari, kediaman ustadza Kamaluddin dijadikan tempat Taman Pendidikan Alquran (TPA). Di tempat itu juga Kaisa memperdalam hapalannya. ”Malam hari dia belajar pelajaran sekolah, makan, setelah itu mengaji lagi sebelum tidur,” terangnya. Tidak ada rasa bosan yang dirasakan Kaisa saat mengaji. Laili mengaku beruntung memiliki anak seperti Kaisa. ”Begitu diajak mengaji sama ibunya, anak-anak langsung patuh duduk dan mengaji. Saya beruntung sekali punya anak-anak seperti mereka,” kata Laila, lagi-lagi mengucap syukur. Kelima anaknya bisa bersemangat mengaji, karena ustadz Kamaluddin dan ustadzah Laili mencari metode yang tidak membosankan. Mereka menerapkan metode bermain sambil belajar.16

”Ayahnya yang punya ide. Dia nggak mau terlalu tegas pada anak-anak. Makanya, lebih banyak bermain sambil belajar. Ada game berbisik berantai, game group, siapa yang cepat sambung ayat,” jelas ustadzah Laili.17

c. Ciptaan Ummi

Dari dalam rumah, Laili coba menerapkan metode itu ke sekolah. Laili memang pengajar di Sekolah Islam Athirah cabang Bukit Baruga, Makassar. Dia ditantang oleh suaminya mencari metode lain yang menyenangkan. Entah

15Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

Alquran4_nyata.html)

16Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

Alquran4_nyata.html)

17Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

(40)

dari mana ide itu muncul, tiba-tiba tangan ustadzah Laili bergerak membuat gerakan seperti arti dari surat yang dibacakannya saat itu. ustadzah Laili pun bersama tim pengajar di TK mematangkan konsep hapalan dengan gerakan. Dia coba menerapkan pada anak-anak. Ternyata anak-anak mengikuti dan termotivasi. Akhirnya beliau membuat gerakan sampai habis. Metode yang diciptakan ustadzah Laili ternyata benar-benar jitu. Dengan metode tersebut, anak-anak didiknya berhasil menghapal surat yang dimaksud dalam waktu 15 hari. Ustadzah Laili juga menerapkan metode itu untuk pidato Bahasa Inggris.18

Beliau senantiasa menyisipkan pidato bahasa Inggris disela-sela mengaji. Akhirnya dengan sekali tampil, beliau melakukan dua performance yaitu hafalan QS An-Naba dengan gerakan dan Bahasa Inggris. Meski terkesan main-main, ustdzah Laili menegaskan jika gerakan yang dia ciptakan bukan untuk melecehkan Alquran. Sebaliknya, dia berusaha membuat gerakan yang sopan, namun mengena maknanya dan mudah dihapal oleh anak-anak. Beliau mengatakan bahwa gerakan ini sesuai dengan arti yang ada di Al-Quran. Gerakan ini bukan untuk hiburan, tapi metode mengajar untuk anak-anak. Ternyata anak-anak yang diajarkan metode ini justru senang. Ustadzah Laili yang terus mencari gerakan terbaru untuk arti ayat lainnya. Tidak hanya hapal, lewat gerakan itu juga ustdzah Laili mengenalkan tajwid dan tartil. ”Gerakan tangan tidak akan berubah kalau belum selesai panjangnya. Jadi tajwidnya tetap terjaga,” jelas Laili. Menurut ustadzah Laili, Kaisa termasuk anak yang paling cepat menghapal gerakan yang diajarkannya.. ”Dia paling jago. Kaisa itu punya

18Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

(41)

daya tangkap yang cepat,” puji Laili pada sosok anak yang pinter berakting itu.19

B. Motivasi

Setiap aktivitas manusia pada dsarnya dilandasi adanya dorongan untuk mencapai tujuan atau terpenuhinya kebutuhannya. Adanya daya pendorong ini disebut motivasi. Dalam beberapa terminologi, motivasi dinyatakan sebagai suatu kebutuhan (needs), keinginan (wants), gerak hati (impulse), naluri (instincts), dan dorongan (drive), yaitu sesuatu yang memaksa organism manusia untuk berbuat atau bertindak.20

Motivasi adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah dan intensitas perilaku individu. Menurut Hellriegel dan Slocum tahu 1979, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, kekuatan ini dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti: keinginan yang hendak dipenuhi, tingkah laku, tujuan, dan umpan balik. Sedangkan Nasution, 1995, sebagai kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, motivasi dianggap sebagai energi vital atau daya pendorong hidup yang merangsang seseorang melakukan sesuatu aktivitas. Memotivasi anak berarti mengatur kondisi-kondisi sehingga ia ingin melakukan apa yang dapat dikerjakan.21

Motivasi adalah adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk berfikir, berperilaku, dan merasa seperti yang mereka lakukan.perilaku yang termotivasi diberi kekuatan, diarahkan, dan dipertahankan.22

19Nyata, Bocah-Bocah Penghafal Alquran 4.2014. dibaca 4477 kali (bocah-bocah penghafal

Alquran4_nyata.html)

20Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.149 21Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.150-151

22Laura A. King, The Science of Psychology: An Appreciative View ( Psikologi Umum:

(42)

Jadi, dapat dikatakan bahwa motivasi suatu hasrat atau keinganan atau dorongan yang ada dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu baik suatu pekerjaan yang disenangi maupun suatu pekerjaan yang diawali dengan adanya suatu ganjaran atau hukuman.

1. Jenis-jenis Motivasi

Dilihat dari sumbernya, motivasi belajar adajeni, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Winkel, 1996). Motivasi intrinsic adalh motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, atau berupa penghargaan dan cita-cita. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan atau bantuan orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman. 23

Penelitian menunjukkan bahwa motivasi dari dalam lebih efektif dibandingkan motivasi dari luar dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan membangkitkan perasaan ingin tahu, ingin mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar, sedangkan motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, yaitu hukuman dan pujian.24

2. Teori-teori motivasi, yaitu:

Adapun teori-teori motivasi dalam belajar, yaitu: a. Teori pengurangan dorongan

Cara lain untuk melihat motivasi adalah melalui konstruk dorongan dan kebutuhan. Sebuah dorongan (drive) adalah keadaan tertugugah yang terjadi karena adanya kebutuhan yang fisiologis. Dan sebuah kebutuhan (need) adalah keadaan kekurangan sesuatu yang member energy untuk menghilangkan atau mengurangi keadaan kekurangan ini. Jadi, teori

23Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.152 24Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.152

(43)

pengurangan dorongan maksudnya adalah seiring dengan semakin kuatnya dorongan, kita termotivasi untuk mengurangi dorongan itu. tujuannya adalah, homeostasis, kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keadaan seimbang atau tenang. 25

b. Teori penggugahan optimal

Pada awal abad ke-20, dua psikolog merumuskan hokum Yerkes-Dodson (Yerkes-Donson Law) dinyatakan bahwa kinerja akan muncul dalam kualitas terbaik ketika berada dalam kondisi menggugah yang menengah, dan tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Pada perangan terlalu rendah, anda mungkin terlalu malas melakukan tugas dengan baik, dan bila terlalu tinggi maka anda mungkin tidak akan mampu untuk berkonsentrasi pada tugas. Jadi, hal yang biasa dilakukan adalah dengan mencari rangsangan. Contohnya dengan berani atau melakukan hal-hal yang mendorong rasa takut.26

Selain teori-teori motivasi diatas, Morgan dkk tahun 1986 mengemukakan empat teori motivasi, yaitu teori Drive, teori Intensif, teori Opponent-process,

dan teori Optimal-level. Namun teori tersebut dikatakan sebagai pandangan lama tentang motivasi. 27Elliot, dkk tahun 1996 mengemukakan empat teori motivasi yang saat ini banyak dianut, yaitu:

a. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Menurut teori ini, orang yang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia memperoleh pemuasan kebutuhannya. Ada lima dasar kebutuhan

25Laura A. King, The Science of Psychology: An Appreciative View ( Psikologi Umum:

Sebuah Pandangan Apresiatif), h. 65-67

26Laura A. King, The Science of Psychology: An Appreciative View ( Psikologi Umum:

Sebuah Pandangan Apresiatif), h. 67

(44)

dalam teori maslow, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization).28

b. Teori Kognitif Bruner

Kunci untuk membangkitkan motivasi bagi Bruner adalah discovery learning.Siswa dapat melihat makna pengetahuan, keterampilan, dan sikap bila mereka menentukan semua itu sendiri.29

c. Teori Kebutuhan Berprestasi (Need Achievement Theory)

McClelland (dalam Elliot, 1996) menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan, tugas-tugas yang cukup sulit, dan ia mampu melakukannya dengan baik. Mengharapkan umpan balik yang mungkin, serta ia juga mudah merasa bosan dengan keberhasilan yang terus menerus.30

d. Teori Atribusi

Teori ini bersandar pada tiga asumsi dasar (petri, dalam Elliot, dkk,. 1996). Pertama, orang yang ingin tahu penyebab perilakunya dan perilaku oranglain, terutama perilaku yang penting bagi mereka. Kedua, mereka yang tidak menetapkan perilaku mereka secara random. Ada penjelasan logis terhadap perilaku yang berhubungan dengan perilaku. Ketiga, penyebab perilaku yang ditetapkan oleh individu mempengaruhi perilaku berikutnya. Jadi, menurut teori ini perilaku seseorang ditentukan bagaimana atribusinya terhadap perilaku yang sama sebelumnya.31

28Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan , h.154 29Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.154 30Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.154-155 31Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.155

(45)

e. Teori Operant Conditioning Skinner

Menurut Skinner, perilaku dibentuk dan dipertahankan oleh konsekuensi. Konsekuensi dari perilaku sebelumnya memengaruhi perilaku yang sama. Dengan kata lain, orang termotivasi untuk menunjukkan atau menghindari suatu perilaku karena konsekuensi dari perilaku tersebut. konsekuensi ini ada dua, yaitu konsekuensi positif yang disebut reward, dan konsekuensi negative yang disebut Punishment. Perilaku yang menimbulkan

reward berpeluang untuk dilakukan kembali, sebaliknya perilaku yang menimbulkan punishmentakan dihindari. 32

f. Teori Social Cognitive Learning

Menurut Bandura, orang yang belajar berperilaku dengan cara mencontoh perilaku orang lain yang dianggap berkompeten yang disebut model. Observasi terhadap model dapat mengahsilkan sebagian perubahan yang signifikasi pada perilaku seseorang.33

Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi sangatlah berpengaruh terhadap peningkatan belajar anak terutama dalam menghafalkan dan memahami kalam-kalam Allah atau Alquran. Namun dalam meningkatkan motivasi belajar anak dibutukan suatu strategi atau taktik yang tepat. Sehingga apa yang menjadi tujuan dapat terpenuhi sesuai dengan target.

32Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.155 33Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, h.155

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian korelasional (survei) dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistic. Karena dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantutatif. 1

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam penelitian deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli menamakan metode ini dengan metode normative (normative survey). Dengan metode ini juga diselidiki kedudukan (status)

1Muh. Khalifah Mustamin, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Makassar: Alauddin Press, 2009), h. 15

(47)

fenomena atau factor dan memilih hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Metode ini juga disebut studi kasus (status study). Tujuan dari penelitian deskriptif, untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.2

2. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Tk Islam Athirah 2 Makassar.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperi pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukutan dan observasi serta pengujian teori), memerlukan strategi penelitian seperti survey dan eksperimen yang memerlukan data statistik.3

Untuk pendekatan keilmuan dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan pendidikan dan psikologis.4 Pendekatan yang digunakan untuk melihat proses perkembangan peserta didik mulai dari cara belajarnya hingga motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

2Muh. Khalifah Mustamin, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Makassar: Alauddin Press, 2009), h. 19-20

3Emzir, Metodeologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif: Korelasional, Eksperimen, Ex Post Facto, Etnografi, Groundad Theory, Action Reseach (Ed.1; Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 28

4Muljono Damopolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Laporan Penelitian (Makassar: Alauddin Pers, 2013), h.16

(48)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah dari keseluruhan sampel atau generalisasi dalam satu tempat.5 Sugiyono (2002:57) memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6

Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga TK Islam Athirah Makassar, baik itu pendidik, peserta didik, maupun orangtua peserta didik yang berjumlah 46 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian kecil dari populasi dalam suatu tempat. Agar efesien, sampel atau contoh yang diambil harus refresentatif dan mewakili. Dalam berfikir positivistic, dikenal dua cara pengambilan sampel, yaitu teknik random atau acak, dan ternik porpusive. Atas asumsi bahwa populasi itu homogeni dengan distribusi yang mengikuti kurva normal, pengambilan sampel secara acak, akan menghasilkan kumpulan contoh yang homogeni pula, dan dengan distribusi keberagaman yang mengikuti kurva normal pula. Dalam penelitian positivistik, teknik purposive sampling digunakan bila peneliti menduga bahwa populasinya (dilihat dari segi objek studi yang dipilih) tidak homogen.7

5Beni Ahmad Saebani,Metode Penelitian (Bandung: Pustaka setia), h. 165

6H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Cet.V; Bandung: Alfabet, 2008), h. 10

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum penelitian ini memperlihatkan bahwa pupuk hayati Azotobacter dapat berperan dalam menurunkan serapan kadmium tanaman padi dan keberdaannya d rizosfer

Relief-relief candi peninggalan masa Singhasari dan Majapahit juga memperlihatkan bentuk bangunan seperti budaya dan tradisi Bali, sehingga dugaan penggunaan rangka atap

Kuartal III / Third Quarter Period of financial statements submissions Tanggal awal periode berjalan January 01, 2016 Current period start date Tanggal akhir periode berjalan

ini memiliki ukuran-ukuran yang bersesuaian, maka perkalian blok-blok ini dapat diselesaikan dengan cara seperti pada perkalian

Laporan target harga saham yang diterbitkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham &amp; Indexing bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan suatu saham tertentu,

Medali Emas Basic Science yang diselenggarakan oleh lembaga POSI 2020 Bidang Fisika Tingkat Nasional.. Peringkat 1 (Wakil ke nasional) Olimpiade Matematika Vektor Nasional

Perkembangan Teknologi Jaringan Komputer dewasa ini sangat pesat hal ini memerlukan sebuah penanganan jaringan dengan kinerja yang sangat baik, melalui jurnal ini

1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran. 2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan