• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan) Chapter III V"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN TENTANG INDENT A. Pengertian dan Dasar Hukum Indent

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Indent diartikan

sebagai pembelian barang dengan cara memesan dan membayar terlebih

dahulu.43 Atas dasar pengertian tersebut, Indent dapat diartikan sebagai

keadaan dimana pembeli menunggu barang yang dipesan, yang mana

penjual sedang mengusahakan untuk mendapatkan barang tersebut. Hal

diartikan bahwa barang yang dipesan pembeli saat itu belum ada atau

barang tersebut sudah ada tetapi belum dalam penguasaan penjual. Oleh

karena itu, Indent dapat diartikan sebagai janji untuk terjadinya jual beli di

kemudian hari.44

Sistem Indent biasanya banyak digunakan dalam perjanjian jual

beli kendaraan. Sistem Indent digunakan dengan alasan jumlah barang

hanya tersedia dalam stoknya terbatas, hal ini terjadi karena adanya

kenaikan permintaan dari pembeli atau adanya perbedaan antara

ketersediaan barang dengan permintaan pembeli. Oleh karena itu, penjual

kemudian menggunakan sistem indent untuk memudahkan proses jual

beli. Tahapan dalam sistem indent yaitu meliputi :

1. Adanya kesepakatan antara pembeli dan penjual mengenai pemesanan

(2)

formulir pemesanan barang (kendaraan) oleh kedua belah pihak

(prakontraktual). Dalam tahap ini harga sudah ditetapkan (masih dalam

negoisasi) dan dapat berubah sewaktu-waktu, biasanya pembeli

kemudian diwajibkan untuk membayar uang panjar atau uang muka

(done payment).

2. Penandatanganan formulir janji penyerahan barang (kendaraan) oleh

pihak, formulir ini berisi janji penjual untuk menyerahkan barang

(kendaraan) yang dipesan oleh pembeli, yang meliputi hari, tanggal

dan tempat penyerahan. Pada tahap ini harga barang (kendaraan) telah

ditentukan secara pasti, sehingga baik dari pembeli dan penjual telah

sepakat mengenai harga dan barang (lahirnya jual beli).

3. Barang sudah dalam penguasaan penjual dan siap untuk diserahkan

kepada pembeli sesuai dengan kesepakatan. Sebelum diserahkan,

pembeli diharuskan melunasi kekurangan pembayaran barang

(kendaraan) tersebut.45

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa indent

dianggap sebagai tahap prakontraktual yang nantinya akan melahirkan

perjanjian jual beli, yaitu setelah para pihak sepakat tentang harga dan

barang (kendaraan) tersebut. Sekalipun barangnya belum diserahkan dan

harganya belum dibayarkan lunas (pasal 1458 KUH Perdata). Jual beli

tiada lain daripada persesuaian kehendak (wils overeenstemming) antara

penjual dan hargalah yang menjadi essensialia jual beli. Sebaliknya jika

45

(3)

barang objek jual beli tidak dibayar dengan sesuatu harga, jual beli

dianggap tidak ada.

Jual beli secara indent dapat dilakukan berdasarkan Pasal 1333

KUH Perdata yang menyebutkan bahwa “Suatu persetujuan harus

mempunyai sebagai pokok atas suatu barang paling sedikit ditentukan

jenisnya”. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu,

asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung dan Pasal

1338 KUH Perdata menyebutkan “Semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Barang yang seketika belum ada (toekomstige zaken) dapat menjadi objek

suatu persetujuan. Istilah belum ada dapat berarti mutlak (absolut) seperti

halnya dalam jual beli sepeda motor, penjual dapat menjual sepeda motor

dengan memesan terlebih dahulu (indent). Namun dalam perjanjian jual

beli secara indent adanya unsur uang panjar atau uang muka. Panjar ini

dikenal dalam Hukum Barat yang sebagaimana diatur dalam Pasal 1464

KUH Perdata, umumnya diberikan oleh pembeli dalam wujud sejumlah

uang tertentu sebagai tanda pengikat untuk kemudian hari yang dibuat

dalam perjanjian jual beli yang kemudian dengan memesan terlebih dahulu

atas suatu barang (kendaraan) yang akan dibeli atau yang diinginkan oleh

pembeli.46

46

(4)

B. Objek Indent

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hukum benda diatur

dalam buku II tentang benda. Klasifikasi benda yang diatur dalam buku II

KUH Perdata bersifat tertutup dan mutlak, sehingga aturan tersebut tidak

dapat dikesampingkan. Pada dasarnya barang yang menjadi objek jual beli

dapat dibedakan menjadi :

1. Barang yang sudah ada (saat ini sudah tersedia)

2. Barang yang akan ada, khusus untuk barang yang aka nada dapat

dibedakan lagi menjadi :

a. Benda yang akan ada absolut, yaitu benda yang saat ini belum ada

b. Benda yang akan ada relatif, yaitu benda yang saat ini sudah ada

tetapi belum dalam penguasaannya.47

Relevansi pembedaan benda tersebut adalah untuk menentukan

jaminan umum dan jaminan khusus yang dibebankan terhadap barang

tersebut sebagai jaminan pelunasan utang kreditur. Selain itu, pembedaan

barang (benda) yang menjadi objek jual beli juga berkaitan dengan cara

penyerahan benda tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka barang yang dijadikan

objek perjanjian jual beli dengan cara indent adalah barang yang akan ada

relatif, sebab barang (kendaraan) tersebut pada saat terjadinya kesepakatan

jual beli antara para pihak sudah ada tetapi, belum berada dalam

penguasaan penjual (masih harus dipesan). Tahap ini biasanya dinamakan

47

(5)

dengan indent (memesan terlebih dahulu) yang dipersamakan dengan

tahap pra kontraktual. Setelah penjual dan pembeli sepakat tentang harga

dan barang, barulah melahirkan perjanjian jual beli, walaupun barang

belum diserahkan dan harga belum dibayar.

Sementara itu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

ditentukan syarat khusus mengenai barang (benda) yang dapat dijadikan

sebagai objek perjanjian jual beli yaitu barang yang diperjanjikan haruslah

berupa barang-barang dapat diperdagangkan (Pasal 1332 KUH Perdata)

serta barang tersebut adalah miliknya sendiri. Berdasarkan hal tersebut

dapat ditafsirkan bahwa benda yang akan ada (relatif atau absolut) dapat

menjadi objek dalam perjanjian jual beli. Rasionya adalah bahwa

perjanjian jual beli saja berdasarkan sitem KUH Perdata belumlah

mengalihkan hak milik atas barang sebelum dilakukan penyerahan

(levering). Oleh karena itu, meskipun barang yang menjadi objek itu

belum ada perjanjian jual beli tetap dapat dilaksanakan.

Hal ini diperkuat dengan ketentuan Pasal 1334 ayat (1) KUH

Perdata yang menjelaskan bahwa “Barang-barang yang baru akan ada

dikemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian”.48

Jadi dapat

diambil kesimpulan bahwa tidak ada larangan dari pembentuk

undang-undang (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) untuk menjadikan barang

yang aka nada (relatif atau absolut) sebagai objek perjanjian, asalkan

48

(6)

barang tersebut dapat diperdagangkan (Pasal 1332 KUH Perdata) dan

barang tersebut adalah miliknya sendiri.

C. Sistem Indent

Pasal 1253 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu perikatan

adalah bersyarat, apabila digantungkan pada suatu peristiwa yang masih

akan datang dan belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan

perikatan sehingga terjadinya peristiwa tersebut (syarat tangguh) maupun

secara membatalkan perikatan menurut terjadinya atau tidaknya peristiwa

itu (syarat batal).

Berdasarkan ketentuan Pasal 1253 KUH Perdata tersebut, maka

dapat diketahui bahwa ukuran dari pelaksanaan perikatan adanya syarat

terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang belum tentu akan

terjadi. Apabila peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang pasti akan

terjadi, maka perikatan tersebut bukanlah merupakan perikatan bersyarat,

melainkan perikatan dengan ketepatan waktu.49

Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian jual beli dengan objek

barang yang akan ada adalah perikatan dengan ketepatan waktu, yaitu

perikatan yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai pada waktu yang

ditentukan yang pasti akan tiba, meskipun mungkin belum dapat

dipastikan kapan waktu yang dimaksudkan akan tiba, sebagaimana diatur

49

(7)

dalam Pasal 1268-1271 KUH Perdata.50 Perikatan jenis ini dapat

dibedakan menjadi :

a. Perikatan waktunya dapat ditentukan

b. Perikatan waktunya tidak dapat ditentukan

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perjanjian jual beli dengan

objek barang yang akan ada termasuk dalam golongan perikatan dimana

waktunya dapat ditentukan sebab dalam indent jangka waktu penyerahan

barang telah ditentukan sebelumnya oleh para pihak. Masa indent

menandakan bahwa perjanjian ini termasuk perjanjian dengan ketepatan

waktu. Pengertian dari ketepatan waktu adalah perjanjian jual beli baru

akan terjadi apabila barang sudah ada ditangan penjual sesuai pesanan

pembeli dengan waktu yang diperjanjikan. Jadi, masa indent adalah waktu

dimulainya perikatan dengan ketepatan waktu berlangsung.

Pada dasarnya dalam perjanjian jual beli harga barang yang

menjadi objek perjanjian besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan para

pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 1465 KUH Perdata. Dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata tidak melarang adanya pembayaran uang

muka (done payment). Meskipun demikian, jumlah uang muka yang harus

dibayarkan tidak diatur dalam KUH Perdata secara jelas. Oleh karena itu,

pembeli maupun penjual dapat menentukan besarnya panjar yang harus

dibayarkan terlebih dahulu atas dasar kesepakatan bersama.

50

(8)

Namun yang menjadi permasalahan dalam jual beli dengan objek

benda yang akan ada adalah apabila perjanjian yang telah disepakati

bersama dibatalkan sepihak oleh pembeli ataupun penjual. Jika hal itu

terjadi apakah uang muka (done payment) yang telah dibayarkan dimuka

oleh pembeli harus dikembalikan kepada pembeli tanpa pemotongan

apapun. Mengenai uang panjar tersebut, diatur dalam Pasal 1464 dan Pasal

1257 KUH Perdata yang isinya menyatakan bahwa kreditur (penjual)

diperkenankan untuk melakukan pemotongan uang panjar atau uang muka

apabila terjadi pembatalan perjanjian oleh salah satu pihak

(debitur/kreditur) sebagai bentuk perwujudan ganti kerugian atas

pembatalan perjanjian tersebut (max 50%). Senada dengan Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, aturan dalam Pasal 6 huruf a, b, d dan e dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dimana dijelaskan bahwa hak

penjual atas pelaksanaan perjanjian jual beli apabila terjadi pembatalan

sepihak (asas pacta sunt servanda). Walaupun demikian, besarnya

pemotongan uang panjar haruslah dapat dipertanggungjawabkan sesuai

dengan jumlah kerugian yang diderita oleh penjual.

Hak milik beralih dengan adanya penyerahan (levering).

Penyerahan adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual ke dalam

penguasaan dan kepunyaan si pembeli (Pasal 1475 KUH Perdata). Jadi

penyerahan dapat diartikan sebagai cara untuk mendapatkan hak milik

karena adanya pemindahan hak milik akibat dari perjanjian jual beli.

(9)

dengan penyerahan kekuasaan atas barang (kendaraan dianalogikan

sebagai barang bergerak) dan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 612

KUH Perdata, penyerahan dilakukan langsung ditempat penjual atau

ditempat lain yang telah diperjanjikan sebelumnya.

Perjanjian jual beli dengan objek benda yang akan ada mempunyai

akibat hukum bagi para pihak yaitu timbulnya hak dan kewajiban bagi

penjual dan pembeli. Oleh karena itu, perjanjian jual beli termasuk

perjanjian timbal balik sempurna, kewajiban penjual merupakan hak bagi

pembeli dan sebaliknya. Dalam hal ini, kewajiban pokok dari penjual

adalah menyerahkan hak milik atas barang, menanggung kenikmatan

tenteram atas barang dan menanggung cacat tersembunyi serta berhak

menerima pembayaran atas barang tersebut. Kewajiban pokok bagi

pembeli adalah membayar harga barang sesuai dengan kesepakatan para

pihak dan berhak mendapatkan barang yang dibelinya. Akibat hukum

terhadap isi perjanjian adalah bahwa tersebut mengikat kedua belah pihak

dan harus dipatuhi (asas pacta sunt servanda) sehingga harus ditaati para

pihak dan mempunyai sanksi jika melanggarnya. Perlindungan hukum

yang didapat oleh pembeli (konsumen) dijamin dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pembeli tetap

(10)

D. Berakhirnya Indent

Berakhirnya perjanjian jual beli menurut ketentuan Pasal 1381

KUH Perdata, yaitu :51

1. Pembayaran

Yang dimaksud oleh Undang-Undang dengan pembayaran adalah

pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara sukarela, artinya tidak

dengan paksaan atau eksekusi. Jadi pembayaran itu oleh Undang-Undang

tidak saja ditujukan pada penyerahan uang saja, tetapi penyerahan tiap

barang menurut perjanjian, dinamakan pembayaran. Namuun demikian

masalah pembayaran ini salah satu alasan atau syarat untuk timbulnya

kewajiban melakukan pembayaran, karena adanya perjanjian yang mana

hal ini harus didahului oleh tindakan umum yang menimbulkan hubungan

hukum, misalnya hubungan hukum perjanjian jual beli.

Pembayaran harus dilakukan kepada kreditur atau kepada

seseorang yang dikuasakan olehnya atau juga kepada seorang yang

dikuasakan oleh hakim atau oleh Undang-Undang untuk menerima

pembayaran bagi si berpiutang.52 Agar pembayaran itu sah, perlu orang

yang membayar itu pemilik dari barang yang dibayarkan dan berkuasa

memindahtangankannya. Meskipun demikian, pembayaran suatu jumlah

uang atau sejumlah barang lain yang dapat dihabiskan tidak dapat diminta

kembali dari seorang yang dengan itikad baik telah menghabiskan barang

yang telah dibayarkannya itu sekalipun pembayaran itu telah dilakukan

51

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987, Hlm. 64.

52

(11)

oleh orang yang bukan pemilik atau orang tidak cakap mengasingkan

barang tersebut.

Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditentukan di dalam

perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Jika tempat ini tidak

ditentukan dan barang harus dibayarkan itu suatu barang yang sudah

tertentu, pembayaran harus dilakukan di tempat barang itu berada sewaktu

perjanjian ditutup. Dalam hal-hal lain, misalnya dalam hal tiada ketentuan

tempat dan pembayaran yang berupa uang, pembayaran harus dilakukan di

tempat tinggal si berpiutang. Jadi, tiap pembayaran yang berupa uang, jika

tiada ketentuan lain, harus diantarkan ke rumah si berpiutang (pembeli).

Akan tetapi sebagaimana kita lihat dalam praktek, peraturan ini sudah

terdesak oleh kebiasaan yaitu pembayaran tersebut diambil di rumah si

berpiutang (pembeli).

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau

penitipan

Ini adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si

berpiutang (kreditur) menolak melakukan pembayaran. Cara itu adalah

sebagai berikut : Barang atau uang yang akan dibayarkan itu ditawarkan

secara resmi oleh seorang Notaris atau seorang jurusita pengadilan.53

Notaris atau jurusita ini membuat suatu perincian barang-barang atau uang

yang akan dibayarkan itu dan pergi ke rumah atau tempat tinggal kreditur,

kepada siapa yang memberitahukan bahwa atas perintah debitur datang

53

(12)

untuk membayar utang debitur tersebut, pembayaran akan dilakukan

dengan menyerahkan (membayarkan) barang atau uang yang telah

diperinci itu.

Apabila kreditur menerima barang atau uang yang ditawarkan itu,

maka selesailah pembayaran itu, dan apabila kreditur menolak yang

biasanya memang sudah dapat diduga, maka notaris atau jurusita akan

mempersilakan kreditur itu menandatangani proses verbal tersebut dan jika

kreditur tidak menaruh tanda tangannya, hal itu akan dicatat oleh Notaris

atau jurusita diatas surat proses verbal tersebut. Dengan demikian

terdapatlah suatu bukti yang resmi bahwa si berpiutang telah menolak

pembayaran.

3. Pembaharuan hutang atau novasi

Menurut pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, ada 3

(tiga) macam untuk melaksanakan suatu pembaharuan hutang atau novasi,

yaitu :

a. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan hutang baru

orang yang menghutangkannya, yang menggantikan hutang yang lama

yang dihapuskan karenanya.

b. Apabila seorang berhutang ditunjuk untuk menggantikan orang

(13)

c. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru

ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama terhadap siapa si

berpiutang dibebaskan dari perikatannya.54

Pembaharuan hutang atau novasi sebagaimana telah dijelaskan,

hakekatnya merupakan surat hasil perundingan segi tiga, sedangkan dalam

hal subrogasi debitur adakalanya pasif dan dalam hal cessie, debitur

selamanya pasif. Dia hanya diberitahukan tentang adanya pergantian

kreditur, sehingga ia harus membayar hutangnya kepada orang baru atau

menghapus perjanjian lama.

4. Perjumpaan hutang atau kompensasi

Ini adalah suatu cara penghapusan hutang dengan jalan

memperjumpakan atau memperhitungkan utang piutang secara timbal

balik antara kreditur dan debitur. Jika dua orang saling berutang satu pada

yg lain, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan, dengan mana

hutang-hutang antara kedua orang tersebut dihapuskan, demikianlah

dijelaskan pada pasal 1424 KUH Perdata. Pada pasal tersebut dijelaskan

bahwa perjumpaan itu terjadi demi hukum, bahkan dengan tidak setahunya

orang-orang yang bersangkutan dan kedua hutang itu, yang satu

menghapuskan yang lain dan sebaliknya pada saat hutang-hutang itu

bersama-sama ada bertimbal balik untuk suatu jumlah yang sama.

Agar dua hutang dapat diperjumpakan, perlulah dua hutang itu

seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan dapat ditagih.

54

(14)

Kalau yang satu dapat ditagih sekarang tetapi yang lainnya baru satu bulan

lagi, maka dua hutang itu tidak dapat diperjumpakan.

Perjumpaan terjadi dengan tidak dibedakan dan sumber hutang piutang

antara kedua belah pihak itu telah lahir, terkecuali :55

a. Apabila dituntutnya pengembalian suatu barang yang secara

berlawanan dengan hukum dirampas dari pemiliknya,

b. Apabila dituntutnya pengembalian barang sesuatu yang dititipkan atau

dipinjamkan,

c. Terdapat sesuatu hutang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang

telah dinyatakan tidak dapat disita (alimentasi).

5. Percampuran hutang

Apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur) dan orang

berhuttang (debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi

hukum suatu percampuran hutang dengan mana hutang-hutang tersebut

dihapuskan. Percampuran hutang terjadi jika kedudukan kreditur dan

debitur menjadi satu, maka terjadilah secara otomatis percampuran hutang,

misalnya :

a. Bila debitur menjadi ahli waris tunggal dari kreditur

b. Bila seorang wanita juga seorang debitur kemudian menikah (kawin)

dengan kreditur dalam suatu percampuran hutang.

55

(15)

6. Pembebasan hutang

Pembebasan hutang ini merupakan tindakan kreditur membebaskan

kewajiban debitur memenuhi pelaksanaan perjanjian. Masalah pada masa

sekarang sungguh sangat sulit, hal ini adalah disebabkan karena ketatnya

persaingan ekonomi pada masa sekarang, namun demikian bila kreditur

menyatakan bahwa debitur telah dibebaskan dari seluruh kewajiban

pembayaran hutang uang maka, hapuslah hutang dari pada debitur.

Dengan demikian yang sangat dibutuhkan dalam pembebasan

hutang adalah adanya kehendak kreditur membebaskan kewajiban debitur

untuk melaksanakan pemenuhan perjanjian serta menggugurkan perjanjian

itu sendiiri. Jadi pembebasan hutang tersebut sebagai tindakan hukum

tidak lain dari pernyataan kehendak yang sepihak yaitu tindakan hukum

sepihak yang timbul atau datang dari pernyataan kehendak dari kreditur.

Akan tetapi walaupun pembebasan hutang dikategorikan sebagai

tindakan hukum sepihak tentu tidak melarang kemungkinan terjadinya

pembebasan hutang berdasarkan tindakan hukum kedua belah pihak. Bila

ditinjau dari segi teoritis, hakekat pembebasan hutang terjadi adanya

tindakan hukum atas kehendak kedua belah pihak. Dapat dilihat atas

pembebasan yang dinyatakan kreditur tentu sekurang-kurangnya

diperlukan juga pernyataan penerimaan pembebasan dari pihak debitur.

Dengan adanya penerimaan yang menyetujui pembebasan hutang

dari pihak debitur jelas terlihat adanya tindakan hukum dari kedua belah

(16)

dinyatakan persetujuan menerima pembebasan. Dan tidak mungkin

pernyataan pembebasan dapat terlaksanakan tanpa persetujuan dari

debitur, yang sekurang-kurangnya dibutuhkan penerimaan kreditur.

7. Musnahnya barang yang terhutang

Jika barang tertentu yang menjadi objek perjanjian musnah, tidak

dapat lagi diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tidak diketahui

apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perjanjiannya, asal barang

tersebut musnah atau hilang diluar kesalahan si berhutang dan sebelum ia

lalai menyerahkannya. Bahkan bila debitur itu lalai menyerahkan barang

(terlambat), ia akan bebas dari perjanjian bila dapat membuktikan bahwa

hapusnya barang itu disebabkan oleh suatu kejadian di luar kekuasaannya.

Apabila si berhutang mengalami peristiwa-peristiwa yang

diuraikan diatas, telah dibebaskan dari perjanjiannya terhadap krediturnya,

maka diwajibkan menyerahkan kepada kreditur itu segala hak yang

mungkin dapat dilakukannya terhadap orang-orang pihak ketiga sebagai

pemilik barang yang telah hapus atau hilang.

8. Batal atau pembatalan

Dikatakan suatu perjanjian batal demi hukum, jika perjanjian itu

tidak memenuhi syarat objektif, sedangkan terjadinya suatu pembatalan

jika perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif. Misalnya, seorang anak

yang belum dewasa mengadakan perjanjian itu dapat dibatalkan oleh orang

(17)

Untuk dalam hal meminta pembatalan perjanjian yang kekurangan

subjektifnya itu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Secara aktif menuntut pembatalan perjanjian yang demikian di depan

hakim

b. Secara pembelaan, yaitu menunggu sampai digugat di depan hakim

untuk memenuhi perjanjian dan dapat mengajukan kekurangannya

perjanjian tersebut.

Untuk penuntutan secara aktif sebagaimana dijelaskan diatas,

Undang-Undang mengadakan suatu batas waktu 5 (lima) tahun, yang diatur dalam

pasal 1454 KUH Perdata, sedangkan untuk pembatalan sebagai pembelaan

tidak diadakan pembatasan waktu.

9. Berlakunya suatu syarat batal

Pada waktu membicarakan perikatan bersyarat, telah dijelaskan

bahwa yang dinamakan perikatan bersyarat itu adalah suatu perikatan yang

nasibnya digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan

masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya

perikatan sehingga terjadinya peristiwa tersebut. Dalam hal yang pertama,

perikatan dilahirkan apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi. Dalam

hal yang kedua, suatu perikatan yang sudah dilahirkan justru akan berakhir

atau dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi. Perikatan ini

dinamakan suatu perikatan dengan suatu syarat batal.

Dalam hukum perjanjian pada asasnya suatu syarat batal

(18)

adalah suatu syarat yang apabila terpenuhi, menghentikan perjanjian dan

membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah-olah tidak

pernah terjadi perjanjian, demikianlah dijelaskan pada pasal 1265 KUH

Perdata. Dengan begitu, syarat batal itu mewajibkan si berutang untuk

mengembalikan apa yang telah diterimanya, apabila peristiwa yang

dimaksudkan itu terjadi.

10.Lewat waktu (daluwarsa)

Menurut pasal 1946 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang

dinamakan daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu upaya untuk

memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan

lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh

undang-undang.

Dengan lewatnya waktu tersebut, hapuslah setiap perikatan hukum

dan tinggallah suatu perikatan bebas (natuurlijke verbintenis), yang artinya

kalau dibayar boleh tetapi tidak dapat dituntut di depan hakim. Debitur

jika ditagih hutangnya atau dituntut di depan pengadilan dapat mengajukan

eksepsi tentang kedaluwarsanya piutang dan dengan demikian mengelak

setiap tuntutan.

Khusus untuk perjanjian jual beli secara indent untuk objek barang

yang akan ada (kendaraan) berakhir apabila :

1. Prestasi telah dilaksanakan

Pada dasarnya objek perjanjian adalah sama dengan prestasi.

(19)

berbuat sesuatu. Di dalam perjanjian timbale balik, seperti jual beli secara

indent, telah ditentukan objek perjanjian. Misalnya, dalam perjanjian jual

beli sepeda motor yang menjadi objek perjanjian adalah harga dan barang.

Pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan sepeda motor secara riil

dan menyerahkan surat-surat sepeda motor tersebut. Begitu juga, pihak

pembeli berkewajiban untuk menyerahkan sejumlah uang harga sepeda

motor yang telah disepakati tersebut. Dengan demikian, telah dilaksanakan

objek perjanjian. Maka, perjanjian antara penjual dan pembeli telah

berakhir, baik secara diam-diam maupun secara tegas.

2. Pembeli atau indentor meninggal dunia

Perjanjian jual beli secara indent berakhir karena meninggalnya

pembeli atau indentor. Dalam hal pembeli meninggal dunia, ahli waris

pembeli dapat mengakhiri perjanjian jual beli indent setelah berunding

dengan pihak penjual dan berhak mendapatkan hak-haknya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak-hak yang telah

diatur dalam perjanjian jual beli secara indent.

3. Adanya wanprestasi berdasarkan putusan hakim

Pada dasarnya perjanjian jual beli harus dilaksanakan oleh para

pihak berdasarkan itikad baik, namun dalam kenyataannya sering kali

salah satu pihak tidak melaksanakan substansi perjanjian jual beli,

walaupun mereka telah diberikan sormasi sebanyak tiga kali berturut-turut.

Karena pada salah satu pihak lalai melaksanakan prestasinya maka, pihak

(20)

secara sepihak. Pemutusan perjanjian jual beli secara sepihak merupakan

salah satu cara untuk mengakhiri perjanjian jual beli yang dibuat oleh para

pihak. Artinya pihak kreditur menghentikan berlakunya perjanjian jual beli

yang dibuat dengan debitur, walaupun jangka waktunya belum berakhir.

Ini disebabkan debitur tidak melaksanakan prestasi tersebut sebagaimana

(21)

BAB IV

TANGGUNG JAWAB DEALER SEBAGAI PELAKU USAHA TERHADAP INDENTOR DALAM PERJANJIAN JUAL BELI

SEPEDA MOTOR SECARA INDENT

A. Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent Pada PT. Indako Trading Coy, Medan

Sepeda motor menjadi moda transportasi yang paling favorit

digunakan oleh masyarakat dewasa ini. Terpilihnya sepeda motor sebagai

sarana transportasi yang paling favorit disebabkan karena keunggulan

sepeda motor itu sendiri dalam hal biaya perawatan, biaya bahan bakar,

efektifitas waktu perjalanan, kenyamanan serta kemampuannya untuk

menerobos kemacetan yang terjadi di jalan raya.

Tingginya animo masyarakat untuk memiliki sepeda motor baru

mengakibatkan masyarakat memiliki keinginan untuk membeli sepeda

motor idaman mereka setelah memesan atau indent terlebih dahulu sepeda

motor yang mereka inginkan dengan membayar sejumlah uang muka

sebagai tanda jadi dan mendapat nomor tunggu atau janji dari pegawai

divisi penjualan tentang kepastian tanggal konsumen atau indentor akan

dapat menerima sepeda motor yang di indentnya.

Perjanjian jual beli sepeda motor sebagai suatu perjanjian yang

mengandung risiko yang memerlukan penanganan yang baik. Untuk

(22)

dari masing-masing pihak baik dari pihak penjual maupun dari pihak

pembeli.

Suatu perjanjian pada kenyataannya tidak selalu dibuat secara

tertulis, tetapi ada juga secara lisan. Hal ini merupakan salah satu dari asas

kebebasan berkontrak. Namun karena perkembangan kesadaran hukum

yang meningkat pesat telah mendorong para pihak untuk membuat dalam

suatu akta otentik. Dalam Pasal 1319 KUH Perdata, perjanjian tersebut

merupakan perjanjian tidak bernama yang merupakan perjanjian yang

timbul, tumbuh dan berkembang dalam praktek. Sama halnya perjanjian

ini timbul karena adanya asas kebebasan berkontrak.

Dalam hukum perjanjian, perjanjian indent merupakan perjanjian

khusus atau disebut juga perjanjian tidak bernama, karena tidak dijumpai

dalam KUH Perdata. Perjanjian ini dapat diterima dalam hukum karena

KUH Perdata ditemui satu pasal yang menyatakan adanya asas kebebasan

berkontrak yakni pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan, “perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”.

Menurut Pasal 1339 KUH Perdata, suatu perjanjian tidak hanya

mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian,

tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan

(diwajibkan) oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Dengan

demikian, setiap perjanjian diperlengkapi dengan aturan-aturan yang

(23)

suatu kalangan tertentu), sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan

oleh kepatutan (norma-norma kepatutan) harus juga diindahkan.

Kita melihat dalam Pasal 1339 KUH Perdata tersebut, bahwa adat

kebiasaan telah ditunjuk sebagai sumber norma disamping

undang-undang ikut menentukan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam

suatu perjanjian. Suatu persoalan disini, bila terdapat suatu adat kebiasaan

yang berlainan atau menyimpang dari undang-undang, apakah peraturan

undang-undang itu masih berlaku ataukah ia sudah disingkirkan oleh adat

kebiasaan tersebut? Jawabnya ialah bahwa suatu pasal (peraturan)

undang-undang, meskipun sudah ada suatu adat kebiasaan yang menyimpang,

masih tetap berlaku dan barangsiapa pada suatu hari menunjuk pada

peraturan undang-undang tersebut harus dibenarkan dan tidak boleh

dipersalahkan.

Menurut hasil wawancara dengan Berry Siregar pada PT. Indako

Trading Coy, Medan sebagai salah satu perusahaan yang memperjual

belikan sepeda motor menyebutkan “perjanjian jual beli yang dilakukan

antara PT. Indako Trading Coy, Medan dengan pembeli (konsumen)

diadakan secara tertulis yang berbentuk standar kontrak dan di dalamnya

berisi hak dan kewajiban kedua belah pihak”.56

Pembeli atau konsumen yang akan bermaksud membeli sepeda

motor, maka yang bersangkutan dapat mendatangi PT. Indako Trading

Coy, Medan atau pada sub dealer dengan membawa identitas diri (seperti

56

(24)

KTP, SIM) dengan mengisi blanko isian yang sudah ditentukan dengan

menyebutkan identitas diri dan spesifikasi sepeda motor yang dipesan

serta membayar uang muka atau tanda jadi.

Bentuk perjanjian yang dilakukan PT. Indako Trading Coy, Medan

dengan pembeli (konsumen) adalah dilakukan dalam bentuk tertulis yang

tentang isi perjanjian tersebut dibuat dan ditentukan oleh pihak

perusahaan. Para pembeli atau konsumen yang terikat dalam perjanjian

biasanya setelah membaca dan mengetahui isi perjanjian tersebut, jika

setuju dengan ketentuan-ketentuan dalam surat perjanjian tersebut maka

akan membubuhkan tanda tangannya. Sedangkan untuk pembeli atau

konsumen yang tidak setuju dengan syarat-syarat sebagaimana disebutkan

dalam perjanjian tersebut, pembeli atau konsumen tersebut tidak akan

membubuhkan tanda tangannya. Dengan demikian, tentang isi dari

perjanjian jual beli sepeda motor pihak pembeli atau konsumen tidak

terlibat dalam pembuatan syarat-syarat perjanjian tersebut dan hanya pihak

perusahaan yang menentukan isi perjanjiannya.

Konsumen yang telah menandatangani formulir isian untuk

menginden sepeda motor yang diinginkan, setelah membayar sejumlah

uang muka akan dicatat pada buku daftar tunggu yang disimpan oleh

perusahaan. Daftar tunggu tersebut memuat : nama pemesan (indentor),

tanggal pemesanan, alamat dan nomor telepon atau handphone yang dapat

dihubungi oleh perusahaan apabila sepeda motor yang dipesan telah

(25)

Dengan menandatangani surat perjanjian tersebut maka antara PT.

Indako Trading Coy, Medan dengan pembeli (konsumen) telah terikat

dengan isi perjanjian yang di dalamnya telah diatur hak dan kewajiban

masing-masing pihak dan telah mengikat kedua belah pihak untuk

melaksanakannya. Jelaslah bahwa perjanjian jual beli sepeda motor antara

PT. Indako Trading Coy, Medan dengan pembeli (konsumen), bentuk

perjanjiannya adalah berbentuk tertulis yang dituangkan dalam bentuk

standar kontrak, syarat-syarat perjanjian ditentukan oleh pihak penjual.

Adapun yang dimaksud dengan perjanjian standar baku adalah

suatu bentuk perjanjian yang mengatur hubungan para pihak yang telah

ditentukan sebelumnya dalam bentuk formulir oleh pihak yang posisinya

lebih kuat dan tidak dapat dirubah kecuali ditentukan lain. Mengenai isi

perjanjian standar baku tidak ada ditentukan dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Dengan demikian, para pihak dapat menentukan sendiri

sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang disimpulkan dari pasal

1338 KUH Perdata yang menyebutkan, bahwa semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen tidak memberikan defenisi tentang perjanjian baku, tetapi

merumuskan klausula baku yang tercantum dalam pasal 1 angka (10)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, sebagai berikut : “setiap

(26)

ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang

dituangkan dalam suatu dokumen atau perjanjian yang mengikat dan wajib

dipenuhi oleh konsumen”.

Ketentuan mengenai klausula baku ini diatur dalam Bab V tentang

ketentuan Pencantuman Klausula Baku yang hanya terdiri dari satu pasal,

yaitu Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen secara prinsip mengatur dua macam

larangan yang diberlakukan bagi para pelaku usaha yang membuat

perjanjian baku dan atau mencantumkan klausula baku dalam perjanjian

yang dibuat olehnya. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai larangan

pencantuman klausula baku dan Pasal 18 ayat (2) mengatur mengenai

bentuk atau format, serta penulisan perjanjian baku yang dilarang.

Dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dikatakan bahwa : Para

pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk

diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada

setiap dokumen dan atau perjanjian, dimana klausula baku tersebut akan

mengakibatkan : yang pertama menyatakan pengalihan tanggung jawab

pelaku usaha, yang kedua menyatakan bahwa pelaku usaha berhak

menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen, yang ketiga

(27)

uang yang dibayarkan atas barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen dan

yang keempat menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku

usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan

segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh

konsumen secara angsuran atau kredit.

Mengatur mengenai perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan

barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen : memberi hak

kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau manfaat harta

kekayaan konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan,

lanjutan dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh

pelaku usaha dan masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya serta

menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai atau hak jaminan terhadap barang

yang dibeli oleh konsumen secara angsurang atau kredit.

Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang

mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau

tidak dapat dibaca secara jelas atau yang dalam pengungkapannya sulit

dimengerti.

Perjanjian jual beli sepeda motor yang dibuat oleh PT. Indako

Trading Coy, Medan sebagai pihak pertama dengan pembeli sebagai pihak

kedua terdapat hak dan kewajiban. Sebagai pihak pertama, PT. Indako

(28)

1. Pihak pertama dalam hal ini berkewajiban memberikan sepeda motor kepada pihak kedua sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

2. Pihak pertama sanggup menyediakan sepeda motor yang dibutuhkan oleh pihak kedua dengan keadaan

5. Pihak kedua akan membayar kepada pihak pertama atas harga sepeda motor sesuai dengan harga yang disepakati.57

Kewajiban-kewajiban tersebut harus dilaksanakan oleh pihak

perusahaan PT. Indako Trading Coy, Medan dan hal tersebut adalah

merupakan hak dari para pembeli (konsumen) jual beli sepeda motor yang

terikat dalam perjanjian. Jika dalam pelaksanannya pihak PT. Indako

Trading Coy, Medan tidak memenuhi kewajiban tersebut, maka konsumen

yang dirugikan dapat melakukan tuntutan ganti rugi akibat tidak

dipenuhinya isi perjanjian tersebut.

Kewajiban dari pihak pembeli dalam perjanjian jual beli tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Pihak pembeli berkewajiban membayar harga sepeda motor sesuai

dengan harga yang disepakati.

57

(29)

2. Pihak pembeli wajib mentaati segala peraturan dan

ketentuan-ketentuan yang tertera dalam perjanjian yang terdapat di dalam jual

beli sepeda motor.

Kewajiban-kewajiban tersebut harus dilaksanakan oleh pembeli

atau pihak kedua yang sekaligus hal itu merupakan hak dari pihak

perusahaan PT. Indako Trading Coy, Medan. Jika pihak kedua tidak dapat

memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut sesuai perjanjian, maka pihak

pertama setiap saat dapat memutuskan hubungan dengan pihak kedua dan

membatalkan perjanjian jual beli sepeda motor ini tanpa membayar ganti

kerugian apapun kepada pihak kedua atau pembeli.

B. Upaya Indentor Agar Perusahaan Memenuhi Hak Indentor

Tuntutan atau claim indentor untuk mendapatkan hak indentor agar

segera memperoleh sepeda motor yang telah diindennya dapat diajukan

kepada PT. Indako Trading Coy, Medan dengan berbagai cara yang

bersifat kekeluargaan atau jalur hukum.

Sebelum indentor mengajukan tuntutan melalui jalur hukum di

Pengadilan, perlu dianalisa terlebih dahulu apakah kerugian yang diderita

konsumen merupakan akibat langsung dari tindakan PT. Indako Trading

Coy, Medan atau tidak, karena menurut undang-undang debitur hanya

wajib membayar ganti rugi atas kerugian yang memenuhi 2 (dua) syarat,

(30)

1. Kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya diduga pada waktu

perjanjian dibuat.

2. Kerugian yang merupakan akibat langsung dan serta merta daripada

ingkar janji.58

dimana apabila konsumen mengajukan gugatan tanpa didasari alasan

tersebut maka gugatan konsumen tidak akan diterima oleh Pengadilan.

Claim yang diajukan konsumen terhadap perusahaan umumnya

disampaikan langsung oleh konsumen pada PT. Indako Trading Coy,

Medan di kantor pemasaran, melalui situs internet khusus untuk para

indentor sepeda motor Honda, melalui surat kabar, surat elektronik (

e-mail) atau media-media lainnya yang memuat ketidakpuasan konsumen

atas layanan PT. Indako Trading Coy, Medan atau tidak terpenuhinya

hak-hak konsumen oleh PT. Indako Trading Coy, Medan.

Seluruh claim yang disampaikan masyarakat ditangani oleh Divisi

Human Relation PT. Indako Trading Coy, Medan yang berwenang kritik,

saran dan keluhan masyarakat yang disampaikan langsung maupun

melalui media elektronik dan media massa.

Tuntutan masyarakat yang berakibat hukum, disampaikan ke Divisi

Legal untuk ditindak lanjuti dan diselesaikan, sedangkan tuntutan yang

bersifat kritik dan saran akan dibalas dengan disertai upaya

penyempurnaan dan pemenuhan hak-hak konsumen.

58

(31)

Khusus tuntutan konsumen dalam perjanjian indent, umumnya

mengenai panjangnya waktu yang dibutuhkan indentor untuk menunggu

datangnya sepeda motor yang diindent serta adanya indikasi karyawan PT.

Indako Trading Coy, Medan melakukan penukaran nomor urut tunggu

indentor sehingga indentor yang telah lama menanti belum memperoleh

sepeda motor yang diindent, sedangkan indentor lain dengan nomor urut di

belakang dapat menerima sepeda motor lebih dahulu karena memberikan

sejumlah „uang pelicin‟ pada karyawan tertentu.

Terhadap claim konsumen demikian, Divisi Human Relation

bekerjasama dengan Divisi Legal akan melakukan penelitian terhadap

karyawan berdasarkan informasi konsumen yang apabila diperlukan akan

dihubungi oleh Divisi Human Relation dan Legal untuk dimintai

keterangan.

Bila setelah dikonfirmasikan dengan keterangan konsumen,

terbukti bahwa karyawan telah sengaja atau tidak sengaja melakukan

hal-hal yang dilaporkan konsumen maka Pimpinan Kantor Cabang PT. Indako

Trading Coy, Medan akan menindak karyawan.

Konsumen akan mendapat pemenuhan haknya segera dari

perusahaan atau PT. Indako Trading Coy, Medan dengan disertai

permohonan maaf apabila ternyata karyawan terbukti melakukan tindakan

yang merugikan konsumen.

Jalur yang ditempuh perusahaan merupakan jalur administratif

(32)

tuntutan konsumen yaitu Divisi Human Relation dan Divisi Legal yang

bertanggung jawab langsung pada Pimpinan Cabang PT. Indako Trading

Coy, Medan sehingga apabila tuntutan konsumen terbukti benar maka

karyawan yang terbukti melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan

dapat segera dikenakan sanksi administrasi dan sanksi hukum bila

merugikan keterangan dan nama baik perusahaan.

Atas dasar analisa tersebut, maka lebih baik dan berhasil guna

apabila tuntutan diajukan konsumen pada perusahaan melalui upaya

kekeluargaan tanpa melibatkan pihak ketiga (Pengadilan) sehingga

masalah indentor dapat diselesaikan disamping kredibilitas perusahaan

tetap terjaga di masyarakat.

C. Tanggung Jawab PT. Indako Trading Coy, Medan Dalam Hal Sepeda Motor Yang Diterima Indentor Tidak Sesuai Yang Dipesan dan Diterima Melewati Waktu Yang Diperjanjikan

Dalam hal terjadinya keterlambatan diserahkannya sepeda motor

tersebut kepada indentor, sehingga atas keterlambatan tersebut pihak

indentor merasa dirugikan maka kerugian yang dialami oleh indentor

tersebut tidak dapat semata-mata dibebankan kepada PT. Indako Trading

Coy, Medan, karena bagaimana pun juga PT. Indako Trading Coy, Medan

hanya bertindak sebagai penjual sepeda motor tersebut dan untuk

penyerahannya pun masih bergantung pada produsen. Berry Siregar

(33)

penyerahan sepeda motor tersebut beserta alasan-alasan penyebab

keterlambatannya sudah dijelaskan kepada pihak indentor dan indentor

yang mengalami keterlambatan penyeerahan sepeda motor tidak keberatan

dan dapat mengerti hal-hal tersebut, karena keterlambtan tersebut juga

bukan merupakan kesengajaan atau kelalaian pihak PT. Indako Trading

Coy, Medan.

Upaya untuk menjamin kesesuian dan pertanggungjawaban ketika

terjadi ketidaksesuaian yang dilakukan PT. Indako Trading Coy, Medan

kepada Bapak Lis menunjukan perwujudan pelaksanaan itikad baik

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang

menyatakan bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Untuk mengetahui pertanggungjawaban PT. Indako Trading Coy,

Medan kepada indentor dalam hal terjadinya ketidaksesuaian pada sepeda

motor yang diterima oleh indentor. Bapak Lis dan PT. Indako Trading

Coy melakukan jual-beli sepeda motor dengan cara indent satu unit Honda

CB150R Manual berwarna hitam metallic, terhitung 1 minggu pemesanan,

sepeda motor yang dipesan oleh Bapak Lis tersebut datang dan setelah

dilakukan pengecekan untuk menjamin dan memastikan kesesuaian sepeda

motor tersebut pun diserahkan kepada Bapak Lis. Dalam 3 hari pemakaian

Bapak Lis menelpon pihak dealer untuk menyampaikan keluhan yang

dialaminya terhadap sepeda motor yang baru dibelinya dari PT. Indako

Trading Coy tersebut. Bapak Lis menceritakan 2 hari setelah sepeda motor

(34)

masih dalam kedaan baik dan tidak ditemui kendala, namun memasuki

hari ketiga ditemui keluhan terhadap sepeda motor tersebut, yaitu

mengeluarkan suara berisik pada mesinnya yang mengakibatkan

ketidaknyamanan pada saat berkendara. Kemudian Bapak Lis merekam

suara berisik tersebut yang memang jelas terdengar saat mesin dinyalakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam

pelaksanaan perjanjian jual beli dengan cara indent antara PT. Indako

Trading Coy, Medan dan Bapak Lis selaku indentor. PT. Indako Trading

Coy, Medan sebagai pihak penjual telah melaksanakan

pertanggungjawabannya terhadap Bapak Lis selaku indentor dalam hal

terjadinya ketidaksesuaian sepeda motor yang diterima oleh Bapak Lis.

Secara garis besar pertanggungjawaban yang dilakukan oleh PT. Indako

Trading Coy, Medan yaitu :

1. PT. Indako Trading Coy, Medan melakukan perbaikan terhadap

kerusakan yang terjadi pada sepeda motor yang dibeli oleh Bapak Lis

dari PT. Indako Trading Coy, Medan.

2. Proses perbaikan sepeda motor dilakukan di bengkel resmi PT. Indako

Trading Coy seperti bengkel resmi AHASS.

3. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Bapak Lis terhadap

sepeda motor yang telah dibeli dari PT. Indako Trading Coy, Medan,

maka PT. Indako Trading Coy, Medan menanggung kerugian yang

(35)

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Berry Siregar kepada

penulis perihal penyebab masalah tersebut, diperoleh keterangan bahwa

tekhnisi PT. Indako Trading Coy, Medan mendiagnosa penyebab dari

suara berisik pada mesin sepeda motor tersebut terdeteksi memang perlu

ganti spart yaitu Lifter Assy Tensioner.59

Lifter Assy Tensioner atau disingkat LAT terletak pada blok mesin

belakang blok silinder, yang dikelilingi oleh rantai keteng/chain yang

menunjang kerja piston dan klep sisi lainnya. Dalam kerja kerasnya yang

terus menerus selama mesin hidup, rantai memerlukan ketegangan yang

sesuai agar dapat bekerja maksimal dan minim suara berisik, rantai akan

semakin berisik apabila ketegangannya berkurang atau rantai mulai

renggang atau memuai akibat panas area mesin. Apabila rantai renggang,

selain berisik maka efek lainnya dapat menyebabkan kerja rantai dan gir

menjadi tidak presisi dan juga berpengaruh pada piston dan klep

bertabrakan, ketika sepeda motor sedang dikendarai/kondisi mesin hidup

seringkali terdengar suara berisik dalam mesin.

Solusi dari permasalahan ini adalah dengan mengganti spart lifter

assy tensioner tersebut, yang mana dalam proses penggantian ini tidak

memakan biaya karena masih dalam masa garansi dealer. Ketentuan dan

kondisi garansi Indako memberikan jaminan apabila terdapat kerusakan

pada komponen atau hasil kerja pabrikan dan setelah dilakukan

pengecekan oleh tim tekhnisi PT. Indako Trading Coy, Medan dan

59

(36)

dipastikan bahwa permasalahan yang dialami oleh sepeda motor Bapak Lis

bukan dikarenakan kesalahan penggunaan ataupun force majeur melainkan

dikarenakan hasil kerja pabrikan yang tidak presisi atau tidak tepat.

Sehingga PT. Indako Trading Coy bersama bengkel resminya AHASS

memulihkan kerusakan dengan cara perbaikan atau sesuai kondisi dengan

cara mengganti komponen yang rusak dan tidak mengganti dengan

kendaraan yang baru.

Hanya perjanjian yang dibuat secara sah saja yang dapat

mempunyai akibat hukum dan mengikat para pihak sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dari penelitian yang dilakukan

oleh penulis terhadap perjanjian jual beli sepeda motor dengan cara indent

anatara PT. Indako Trading Coy, Medan dan Bapak Lis telah memenuhi

syarat-syarat sahnya perjanjian seperti yang telah disebutkan dalam Pasal

1320 KUH Perdata, yaitu :

1. Perjanjian jual-beli sepeda motor dengan cara indent antara PT. Indako

Trading Coy, Medan dan Bapak Lis lahir karena adanya kata sepakat

mengenai harga dan jenis barang yang akan dipesan, yang selanjutnya

dituangkan dalam Surat Pesanan Kendaraan atau SPK dan

diserahkannya uang muka yang selanjutnya akan diperhitungkan

sebagai harga sepeda motor bila sepeda motor yang dipesan tersebut

telah tersedia.

2. Masing-masing pihak dalam perjanjian jual-beli sepeda motor dengan

(37)

cakap melakukan perbuatan hukum, yang disyaratkan untuk

menyerahkan kartu identitas berupa KTP atau SIM yang hanya dapat

dimiliki oleh orang dewasa atau sudah berusia sekurang-kurangnya 17

tahun

3. Suatu hal atau objek tertentu, objek dalam perjanjian jual-beli dengan

cara indent yaitu satu unit sepeda motor Honda CB150R yang dipesan

oleh Bapak Lis yang spesifikasi sepeda motor tersebut umumnya telah

dimuat dalam brosur-brosur yang disediakan di showroom penjual

maupun iklan-iklan di media elektronik dan media massa.

4. Sebab atau causa yang halal, causa adalah sasaran atau tujuan yang

kedua belah pihak bermaksud mencapainya. Adapun causa yang halal

adalah kausa atau tujuan yang tidak bertentangan dengan

undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Tujuan perjanjian yang

dilakukan oleh PT. Indako Trading Coy, Medan dan Bapak Lis adalah

melakukan kegiatan perdagangan, yakni jual-beli sepeda motor.

Adapun kegiatan jual-beli sepeda motor ini tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan,

sehingga tujuan perjanjian jual beli ini adalah sah karena telah

memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang.

Dalam pelaksaan perjanjian jual beli sepeda motor dengan cara

indent diatas, pada dasarnya PT. Indako Trading Coy, Medan selaku pihak

penjual telah beritikad baik dalam melaksanakan kewajibannya dalam

(38)

hingga ketika sepeda motor tersebut dikirimkan dan diserahkan kepada

indentor dengan melakukan pengecekan atas sepeda motor tersebut, dari

upaya-upaya yang dilakukan oleh PT. Indako Trading Coy, Medan untuk

menjamin kesesuaian sepeda motor yang dipesan oleh indentor, yang

meliputi pengecekan atas sepeda motor tersebut untuk memastikan bahwa

sepedan motor yang nantinya akan diserahkan kepada indentor tersebut

benar-benar sesuai dengan apa yang dipesan oleh indentor yang tertuang

dalam SPK dan memastikan bahwa sepeda motor tersebut dalam kondisi

baik.

Dalam rangka pelaksanaan perjanjian, peranan itikad baik (good

faith) memiliki peranan yang sangat penting, Pasal 1338 ayat (3) KUH

Perdata menyebutkan bahwa “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad

baik”. Hal ini menjadi alasan yang sangat rasional karena itikad baik

merupakan suatu landasan pelaksanaan perjanjian, apakah suatu perjanjian

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya atau tidak. Suatu perjanjian

dilaksanakan dengan baik atau tidak, dapat dilihat dari

perbuatan-perbuatan nyata pada saat pelaksanaan perjanjian tersebut.

Upaya untuk menjamin kesesuaian dan pertanggungjawaban ketika

terjadi ketidaksesuaian yang dilakukan oleh PT. Indako Trading Coy,

Medan kepada Bapak Lis menunjukan perwujudan pelaksanaan asas pacta

sun servanda. Asas ini berhubungan dengan akibat suatu perjanjian dan

diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata, yang dapat disimpulkan dari kata

(39)

pacta sun servanda disebut juga asas kepastian hukum, dengan adanya

kepastian hukum maka para pihak yang telah menjanjikan sesuatu akan

memperoleh jaminan yaitu apa yang telah diperjanjikan itu akan dijamin

pelaksanaannya.

Perjanjian jual beli sepeda motor dengan cara indent diatas juga

menunjukan pelaksanaan asas itikad baik sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik.

Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh PT. Indako Trading Coy,

Medan kepada indentor telah sesuai dengan kewajiban-kewajiban pihak

penjual yang diatur dalam Pasal 1474 KUH Perdata yang menyebutkan

bahwa “Pihak penjual memiliki kewajiban untuk menyerahkan sepeda

motor yang sesuai dengan pesanan indentor, tetapi juga untuk

menanggung segala resiko yang ditimbulkan dari penyerahan sepeda

motor tersebut.

Dalam hal ini, barang telah diserahkan dan masing-masing pihak

telah melaksanakan prestasinya, namun setelah barang diterima oleh

indentor terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan dan diluar kemampuan

kedua belah pihak pada barang tersebut, sehingga kerugian diderita oleh

indentor berkaitan dengan hal tersebut, penjual tidak hanya memiliki

kewajiban untuk menyerahkan sepeda motor yang sesuia dengan pesanan

indentor, tetapi juga untuk menanggung segala resiko yang ditimbulkan

(40)

kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian diluar kesalahan salah

satu pihak yang mengadakan perjanjian.60 Risiko diatur dalam hukum

perjanjian, pada Pasal 1237 KUH Perdata yang berbunyi “Dalam hal

adanya perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, maka barang

itu semenjak perikatan dilahirkan adalah atas tanggungan si berpiutang”.

PT. Indako Trading Coy, Medan juga telah melaksanakan

kewajiban-kewajibannya sebagai pelaku usaha, sebagaimana yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen pada pasal 7 yang mengatur kewajiban pelaku usaha. PT.

Indako Trading Coy, Medan memiliki bentuk-bentuk pertanggungjawaban

kepada indentor dalam hal terjadinya ketidaksesuaian terhadap sepeda

motor yang dibeli dari PT. Indako Trading Coy, yang mana

pertanggungjawaban PT. Indako Trading Coy, Medan dilakukan dengan

tetap mengedepankan kepentingan Bapak Lis selaku indentor sebagai

konsumen.

Apabila para pihak yaitu PT. Indako Trading Coy dan konsumen

tidak melakukan kewajiban yang telah ditentukan dalam perjanjian, maka

telah melakukan perbuatan wanprestasi atau ingkar janji. Dengan adanya

ingkar janji atau wanprestasi terhadap janji itulah, maka penting adanya

peraturan hukum perjanjian yang didalamnya mengatur seluk-beluk

peristiwa sehubungan dengan orang yang ingkar janji atau wanprestasi.

Ingkar janji disini adalah tidak menepati janji sebagaimana mestinya.

60

(41)

Dengan demikian secara umum wanprestasi dapat diartikan dengan

pelaksanaan prestasi atau kewajiban yang tidak sebagaimana diharapkan.

Pasal 1365 KUH Perdata menyebutkan bahwa tiap-tiap perbuatan

melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 1366 KUH Perdata

disebutkan bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk

kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian

yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hati. Sedangkan di

dalam Pasal 1367 ayat (1) KUH Perdata disebutkan bahwa seseorang tidak

saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatannya sendiri tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh

barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.

Jual beli sepeda motor dengan cara indent antara PT. Indako

Trading Coy, Medan dengan konsumen, jika wanprestasi karena kesalahan

salah satu pihak, maka ganti rugi sudah pasti akan ditanggung oleh pihak

yang menimbulkan kerugian. Tetapi akan lain halnya jika tidak

dipenuhinya sesuatu prestasi karena di luar kesalahan para pihak yang

dalam hal ini berarti terjadi sesuatu peristiwa secara mendadak yang tidak

dapat diduga-duga terlebih dahulu dan karena itu tidak dapat

dipertanggung jawabkan kepada pihak yang menderita kerugian. Dengan

(42)

yang berupa biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan atau

kerugian yang sungguh-sungguh menimpa harta benda yang berpiutang

tetapi juga yang berupa kehilangan keuntungan yaitu keuntungan yang

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan perjanjian jual beli sepeda motor secara indent pada PT. Indako Trading

Coy, Medan adalah sebagai berikut :

a. Tahap pra kontraktual, adanya kesepakatan antara PT. Indako Trading Coy,

Medan dengan indentor yang diwujudkan dalam Surat Pesanan Kendaraan (SPK),

dalam tahap ini para pihak sedang saling menjajaki, bernegoisasi, tawar-menawar,

demand dan supply sampai terjadinya konsensus dalam penandatanganan Surat

Pesanan Kendaraan (SPK).

b. Tahap kontraktual, yaitu tahap mulai terjadinya perjanjian sampai pelaksanaan

perjanjian selesai. Dalam tahap ini dilaksanakan pemenuhan syarat sahnya

kontrak, pelaksanaan prestasi sampai berakhirnya kontrak. Setelah

ditandatanganinya Surat Pesanan Kendaraan (SPK) sampai ketika diserahkannya

sepeda motor yang dipesan tersebut kepada indentor.

Perjanjian jual beli antara PT. Indako Trading Coy, Medan dan konsumen

berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata adalah sah sehingga karenanya perjanjian jual

beli tersebut mengikat dan karenanya berlaku bagi para pihak dalam bentuk :

a. Para pihak menjadi terikat pada isi perjanjian dan juga kepatutan, kebiasaan dan

undang-undang (Pasal 1338, 1339 dan 1340 KUH Perdata).

(44)

2. Upaya indentor agar perusahaan / PT. Indako Trading Coy, Medan memenuhi hak

indentor adalah dengan melakukan tuntutan atau claim secara kekeluargaan yang

disampaikan langsung atau melalui media internet, surat elektronik dan atau media

massa atau tuntutan/gugatan melalui Pengadilan.

3. Tanggung jawab PT. Indako Trading Coy dalam hal sepeda motor yang diterima

indentor tidak sesuai yang dipesan dan diterima melewati waktu yang diperjanjikan

adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan penjual sepeda motor melakukan perbaikan dan penggantian part

kerusakan yang terjadi pada sepeda motor yang telah dibeli oleh indentor.

b. Perusahaan penjual sepeda motor mewakili indentor dalam hal melakukan

pengajuan klaim garansi dari proses awal hingga akhir sepeda motor tersebut

telah selesai diperbaiki dan diserahkan kepada indentor.

B. Saran

Pada bagian akhir dari skripsi ini disampaikan saran-saran :

1. Bagi perusahaan penjual sepeda motor sebaiknya Surat Pesanan Kendaraan atau SPK

dirumuskan dengan lebih baik lagi, misalnya penambahan klausul-klausul dalam SPK

mengenai kepastian jangka waktu penyerahan dan tanggung jawab penjual sepeda

motor yang diserahkannya kepada indentor agar dapat melindungi dan mengakomodir

hak dan kewajiban para pihak khususnya indentor, terlebih lagi dalam jual beli

(45)

dilihat oleh pihak indentor sehingga dimungkinkan terjadinya masalah dikemudian

hari.

2. Dalam menuntut hak konsumen agar dipenuhi oleh perusahaan yang menyangkut

pengadaan sepeda motor sesuai spesifikasi yang diinginkan konsumen, sebaiknya

dilakukan konsumen secara kekeluargaan terlebih dahulu agar tuntutan konsumen

lebih cepat dapat direalisasikan oleh perusahaan tanpa mempengaruhi kredibilitas

perusahaan.

3. Bagi indentor sebaiknya langsung menyampaikan keluhan kepada pihak penjual

ketika pertama kali menemui ketidaksesuaian terhadap sepeda motor yang berupa

gangguan pada mesin, agar pihak penjual dapat segera melakukan perbaikan sebelum

gangguan mesin tersebut meluas pada komponen mesin lainnya, dengan demikian

perbaikan tidak memakan waktu yang lama sehingga kegiatan indentor yang

Referensi

Dokumen terkait

sebagai pihak yang harus mengikuti Perpres 54/2010, yaitu entitas yang mendapat bantuan, atau memperoleh lisensi ekslusif dari pemerintah. Monopoli atau quasi- monopoli untuk

1. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang

Disini kami sebagai pembawa acara pada malam ini maka kami akan membacakan susunan acara pada acara maulid Nabi Saw... Penutup dan

, (2008) bahwa p roduksi dan kualitas serasah yang dipengaruhi oleh jenis pohon mempunyai pengaruh yang kuat terhadap dinamika SOC. Pemanfaatan lahan intensif

Dalam konflik tersebut, Melayu Muslim bukan hanya menggunakan bahasa sebagai sarana perlawanan sosial, namun juga sebagai simbol politik identitas untuk menunjukkan eksistensi

keempat : implementasi dan pengujian sistem, serta analisis hasil pengujian. Pada tahapan ini dilakukan proses pembangunan sistem atau aplikasi berdasarkan rancangan yang

Contohnya harga semasa bagi GBPUSD adalah 1.6300, apabila anda menganggarkan yang trend pasaran akan berubah arah dan akan naik setelah mencapai harga terendah pada 1.6280,

(2) setiap pelaksana, peserta, dan/atau petu- gas kampanye pemilu yang dengan sengaja pada masa tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya