• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Black White Centro Tea And Coffee Bar Jalan Setia Budi Blok C No 7 Komp Tasbi 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Black White Centro Tea And Coffee Bar Jalan Setia Budi Blok C No 7 Komp Tasbi 1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Store Atmosphere

2.1.1 Pengertian Store Atmosphere

Menurut Berman & Evan (2004:462) atmospehere refers to the store’s physical characteristics that are used to develop a n image and to dra w customers, yang berarti suasana toko merupakan karakteristik fisik toko yang digunakan untuk membangun kesan dan menarik pelanggan. Menurut Levy & Weitz (2001:576) atmospherics refers to design of an environment via visua l communications, lighting, colours, music, and scent to stimulate customers

perceptual and emotional responses and ultimately to affect their purchase

behavior, yang berarti suasana toko merupakan penciptaan suasana toko melalui visual, penataan, cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen untuk melakukan pembelian.

Menurut Utami (2010:98) “Suasana Toko (Store Atmosphere) merupakan

kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma secara menyeluruh akan menciptakann citra dalam bentuk konsumen”. Menurut Gilbert dalam Foster

(2)

pembelian. Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa store atmosphere adalah suatu karakteristik fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis cafetaria, hal ini berperan sebagai penciptaan suasana yang nyaman untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada di dalam toko dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk selalu berkunjung.

2.1.2 Tujuan Store Atmosphere

Store atmosphere mempunyai tujuan tertentu. Menurut Lamb et al (2001: 105-109), dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen.

2. Tata letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku belanja.

2.1.3 Dampak Store Atmosphere

Dampak dari store atmosphere (suasana toko) terhadap emosi konsumen ditunjukkan dengan perilaku tertentu, Peter dan Olson (2002:251) menjelaskan dampak suasana toko yang diungkapkan dengan perilaku tertentu, yaitu:

(3)

b) Bergairah (arousal), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa meluap- luap, waspada, aktif di dalam toko. Dapat meningkatkan lamanya waktu yang diluangkan di dalam toko serta keinginan untuk berinteraksi dengan pramuniaga. Rangsangan yang menyebabkan kegairahan pertama-tam adalah kenyamanan, pencahayaan yang terang dan musik yang mengalun.

c) Menguasai (dominance), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa dikontrol atau bebas berbuat sesuatu di dalam toko.

2.1.4 Faktor – Faktor Store Atmosphere

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko menurut Lamb et al (2001:108), yaitu:

1. Jenis karyawan, Karakteristik umum karyawan, sebagai contoh : rapi, ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.

2. Jenis barang dagangan dan kepadatan, Jenis barang dagangan yang dijual bagaimana barang tersebut dipajang menentukan suasana yang ingin diciptakan oleh pengecer.

3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan, Perlengkapan tetap bisa elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari logam dan kaca tidak tembus pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin diciptakan.

(4)

lama di toko. Musik dapat mengontrol lain lintas di toko, menciptakan suasana citra, dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelinya. 5. Aroma, Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Penelitian

menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja. dan umumnya bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang dapat disetujui. Para pengecer menggunakan wangi antara lain sebagai perluasan dan strategi eceran.

6. Faktor visual, Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan perhatian, warna merah kuning atau oranges dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan yang diinginkan. Warna-warna yang menyejukkan seperti hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat yang tertutup, dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih. Pencahayaan juga dapat mempunyai pengaruh penting pada suasana toko. Konsumen takut untuk berbelanja pada malam hari di daerah tertentu dan lebih merasa senang bila tempat itu memiliki pencahayaan yang kuat untuk alasan keselamatan. Tampak luar .suatu toko juga mempunyai pengaruh pada suasana yang diinginkan dan hendaknya tidak menerbitkan kesan pertama yang mengkhawatirkan bagi pembelanja.

2.1.5 Cakupan Store Atmosphere

(5)

1. Instore Atmosphere

Instore Atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut:

a. Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound.

b. Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system. c. Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk

meniptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan dan menuman dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.

d. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.

e. Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan desain bar counter, penataan meja, penataan lukisan-lukisan dan sistem pencahayaan dalam ruangan.

2. Outstore Atmosphere

Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar ruangan yang menyangkut:

(6)

b. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan - bahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan.

c. Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar restoran meliputi desain papan nama luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar ruangan.

2.1.6 Elemen Store Atmosphere

Menurut Berman dan Evans (2007:604), “Atmosphere can be divided into several elements: enterior, general interior, store layout, and displays.” Elemen

Store Atmosphere ini meliputi: bagian luar toko, bagian dalam toko, tata letak ruangan, dan panjangan (interior point of interest display),akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini:

1. Exterior (bagian luar toko)

(7)

a. Storefront (Bagian Muka Toko)

Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan nama, pintu masuk, dan kostruksi bangaunan. Store front harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga merupakan exterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko.

b. Marquee (Simbol)

Marguee adalah suatu tanda digunakan untuk memegang nama atau logo suatu toko. Marguee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marguee dapat terdiri nama atau logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif, Marguee harus diletakkan diluar, terlihan berbeda, dan lebih menarik atau lebih mencolok dari pada toko lain disekitarnya.

c. Entrance (Pintu Masuk)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehinggan dapat mengundang konsumen untuk masuk ke dalam toko dan juga mengurangi kemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen.

d. Display Window (Tampilan Jendela)

(8)

jendela pajangan yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang dipajang, warna, bentuk, dan frekuensi penggantiannya.

e. Height and Size Building (Tinggi dan Ukuran Gedung)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut. Misalnya, tinggi langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah lebih luas. f. Uniqueness (Keunikan)

Keunikan suatu toko bisa dihasilkan dari desain bangunan toko yang lain dari yang lain.

g. Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)

Keadaan lingkungan masyarakat dimana suatu toko berada, dapat mempengaruhi suatu toko. Jika toko lain yang berdekatan memiliki citra tersebut.

h. Parking (Tempat Parkir)

Tempat parkir merupakan hal yang penting bagi konsumen. Jika tempat parkir luas, aman, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan atmosphere yang positif bagi toko tersebut.

2. General Interior (bagian dalam toko)

(9)

dan memilih barang dan akhirnya malakukan pembelian. Ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi konsumen pada toko tersebut. Elemen-elemen general interior terdiri dari:

a. Flooring (Lantai)

Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting, karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.

b. Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)

Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko. Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat suasana yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik)

Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khususnya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stress sambil menikmati makanan.

d. Fixture (Penempatan)

(10)

Karena penempatan meja yang sesuai dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.

e. Wall Texture (Tekstur Tembok)

Tekstur dinding yang menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.

f. Temperature (Suhu Udara)

Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan jangan terlalu panas atau dingin.

g. Width of Aisles (Lebar Gang)

Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar konsumen merasa nyaman dan betah berada di toko.

h. Dead Area

Dead Area merupakan ruang di dalam toko dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misal: Pintu masuk, toilet, dan sudut ruangan.

i. Personel (Pramusaji)

Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen. j. Service Level

Macam-macam pelayanan adalah: self service, self selection, limited service, dan full service.

k. Price (Harga)

(11)

3. Store Layout (Tata Letak Toko)

Store Layout adalah pengelolaan dalam hal penentuan lokasi dan fasilitas restoran. Pengelolaan toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang ada seef toko. Pengelolaan toko juga harus memanfaatan ruangan toko yang ada seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang layout adalah sebagai berikut:

a. Allocation of floor space for selling, personnel, and customers. Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk:  Selling Space (Ruangan Penjualan)

Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara konsumen dan pramusaji.

 Personnel Space (Ruangan Pegawai)

Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji seperti tempat beristirahat atau makan.

 Customers Space (Ruangan Pelanggan)

Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, ruang tunggu.

b. Traffic Flow (Arus Lalu Lintas)

Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu:  Grind Layout (Pola Lurus)

(12)

 Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar)

Terdiri dari gang yang utama yang dimulai dari pintu masuk, mengelilingi seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk lingkaran atau persegi, kemudiankembalike pintu masuk.

 Spine Layout (Pola Berlawanan Arah)

Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai belakang toko, membawa pengunjung dalam dua arah.

 Free-flow Layout (PolaArus Bebas)

Pola yang paling sederhana dimana barang-barang diletakkan dengan bebas.

4. Display (Dekorasi Pemikat Dalam Toko)

Display adalah suatu dekorasi yang dapat menjadi ciri khas dan dapat memikat konsumen. Display mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan informasi kepada konsumen dan menambah store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior point of interest display terdiri dari:

a. Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema)

Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendisain dekorasi toko atau meminta pramusaji berpakaian sesuai tema tertentu.

b. Wall Decoration (Dekorasi Ruangan)

(13)

Menurut Levi dan Wetz (2007:603), Ketika hendak menata atau medekorasi ulang sebuah toko manajer harus memperhatikan tiga tujuan dari atmosphere berikut:

1. Atmosphere harus konsisten dengan citra toko dan strategi secara keseluruhan.

2. Membantu konsumen dalam menetukan keputusan pembelian.

3. Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer harus mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain tertentu yang sebaik-baiknya sesuai dengan yang dianggarkan.

2.2 Loyalitas Pelanggan

2.2.1 Pengertian Loyalitas Pelanggan

Menurut Oliver (dalam Ratih Hurriyati (2010:129) mengungkapkan defenisi loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran memiliki potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

(14)

kepada suatu perilaku yang ditunjukkan dengan pembelian rutin didasarkan pada unit pengambilan keputusan.

Menurut Lovelock (2007:338), loyalitas pelanggan yaitu kesediaan pelanggan untuk terus berlangganan pada sebuah perusahaan dalam jangka panjang, dengan membeli dan menggunakan barang dan jasanya secara berulang-ulang dan lebih baik lagi secara eksklusif, dan dengan sukarela merekomendasinya kepada pihak lain. Kesetiaan konsumen tidak terbentuk dalam waktu singkat tetapi melalui proses belajar dan berdasarkan hasil pengalaman dari konsumen itu sendiri dari pembelian konsisten sepanjang waktu. Bila yang didapat sudah sesuai dengan harapan,maka proses pembelian ini terus berulang. Hal ini dapat dikatakan bahwa telah timbul kesetiaan konsumen. Bila dari pengalamannya, konsumen tidak mendapatkan merek yang memuaskan maka ia tidak akan berhenti untuk mencoba merek-merek lain sampai ia mendapatkan produk atau jasa yang memenuhi kriteria yang mereka tetapkan.

2.2.2 Karakterisitik Loyalitas Pelanggan

Menurut Griffin (2009:31), karakteristik pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut:

(15)

2. Membeli di luar lini produk/jasa (purcha ses across product and service lines). Membeli di luar lini produk dan jasa artinya keinginan untuk membeli lebih dari produk dan jasa yang telah ditawarkan oleh perusahaan.pelanggan yang sudah percaya pada perusahaan dalam suatu urusan maka akan percaya juga untuk urusan lain.

3. Mereferensi toko kepada orang lain, artinya menarik pelanggan baru untuk perusahaan (Refers other). Pelanggan yang loyal dengan sukarela merekomendasikan perusahaan kepada teman-yemannya dan rekannya. 4. Menunjukkan kekebalan daya tarik dari pesaing (Demonstrates an

immunity to the fully of the competition). Tidak terpengaruh oleh tarikan persaingan perusahaansejenis lainnya.

2.2.3 Tahapan Loyalitas Pelanggan

Brown dalam Hurriyati (2005) mengungkapkan bahwa loyalitas pelanggan terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut :

1. The Courtship

Pada tahap ini hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan pelanggan terbatas pada transaksi, pelanggan masih mempertimbangkan produk dan harga. Apabila penawaran produk dan harga yang dilakukan pesaing lebih baik maka mereka akan berpindah.

2. The Relationship

(16)

akan melihat produk pesaing. Selain itu pada tahap ini terjadi hubungan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

3. The Marriage

Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Pelanggan akan terlibat secara pribadi dengan perusahaan dan loyalitas tercipta seiring dengan kepuasan terhadap perusahaan dan ketergantungan pelanggan. Tahapan marriage yang sempurna diterjemahkan ke dalam Advote Customer yaitu pelanggan yang merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain dan memberikan masukan kepada perusahaan apabila terjadi ketidakpuasan.

2.2.4 Jenis-Jenis Loyalitas Pelanggan

Adapun jenis-jenis loyalitas yang timbul akibat adanya keterikatan pelanggan dengan produk yang dikonsumsinya (menurut Jill Griffin, 2003:22), antara lain:

1. Tanpa loyalitas

Beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu, keterikatannya rendah dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan tidak adanya loyalitas.

2. Loyalitas lemah

(17)

3. Loyalitas Tersembunyi

Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi, bila pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang.

4. Loyalitas premium

Jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian yang berulang yang juga tinggi. Pada tingkat preferensi paling tinggi tersebut, seseorang akan bangga karena menemukan dan menggunakan produk tertentu dan senang membagi pengetahuan mereka dengan rekan dan keluarga. Para pelanggan ini menjadi pendukung vokal produk atau jasa tersebut dan selalu menyarankan orang lain untuk membelinya.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah model tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah terindentifikasi sebagai masalah. Dalam penelitian ini, maka dapat digambarkan kerangka konseptual yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Store Atmosphere (X)

(18)

2.4 Penelitian Terdahulu

Salah satu faktor yang mendukung penelitian ini adalah penelitian – penelitian sebelumnya dengan tema pembahasan yang sama. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Regia Ferlanie Surya, 2013 (Universitas Padjajaran)

Berjudul Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Minimarket Alfamart cabang Suci. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif, dengan variabel bebas (X) adalah Store Atmosphere dan variabel terikat (Y) adalah Loyalitas Pelanggan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling dan respondennya berjumlah 95 orang. Analisa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap loyalitas pelanggan pada minimarket Alfamart cabang Suci adalah Korelasi Person menggunakan MSI yang diolah melalui software SPSS 14 for windows. Hasil penelitian menunjukan bahwa store atmosphere mempunyai hubungan yang kuat terhadap loyalitas pelanggan pada minimarket Alfamart Suci dengan nilai korelasi sebesar 0.629 dan koefisien bertanda positif 0.281 ini berarti store atmosphere mempunyai pengaruh yang kuat. Pelaksanaan store atmosphere mempengaruhi loyalitas pelanggan Alfamart Suci sebesar 39.6% dan selebihnya sebesar 60.4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

2. Rony Karter Togu Samosir, 2011 (Universitas Kristen Maranatha)

(19)

berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Pengujian dilakukan dengan menyebarkan 200 kuesioner kepada pelanggan dari Restoran Solaria di Bandung, yang dianggap telah memenuhi ketentuan untuk dianalisis. Karakteristik yang digunakan adalah karakteristik yang mudah diamati seperti jenis kelamin, usia, dan sudah pernah mengunjungi Restoran Solaria. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan metode pengumpulan data yang digunakan berupa metode survei. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif analisis dan verifikasi. Deskriptif analisis merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk memperoleh diskripsi tentang ciri-ciri variabel (unsur-unsur store atmosphere dan tingkat loyalitas pelanggan). Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji regresi sederhana dengan menggunakan SPSS versi 17, yang hasil uji regresi store atmosphere terhadap loyalitas pelanggan memperoleh hasil Y= 0,497 + 0,191X dengan GH0,05. Hal ini terlihat dari hasil adjusted R square adalah sebesar 0,439 atau 43.9% mempengaruhi loyalitas pelanggan dan sisanya sebesar 56.1% dipengaruhi oleh faktor lain.

3. Andri Markus Sibarani, 2016 (Universitas Sumatera Utara)

(20)

terdiri dari (X1) Exterior (X2) General Interior, (X3) Store Layout dan (X4) Display. Variabel terikatnya (Y) adalah Keputusan Pembelian Konsumen. Jenis penelitian ini menggunakan metode Deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 97 orang. dalam penelitian ini diambil dengan wawancara dan menyebar Kuesioner.Teknik analisa data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan Uji t, Uji F dan Koefisien Determinasi (R2).Angka Adjusted R Square sebesar 0,935 menjelaskan bahwa 93,5% Store Atmosphere dapat dijelaskan oleh variabel Exterior, General Interior, Store Layout, Display, dan Keputusan Pembelian Konsumen sedangkan sisanya sebesar 6,5% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Variabel Exterior berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, variable General Interior berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, variable Store Layout berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, dan variable Display berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

4. Savira Dwiyani Fatmawati, 2014 (Universitas Islam Bandung)

(21)

untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelaksanaan store atmosphere, untuk mengetahui tingkat loyalitas pelanggan, dan untuk mengetahui seberapa besar hubungan store atmosphere dengan loyalitas konsumen di Distro Stash Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah 100 orang pengunjung Distro Stash Bandung. Teknik pengumpulan sampel adalah non probability sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana yang bertujuan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Suasana Toko mempunyai hubungan yang kuat terhadap Loyalitas Pelanggan pada Distro Stash Bandung, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,775, dan koefisien determinan (R Square / R²) sebesar 60,0%. Artinya pelaksanaan suasana toko mempengaruhi Loyalitas Pelanggan sebesar 60,0% dan selebihnya sebesar 40,0% dipengaruhi oleh faktor lain.

5. Euis Heryati, 2015 (Universitas Esa Unggul)

(22)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan pembibitan kelapa sawit membutuhkan material untuk melakukan proses yaitu bahan bakar fosil, pupuk NPK, pestisida, dan fungisida yang memiliki potensi

Deklinabidearen paradigmetan latinaren sei kasuak erabiltzen ditu, baina ez dugu Larramendiren kasu-sistemaren zantzurik aurkitzen, ez bada paradigmari emandako izenburuan

Hasil kajian yang dilakukan menunjukkan wujud impak positif dan negatif daripada PN terhadap pengajaran guru dan pembelajaran pelajar dalam konteks mata pelajaran kimia di

Lan sadhengah apa kang koktin- dakake iku tindakna kalawan terus ing batin kayadene kagem Gusti, ora kanggo manungsa. Data

Ikan Famili Chaetodontidae atau lebih dikenal dengan butterflyfishes (kepe- kepe) merupakan jenis ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang dengan mengkonsumsi

Noting the substance of the fourth paragraph of the preamble of the 1945 Constitution, it can be inferred that the presence of the LGBT community it can be argued that the

Akhirnya nama Sri gethuk itu, asal muasalnya dipercaya dari alat musik gamelan yang bernama kethuk tadi dan dikombinasikan dengan istilah Srimanganti (pintu) sehingga menjadi

Saran yang dapat diberikan dari perancangan sistem database data pasien ini. adalah kinerja puskesmas akan berjalan lebih bagus apabila lembaga