BAB III
PERKEMBANGAN INDUSTRI.
1. Meskipun selama beberapa tahun ini telah dimulai pembuatan beberapa barang-barang jang sebelumnja selalu diimpor serta perluasan dari industri-industri jang telah ada, pada umumnja dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan dilapangan ini belum memuaskan. Dibeberapa tjabang industri terdapat kemadjuan, akan tetapi ditjabang-tjabang lain harus diakui bahwa telah terdjadi kemunduran. Hal ini terdjadi disebabkan oleh pelbagai faktor jang menghalang kelantjaran produksi.
Selama beberapa tahun ini pendapatan devisen negara kita telah merosot, jang menimbulkan kesukaran pula dalam perbekalan dan persediaan bahan-bahan dan mesin untuk industri serta menghambat perluasan pemakaian mesin-mesin luar negeri. Selain dari pada ini terdapat pula kekurangan modal, skilled labour dan management jang berpengalaman. Dengan diambil alihnja perusahaan-perusahaan Belanda kekurangan managerial skill ini lebih njata tampaknja. Semua hal ini mau tak mau mempengaruhi kelantjaran produksi serta ladjunja persiapan-persiapan untuk mendirikan pabrik-pabrik bare.
3. Dengan terbatasnja devisen untuk keperluan mendapat pindjaman-pindjaman dari luar negeri. Untuk keperluan ini telah disediakan kredit-kredit kredit ini baru tersedia dalam tahun 1958.
Pemakaian dalam sektor industri partikelir menurut persetudjuan dan Panitya Kredit Luar Negeri ialah
Sebagian dari kredit-kredit ini dipergunakan untuk complete units dan selebihnja untuk penggantian (replacements), tambahan dan spare-parts. Djumlah-djumlah jang dipergunakan untuk partikelir hanja merupakan sebagian ketjil dari kredit-kredit seluruhnja. Selebihnja dipergunakan untuk pelbagai projek Pemerintah, baik untuk industri maupun untuk lapangan-lapangan lain.
sekurang-kurangnja enam kali kurs resmi berhubung dengan B.E., T.P.I. dan bea masuk) dan dilain pihak karena timbul kechawatiran bahwa harga B.E. akan naik dikemudian han atau akan ditambah dengan beban lain oleh karena pemindjam harus membajar kembali (berikut bunga) dengan B.E. untuk transfer uang keluar negeri.
KREDIT DARI BANK-BANK KEPADA
Desember 1954 Rp. 366 djuta Rp. 30 djuta
„ melalui Kemen-terian Perindustrian, Dana Industri Ketjil, dan sebagainja. perusahaan-perusahaan jang ada dalam tiap tjabang industri serta besarnja produksi perusahaan-perusahaan bersangkutan. Oleh Biro Pusat Statistik mulai dari tahun 1954 telah dikumpulkan angka-angka statistik mengenai hal ini, tetapi haruslah diingat, bahwa angka-angka tersebut belum (tidak) menggambarkan keadaan seluruhnja, karena ada perusahaan-perusahaan jang tidak memasukkan laporannja atau alama dari beberapa perusahaan perusahaan-perusahaan industri jang termasuk dalam lapangan perindustrian jang diawasi. Dalam hal ini haruslah diadakan pembedaan antara kapasitet menurut izinnja dengan produksi sebenarnja. Izin tersebut berdasarkan Undang.
undang Pembatasan
diperluas sehingga seluruhnja meliputi 27 tjabang perusahaan industri. Tabel 40 menundjukkan kapasitet sepuluh tjabang industri menurut izin jang dikeluarkan.
7. Djumlah impor bahan baku dan penolong ialah suatu indicator lain, karena sebagian perusahaan-perusahaan industri di Indonesia masih membutuhkan bahan dan penolong dari luar negeri. Tetapi dalam hal inipun harus diperhitungkan adanja spekulasi bahan-bahan baku dan penolong itu, sehingga banjaknja diimpor sesuatu djenis bahan, belumlah berarti bahwa perusahaan-perusahaan jang membutuhkannja terdjamin dalam memperoleh bahan-bahan ter-sebut.
IMPOR BAHAN-BAHAN BAKU DAN PENOLONG (berat kotor dalam 1.000 ton).
Tabel 39.
Tahun Termasuk MinjakTanah
dan hasil-hasilnja.
Tidak termasuk Minjak Tanah dan
hasil-1953 3.294 921
1954 3.191 970
1955 4.096 1.226
1956 4.386 1.439
1957 5.371 1.485
1958*) 2.513 800
Sumber: Biro Pusat Statistik
_________
KAPASITET PERUSAHAAN-PERUSAHAAN JANG TUNDUK PADA PERATURAN PEMBATASAN MENURUT LISENSINJA.
Tabel 40.
Sumber : Kementerian Perindustrian ___________
1) Kapasitet: ton beras/7 djam kerdja. 2) Banjaknja alat-alat (mesin).
3) Termasuk izin sementara, jakni 1.002 ton/7 djam kerdja.
Djumlah (berat) impor bahan baku dan penolong (tidak termasuk minjak tanah) menundjukkan kenaikan sampai tahun 1957 dan menurun dalam tahun 1958. Penurunan ini tidak merata jang untuk sebagian dapat dilihat dalam perintjian dalam label 41.
IMPOR BEBERAPA BAHAN JANG PENTING (berat kotor dalam ton).
Tabel 41.
1953 1954 1955 1956 1957 1958 *) Tjengkeh 3.333 7.521 6.786 12.82
4 7.164 8.338 Tembakau
(lembaran dan
tangkai) 8.866 6.995 8.751 16.25
8 9.781 3.851 Kapas
(bukan kapas 5.078 5.684 7.116 7.841 9.327 8.125 Benang tenun:
dari kapas 12.95 14.37 17.95 20.46 10.554 16.068 lain 8.852 9.631 14.29 11.45 18.499 12.803 Kain-kain dari kapas:
Shirting, super,
sheeting, cambrics 25.82 21.46 22.23 21.82 23.703 16.580 Karung guni 28.28 24.57 29.95 19.21 15.915 9.674 Kertas koran
(tidak berwarna) 7.610 10.55 9.763 13.42 11.867 14.336 Kertas tulis 30.84
8 20.678 36.340 25.875 44.263 25.727 Kertas sigaret 3.027 3.513 4.286 3.235 4.034 3.685 Besi dan badja:
batangan 37.75 27.30 40.17 26.80 44.224 22.776 lembaran 63.73 82.71 59.63 83.18 128.036 60.873 barang-barang
konstruksi 2.917 976 2.261 3.303 6.923 5.184
Sumber: Biro Pusat Statistik.
a. industri jang sangat essensiil, b. industri jang essensiil,
c. industri jang semi-essensiil.
8. Dari indicator-indicator jang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanjakan industri-industri besar menundjukkan kenaikan hingga tahun 1957, sedang dalam tahun 1958 produksi industri pada umumnja telah turun dengan tidak sedikit. Tjabang-tjabang industri (perusahaan besar) jang hingga tahun 1957 madju atau sekurang-kurangnja sama, diantaranja ialah industri-industri aluminium, logam, pantji email, plastik, ban mobil, truck dan speda, lampu pidjar, baterei, semen, rokok, pemintalan, peradjutan, pertenunan, bahan pembalut, karat busa, margarine dan sebagainja.
Kemerosotan dikebanjakan industri dalam tahun 1958 terutama terdjadi oleh karena kekurangan devisen. Pada umumnja industri-industri assembling jang mula-mula timbul dimana-mana, dalam tahun-tahun terachir mengalami kemerosotan disebabkan karena mereka praktis seluruhnja bergantung dari impor onderdeel dari luar negeri, oleh karena industri-industri dalam negeri belum dapat membikin barang-barang jang mereka butuhkan sebagaimana telah diharapkan oleh Pemerintah.
Apakah perkembangan tersebut djuga terdjadi dalam industri ketjil tidak diketahui dengan pasti, oleh karena dibidang ini telah terdjadi banjak pergeseran jang hanja dimungkinkan oleh flexi-bility dari alat-alat jang dipakai jang untuk sebagian besar masih sederhana sekali sehingga dapat dipakai untuk pembuatan bermatjam-matjam barang sesuai dengan keadaan. Disamping ini industri-industri ketjil tidak begitu bergantung pada bahan-bahan jang harus diimpor, bahkan mereka ada kalanja terdesak oleh barang-barang impor atau barang-barang basil industri besar.
Disini hanja diberi angka-angka statistik mengenai perkembangan industri-industri triko dan pertenunan bestir (tabel 42 dan 43), jang djuga dalam tahun 1958 menundjukkan kemadjuan, meskipun disinjalir produksi dibawah kapasitet.
9. Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan mengenai persediaan bahan-bahan baku dan penolong Pemerintah telah mengambil beberapa tindakan, antara lain:
butuhkan oleh perusahaan-perusahaan bersangkutan. Perusahaan-perusahaan jang melanggar peraturan pendaftaran, sehingga memperoleh bahagian bahan jang melebihi kebutuhannja dikenakan sanksi;
b. pembentukan „Panitya Kertas” pada tanggal 5 Djuli 1958, dengan tugas menjelenggarakan hal-hal jang berhubungan dengan impor, pembagian dan
Selain dari tindakan-tindakan Pemerintah ini, djuga usaha-usaha Pemerintah maupun dari pihak pengusaha industri partikelir dalam mendirikan perusahaan-perusahaan industri jang menghasilkan bahan-bahan industri untuk pemakaian didalam negeri, merupakan salah satu tindakan untuk tidak
semata-mata menggantungkan kontinuitet
produksinja pada kelantjaran impor bahan-bahan tersebut dari luar negeri.
Dapat disebut umpamanja, pendirian pabrik pemintalan benang oleh Pemerintah di Semarang dan Tjilatjap dengan kapasitet masing-masing 30.000 mata pintal, dan pabrik pemintalan benang kapasitet produksi cambric 54.000 yard sebulan.
10. Suatu persoalan jang timbul dalam beberapa tahun terachir ini ialah terdjadinja pertentangan antara kebutuhan konsumsi dalam negeri dengan kepentingan ekspor, misalnja dalam hal kopra, minjak kelapa, kulit hewan, gula, minjak tanah dan sebagainja. Persaingan tersebut menjebabkan berkurangnja penerimaan devisen.
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN TRIKO. *)
Tabel
42.
T a h u n
Banjaknja Perusahaan2 jang memberi
laporan
Djumlah pemakaian
benang
P R O D U K S I T E R P E N T I N G S i n g l e t B o r s t r o k Sport-poloshirt
ton 1.000 lusin 1.000 lusin 1.000 lusin
1952 10 554 171 54 114
1953 15 762 304 56 159
1954 19 1.217 639 68 160
1955 21 1.591 724 179 129
1956 27 2.030 1.033 290 123
1957 27 2.782 824 458 298
1958
Triwulan I 27 561 108 112 74
„ II 27 535 148 102 66
„ III 27 820 224 137 119
Sumber: Biro Pusat Statistik.
*) Jang mempergunakan mesin-mesin listrik.
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN PERTENUNAN BESAR. Tabel
I
ton 1.000 lembar 1.000 meter1952 72 61 6.056 29.118 3.224 113 1.863
1953 76 67 8.600 42.829 3.579 71 2.779
1954 72 65 9.195 46.144 3.925 14 2.611
1955 72 68 10.318 50.027 3.465 10 2.829
1956 70 64 10.296 52.959 3.216 1 3.020
1957 65 61 10.660 56.336 2.707 2 3.020
1958
Triwulan I 64 61 2.727 14.075 588 - 858
„ II 64 63 2.312 12.307 482 - 464
„ III 64 62 2.868 15.007 589 - 640
Sumber: Biro Pusat Statistik. K e t e r a n g a n :
Perusahaan-perusahaandengan Surat izin dan mempunjai kapasitet jang dapat dipersamakan dengan
65 alat tenun mesin lebar satu kali. *) Achir masa.
12. Sebuah panitya jakni Panitya Koordinasi Pendaftaran Per-usahaan telah dibentuk dilingkungan Kementerian Perindustrian didalam tahun 1958, jang bertugas antara lain :
a. mengkoordinir tjara-tjara pemungutan
keterangan-keterangan dari
perusahaan-perusahaan industri diseluruh Indonesia jang masuk kekuasaan Kementerian Perindustrian; b. mempersiapkan bahan-bahan untuk pembentukan
Undang-undang Pendirian Perusahaan serta Undang-undang Pendaftaran.
Diharap bahwa dengan adanja pendaftaran akan diketahui dengan lebih djelas keadaan industri didalam negeri.
13. Dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing, jang ber-laku mulai tanggal 27 Oktober 1958, ditentukan lapangan-lapangan jang disediakan untuk Pemerintah, partikelir asing, dan tjampuran. Dengan adanja undang-undang ini diperoleh dasar hukum jang ditunggu-tunggu oleh pengusaha-pengusaha asing sebelum mereka bersedia untuk menanam modalnja di Indonesia.
14. Dalam membangun industri-industri dinegara kita patut ditjatat peranan jang dipegang Bank Industri Negara. Projek-projek ham telah banjak diselenggarakan, tetapi disamping itu B.I.N. djuga tidak melupakan memperbaiki atau memperluas projek-projek jang telah ada, dengan tjara partisipasi atau membeli perusahaan jang bersangkutan.
Usaha Bank Industri Negara dapat dibagi dalam : a. 100% usaha B.I.N.;
b. bekerdja sama dengan pihak partikelir; c. bekerdja sama dengan pihak Pemerintah.
a. PERUSAHAAN-PERUSAHAAN JANG 100% USAHA B.I.N.
SERTA MODAL JANG TELAH DITANAM (dalam Rp. 1.000,—).
Tabel 44.
1956 1957 1958
(1) Pabrik teh Natar (peti 3.897 5.063 4.54
(2) Asbestos Semen (Semen) 12 9 6.74
(3) N.V. Tjemani (persh. tinta 6.032 3.623 491
(4) N.V. Gaja Motor (auto) 3.307 8.300 —
(5) N.V. Djantra (benang) 710 1.023 231
(6) Galangan kapal Djakarta
(kapal) — — 4.250
Sumber: B.I.N.
Perusahaan No. 1 sampai dengan No. 3 diharapkan dalam tahun 1959 ini mulai bekerdja dan menghasilkan, sedang perusahaan-perusahaan No. 4 dan No. 5 adalah, perusahaan lama jang mengalami perbaikan ataupun perluasan. Selandjutnja mengenai pabrik botol Iglas di Surabaja dan pabrik-pabrik kertas di Notog dan di Blabak diuraikan dalam Bagian Kedua, Bab VII, Perindustrian.
b. PERUSAHAAN-PERUSAHAAN B.I.N. DAN PIHAK PARTI-KELIR SERTA MODAL JANG TELAH DITANAM
(dalam Rp. 1.000,—)
Tabel 45.
1956 1957 1958
1. N.V. Intirub (ban mobil) 3.000 49.80 17.00
2. N.V. Indorub — 41.10
0 9.500
3. N.V. Seranite
(hardboard) 6.931 1.041 6
4. P.T. Lacta Murni (susu) — 900 150
5. N.V. Blima Baru (logam) 3.393 4.896 6.211
6. N.V. Tarsi Martani 41 575 453
7. N.V. Perbedij (besi) 1.231 1.315 —
8. N.V. Perdana 5.861 1.489 —
9. N.V. Inaltu (alat-alat
tulis) 1.958 434 —
10. N.V. Grafika Indonesia
(Pertjetakan) 64 545 —
11. N.V. Indonesian Service
Corporation (auto) 14.021 746 —
12. N.V. Pabrik agar-agar 6.425 1.839 —
Sumber : B.I.N.
Perusahaan No. 1 sampai dengan No. 5 merupakan perusahaan-perusahaan jang baru didirikan. Perusahaan-perusahaan itu sekarang sudah ada jang berdjalan, ada jang baru dalam tingkat pem-bangunan dan selambat-lambatnja dalam tahun 1960 akan selesai. Perusahaan No. 6 sampai dengan No. 11 adalah perusahaan-perusahaan lama jang mengalami perbaikan ataupun perluasan.
c. PERUSAHAAN-PERUSAHAAN B.I.N. DAN PEMERINTAH (dalam Rp. 1.000,—).
Ta b e l 46.
1956 1957 195
N.V. Saridele
(susu) 4.189 1.313 416
Sumber : B.I.N.
Perusahaan-perusahaan lain, jakni pabrik pemintal rami di Pematang Siantar, pabrik pemintal Tjilatjap, pabrik semen Gresik dan penggergadjian kaju Sampit Dajak diuraikan dalam Bagian Kedua, Bab VII, Perindustrian.