• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Penggunaan Modus Indi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kesalahan Penggunaan Modus Indi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN TENTANG

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MODUS INDIKATIF CONDITIONNEL : STUDI KASUS PADA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Oleh:

Siti Khusnul Khotimah, M.A. Agoes Soeswanto, M.Pd. Intan Dewi Savitri, M.Hum.

Afya Mutiara Yanto Allesandra Aisyah Adianatha

Penelitian ini dibiayai oleh DPP/SPP Fakultas Ilmu Budaya Berasarkan Surat Perjanjian Nomor : 931/UN10.12/LT/2014

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2014

(2)

I. Judul

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MODUS CONDITIONNEL MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

II. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran bahasa, seorang pembelajar tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan kebahasaan saja. Penguasaan konsep yang merupakan bagian dari ranah kognitif menjadi dasar pembelajaran bahasa. Hal ini dikarenakan pada tahap ini pembelajar mulai mengenal hal-hal yang bersifat teoritis dan pembelajar dituntut untuk mengkonseptualisasikan pengetahuan teoritis yang telah diperolehnya dalam sebuah kerangka berfikir yang logis. Berhubungan dengan hal ini, Hutchinson dan Waters (in Hardini in Gumilar, Sopiadi, Mulyadi, 2013:82) mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan kebahasaan. Permasalahan yang paling dasar dari pembelajaran bahasa kedua merupakan perbandingan antara kemampuan konseptual dan kognitif dan tingkat kebahasaannya.

Sebagai bagian dari konsep kebahasaan, elemen tata bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangkaian struktur pembentuk sebuah kalimat. Hal ini berarti bahwa mempelajari elemen tata bahasa berarti mempelajari bagaimana membuat sebuah konsep pembentuk unsur-unsur yang dibutuhkan dalam pembentukan kalimat. Eksistensi aspek “Konseptualisasi” ini merupakan salah satu keharusan bagi pembelajar suatu bahasa karena proses tersebut akan berkontribusi bagi pemahaman makna baik secara struktural maupun secara leksikal dalam kalimat. Pernyataan ini tentunya bersifat general bagi semua bahasa termasuk di dalamnya bahasa Prancis.

(3)

Delaunay, le mode est une catégorie qui permet de classer les différentes formes du verbe

atau sebuah kategori untuk membuat klasifikasi perbedaan bentuk kata kerja (2012 : 20). Di antara 6 modus yang ada dalam sistem tata bahasa Prancis, salah satu modus yang harus dipelajari oleh pembelajar bahasa ini adalah adalah modus Indicatif dimana salah satu komponennya adalah Conditionnel. Indicatif ini merupakan salah satu elemen penting yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Prancis karena digunakan baik dalam komunikasi lisan maupun tulis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Prancis, Conditionnel berasal dari kata “Condition” yang berarti “Persyaratan” ( 2001:199) . Walaupun demikian, terkait dengan pengaplikasiannya, elemen tata bahasa ini memiliki beragam makna yang berbeda tergantung pada konteks kalimat, artinya makna leksikal kata “Conditionnel” baik Conditionnel Présent maupun Conditionnel Passé kemudian berkembang menjadi beberapa fungsi, diantaranya fungsi

politesse atau “kesopanan”, fungsi hypothétique atau “pengandaian”, fungsi futur du passé

atau “futur dalam masa lampau”, fungsi reproche untuk menyatakan “teguran”, fungsi regret untuk menyatakan “penyesalan”, fungsi futur antérieur dans le passé untuk menyatakan perbuatan yang sudah diselesaikan dalam waktu lampau , fungsi conseil atau memberikan nasehat dan sebagainya. Masing-masing fungsi ini selanjutnya mengkristal menjadi sebuah makna yang bersifat kontekstual. Berdasarkan pengalaman empiris penulis sebagai pengajar mata kuliah Tata Bahasa, hal inilah yang pada akhirnya membuat pembelajar menemukan kesulitan untuk memahami konsep Conditionnel disamping karena elemen tata bahasa ini tidak ada dalam sistem bahasa Indonesia, maknanya juga berubah-ubah sesuai dengan konteks yang menaunginya, misalnya kalimat Le ciel est gris, il pourrait pleuvoir cette nuit atau “Langit terlihat kelabu, malam ini mungkin akan hujan” dan kalimat Est-ce que je pourrais aller aux toilettes atau “Apakah saya boleh pergi ke toilet ? Jika diamati, kedua kata kerja

(4)

yang akan dilakukan pada waktu lampau sedangkan kata kerja viendrait pada kalimat kedua berfungsi sebagai sebuah pengandaian. Dari kedua contoh tersebut penulis dapat mengasumsikan bahwa untuk memahami penggunaan Conditionnel, diperlukan sebuah pemahaman kontekstual yang baik.

Permasalahan pemahaman kontekstual yang baik juga harus diterapkan pada Conditionnel bentuk lampau atau Conditionne Passé. Pada praktiknya, elemen tata bahasa ini

jauh lebih sulit dipahami penggunaannya dari pada modus Conditionnel bentuk Présent walaupun pada realitanya pembelajar bahasa Prancis harus menguasai kedua bentuk modus ini karena memang keduanya memiliki fungsi yang penting. Kesulitan pembelajar Indonesia untuk memahami modus ini misalnya untuk memahami makna kalimat Yannick nous a dit que son père aurait pris son dîner avant 21h.00 dan kalimat On se demandait si son père

aurait pris son dîner. Kedua kalimat tersebut sama-sama menggunakan kata kerja modus

Conditionnel Passé, tapi walaupun demikian keduanya tidak memiliki makna dan fungsi yang

sama. Pada kalimat pertama, kalimat son père aurait pris son dîner avant 21h.00 memiliki makna “mungkin ayahnya sudah makan sebelum pukul 9 malam” dan berfungsi sebagai penanda futur antérieur du passé. Dalam konteks ini, aktifitas makan malam belum dilakukan, akan tetapi sebaliknya, kata kerja aurait pris pada kalimat kedua memiliki makna “Mungkin sudah makan malam” dan berfungsi sebagai penanda “kegiatan yang mungkin sudah dilaksanakan”. Pemahaman yang berbeda lagi dapat dilihat pada kalimat son père aurait pu prendre son dîner dimana kata kerja aurait pu prendre bermakna “Sesuatu kegiatan

yang seharusnya dilakukan pada masa lampau” karena kalimat ini dapat diterjemahkan dengan “Seharusnya ayahnya makan malam” dan berfungsi sebagai sebuah teguran.

Dalam buku-buku tata bahasa Prancis yang ada, penjelasan-penjelasan mengenai aplikasi modus Conditionnel baik bentuk Présent maupun bentuk Passé sangat minim. Walaupun ada penjelasan, akan tetapi tidak menjelaskan perbedaan penggunaan modus Conditionnel Présent dan Conditionnel Passé. Hal inilah yang menjadi kendala tidak hanya

bagi pembelajar bahasa Prancis, akan tetapi juga di kalangan pengajar, misalnya perbedaan penggunaan modus Conditionnel Présent dan Passé dalam kalimat Thomas serait content de me voir dan Thomas aurait été content de me voir. Dalam menganalisis kedua kalimat ini,

salah satu cara yang tepat untuk memahami perbedaan penggunaan modus Conditionnel tersebut adalah dengan membuat sebuah analisis konteks. Dalam kalimat pertama, kata kerja être ditulis dalam bentuk modus Conditionnel Présent karena konteks kejadiannya belum

(5)

sehingga kata kerja “serais content ” memiliki makna “mungkin akan senang”. Dalam hal ini, nuansa “futur” melekat kuat dalam memberikan pemaknaan dalam konteks kalimat ini. Dalam kalimat kedua, peristiwa kejadian me voir atau “bertemu dengan saya” sudah terjadi sehingga kata kerja être ditulis dalam bentuk Conditionnel Passé. Dengan demikian, pemahaman konteks yang harus ditekankan disini meliputi dua aspek, yang pertama kita harus mengetahui perbedaan kata kerja yang ditulis dalam bentuk indicatif Conditionnel Présent dan Conditionnel Passé dan yang kedua kita harus dapat memaknai peristiwa me voir dengan baik.

Berdasarkan pengalaman empiris di lapangan, kesulitan lain yang dihadapi pembelajar bahasa Prancis adalah terkait dengan aspek présent dan passé yang melekat pada Conditionnel. Dalam konsep umum, biasanya aspek waktu présent selalu berhubungan

dengan masa sekarang dan aspek waktu passé selalu berhubungan dengan waktu lampau. Kedua asumsi ini tidak dapat diterapkan sepenuhnya dalam bentuk Conditionnel. Terkait dengan hal ini, Nicolas Laurent dan Bénédicte Delauney (2012:136) mengemukakan bahwa les deux formes de Conditionnel, le Conditionnel Présent et le Conditionnel Passé, sont

simétriques du futur simple et du futur antérieur de l’indicatif atau “ Kedua bentuk

Conditionnel yakni Conditionnel Présent dan Conditionnel Passé berkedudukan sama dengan

bentuk indicatif futur simple dan indicatif futur antérieur. Berdasarkan teori ini, dapat disimpulkan bahwa aspek présent dan aspek passé yang menempel pada modus Conditionnel tidak selalu memberikan makna “sekarang” dan “lampau”. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat Le journaliste a dit qu’il pleurerait pour la fête de la musique atau “Wartawan itu pernah

mengatakan bahwa dia akan menangis dalam pesta musik itu” dan kalimat J’aurais bien aimé vous parler atau “ Saya ingin sekali berbicara dengan anda”. Dalam kalimat pertama, kata

kerja bentuk Conditionnel Présent “pleurerait” sama sekali tidak bermakna “sesuatu yang sedang terjadi” akan tetapi bermakna “sesuatu yang akan dilakukan” dalam kala lampau. Sebaliknya, pada kalimat kedua, penempatan kata kerja modus Conditionnel Passé “aurais aimé”sama sekali tidak memiliki makna “lampau” karena justru memiliki aspek “sekarang” karena digunakan untuk memenuhi aspek “kesopanan”.

(6)

modus indikatif ini mirip dengan pembentukan modus indikatif futur simple karena pembentukannya sama-sama diawali dari radical atau kata dasar kata kerja yang dipadukan dengan akhiran bentuk indikatif imparfait, kecuali untuk kata ganti orang pertama, kedua dan orang ketiga tunggal. Hal inilah yang sering membuat pembelajar menjadi bingung dan sering salah dalam penggunaannya baik secara tulis maupun secara lisan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis kesalahan penggunaan bentuk Conditionnel dalam kalimat tulis mahasiswa semester VI Program Studi Bahasa dan Sastra

Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Angkatan 2011. Analisis tersebut nantinya akan dituangkan dalam sebuah penelitian yang semoga berguna bagi pemahaman holistik terhadap eksistensi bentuk Conditionnel dalam sistem tata bahasa Prancis.

III. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan dalam latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

(1) Bagaimana deskripsi kesalahan bentuk modus Conditonnel baik Conditionnel Présent maupun Conditionnel Passé yang dilakukan oleh mahasiswa semester VI

Program studi Bahasa dan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Angkatan 2011 ?

(2) Bagaimana deskripsi kesalahan penentuan makna modus Conditonnel baik Conditionnel Présent maupun Conditionnel Passé yang dilakukan oleh mahasiswa

semester VI Program studi Bahasa dan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Angkatan 2011 ?

(3) Bagaimana deskripsi kesalahan penentuan fungsi Conditonnel baik Conditionnel Présent maupun Conditionnel Passé yang dilakukan oleh mahasiswa semester VI

Program studi Bahasa dan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Angkatan 2011 ?

IV. Tinjauan Pustaka

Berikut adalah teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Teori-teori ini akan menjadi dasar ilmiah yang nantinya akan digunakan penulis untuk menganalisis data. Teori-teori yang ditampilkan penulis berkaitan dengan (1) kepentingan modus indicatif Conditionnel sebagai salah satu modus yang harus dipelajari dan (2) pemaknaan logis modus

indicatif Conditionnel dalam bahasa Indonesia.

(7)

Menurut berbagai sumber tata bahasa, Conditionel dapat digolongkan menjadi sebuah modus yang berdiri sendiri atau merupakan bagian dari modus indicatif. Menurt Grevisse dalam buku Le bon usage de la grammaire française (979 : 2008), les modes sont les formes que prend le verbe selon les types de phrase où il sert de prédicat ou selon le rôle qu’il joue

dans la phrase dont il n’est pas le prédicat atau “Modus adalah bentuk kata kerja yang

muncul berdasarkan jenis kalimat yang berfungsi sebagai predikat atau yang muncul berdasarkan peranannya dalam kalimat walaupun bukan merupakan sebuah predikat ”. Menurut penulis, kata-kata kunci yang dapat menjelaskan fungsi modus adalah “yang muncul berdasarkan perannya dalam kalimat”. Hal ini berarti bahwa penggolongan jenis modus didasarkan pada peranan kata kerja dalam kalimat, sebagaimana dikemukakan oleh Grevisse (980 : 2008) yang menggolongkan modus berdasarkan peranannya dalam kalimat. Peranan-peranan tersebut berafiliasi erat terhadap aspek kala, kata kerja induk, kalimat perintah, perasaan, kata sifat dan kata keterangan. Terkait dengan klasifikasi modus, Grevisse juga menggolongkan modus menjadi 2 bagian besar yakni modus (1) personnel yakni modus yang dikonjugasikan berdasarkan kata ganti orang dan modus (2) impersonnel atau modus yang kata kerjanya tidak dikonjugasikan. Modus yang masuk dalam klasifikasi modus personnel adalah modus Indicatif, Impératif dan Subjonctif, sedangkan modus impersonnel terdiri dari modus Infinitif dan Participe serta modus Gérondif. Adapun alasan Grevisse tidak memasukkan bentuk Conditionnel dalam sebuah modus karena menurutnya Conditionnel lebih cenderung memiliki makna futur, “Le conditionel a longtemps été considéré comme un mode (du moins pour certains de ses emplois car on distinguait souvent un

conditionnel-temps [ de l’indic] et un conditionnel-mode). Les linguistes s’accordent aujourd’hui pour le

ranger parmi les temps de l’indicatif comme un futur particulier, futur dans le passé ou futur

hypothétique (postérieur ou du moins consécutif au fait exprimé, par ex, dans une proposition

de condition) atau “Conditionnel pernah dianggap sebagai sebuah modus (paling tidak, ada

(8)

Conditionnel dalam modus indicatif karena nuansa futur yang melekat pada pemaknaan

Conditionnel.

Terkait dengan tidak dimasukkannya bentuk Conditionnel dalam sebah modus independen karena elemen tata bahasa tersebut dianggap memiliki nuansa futur, maka Nicolas Laurent dan Bénédicte Delauney (2012:136) mengemukakan alasan lainnya yakni Le conditionnel ne dépend pas toujours d’une condition atau “Conditionnel tidak selalu

tergantung kepada sebuah persyaratan”. Pernyataan ini dapat dilihat dalam contoh kalimat Un acccident se serait produit ce matin sur l’autoroute A4 atau “Disinyalir ada sebuah

kecelakaan pagi ini di jalan tol A4”. Dari pendapat ini penulis dapat mengasumsikan 2 hal yakni bahwa (1) bentuk Conditionnel tidak hanya muncul sebagai akibat dari sebuah persyaratan sebagaimana makna yang melekat pada kata “Condition”, akan tetapi juga dapat digunakan untuk mengemukakan sebuah kejadian yang belum pasti atau bersifat “éventualité” (2) Hal yang menjadikan para ahli memasukkan bentuk Conditionnel ke dalam sebuah modus adalah karena bentuk Conditionnel akan muncul jika didahului oleh sebuah proposisi yang mengungkapkan sebuah “persyaratan”, misalnya dalam kalimat Si j’étais président, je nommerait mon frère comme le ministre des affaires étrangers atau “Jika saya menjadi

presiden, saya akan mengangkat saudara laki-laki saya menjadi menteri luar negeri”. Menurut penulis, dahulu, alasan para ahli memasukkan Conditionnel ke dalam modus tersendiri adalah karena Conditionel memiliki fungsi “prasyarat” , akan tetapi setelah dianalisa lebih jauh, ternyata fungsi –fungsi Conditionnel yang lain mengarah pada fungsi yang mengindikasikan sebuah kejadian yang “akan dilakukan” atau memenuhi aspek kala waktu futur . Dalam perspektif lain, jika dianalisis lebih jauh, sebenarnya kalimat prasyarat tersebut mengindikasikan sebuah makna yang dapat dimasukkan dalam klasifikasi “futur” karena kata kerja “nommerait” mengungkapkan sebuah aktifitas yang belum dilakukan. Oleh karena itulah penulis sependapat dengan para ahli bahasa yang pada akhisrnya sepakat untuk memasukkan bentuk Conditionnel ke dalam modus indikatif setara dengan futur.

B. Pemaknaan fungsi Conditionnel sebagai bagian dari modus indikatif Futur.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa bentuk Conditionnel lebih memberikan nuansa “futur” dari pada sebuah “persyaratan”. Oleh karena itu, ketika kita berbicara tentang Conditionnel, kita akan dihadapkan dengan sebuah konsep “waktu” atau “temporel” dari

(9)

kerja”. Dengan demikian jelas bahwa ketika kita berbicara tentang bentuk Conditionnel, maka kita harus mengasumsikannya ke dalam bentuk “futur” khususnya “futur simple”, “futur antérieur”, “futur dans le passé” dan “futur hypothétique”. Disamping memiliki makna futuristik, Conditionnel juga memiliki makna untuk mengungkapkan bentuk kesopanan, nasehat, penyesalan, teguran, kemungkinan dan keraguan.

B. 1. Pemaknaan fungsi Conditionnel dalam modus indikatif Futur Simple

Kedekatan atau bahkan persamaan makna modus indicatif Futur Simple dengan modus indicatif Conditionnel dapat dilihat dari beberapa fungsi Conditionnel itu sendiri yakni misalnya dalam fungsi “conseil” atau “memberikan nasehat”. Kalimat Damien, tu devrais t’excuser yang bermakna “Damien, kamu sebaiknya minta maaf ” merupakan bentuk

ungkapan yang meminta agar Damien meminta maaf. Adapun konteks yang menaungi pemaknaan kalimat ini adalah peristiwa “minta maaf” tersebut “belum dilakukan” karena masih merupakan sebuah anjuran atau saran. Dengan demikian penulis dapat memerikan asumsi bahwa oleh karena kejadian tersebut belum dilaksanakan maka kalimat yang memiliki fungsi sebagai “conseil” tersebut memiliki nuansa makna “futur simple”. Dalam analisis ini justru arah analisis bukan mengarah pada kata kerja “devrais” akan tetapi mengarah pada kata kerja “t’excuser”. Hal ini sah-sah saja karena proses pemaknaan dapat dilakukan dengan membuat analisis kontekstual bukan dengan analisis partial.

B.2. Pemaknaan fungsi Conditionnel dalam modus indikatif Futur du passé

Dalam sistem tata bahasa Indonesia, modus indicatif futur dans le passé atau bentuk indikatif futur dalam kala lampau sama sekali tidak dikenal. Bentuk kala ini penggunaannya sangat terbatas. Walaupun demikian, bentuk ini sangat penting karena merupakan elemen tata bahasa yang dapat memberikan sebuah peta waktu yang mempengaruhi konsep pemaknaan sebuah pernyataan. Aplikasi kala ini hanya dapat ditampilkan dalam kalimat kompleks. Menurut Grevisse (2000:223), les phrases complèxes sont les phrases qui contiennent plusieurs prédicats, c’est-à-dire ordinairement plusieurs verbes conjugués, peuvent être

considéré comme résultant de la réunion de plusieurs phrases simples atau “Kalimat

(10)

induk dan proposisi subordonnée atau anak kalimat”. Adapun cara untuk menghubungkan kedua proposisi ini adalah dengan menggunakan sebuah konjungsi atau penghubung yakni conjonction de subordination “que”. Aplikasi kala ini dapat dilihat dalam kalimat Simon a

promis qu’il écrirait une lettre en espagnol atau “Simon telah berjanji bahwa dia akan

menulis surat dalam bahasa Spanyol”. Adapun indikasi yang menyatakan bahwa kalimat tersebut mengandung makna futur dans le passé adalah (1) induk kalimat dituangkan dalam bentuk kala lampau dalam hal ini adalah kala passé composé “Simon a promis que”. Hal ini mengindikasikan bahwa backgroud atau latar yang membingkai kalimat tersebut masuk ke dalam bingkai “lampau”, (2) anak kalimat diungkapkan dengan menggunakan bentuk Conditionnel Présent, sehingga otomatis pemaknaan yang diberikan pada anak kalimat ini

adalah sebuah “perbuatan yang belum dilakukan” pada saat lampau. Dengan demikian, kalimat tersebut dapat diklasifikasikan dalam modus indikatif futur yang diungkapkan atau dibingkai dalam sebuah konteks “lampau”.

B.3. Pemaknaan fungsi Conditionnel dalam modus indkatif Futur Antéreur dalam kala

lampau

Sebagaimana aplikasi modus indikatif futur dans le passé, aplikasi modus indikatif futur antérieur du passé hanya dapat dituangkan dalam kalimat majemuk dengan

menggunakan kata hubung “subordination” que” karena konjungsi jenis ini dapat menghubungkan 2 kalimat yang berbeda. Menurut Grevisse (2000:1556), la conjonction de subordination est un mot invariable qui sert à unir deux éléments de fonction différente dont

l’une est une proposition (sujet ou complément) atau “Kata hubung subordinasi adalah kata

yang bersifat invariabel yang digunakan untuk menyatukan dua elemen yang memiliki fungsi yang berbeda dimana salah satu fungsinya adalah sebagai proposisi (subjek atau pelengkap). Nantinya, kata hubung subordinasi ini digunakan untuk menghubungkan 2 proposisi yang memiliki fungsi dan pemaknaan yang berbeda. Proposisi utama berfungsi sebagai kalimat inti yang dapat berdiri sendiri atau independen sedangkan proposisi kedua memiliki fungsi sebagai pelengkap dan tidak dapat berdiri sendiri. Di proposisi kedua inilah modus indikatif futur antérieur du passé dapat dimunculkan untuk membentuk makna “perbuatan yang akan

diselesaikan” dalam waktu lampau. Hal ini dapat dilihat pada kalimat Florian a dit qu’il se serait marié avant l’âge de 30 ans atau “Florian pernah mengatakan bahwa dia akan menikah

(11)

dibingkai dalam pemaknaan aspek lampau yang dalam kalimat terseut ditunjukkan dengan penggunaan kala passé composé a dit sehingga pada proposisi kedua dapat dimunculkan modus indikatif futur antérieur du passé melalui penggunaan kata kerja se serait marié dan penanda waktu avant l’âge de 30 ans. Penanda waktu dalam hal ini merupakan elemen kunci yang sangat penting karena dapat membingkai sebuah pemaknaan “perbuatan yang akan dilakukan ”. Perbedaannya dengan modus indikatif futur du passé, modus indikatf futur antérieu du passé ini memiliki nuansa makna “akan telah selesai dikerjakan” sedangkan futur

du passé hanya memiliki nuansa makna “akan dilakukan” tanpa ada indikasi pemaknaan

“penyelesaian”. Dengan kata lain, pemaknaan modus indikatif futur du passé yang diungkapkan dengan menggunakan modus indikatif Conditionnel Présent bersifat inaccompli sedangkan pemaknaan modus indikatif futur antérieur du passé yang diungkapkan dengan menggunakan modus indikatif Conditionnal Passé bersifat accompli, seperti yang diungkapkan oleh Laurent dan Delaunay bahwa le conditionnel présent, comme tout temps simple, envisage l’action en cours d’accomplissement, ... le conditionnel passé, comme tout

temps composé, envisage l’action comme accomplie atau Conditionnel présent,seperti halnya

bentuk kala yang lain, menggambarkan seuah kejadian yang sedang berlangsung, ... Conditionnel passé, seerti halnya bentuk kala yang lain, mengungkapkan sebuah kejadian yang telah selesai dilakukan.

B.4. Pemaknaan fungsi Conditionnel dalam modus indikatif Futur Hypothétique

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kalimat pengandaian atau hypothétique yang menggunakan bentuk modus indikatif Conditionnel, terdapat pemaknaan “futur”. Oleh karena itulah para ahli bahasa sepakat memasukkan bentuk ini ke dalam bentuk indikatif futur hypothétique dimana penggunannya sama dengan bentuk futur dans le passé dan futur antériru du pasé yakni dalam kalimat kompleks dengan menggunakan kata hubung si. Nuansa pemaknaan yang melekat kuat dalam modus indikatif ini adalah nuansa

“persyaratan”. Menurut Michèle Boularès dan Jean-Louis frérot dalam buku Grammaire progressive du français niveau avancé, la condition exprime qu’un fait ou un état est

indispensable pour qu’en conséquence, un autre fait ou état existe atau la condition

mengungkapkan sebuah kejadian atau sebuah keadaan yang merupakan akibat dari kejadian atau keadaan yang lain (2002:156)

(12)

bentuk pengandaian dimana jika persyaratannya menggunakan bentuk kala présent atau bentuk kala passé maka conséquence atau akibatnya harus diletakkan dalam posisi kala futur dalam hal ini futur simple, misalnya dalam kalimat Si vous acceptez notre offre, nous signerons le contrat dès demain atau “Jika anda menerima penawaran kami, maka kami akan

menandatangani kontrak itu besok”. Bentuk lainnya adalah persyaratan dengan menggunakan kata hubung yang lain, seperti dalam kelimat Vous aurez la paix à condition que vous vous taisiez atau “Anda akan merasa aman kalo anda diam”. Dalam kalimat ini penggunaan kata

hubung à condition que mengisyaratkan penggunaan kata kerja dalam modus Subjonctif yakni vous taisiez.

Penggunaan modus indikatif Conditionnel dalam kalimat pengandaian memerlukan sebuah persyaratan khusus yakni kata kerja pada proposisi hypothétque harus diletakkan dalam bentuk indikatif imparfait. Dibandingkan dengan bentuk pengandaian sebelumnya, bentuk pengandaian ini memiliki peluang yang sangat kecil dalam hal ketercapaian dan sulit untuk mewujudkannya. Kalimat Je construirais une belle villa si je gagnais une loterie atau “Saya akan membangun sebuah villa yang bagus jika saya menang lotere” mengindikasikan sebuah persyaratan yang berat yakni “memenangkan lotere”, sehingga persyaratan atau hypothèsnya harus diungkapkan dengan menggunakan modus indikatif Conditionnel, yakni construirais. Walaupun demikian, jika kita analisis lebih jauh, terdapat keterkaitan bentuk

pengandaian ini dengan pemaknaan aspek futur yakni pemaknaan pada bentuk persyaratannya atau hypothèsenya. Menurut Michèle Boularès dan Jean-Louis frérot (2002:156) hypothèse exprime qu’un fait ou un état est imaginé. Sa conséquence est donc éventuelle atau

“Hypothèse mengungkapkan sebuah kejadian atau sebuah keadaan yang diharapkan terjadi dimana hasilnya bersifat belum pasti”. Dari pernyataan ini jelas terlihat bahwa sebuah pengandaian akan menghasilkan sebuah harapan yang belum tentu bisa terwujud. Dengan demikian konsep ini sama dengan konsep pemaknaan kala futur yakni une projection dans l’avenir atau “Sebuah proyeksi masa depan” yang menyangkut 3 aspek pemaknaan yakni

makna (1) l’ordre atau perintah seperti dalam kalimat Vous ferez pour demain l’exercice 40 de la page 102 atau “Kalian kerjakan untuk besok, latihan 40 halaman 102” (2) la promesse atau

(13)

C. Conditionnel, sebuah modus indikatif dalam keberagaman makna

Selain memiliki makna bernuansa futuristik, modus indikatif Conditionnel juga memiliki makna yang lain diantaranya :

1. Pemaknaan fungsi politesse atau kesopanan

Dalam praktiknya, untuk mengungkapkan kesopanan, kita dapat menggunakan kedua bentuk Conditionnel yakni Conditionnel Présent dan Condtionnel Passé seperti dalam kalimat (a) Pourriez-vous m’indiquer la rue Lepic ? atau “Dapatkah anda menunjukkan jalan Lepic dan (b) J’aurais aimé vous voir atau “Saya ingin bertemu dengan anda”. Dalam kedua kalimat tersebut, walaupun kedua kata kerja ditulis secara berbeda yakni dalam bentuk modus indikatif Conditionnel Présent dan Conditionnel Passé, akan tetapi memiliki makna yang sama yakni untuk mengungkapkan bentuk kesopanan. Adapun kalimat b sama sekali tidak terkait dengan aspek waktu lampau walaupun menggunakan bentuk modus indikatif Conditionnel Passé. Pada praktiknya, bentuk ini hanya dapat diterapkan dengan

menggunakan kata kerja modalité yakni kata kerja pouvoir atau “dapat”, aimer atau “suka” dan vouloir atau “ingin” dan kata kerja non modalité avoir atau “memiliki”.

2. Pemaknaan fungsi conseil atau nasehat

Aplikasi kalimat dengan kandungan makna ini sangat terbatas penggunannya. Keterbatasan tersebut terkait dengan penggunaan kata kerja modalité devoir dan pouvoir saja, misalnya dalam kalimat (a) Valérie devrait passer ses vacances dans une île isolée atau “Sebaiknya Valerie melewatkan liburannya di pulau terpencil” dan (b) Tu pourrais me contacter ce samedi atau “Kamu dapat menghubungi saya Sabtu ini”. Jika dianalisis, kita juga

dapat menemukan nuansa futuristik dalam pemaknaan ini karena kejadian yang menjadi inti kalimat tersebut belum terjadi.

3. Pemaknaan fungsi penyesalan atau regret dan teguran atau reproche

(14)

pemaknaan “penyesalan”, maka subjek yang terkait dengan pemaknaan ini hanya terbatas pada subjek orang pertama tunggal “je” atau “saya” atau subjek orang pertama jamak “nous” atau “kami” saja . Hal ini dikarenakan makna “menyesal” hanya melekat pada diri sendiri, kecuali dalam konteks kalimat Elle aurait voulu être médecin mais les résultats en math n’étaient pas bons atau “Dia dulu ingin menjadi dokter tapi tidak bisa karena nilai

matematikanya buruk” dan kalimat J’ aurais voulu être médecin mais les résultats en math n’étaient pas bons atau “Saya dulu ingin menjadi dokter tapi tidak bisa karena nilai

matematika saya buruk”. Kedua kalimat ini memiliki makna yang sama yakni “penyesalan”. Akan tetapi, untuk kasus yang lain, seperti dalam kalimat Tu aurais pu me laisser les clés chez le voisin atau “Sebaiknya kamu menitipkan kunci-kunci itu ke rumah tetangga” yang

bermakna sebuah “teguran” dapat beralih makna menjadi sebuah pemaknaan “menyesal” ketika kita mengganti subjek tu atau “kamu” menjadi je atau “saya” sehingga kalimatnya menjadi J’aurais pu laisser les clés chez les voisins atau “Sebaiknya waktu itu saya menitipkan kunci-kunci itu di rumah tetangga”.

4. Pemaknaan fungsi keraguan atau doute

Pada kenyataannya, untuk mengungkapkan sebuah keraguan, kita tidak hanya dapat mengungkapkannya dengan modus Subjonctif saja akan tetapi juga dapat mengungkapkannya dengan modus indikatif Conditionnel Passé. Adapun alasan rasional penggunaan bentuk passé ini terkait erat dengan “kejadian” yang “mungkin telah selesai dilakukan”. Konsep

pemaknaan “mungkin telah selesai dilakukan” ini menjadi sebuah keharusan yang harus melekat pada pemaknaan fungsi ini. Aplikasi pemaknaan ini dapat dilihat dalam kalimat Il paraît qu’il se serait enfui atau “tampaknya dia mungkin telah kabur”. Dalam kalimat ini

konsep pemaknaan “keraguan” dapat terlihat dari proposisi utama yang menggunakan kata kerja “paraît” atau “tampaknya” dan konsep pemaknaan “mungkin telah” terlihat pada kata kerja “se serait enfuit”, sehingga ketika kedua komponen ini dianalisis berdasarkan konteks pemaknaan holistik akan menghasilkan sebuah fungsi modus indikatif Conditionnel Passé untuk mengungkapkan sebuah “keraguan”. Contoh lain dari konsep pemaknaan ini dapat dilihat dalam kalimat on se demandait s’il aurait pu le deviner atau “Kita saling bertanya apakah dia mampu menebaknya”. Dalam kalimat ini konsep pemaknaan “keraguan” tampak pada penggunaan kata kerja pada proposisi kedua yakni “aurait pu” atau “mungkin mampu”.

5. Pemaknaan fungsi kemungkinan atau éventualité

(15)

mengaplikasikannya dengan menggunakan kedua bentuk modus Conditionnel yakni bentuk présent dan bentuk passé. Jika penggunaannya menggunakan bentuk présent, maka pemaknaan aspek “sekarang” begitu melekat seperti terlihat dalam kalimat on pourrait aller aller à la piscine atau “Mungkin kita bisa pergi ke kolam renang”. Dalam kalimat

ini,walaupun tidak ada penanda waktu yang mengindikasikan aspek waktu “présent” seperti maintenant atau “sekarang”, aujourd’hui atau “hari ini”, tous les jours atau “setiap hari” akan

tetapi kita harus paham betul bahwa kalimat ini membingkai sebuah makna”kemungkinan” yang ditujukan dalam waktu “présent”. Sementara itu, makna “kemungkinan” yang membingkai aspek “lampau” harus diutarakan dengan menggunakan modus indikatif Conditionnel Passé seperti terlihat dalam kalimat au cas où vous auriez vu mon sa, dites-le

moi atau “Sekiranya kalian melihat tas saya, tolong kalian beritahukan kepada saya”. Dalam kalimat ini, pemaknaan fungsi “kemungkinan waktu lampau” ditandai oleh hadirnya kata kerja auriez vu. Untuk membedakan lebih jelas pemaknaan fungsi ini yang diungkapkan dengan penggunaan modus indikatif yang berbeda dapat dilihat pada kalimat Je serais content de voir le maire dan J’aurais été content de voir le maire. Sekilas kedua kalimat ini

tampak sama karena keduanya sama-sama memiliki makna “kemungkinan”, akan tetapi setelah dicermati terdapat perbedaan bentuk struktur yang pada akhirnya dapat memberikan pemaknaan yang berbeda. Adapun perbedaan kedua kalimat tersebut tampak pada penggunaan kata kerja modus indikatif Conditionnel Présent “serais content” yang berafiliasi terhadap pemaknaan “mungkin akan senang” dalam waktu sekarang karena “akan bertemu dengan walikota”, sedangkan pada kalimat kedua, pemaknaannya berbeda karena konteks makna “akan senang” berafiliasi dengan konteks lampau frasa de voir le maire yang artinya bahwa bahwa frasa de voir le maire pada kalimat pertama memiliki konteks makna “kejadian yang belum dilakukan” sebaliknya frasa yang sama pada kalimat kedua memiliki konteks makna “kejadian yang telah dilakukan”.

D. Futur Simple dan Conditionnel, sebuah kekerabatan konjugasi

(16)

tata bahasa Becherelle (2012:137) proses pembentukan Conditionnel diawali oleh bentuk radikal kata kerja dan diberi akhiran modus indikatif–rais, -rais, -rait, -rions, -riez dan – raient sedangkan konjugasi modus indikatif futur dibentuk oleh radikal kata kerja dan diberi

akhiran –rai, - ras, - ra, - rons, - rez, -ront seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Contoh pengkonjugasian modus indikatif Conditionnel

Tabel 2. Contoh pengkonjugasian modus indikatif Futur Simple

Kata Kerja –er Kata kerja –ir

Pada konjugasi modus Conditionnel Passé, aturan pembentukannya harus mengikuti pola aturan bentuk modus indikatif Passé Composé karena keduanya sama-sama memerlukan kata kerja bantu atau auxiliaire être/avoir. Kata kerja bantu inilah yang harus diubah dalam bentuk modus indikatif Conditionel Présent ditambah dengan bentuk Participe Passé dari sebuah kata kerja. Adapun contoh pembentukan modus indikatif Conditionnel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Contoh pengkonjugasian modus indikatif Conditionnel Passé

Kata Kerja -er Kata kerja –ir régulier

Kata kerja – ir irrégulier Kata kerja -re

(17)

Il/elle/on aurait visité ditunjukkan pada kata kerja “visiter” yang dapat dilihat dari simbol fonetis yang hampir sama. Dari keseluruhan landasan teori yang dikemukakan, penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pembahasan tentang modus indikatif Conditionnel merupakan pembahasan yang rumit karena melibatkan beberapa aspek kajian yakni aspek “bentuk”, “makna”, “fungsi” dan konteks. Hal ini dikarenakan :

1. Modus indikatif Conditionnel memiliki fungsi dan pemaknaan yang bervariasi dimana untuk menentukan fungsi dan pemaknaan tersebut diperlukan analisis kontekstual yang cukup dalam.

2. Pengkonjugasian dan pelafalan modus indikatif Conditionnel memiliki persamaan dengan modus indikatif futur simple sehingga jika tidak hati-hati maka kedua sistematika pelafalan yang seharusnya beda dapat bercampur menjadi satu.

Menurut penulis, kedua hal inilah yang menyebabkan kesulitan mahasiswa menerapkan modus indikatif Conditionnel baik présent maupun passé baik secara lisan maupun secara tertulis.

V. Tujuan dan Manfaat Penelitian . A. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Untuk mendeskripsikan kesalahan bentuk modus indicatif Conditonnel baik Conditionnel Présent maupun Conditionnel Passé yang dilakukan oleh

mahasiswa semester VI Program studi Bahasa dan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Angkatan 2011 ?

(2) Untuk mendeskripsikan kesalahan menentukan makna modus indicatif Conditonnel baik Conditionnel Présent maupun Conditionnel Passé yang

dilakukan oleh mahasiswa semester VI Program studi Bahasa dan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Angkatan 2011 ?

(18)

dilakukan oleh mahasiswa semester VI Program studi Bahasa dan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Angkatan 2011 ?

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis sebagai sumber referensi bagi dosen dan mahasiswa untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering muncul dalam pengaplikasian modus indikatif conditionnel bahasa Prancis yang dilakukan oleh mahasiswa. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai acuan pengembangan metode ajar bagi dosen dan metode belajar bagi mahasiswa agar tidak terjadi lagi kesalahan penggunaan modus indikatif conditionnel dalam praktek berbahasa Prancis.

V. Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Dalam Moleong (2005, hal.4) dijelaskan mengenai pendekatan kualitatif sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sementara itu metode deskriptif adalah “metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan data (Surakhamad, 1994, hal. 140). Dengan memperhatikan kedua definisi tersebut di atas serta bertumpu pada rumusan masalah penelitian maka metode kualitatif deskriptif adalah yang paling sesuai bagi penelitian ini.

B. Sumber data

Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, sumber data utama yang akan digunakan berupa hasil tes mahasiswa semester VI Program Studi Bahasa dan Sastra Prancis Universitas Brawijaya dengan materi tes ‘penggunaan modus conditionnel dalam bahasa Prancis’. Untuk melaksanakan tes tersebut, peneliti terlebih dahulu menyiapkan instrumen tes yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya guna kesahihan hasil penelitian.

C. Populasi dan Sampel

(19)

dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2013/2014 Program Studi Bahasa dan Sastra Prancis Universitas Brawijaya berjumlah 50 orang mahasiswa yang telah mempelajari materi tata bahasa Prancis mengenai modus conditionnel dalam mata kuloah Tata Bahasa Lanjutan semester IV.

Sementara itu, dari total populasi, peneliti hanya akan menggunakan 20 orang mahasiswa sebagai sampel penelitian. Keduapuluh mahasiswa ini diharapkan dapat mewakili bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi di atas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa hasil tes yang dilakukan oleh mahasiswa dengan uji materi modus indikatif conditionnel dalam bahasa Prancis ini akan menggunakan teknik dokumentasi, artinya “sebuah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasri, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2006, hal. 231). Jadi, dalam hal ini peneliti mendokumentasikan hasil tes mahasiswa yang akan digunakan untuk mengetahui kesalahan mereka dalam mengerjakan materi soal-soal yang dimaksud. E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data berupa hasil tes, peneliti perlu menyiapkan suatu instrumen tes. Menurut Arikunto tes adalah rangkaian pertanyaan atau latihan untuk mengukur tingkat kompetensi individu maupun kelompok mengenai bidang tertentu (2006, hal. 150). Untuk melakukan tes tersebut diperlukan sebuah instrumen, yaitu “alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode” (Arikunto, 2006, hal 149). Peneliti dalam hal ini akan menyiapkan instrumen tes berupa soal-soal dengan materi yang difokuskan pada penggunaan modus conditionnel dalam bahasa Prancis.

(20)

2011, hal. 125). Selain uji validitas, instrumen tes juga akan melalui uji reliabilitas yaitu dengan teknik test dan re-test, artinya setelah dilakukan tes yang pertama, para mahasiswa sampel akan melakukan tes kembali dengan soal-soal yang sama persis untuk mengetahui reliabel tidaknya instrumen tes yang diujikan. Dengan dua tahapan pemilihan soal-soal tersebut, diharapkan validitas instrumen tes dapat dipertanggungjawabkan.

F. Teknik analisis data

Sebagai sebuah penelitian kualitatif, teknik analisis data dilakukan secara induktif. Tujuannya adalah mengembangkan kategori-kategori menjadi pola-pola kemudian generalisasi akhir yang proporsional, yaitu peneliti membuat suatu kesimpulan dari hasil interpretasi dan klaim-klaimnya)(Stake, 1995 dikutip dari Creswell, 2010, hal. 96-97).

Adapun secara lengkap prosedur analisis datanya adalah sebagai berikut: setelah dilakukan tes, peneliti mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jawaban-jawaban hasil tes berdasarkan kategori-kategori kesalahan sesuai dengan yang diajukan dalam rumusan masalah meliputi kesalahan bentuk, kesalahan makna, dan kesalahan fungsi dengan mendasarkan pada teori mengenai modus conditionnel. Data kesalahan tersebut kemudian dianalisis per kategori. Selanjutnya, peneliti menyajikan analisis tersebut berupa deskripsi kesalahan-kesalahan bentuk, makna dan fungsi modus indikatif conditionnel. Pada akhirnya peneliti membuat kesimpulan akhir dari hasil analisis dan interpretasi.

VI. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Cresswell, John W. (2010). Research design : pendekatan kualitatif, kuantitif dan mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Grevisse . ( 2000). Le bon usage edisi 14, Paris: Hachette.

Jacqueline, Olivier (1978). Gammaire Française. New York, San Diego, Chicago, San Fransisco Atlanta : Harcourt Brace Jovanovich, Inc,

Nicolas, Laurent. Delaunay Bénédicte, Bescherelle, (2012) .La Grammaire Pour Tous, Paris : Hatier.

Michèle, Boularès, Louis Frérot. (2002). Grammaire Progressive du Français. Paris : CLE International

(21)

Gambar

Tabel 1. Contoh pengkonjugasian modus indikatif Conditionnel

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Variasi dalam potensial air daun dari tanaman yang diairi disebabkan perubahan potensial air tanah biasanya begitu kecil dibandingkan variasi yang disebababkan laju transpirasi

Pendanaan pendidikan dari dana BOS yang didapatkan SD Inpres 4 halmahera barat yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk tahun 2016

Para manajer dalam segala ukuran dan jenis organisasi dihadapkan dengan peluang dan tantangan pengelolaan lingkungan global. Ketika perdagangan diperbolehkan

Skematik rangkaian elektronika pembangun sistem alat ukur suhu dan kelembaban relatif digital berbasis digital dengan data tersimpan ini dapat dilihat pada Lampiran

[r]

Perbedaan nilai yang diperoleh dalam ke tiga perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini selama mengunakan metode proyek terhadap kemampuan bersosialisasi anak dapat dilihat

KEWIRAUSAHAAN DENGAN PEMODELAN WIRAUSAHAWAN USAHA KECIL SUKSES DI SMK NEGERI 2 SINGOSARI..