KARYA SASTRA INDONESIA
MAKALAH
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah Teknik Informatika
Dosen : Tedi Sukmara ST
Disusun Oleh :
Nama: Dadi Rosmawan NIM : 2108090049 Kelas : 1D
Prodi : DIKSATRASIA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, maka dalam kesempatan pembuatan makalah ini, saya membahas satu judul yaitu “Karya Sastra Indonesia” untuk dapat lebih memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan karya sastra dan jenis-jenisnya. Khususnya karya sastra Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud karya sastra ! 2. Sebutkan jenis-jenisnya !
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. SASTRA INDONESIA
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah
tersebut.Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu
turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
• lisan • tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
• Angkatan Pujangga Lama • Angkatan Sastra Melayu Lama • Angkatan Balai Pustaka • Angkatan Pujangga Baru • Angkatan 1945
• Angkatan 1950 - 1960-an • Angkatan 1966 - 1970-an • Angkatan 1980 - 1990-an • Angkatan Reformasi • Angkatan 2000-an
Pujangga Lama
Karya Sastra Pujangga Lama
Sejarah
• Sejarah Melayu (Malay Annals)
Hikayat
• Hikayat Abdullah • Hikayat Aceh
• Hikayat Amir Hamzah • Hikayat Andaken Penurat • Hikayat Bayan Budiman • Hikayat Djahidin
• Hikayat Hang Tuah
• Hikayat Iskandar Zulkarnain
• Hikayat Kadirun
• Hikayat Kalila dan Damina • Hikayat Masydulhak • Hikayat Pandawa Jaya • Hikayat Pandja Tanderan • Hikayat Putri Djohar Manikam • Hikayat Sri Rama
• Hikayat Tjendera Hasan
• Tsahibul Hikayat
Syair
• Syair Bidasari
• Syair Ken Tambuhan
• Syair Raja Mambang Jauhari • Syair Raja Siak
Kitab agama
• Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri • Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
• Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai • Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
• Robinson Crusoe (terjemahan) • Lawan-lawan Merah
• Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
• Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
• Kapten Flamberger (terjemahan)
• Rocambole (terjemahan)
• Nona Leonie
• Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
• Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan • Cerita Rossina
• Nyai Isah oleh F. Wiggers • Drama Raden Bei Surioretno • Syair Java Bank Dirampok
• Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
• Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
• Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
• Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
• Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
• Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
• Cerita Nyi Paina • Cerita Nyai Sarikem
• Cerita Nyonya Kong Hong Nio
• Tambahsia
• Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo • Nyai Permana
• Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
• dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
• Merari Siregar
o Azab dan Sengsara (1920) o Binasa kerna Gadis Priangan
(1931)
o Cinta dan Hawa Nafsu
• Marah Roesli
o Siti Nurbaya (1922) o La Hami (1924)
o Anak dan Kemenakan (1956)
• Muhammad Yamin
o Tanah Air (1922)
o Indonesia, Tumpah Darahku
• Tulis Sutan Sati
o Memutuskan Pertalian
(1932)
• Djamaluddin Adinegoro
o Darah Muda (1927) o Asmara Jaya (1928)
(1928)
o Kalau Dewi Tara Sudah
Berkata
o Ken Arok dan Ken Dedes
(1934)
• Nur Sutan Iskandar
o Apa Dayaku karena Aku
Seorang Perempuan (1923)
o Cinta yang Membawa Maut
(1926)
o Salah Pilih (1928) o Karena Mentua (1932) o Tuba Dibalas dengan Susu
(1933)
o Hulubalang Raja (1934)
o Katak Hendak Menjadi Lembu
(1935)
o Pertemuan (1927)
• Abdul Muis
o Salah Asuhan (1928) o Pertemuan Djodoh
(1933)
• Aman Datuk Madjoindo
o Menebus Dosa (1932) o Si Cebol Rindukan Bulan
(1934)
o Sampaikan Salamku
Kepadanya (1935)
Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
• Sutan Takdir Alisjahbana
o Dian Tak Kunjung Padam
(1932)
o Tebaran Mega - kumpulan
sajak (1935)
o Layar Terkembang (1936) o Anak Perawan di Sarang
Penyamun (1940)
• Hamka
o Di Bawah Lindungan Ka'bah
(1938)
o Tenggelamnya Kapal van der
Wijck (1939)
o Tuan Direktur (1950)
o Didalam Lembah Kehidoepan
(1940)
o Pancaran Cinta (1926) o Puspa Mega (1927) o Madah Kelana (1931)
o Sandhyakala Ning Majapahit
(1933)
o Kertajaya (1932)
• Tengku Amir Hamzah
o Nyanyi Sunyi (1937) o Begawat Gita (1933)
o Setanggi Timur (1939)
• Roestam Effendi
o Kehilangan Mestika
(1935)
Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
• Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949) o Deru Campur Debu
(1949)
• Asrul Sani , bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir
(1950)
• Idrus
o Dari Ave Maria ke
Djalan Lain ke Roma (1948)
o Katahati dan Perbuatan
(1952)
o Mentjari Pentjuri Anak
Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang
berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
• Pramoedya Ananta Toer
o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) o Bukan Pasar Malam (1951) o Di Tepi Kali Bekasi (1951) o Keluarga Gerilya (1951) o Mereka yang Dilumpuhkan
(1951)
o Perburuan (1950) o Cerita dari Blora (1952)
• Toto Sudarto Bachtiar
o Etsa sajak-sajak (1956) o Suara - kumpulan sajak
1950-1955 (1958)
• Ramadhan K.H
o Priangan si Jelita (1956)
• W.S. Rendra
o Balada Orang-orang
o Gadis Pantai (1965)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga
sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di
Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan
sadjak (1953) o Pahlawan Minahasa (1957)
• Ajip Rosidi
o Tahun-tahun Kematian (1955) o Ditengah Keluarga (1956) o Sebuah Rumah Buat Hari Tua
(1957)
o Cari Muatan (1959)
o Pertemuan Kembali (1961)
• Ali Akbar Navis
o Robohnya Surau Kami - 8
cerita pendek pilihan (1955)
o Bianglala - kumpulan cerita
pendek (1963)
• Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)
• Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958) o Rasa Sajangé (1961) o Tiga Kota (1959)
• Trisnojuwono
o Angin Laut (1958) o Dimedan Perang (1962) o Laki-laki dan Mesiu
• Purnawan Tjondronagaro
o Mendarat Kembali
(1962)
• Bokor Hutasuhut
o Datang Malam (1963)
Angkatan 1966 - 1970-an
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
• Taufik Ismail
o Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia
o Tirani dan Benteng
o Buku Tamu Musim Perjuangan o Sajak Ladang Jagung
o Kenalkan o Saya Hewan o Puisi-puisi Langit
• Sutardji Calzoum Bachri
o O o Amuk o Kapak
• Abdul Hadi WM
o Meditasi (1976)
o Potret Panjang Seorang
Pengunjung Pantai Sanur (1975)
o Tergantung Pada Angin (1977)
• Sapardi Djoko Damono
o Potret Seorang Penyair Muda
Sebagai Si Malin Kundang (1972)
o Seks, Sastra, dan Kita (1980)
• Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di
Manhattan
o Sri Sumarah dan Bawuk o Lebaran di Karet
o Pada Suatu Saat di Bandar
Sangging
o Kelir Tanpa Batas o Para Priyayi
o Manifestasi (1963)
• Titis Basino
o Pelabuhan Hati (1978) o Pelabuhan Hati (1978)
• Leon Agusta
• Parakitri Tahi Simbolon
o Ibu (1969)
o Lingkaran-lingkaran
Retak (1978)
Angkatan 1980 - 1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
• Ahmadun Yosi Herfanda
o Ladang Hijau (1980) o Sajak Penari (1990) o Sebelum Tertawa
Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen
Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan
(1997)
• Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar
(1981)
• Arswendo Atmowiloto
• Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987) o Matahari yang Mengalir
(1990)
o Kepompong Sunyi
(1993)
o Nikah Ilalang (1995) o Mimpi Gugur Daun
Zaitun (1999)
• Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi
(1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki
(1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan
Perempuan Buta (1999)
• Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999) o Kerudung Merah
Kirmizi (2002)
Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.Sastrawan Angkatan Reformasi
merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
• Widji Thukul
o Puisi Pelo o Darman
Angkatan 2000-an
Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
• Ayu Utami
o Saman (1998) o Larung (2001)
• Seno Gumira Ajidarma
o Atas Nama Malam o Sepotong Senja untuk
Pacarku
o Biola Tak Berdawai
• Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria,
Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar
(2002)
o Supernova 2.2: Petir
(2004)
• Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004) o Diatas Sajadah Cinta
(2004)
o Ketika Cinta Berbuah
Surga (2005)
o Pudarnya Pesona
Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih
1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih
2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta
(2007)
• Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005) o Sang Pemimpi (2006) o Edensor (2007) o Maryamah Karpov
(2008)
B. PUISI LAMA DAN BARU
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
1. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain : − Jumlah kata dalam 1 baris
− Jumlah baris dalam 1 bait − Persajakan (rima)
− Banyak suku kata tiap baris
− Irama
1. Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
2. Jenis Puisi Lama
Yang termasuk puisi lama adalah
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris,
tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek d) Seloka adalah pantun berkait
e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
4. Ciri-ciri dari jenis puisi lama
a) Mantra Ciri-ciri:
Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde. Bersifat lisan, sakti atau magis
Adanya perulangan
Metafora merupakan unsur penting
Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
b) Pantun Ciri – ciri :
Setiap bait terdiri 4 baris
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran Baris 3 dan 4
merupakan isi
Bersajak a – b – a – b
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Berasal dari Melayu (Indonesia)
c) Karmina
Ciri-ciri karmina
Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan. Bersajak aa-aa, aa-bb
Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan. Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi. Semua baris diawali huruf capital.
Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik. Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah. d) Seloka
Ciri-ciri seloka
e) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi. f) Syair
Ciri-ciri syair
Terdiri dari 4 baris Berirama aaaa
Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair g) Talibun
Ciri-ciri:
Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
2. ISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2. Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas : a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain: a) Distikon
b) Terzina c) Quatrain d) Quint
e) Sektet f) Septime g) Oktaf/Stanza h) Soneta
4. Ciri-ciri dari Jenis Puisi Baru Ciri puisi dari Jenis isinya :
a) Balada
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
b) Hymne
Ciri-ciri hymne
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.
c) Ode
Ciri-ciri ode
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
d) Epigram
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e) Romance
Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
f) Elegi
Ciri-ciri elegi
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
g) Satire
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Ciri puisi dari Jenis bentuknya :
a) Distikon
Terzina (Itali: 3 irama) c) Quatrain
• Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di
Malaysia oleh Mahsuri S.N.
d) Quint
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina
rima /aaaaa/ e) Sextet
f) Septima
• septime (Latin: 7 baris)
• Rima akhir bebas
g) Oktav
• Oktaf (Latin: 8 baris) • Dikenali sebagai ‘double Quatrain’ h) Soneta
ciri – ciri soneta : • Terdiri atas 14 baris
• Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina • Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan
yang disebut octav.
• Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
• Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
• Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
• Peralihan dari octav ke sextet disebut volta • Penambahan baris pada soneta disebut koda.
• Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
• Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.
DAFTAR WEBSITE
• http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia
•