• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kasus dengan teori Keadilan Ari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis kasus dengan teori Keadilan Ari"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Halimah Tunsyakdiah 1306454492

Ikhtisar teori keadilan Socrates, Aristoteles, and Homer

Analisis menggunakan kasus HAM dalam pemerintahan Korea utara Justice in Conflict

Justice in Conflict : Let’s Talk Justice in North Korea

Bagaimana kita bisa membicarakan Justice didalam konflik? Dan apakah didalam konflik bisa kita temukan keadilan? Inilah yang akan diuraikan penulis berikut ini. Masalah Human Right menjadi perdebatan yang tak kunjung selesai, apalagi jika kita pertanyakan dimanakah letak keadilan dalam diri manusia sebagai makhluk yang otonom, terlebih jika kita pertanyakan keadilan itu dalam suatu negara yang menganut sosialis komunis. Baru-baru ini kita kembali diberitakan oleh kasus yang menggemparkan dunia, pemerintahan kontroversial yang berasal dari Asia dengan menggunakan sisa-sisa ajaran Stalin dalam pemerintahan, yaitu North Korea. Salah satu kasus nya yaitu vonis mati seorang arsitektur bandara yang desain nya tidak disukai Kim Jong Un memberikan aroma kontroversial untuk dunia, sehingga korea utara menjadi perbincangan atau diskursus yang krusial dalam ICC (International Criminal Court), yaitu Mahkamah Kejahatan Internasional. Berikut beberapa berita mengenai pemerintahan korea utara, yang penulis dapatkan dari berbagai sumber:

http://internasional.kompas.com/read/2015/06/29/18021991/Desain.Bandara.Tak.Disukai.Kim.Jong.Un. Arsitek.Dihukum.Mati

 kasus diatas hanya salah satu dari bentuk pemerintahan korea utara, dan hal ini mendapat respon dari berbagai belahan dunia, salah satunya PBB, PBB mengintervensi bentuk pemerintahan korea utara dan dilaporkan ke ICC, berikut penulis tampilkan problem nya:

KASUS

The ICC and North Korea: Let’s Talk

Justice

Posted on May 22, 2013 by Mark Kersten

(2)

justice simply doesn’t extend that far. Rather, a precarious silence has long loomed over questions of accountability for massive human rights violations on the Korean peninsula. In this context, the growing debate on the possibility of the ICC intervening in North Korea should be welcomed.

While speaking in South Korea recently, Song Sang-hyun, the President of the ICC, mulled the possibility of the Court getting intervening in North Korea. While the ICC is already investigating North Korea’s 2010 attack on a South Korean war ship, President Song rightly noted that for the ICC investigation to investigate crimes against humanityin North Korea a referral from the UN Security Council would be required.

But would the Security Council do so? A new article by Robert Marquand suggests that it might not be as far off as we think but that it remains unclear what the effects of an ICC intervention into North Korea would be:

“A UN panel report by three prominent judges and diplomats from Australia, Indonesia, and Serbia may indeed pressure the Security Council to refer North Korea to the International Criminal Court (ICC), and lead to an indictment of its leaders.

… Some analysts hope the inquiry will force a shutdown of the gulag. A mere UN inquiry may sound pallid. But for a North Korea that rules by fear, it may in time create great pressure for the country to do what for years it has avoided: change. Yet some defectors and gulag survivors worry that the very act of trying to shine a bright public light into the dark corridors of the North could lead the Kim regime to kill the current denizens of the gulag, to “eliminate the evidence.”

… As the UN inquiry proceeds, the panel will employ a legal focus developed through the Rome Statutes of 1999. The statutes were used to inform the creation of the ICC and its standards of indictment. In international legal terms, this is not good news for Pyongyang. The regime will be investigated for standard recognized crimes like execution, torture, and starvation. But under the Rome laws, the North will also be examined for practices peculiar to itself, and so heinous, as Cohen puts it, that “no terminology has been devised” to describe them.” At the same time, respected human rights lawyer Geoffrey Robertson has also given his two cents on the subject, coming out forcefully in favour of the Council referring North Korea to the Court. According to him, the Council should “refer [North Korea’s] behaviour to the international criminal court prosecutor for investigation and potential indictment of Kim Jong-un and his generals.” In the coming weeks, months and perhaps even years, we will undoubtedly hear a familiar chorus of arguments for and against the ICC’s involvement in North Korea. There will be those who argue that an ICC intervention will marginalize the regime of Kim Jong-un, pressuring it into better behaviour and reforming its ways. And there will be those who will argue that the Court will only force him to “dig in his heels” and lash out against his people and neighbouring states.

(3)

enforced status quo that treats humanitarian tragedies and political aggression in North Korea as something to be contained rather than resolved. The truth is that we don’t know what the effects of an ICC intervention into North Korea would be. And we don’t know what it would take to get China, Russia and the US to agree to refer North Korea to the Court. But this makes any and all efforts to bring North Korea into the discourse of international justice all the more important. North Korea has too regularly escaped debates on criminal accountability, not to mention the responsibility to protect and human security. So let’s have at it. While key powers may not be keen on getting the ICC involved or taking any concerted action on North Korea, they shouldn’t get a free pass; they should be forced to explain their position and rationale. When it comes to North Korea and the ICC, let’s talk justice.

http://justiceinconflict.org/2013/05/22/the-icc-and-north-korea-lets-talk-justice/

Summary berita di atas:

Uni eropa dan jepang telah mengedarkan rancangan resolusi kepada sebuah komisi HAM PBB, yang mengusahakan kemungkinan pengajuan korea utara ke Mahkamah Yang berbasis di Den Hagg itu. Yaitu mengenai keadaan hak asasi manusia di korea utara, yang sebaiknya di negara tersebut harus segera dituntut ke ICC, karena sejarah panjang kontroversial mengenai pelanggaran terhadap HAM. Oleh sebabnya ICC diharapkan bisa meminggirkan rezim Kim Jong-un, namun sebagian orang berpendapat pengadilan dari ICC hanya akan memberikan dampak buruk, karena dakan dimungkinkan Korea Utara akan memberikan ancaman untuk menyerang negara-negara tetangga. Namun masih banyak negara, seperti cina, amerika setuju untuk merujuk negara korea utara ke pengadilan

 Berikut penulis menampilkan ikhtisar dari teori keadilan Socrates, Aristoteles dan Homer dalam karya sastra nya, dan akan dikaitkan dengan kasus diatas, yaitu bagaimana kita bisa menemukan keadilan dalam suatu konflik dinegara North Korea.

Theory of Justice

Teori keadilan Socrates: justice as proper role in the community

Bagi Socrates keadilan dalam suatu masyarakat akan terwujud apabila suatu masyarakat melakukan secara baik apa saja arahan dari yang paling bijaksana. Artinya, keadilan adalah melaksanakan apa yang menjadi fungsi pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri pekerjaan orang lain, dan dengan demikian keadilan akan terwujud jika kita bisa melakukan nya secara baik dengan cara teamwork dan serasi dibawah pengarahan dari orang yang paling bijaksana atau yang kita sebut bahwa keadilan harus proper role in the community.

(4)

Aristoteles membagi dua bentuk dari keadilan yaitu secara umum dan secara particular. Keadilan secara umum yang diartikan sebagai suatu karakter dan sikap yang mendorong orang untuk melakukan perbuatan dan berhaharap keadilan adalah keadilan, sedangkan jika sikap dan karakter orang tersebut melakukan ketidakadilan adalah ketidakadilan. Artinya sikap dan karakter seseorang bisa membawa orang tersebut menuju keadilan dan ketidakadilan. Inilah yang disebut oleh Aristoteles bahwa justice as state of character. Oleh sebab itu, secara umum dikatakan bahwa orang yang tidak adil adalah orang yang tidak patuh terhadap hukum (lawless) dan orang yang tidak fair (unfair), maka orang yang berlaku adil adalah orang yang taat terhadap hukum. Dan itu fair, Karena bagi Aristoteles tindakan atau sikap yang memenuhi hukum adalah bentuk dari suatu keadilan, yang mana ini di asumsikan sebagai tindakan untuk kebahagian bersama, oleh sebabnya lawful merupakan sebuah kebenaran, karena segala perbuatan yang cenderung memproduksikan kebahagian untuk masyarakat adalah tindakan adil (Aristoteles, Nicomachean Ethics, what is justice? p. 35-38).

Keadilan secara particular, hal yang paling penting dalam pemikiran Aristoteles mengenai keadilan adalah bahwa keadilan dipahami dalam bentuk kesetaraan, yang mana Aristoteles membuat perbedaan antara kesetaraan numerik dan proporsional, kesetaraan numerik ini menjelaskan bahwa manusia itu setara sebagai satu unit, singkatnya jika suatu negara membuat satu hukum, hukum itu berlaku untuk semua warga negara nya, dan setiap warga negara sama di mata hukum. Dan kesetaraan proporsional, adalah setiap orang bisa memperoleh haknya sesuai dengan kemampuan nya. Lebih lanjut, Aristoteles membedakan keadilan menjadi keadilan distributive dan keadilan rectificatori. Kedua keadilan ini sama-sama rentan terhadap problem kesetaraan, keadilan distributive adalah, manusia bisa mendapatkan imbalan yang sama rata atas pencapaian yang sama rata, jadi keadilan distributive ( Aristoteles, Nicomachean Ethics, What is justice? p.39 ).

Distribusi yang sesuai dengan nilai kebaikan nya, yaitu ada nilainya untuk masyarakat. Sedangkan keadilan rectificatori memfokuskan terhadap pembetulan sesuatu yang salah, maksudnya adalah jika kesalahan dilakukan, maka keadilan rectifikatori wajib memberikan hukuman bagi si pelaku “hence what is just in retification is what is intermediate between loss and profit” (Aristoteles, Nicomachean Ethics, what is justice? p.41).

Jadi, garis besarnya hukuman sepantasnya diberikan kepada pelaku, karena ketidakadilan akan mengganggu bentuk dari kesataraan dari keadilan distributive.

Interpretasi Keadilan dalam karya Homer: Justice as Revenge

(5)

artinya dalam bahasa Yunani yaitu amarah. The iliad dibuka dengan perseteruan Agamemnon yang keras kepala yang membujuk Menelaos untuk membunuh Adrestos, disini kita bisa melihat bahwa didalam karya tersebut begitu banyak konflik yang terjadi, dimulai dari perebutan harga diri hingga konflik internal yang berakhir pada amarah. Hal ini juga disebabkan oleh prestise jiwa seorang kesatria yang harus melakukan perlawanan terhadap musuhnya, dan pada akhirnya pembalasan atas amarah menjadi harga mati dan bayaran sebagai bentuk keadilan.

Analyses

 Ketika mencoba membandingkan ketiga teori keadilan diatas, penulis melihat bahwa konsep keadilan yang bisa kita gunakan dalam dunia kontemporer saat ini adalah keadilan dalam pandangan Socrates, yang mana seharusya keadilan itu proper role in the community, yang mana pembentukan keadilan ini berasal dari orang yang paling bijaksana, artinya hal ini tidak merugikan, sehingga kita bisa melihat justice is excellence of the soul. Pada dasarnya keadilan memang harus menjamin setiap soul manusia, dengan melaksanakan fungsi sendiri sebagai manusia tanpa mengganggu orang lain. Namun dalam konsep Aristoteles awalnya penulis setuju bahwa keadilan as fairness, dan bagaimana keadilan itu didistribusikan secara equal, tetapi keberatan penulis timbul disini, saat Aristoteles menyatakan dengan tegas bahwa keadilan bisa terwujud melalui perangkat yang ketat berupa lawful, dan harus lawfulness terhadap aturan tersebut,(what is justice? p. 36).

 Dan kondisi terparah mengenai keadilan bisa kita temukan dalam iliad, yang mana keadilan di interpretasikan sebagai evil, yaitu pembalasan,. Dalam hal ini kita tidak akan bisa menemukan justice sebagai sesuatu yang goodness, yang bisa memberikan pengaruh dan ketenangan terhadap soul manusia.

 Dalam kasus korea utara misalnya, salah satu kasus eksekusi mati arsitektur menjadi pertanyaan besar, apakah bisa kita temukan didalam hukum sebuha keadilan, artinya, apakah hukum yang menjadi perangkat kekal dalam negara tersebut memanifestasikan bentuk dari sebuah keadilan.

(6)

negara untuk lawfulness terhadap aturan, tapi bagai Aristoteles, bisa jadi lawful ini merupakan kondisi keadilan yang ideal untuk pemerintahan korea utara.

 Dari beberapa kasus yang penulis jelaskan di atas, yang mana kesetaraan benar-benar di coba untuk di praktekan dalam negara tersebut, namun timbul pertanyaan di sini, apakah aturan tersebut tidak berlaku untuk para pembuat hukumnya? Apakah ini bisa dikatakan lawfulness as justice and justice as fairness? Dan pada dasarnya hukum dan segala aturan dalam pemerintahan korea tersebut tidak ideal adanya, karena hukum hanya berlaku untuk warga negara yang tidak memiliki power yang sama dengan pejabat negara, dan pada akhirnya setiap orang tidak sama dimata hukum. Dalam karya Homer misalnya, keadilan merupakan suatu bentuk pembalasan, dalam artikel diatas bisa kita temukan, bahwa korea utara memiliki kekuatan untuk melawan negara-negara yang merujuk nya ke ICC, ketika korea utara dikecam dan harus menjalani sidang di ICC, korea utara sudah mempersiapkan suatu pertahanan untuk melawan. Dan pada akhirnya keadilan tetap berdiri pada pembalasan-pembalasan

Satu kesimpulan yang penulis dapati mengenai keadilan di korea utara yaitu bahwa ketika orang-orang tidak merasa keadilan itulah keadilan tersebut.

Bibiliografi :

Referensi

Dokumen terkait

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada

The pre-test used to find out the initial ability before present the material in the reading comprehension and the post test is designed to find out the effectiveness

Budaya yang sudah diterapkan di SDN Sumbersari 2 Kota Malang antara lain kegiatan jabat tangan kepada kepala sekolah dan para guru sebelum masuk kelas, berbaris dan merapikan baju

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul :

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Emma (2014) hasil peneitiannya menunjukkan adanya pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan intervensi

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perubahan kadar serat pangan (serat pangan larut dan tak larut), serat kasar, dan komponen serat (selulosa,

mengomentari, dan merevisi teks cerita (novel) sejarah yang telah ditulis 4.4 Menulis cerita sejarah pribadi dengan memerhatikan kebahasaan 3.5 Mengidentifikasi

a) Komitmen dalam memberikan kualitas. Kualitas menjadi faktor menentukan bagi perusahaan dalam mencari vendor untuk kepentingan pengembangan sistem informasi. Hal ini