• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DETERMINAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN

KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMP

DI KOTA SEMARANG

Disusun dalam rangka Usulan Proposal Desertasi

Program Manajemen Pendidikan S3 Pasca Sarjana

oleh:

AWALYA

NIM: 1003604001

Promotor Desertasi

1.

Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.

2.

Prof. Dr. Haryono, M.Psi.

3.

Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd.

Tim Yang Membantu:

1. Rizki Setiyaningtiyas, S.Pd. (Tim Pelaksana)

2. Dian Novita Astriyani, S.Pd. (Tim Pelaksana)

3. Lourentina Heriyanto Prabowo, S.Pd. (Tim Pelaksana)

4. Siska Widhiyani, S.Pd. (Tim Pelaksana)

PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN

PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas, peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan, sikap-sikap dan nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Standar Kompetensi Konselor Permendiknas NOMOR 27 TAHUN 2008, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Menjalani profesi guru BK sangatlah penting terutama dalam melaksanakan kompetensi bimbingan dan konseling sebagai perwujudan untuk menunjukkan kinerja yang optimal maka semakin tinggi kompetensi guru BK akan berdampak tinggi terhadap kinerja guru BK.

Jucius (1962: 296) mendefinisikan pelatihan sebagai “The term trainning is used here to indicate any process by which the aptitudes, skills, and abalities employees to perform specific are increased.”(pendidikan yang digunakan di sini adalah menunnjukkan setiap proses mengembangkan bakat, ketrampilan, dan kemampuan pegawai (guru BK guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu). Pendidikan dan pelatihan (diklat) mempunyai nilai untuk penambahan pengetahuan, ketrampilan dan perbaikan sikap dari peserta pelatihan. Suatu kegiatan profesi yang dilakukan memiliki tujuan yang akan dicapai, demikian pula proses pendidikan dan pelatihan bagi guru BK juga memiliki tujuan yang akan dicapai. Diklat berpengaruh terhadap kinerja seseorang, maka seseorang berpartisipasi dalam mengikuti diklat, semakin diklat relevansinya sesuai dengan kebutuhan perserta diklat dalam hal ini guru BK maka kinerja guru BK akan meningkat.

Budaya sekolah menurut Deal dan Peterson (1999), dalam Wijaya Kusumah (2007: 2) adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Acuan pengembangan budaya sekolah yang perlu berpegang pada asas-asas: kerjasama tim, keinginan, nilai kegembiraan rasa hormat, nilai kejujuran, disiplin, empati, pengetahuan dan kesopanan. Budaya sekolah yang berhubungan dengan penelitian ini meliputi: kerjasama tim, nilai kejujuran, disiplin, pengetahuan dan kesopanan, akan mempersepsi dan berdampak terhadap kinerja guru BK. Kuatnya budaya sekolah akan berpengaruh terhadap makin meningkatnya kinerja guru BK.

(3)

bimbingan kelompok, (7) Layanan konseling kelompok, (8) Layanan konsultasi, (9) Layanan mediasi. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh: (1) Aplikasi instrumentasi, (2) Himpunan data, (3) Konferensi kasus, (4) Kunjungan rumah, (5) Tampilan kepustakaan, (6) Alih tangan kasus. Tugas-tugas konselor apabila dilaksanakan secara tepat dan akurat maka akan meningkatkan kinerja guru BK

Kinerja guru pembimbing di sekolah terkait dengan tugas pokoknya. Tugas pokok guru pembimbing berkenaan dengan pelayanan BK menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller, adalah individual inventory, the counseling, the information services, the placement services, and the follow up services. Berdasarkan pendapat di atas kegiatan pelayanan BK mencakup: pengumpulan data, konseling, pembcrian informasi, pcnempatan dan tindak lanjut. Senada dengan itu Bernard dan Fullmer menambahkan research and consultatin, yang berarti pemahaman dan konsultasi. Gibson dan Mutchell mengemukakan tugas guru pembimbing adalah: 1) assessment of the individual's and other characteristics; 2) counseling the individual; 3) group counseling and guidance activities; 4) career guidance, including tfie providing of occupational educational information; 5) placement, follow up, and accountability evaluation: and : 6) consultation with teachers and other school personnel, parents, pupils, in group and appropriate community agencies. Tugas guru pembimbing adalah mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya, konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjat dan penflaian, konsultasi dengan guru, semua personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan masyarakat.

Kepengawasan merupakan kegiatan atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang dan atau lembaga yang dibinanya. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan, pengawasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan pada sekolah yang diawasinya. Tugas pengawas mencakup: (1) inspecting (mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat), (3) monitoring (memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5) coordinating

(mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti memimpin dalam melaksanakan kelima tugas pokok tersebut (Ofsted, 2003). Kepengawasan guru BK semakin tinggi pelaksanaannya maka semakin tinggi pula kinerja guru BK melaksanakan Tugas pelayanan bimbingan dan konseling.

1.2 Rumusan Masalah

Atas dasarkan pemikiran diatas maka permasalahan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui determinasi kinerja guru bimbingan konseling (BK) menurut persepsi guru BK SMP di Kota Semarang

Permasalahan utama tersebut dijabarkan ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut meliputi:

1. Seberapa besar pengaruh langsung kompetensi guru BKyang terdiri dari paedagogik, pribadi, sosial dan profesional terhadap kinaerja guru BK SMP di Kota Semarang ?

2. Seberapa besar pengaruh langsung pendidikan dan latihan guru BK yang terdiri partisipasi, relevansi, kesesuaian yang diikuti oleh guru bimbingan dan konseling, terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang ?

(4)

4. Seberapa besar pengaruh langsung kinerja kepengawasan yang terdiri dari mensupervisi, memberi advis/nasehat, memonitoring, mengkoordiri terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang ?

5. Seberapa besar pengaruh kompetensi guru BK, Diklat guru BK, budaya sekolah, dan kinerja kepengawasan secara bersama-sama terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang?

6. Bagaimanakah model kinerja guru BK SMP di Kota Semarang yang dibangun?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan analisis dan pembahasan secara sistematis tentang berbagai determinasi kinerja guru bimbingan dan konseling menurut persepsi guru bimbingan dan konseling (BK) SMP di Kota Semarang.

Tujuan utama ini dijabarkan dalam empat tujuan khusus, yaitu:

1. Menganalisis besaran pengaruh langsung kompetensi guru BK yang terdiri dari paedagogik, pribadi, sosial dan profesional terhadap kinaerja guru BK SMP di Kota Semarang.

2. Menganalisis besaran pengaruh langsung pendidikan dan latihan guru BK yang terdiri partisipasi, relevansi, kesesuaian yang diikuti oleh guru bimbingan dan konseling, terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang.

3. Menganalisis besaran pengaruh langsung budaya sekolah guru BKyang terdiri dari kerjasama tim, kejujuran, disiplin, empati, pengetahuan dan kesopanan terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang.

4. Menganalisis besaran pengaruh langsung kinerja kepengawasan yang terdiri dari mensupervisi, memberi advis/nasehat, memonitoring, mengkoordiri terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang.

5. Menganalisis besaran pengaruh kompetensi guru BK, Diklat guru BK, budaya sekolah, dan kinerja kepengawasan secara bersama-sama terhadap kinerja guru BK SMP di Kota Semarang.

6. Menemukan model kinerja guru BK SMP di Kota Semarang.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan memberikan sumbangan terhadap ilmu manajemen pendidikan khususnya determinasi kinerja guru bimbingan dan konseling. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai titik tolak dalam manajemen pendidikan yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang kinerja guru bimbingan dan konseling dengan subyek, teori, metode, tempat dan waktu yang berbeda. 2. Hasil penelitian ini dijadikan informasi dan referensi yang relevan di bidang manajemen

pendidikan yang berkaitan dengan konsep kinerja guru BK dan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, dan evaluasi kerja guru BK.

1.5.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan praktis penelitian ini adalah sebagai masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan pembinaan kinerja guru bimbingan dan konseling yang efektif. 2. Penelitian ini bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling dalam institusi

(5)

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2.2 Kerangka Berfikir

Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu (Griffin: 1987). Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan atas tugas yang diberikan (Robbin: 1996). Kinerja guru pembimbing di sekolah adalah terkait dengan tugas pokoknya berkenaan dengan pelayanan BK menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller, adalah individual inventory, the counseling, the information services, the placement services, and the follow up services. Guru BK dalam kegiatan pelayanan BK mencakup: pengumpulan data, konseling, pemberian informasi, penempatan dan tindak lanjut, Bernard dan Fullmer menambahkan

research and consultatin, yaitu pemahaman dan konsultasi. Gibson dan Mutchell mengemukakan tugas guru pembimbing adalah: 1) assessment of the individual's and other characteristics; 2) counseling the individual; 3) group counseling and guidance activities; 4)

career guidance, including tfie providing of occupational educational information; 5)

placement, follow up, and accountability evaluation: and 6) consultation with teachers and other school personnel, parents, pupils, in group and appropriate community agencies. Tugas guru BK meliputi mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya melallui, konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjat dan penflaian, konsultasi dengan guru, semua personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan masyarakat. Tugas guru BK dinyatakan oleh Prayitno (2004) meliputi pelayanan BK secara menyeluruh dengan melaksanakan ‘Pola 17 Plus' yang terdiri dari (1) enam bidang bimbingan, (2) sembilan jenis layanan, (3) enam kegiatan pendukung; (4) satu wawasan dan pengetahuan bimbingan dan konseling yang mantap, yang sudah diakui secara Nasional dan dicantumkan sebagai ketentuan resmi penyelanggaraan BK di sekolah seluruh di Indonesia. Tugas pokok guru BK di sekolah selain menjalankan ‘Pola 17 Plus, juga mempunyai tugas: (1) Menyusun program bimbingan, yaitu rencana pelayanan BK dalam bidang bimbingan pribadi, belajar, sosial, dan karir; (2) melaksanakan program bimbingan, yaitu melaksanakan fungsi pelayanan pemahaman, pencegahan, pemeliharaan, dalam setiap bidang pelayanan: (3) Evaluasi pelaksanaan BK; (4) analisis hasil evaluasi; dan (5) tindak lanjut.Konselor juga akan selalu berpikir, bertindak dalam bingkai filosofik yang akan membentuk suatu wawasan (worldview), yang mewarnai diri siswa/konseli yang dilayaninya melihat dunianya (Corey, 2001). Dalam layanan bimbingan dan konseling keberhasilan layanan sangat tergantung pada keberhasilan konselor/guru BK untuk memandirikan konseli. Kinerja guru BK dalam penelitian ini adalah meliputi perencanaan kerja guru BK, pelaksanaan kerja guru BK dan kemampuan evaluasi kerja guru BK.

(6)

berdampak positif dalam meningkatkan kinerja peserta maka akan menimbulkan keberhasilan penyelenggaraan diklat, Sikula (1982:185). Jadi semakin baik diklat diikuti semakin tinggi pula dampak terhadap kinerja, kompetensi guru BK dan semakin tinggi pengaruh sosial budayanya serta semakin tinggi guru BK melaksanakan variasi tugas guru BK, sesuai pendapat Procton & Throuton (1983:13) bahwa pelatihan selalu ada proses belajar mengajar, dan Siagian (1984:7) menyatakan bahwa pandangan secara mikro mengenai diklat bertitik tolak dari pemikiran bahwa pengetahuan, keahlian, dan keterampilan para karyawan (guru BK) dalam suatu organisasi perlu terus ditingkatkan. Lynton dan Pareek (1978:6) bahwa pelatihan merupakan tanggungjawab dari tiga mitra: organnization peserta, peserta, dan lembaga pelatihan. Yang dimaksud diklat pada penelitian adalah pendidikan dan pelatihan berhasil sangat baik jika diikuti peserta (guru BK) dalam partisipasinya, relevansinya, dan kesesuaian pelatihan dengan kebutuhan tugas sebagai guru BK.

Budaya sekolah merupakan sistem nilai, kepercayaan, norma-norma yang dilakukan penuh kesadaran dan dibentuk oleh lingkungan untuk menciptakan pemahaman yang sama dari semua personil sekolah termasuk guru BK mengutip pendapat Sudrajat (2010). Orang-orang (guru BK) yang terlibat dalam suatu system nilai, dalam berperilaku dan melaksanakan tugas secara sehat dan normatif, maka akan memberikan dampak terhadap perilaku dan kinerja yang tinggi Sudrajat (2010). Guru BK yang mewujudkan sistem nilai melalui kerjasama tim, kejujuran, kedisiplinan, memiliki empati, menguasasi pengetahuan dan kesopanan maka guru BK akan menampilkan kinerja yang tinggi pula. Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah berpengaruh langsung maupun terhadap kinerja guru BK. Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, bertanggungjawab, wewenang dalam pelaksanan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling terkait dengan pengembangan perilaku peserta didik terutama untuk mempersiapkan masa depan peserta didik. Berikut adalah tugas guru bimbingan dan konseling yang meliputi: (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) layanan perencanaan individual, dan (4) dukungan sistem yang akan dijelaskan sebagai berikut: Layanan dasar, meliputi kegiatan pemahaman individu menggunakan teknik non tes dan tes layanan bimbingan dan konseling dalam bentuk kelompok dan klasikal; Layanan Responsif meliputi kegiatan layanan konseling individual dan kelompok, konsultasi, referal, kolaborasi (dengan guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua, pihak lain yang terkait), bimbingan teman sebaya, korefensi kasus, dan kunjungan rumah: Layanan perencanaan individual, meliputi kegiatan analisis kekuatan dan kelemahan konseli sebagai dasar untuk penjurusan dan penyaluran bakat-minat-kegemaran serta penempatan sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik;

Dukungan sistem, meliputi kegiatan pengembangan potensi, manajemen program, serta riset pengembangan.

(7)

Secara ringkas ringkas kerangka berfikir penelitian ini dapat disajikan dalam gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2

Kerangka Berfikir, Hubungan Antar Variabel yang Diteliti

Paedagogik

Kompeten si BK

Pribadi Sosial Profesional

Diklat Guru Bk

Budaya Sekolah

Kinerja Kepengawsa n

Kinerja Guru

BK Partisipasi

(participation))

Relevansi (relevance)

Kesesuaian (transferece)

Jujur Kerjasama

Tim

Disiplin

Empati

Penget & Kesopanan

Mensupervisi (inspecting)

Memberi advis/nasehat

(advising)

Memantau (monitoring)

Mengkoordinir (coordinating)

Evaluasi kerja Perencanaan

Kerja

(8)

2.8 Hipotesis

Berdasar kerangka berfikir tersebut diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah berikut ini; kompetensi BK, pendidikan dan latihan (diklat) BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan sebagai penentu yang mempengaruhi kinerja guru BK SMP Kota Semarang

Adapun hipotesis lebih lanjut akan diajukan sebagai berikut.

1. Ada pengaruh langsung kompetensi paedagogik, pribadi, sosial, profesional terhadap kinerja guru BK merupakan faktor-faktor penentu menurut guru BK SMP di Kota Semarang.

2. Ada pengaruh langsung pendidikan dan pelatihan; partisipasi, relevansi, kesesuaian terhadap kinerja guru BK merupakan faktor-faktor penentu menurut guru BK SMP di Kota Semarang.

3. Ada pengaruh langsung budaya sekolah; Kerjasama tim (team work), Jujur (honesty), Disiplin (discipline), Empati (empathy) Pengetahuan dan kesopanan, terhadap kinerja guru BK merupakan faktor-faktor penentu menurut guru BK SMP di Kota Semarang.

4. Ada pengaruh langsung kinerja kepengawasan: mensupervisi, member advis/nasehat, memonitoring, dan mengkoordinir terhadap kinerja Guru BK merupakan faktor-faktor penentu menurut guru BK SMP di Kota Semarang.

5. Ada pengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru BK di Kota Semarang.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini berfokus pada metode penelitian yaitu: 1) rancangan penelitian, 2) populasi dan sampel, 3) variabel dan definisi operasional variabel, 4) teknik pengumpulan data, 5) teknik analisis data, dan 6) tahapan dalam SEM. Adapun uraian mengenai pembahasan metode penelitian secara berturut diuraikan sebagai berikut:

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk kategori penelitian expost facto, yaitu bentuk penelitian yang tidak perlu pengendalian atau manipulasi variabel secara langsung oleh peneliti. penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan paradigma kuantitatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan verifikatif dengan metode survey dalam konteks confirmatory, yaitu: penelitian menjelaskan hubungan kausal variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba mencari kemungkinan ada tidaknya hubungan langsung antara kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasandengan kinerja guru BK BK pada SMP Kota Semarang.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif-korelasional. Penelitian deskriptif berupaya memperoleh informasi berkenaan dengan fenomena yang diamati saat ini (Ary, Jacobs, & Razavich, 1985). Artinya peneliti berusaha memberikan data dari kinerja guru BK pada SMP Kota Semarang. Penelitian korelasional berupaya menjelaskan ada tidaknya hubungan diantara berbagai variabel berdasarkan besar kecilnya koefisien korelasi (Ary, 1985). Variabel-variabel penelitian ini adalah: kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasandengan kinerja guru BK BK pada SMP Kota Semaran. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel exogenusdan beberapa variabel endogenus. Variabel exogenus adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu model, sedangkan variabel endogenus adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu model (Asher,1983; Cohen dan Cohen, 1983).

Structural Equation Modelling digunakan untuk menguji model hubungan yang telah diajukan dan telah ditentukan. Dengan analisis jalur dapat dilakukan estimasi besarnya hubungan kausal sejumlah variabel dan hirarkhi kedudukan masing-masing variabel dalam rangkaian hubungan-hubungan kausal baik secara langsung maupun tidak langsung. Model hubungan antar variabel bisa berbentuk rekursif (satu arah) dan non-rekursif (dua arah atau timbale balik) (Pedhazur 1982; kerlinger, 1986; Hasan, 1996). Penelitian ini berada pada posisi hubungan kausal rekursif, karena dalam kajian teori ditemukan variabel satu mempengaruhi atau berpengaruh kuat terhadap variabel lain, variabel yang satu bergantung pada variabel yang lain.

Penelitian ini menempatkan kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan terhadap kinerja guru BK pada SMP Kota Semarang mendekati realita. Selanjutnya peran variabel bebas (X), adalah: kompetensi guru BK = (1), diklat guru BK = (2), budaya sekolah = (3), kinerja kepengawasan = (4). Sedangkan peran variabel terikat (Y), adalah kinerja guru BK = ().

(10)

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 1988). Populasi dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling (BK) Kota Semarang yang tersebar di 117 SMP Negeri dan Swasta Kota Semarang berjumlah 264 orang guru BK. (Diknas Kota Semarang, 2010)

3.3.2 Sampel

Penelitian ini hanya dilakukan terhadap kelompok sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1996). Jumlah guru yang dijadikan sampel penelitian adalah 200 orang, pengambilan sampel ini mengacu pada penggunaan analisis dengan LISREL (Ghozali, 2005:13).

Adapun teknik proporsional SMP Negeri, dan Swasta di Kota Semarang. Mengacu pada seluruh jumlah guru SMP Negeri dan guru SMP Swasta yang sekolahnya telah memiliki kualifikasi disamakan dengan sekolah negeri dengan cara proporsional random sampling. Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 200 guru SMP yang menjadi sampel penelitian. Adapun sekolah SMP Swasta yang telah memiliki kualifikasi dicitrakan sama sekolah negeri adalah : SMP Ibu Kartini, SMP H. Isriati, SMP IT PAPB, Kartika III-1, SMP Kebon Dalem, SMP Kesatrian 1, SMP Krista Mitra, SMP Kristen YSKI, SMP Maria Mediatrix, SMP Muhammadiyah 3, SMP Muhammadiyah 4, SMP Muhammadiyah 6, SMP Muhammadiyah 7, SMP Muhammadiyah 9, SMP Nasima, SMP PL Domenico Savio SMP Teuku Umar, SMP Theresiana 1 Smg, SMP Walisongo 1, SMP IT Harapan Bunda, SMP Maria Goretti, SMP Pangudi Luhur Santo Yusup. Adapun perincian sampel penelitian disajikan dalam tabel 7 sebagai berikut (data lengkap terlampir):

Tabel 7Sampel

Penelitian Guru SMP Negeri dan Swasta Kota Semarang (sumber Data, Diknas Kota semarang, 2010)

No Nama Sekolah Jumlah

Sekolah

Populasi Sampel

1 SMP Negeri Kota Semarang 41 152 152

2 SMP Swasta Kota Semarang 76 112 48

117 264 200

Dalam pemodelan persamaan structural terdapat delapan tahan yang harus dilakukan: (Ghozali dan Fuad, 2005), yaitu: 1. Konseptualisasi model; (2) penyusunan diagram alur, (3) spesifikasi model; (4) identifikasi model; (5) estimasi parameter; (6) penilaian model Fit; (7) modifikasi model; dan (8) validasi silang model.

1. Tahap konseptualisasi model berhubungan dengan pengembangan hipotesis sebagai dasar dalam menghubungkan variable laten dengan variable laten lainnya, dan juga dengan indicator-indikatornya. Model yang dibentukmerupakan persepsi peneliti mengenai hubungan antar variabel laten berdasarkan teori. Di samping itu juga konseptualisasi model akan merefleksikan pengukuran variabel laten melalui indikator indikator yang diukur.

2. Tahap penyusunan diagram alur (path analysis construction), digunakan untuk memudahkan peneliti dalam menvisualisasikan hipotesis yang telah diajukan pada konseptualisasi model. Melalui diagram alur itu akan mengurangi tingkat kesalahan peneliti dalam membuat model dalam lisrel.

(11)

menggunakan pedoman variabel endogen = variable eksogen + variabel endogen + eror (Narimawati dan Sarwono, 2007)

4. Tahap identifikasi model, yaitu mengacu data yang telah diperoleh untuk menentukan kecukupan dalam mengestimasi parameter dalam model. Identifikasi model ini diperlukan untuk mengetahui gejala: (a) besarnya standar error pada satu atau beberapa koefisien: (b) matriks yang seharusnya disajikan tidak dapat dimunculkan oleh program; (c) muncul angka-angka aneh, misalnyaangka varian error yang negative dan (d) korelasi sangat tinggi muncul dalam koefisien estimasi, misalnya lebih dari 0,9.

5. Tahap estimasi parameter, mengkaji hasil matriks kovarians berdasarkan model (model-based covariance matrix). Uji signifikasi dilakukan dengan menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol.

6. Tahap penilaian model Fit. Model dikata fit apabila kovarians matriks suatu model (model-model covariance matrix) sama dengan kovarians matriks data (observed covariance matrix) penilaian model fit dalam penelitan ini didasarkan pada beberapa ketentuan sebagai berikut (Ghozali dan Fuad, 2005):

1) Apabila nilai probabilitas Normal Fithi Square lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikan 1% (0,01), maka model yang dikembangkan adalah Fit.

Kemudian apabila nilai probabilitas Normal Theori Weighted Least lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikansi 1%, maka model yang dikembangkan adalah fit.

2) Apabila Estimated Non-Centrality Parameter (NCP) lebih kecil dibandingkan dengan nilai 90 Percent Confidence Interval for NCP, maka model yang dikembangkan adalah fit.

3) Apabila nilai Root Mean Square Error of approximation (RMSEA) lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifilkasi 1% (0,01), maka model yang dikembangkan adalaf fit

4) Apabila nilai Expected Cross Validation Index (ECVI) lebih kecil Expected Cross Validation Index for Saturated Model (ECVSM) dan dibandingkan dengan nilai Expected Cross Validation Index for Independence Model

(ECVIM), maka model yang dikembangkan dapat direplikasi pada penelitian berikutnya.

5) Apabila Model AIC lebih kecil dibandingkan dengan Independence AIC dan

Saturated AIC; demikian pula apabila model CAIC lebih kecil dibandingkan dengan nilai independence CAIC dan Saturated CAIC, maka model yang dikembangkan adalah fit.

6) Apabila nilai Normed Fit Index (NFI) lebih besar dibandingkan dengan 0,9 nilai

Non-Normed Fit Index (NNFI) berarti lebih besar dibandingkan dengan 0,9; nilai Incremental Fit Index (IFI) lebih besar daripada batas cut-off sebesar 0,9 dan nilai Relative Fit Index (RFI) lebih besar daripada nilai 0.9 maka secara keseluruhan model yang dikembangkan adalah fit.

7) Apabila nilai Goodness of Fit Index (GFI) lebih besar dibandingkan dengan 0,9; nilai Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) lebih besar dibandingkan dengan 0,9 nilai dan nilai Persimony Goodness of Fit Index (PGFI) lebih besar dibandingkan dengan 0,6 maka secara keseluruhan model yang dikembangkan adalah fit.

(12)

8. Tahap validasi silang model, yakni menguji fit tidaknya model terhadap data baru atau validasi sub model yang diperoleh melalui prosedur pemecahan sampel. Vaidasi silang ini perlu dilakukan apabila terdapat modifikasi yang substansial yang dilakukan terhadap model asli yang dilakukan pada langkah ketujuh. Sebaliknya, apabila tahap ketujuh tidak dilakukan karena model sudah fit, maka tahap validasi silang tidak diperlukan lagi, dan peneliti langsung melakukan uji hipotesis.

Secara konseptual hubungan antar variable dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk paradigm sebagai mana gambar… di dalam paradigma tersebut terdapat satu variabel independen yang terdiri dari variabel kompetensi, diklat, budaya sekolah, dan kinerja kepengawasan. Dalam Stuctural Equation Modeling (SEM), variabel independen disebut dengan variabel eksogen dan variabel dependen disebut variabel endogen. Variabel eksogen dan variabel endogen terdiri atas tiga variabel manifest dan masing-masing variabel manifes terdiri atas beberapa indikator dan indikator (observed variable). Variabel manifes pada variabel endogen adalah kinerja guru BK.

Variabel manifest kinerja guru BK terdiri dari tiga indikator, yaitu perencanaan kerja, pelaksnaan kerja dan evaluasi kerja.

Konsep tualisasi model penelitian, yang hendak diuji digambarkan dalam bentuk jalur diagram sebagai berikut:

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Ada lima kelompok data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data tentang variabel: kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan dan kinerja guru BK. Untuk mengumpulkan data digunakan satu jenis instrumen pengumpulan data yaitu kuesioner.

Instrumen berupa skala sikap untuk mengumpulkan data-data: kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan dan kinerja guru BK. Prosedur yang digunakan untuk mengukur seluruh variabel yang diteliti adalah metode Likert, yaitu suatu metoda untuk mengungkapkan perasaan-perasaan responden terhadap pekerjaannya dengan memilih lima alternatif jawaban yang telah tersedia (Best, 1982). Instrumen skala sikap memuat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk butir pernyataan positif, nilai jawaban bergerak dari 1 (sangat tidak setuju, sangat tidak puas, sangat tidak tinggi, dan sangat tidak baik) ke-5 (sangat setuju, sangat puas, sangat tinggi, dan sangat baik). Untuk butir pernyataan negatif jawaban bergerak dari 1 (sangat setuju, sangat puas, sangat tinggi dan sangat baik). ke 5 (sangat tidak setuju, sangat tidak puas, sangat tidak tinggi, dan sangat tidak baik). Penggunaan instrumen menggunakan matrik variabel penelitian berikut.

Tabel 8 Variabel Pengukur dan Butir Kuesioner

No Variabel Laten Variabel Pengukur Nomor Butir

(13)

Sekolah 3. Disiplin

3.4.1 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Kompetensi Guru BK

Instrument yang digunakan untuk mengukur kompetensi guru BK adalah kuesioner yang dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori tentang kompetensi guru BK. Pengukuran variabel kompetensi guru BK dengan menggunakan instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel kompetensi guru BK yang terdiri dari empat (4) indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 20

3.4.2 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Diklat Guru BK

Instrument yang digunakan untuk mengukur diklat guru BK adalah kuesioner yang dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori tentang diklat guru BK. Pengukuran variabel diklat guru BK dengan menggunakan instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel diklat guru BK yang terdiri dari tiga (3) indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 9

3.4.3 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Budaya Sekolah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur budaya sekolah adalah kuesioner yang dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori tentang diklat guru BK. Pengukuran variabel diklat guru BK dengan menggunakan instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel budaya sekolah yang terdiri dari lima (5) indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 11.

3.4.4 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Kinerja Kepengawasan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja kepengawasan adalah kuesioner yang dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari teori tentang kinerja kepengawasan. Pengukuran variabel kinerja kepengawasan dengan menggunakan instrumen berbentuk keusoiner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang variabel kinerja kepengawasan yang terdiri dari empat (4) indikator selanjutnya disusun item yang berjumlah 14.

3.4.5 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Kinerja Guru BK

(14)

3.5 Validitas dan Reliabilitas 3.5.1 Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan datau kesahihan sesuatu instrumen. (Arikunto (2002:144). Suatu instrumen dikatakan valid berarti instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharrusnya diukur (Sugiyono, 2003)

Untuk menguji kesahihan instrument dilakukan dengan validitas isi (content validity), dan validitas konstruk (construct validity). Validitas isi adalah suatu instrumen untuk mendapatkan penilaian apakah butir-butir tersebut dapat menggambarkan indikator-indikator variabel yang dimaksud, sedangkan uji validitas konstruk mengarah pada sejauh mana instrumen tersebut mengukur sifat bangunan pengertian atau konstruk teoretik tertentu. Instrumen dari sisi konstruk, akan digunakan pendapat para ahli (judgment experts), dalam ini adalah ketiga promoter desertasi ini, dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Sedangkan untuk uji validitas dari segi isi akan dianalisis item dengan skor total, atau dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberi jawaban tinggi dan jawaban rendah. Apabila r hitung > r tabel maka instrumen dapat dikatakan valid. Uji validitas instrumen penelitian dilakukan dengan mengkorelasikan antara setiap butir dengan skor totalnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12 for windows dan setiap butir dinyatakan valid apabila r hitungnya lebih besar dari r tabel.

3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif membahas cara-cara pengumpulan data, penyerdahanaan angka-angka yang diperoleh (meringkas dan menyajikan serta melakukan pengukuran pemusatan dan penyebaran data untuk memperoleh informasi yang lebih menarik dan mudah dipahami. Teknik ini digunakan untuk menganalisis sejumlah data untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan suatu variabel. Untuk variabel independent, ukuran yang digunakan adalah disribusi frekuensi, range, modus/median, dan standar deviasi. Dari rekap data tabel induk, khusus untuk variabel kinerja guru BK, kompotensi guru BK, diklat, budaya sekolah, kinerja kepengawasan, kinerja guru BK, serta jawaban tiap responden diolah dengan sejumlah skor butir untuk setiap indikator dari sub komponen dan dihitung rata-ratanya. Selain itu dihitung ukuran pemusatan (mean, median, modus, jumlah,dll) maupun ukuran penyebaran (sandat deviasi, variansi/keragaman, koefisiensi, variasidll) sudjana, 2000, sugiyono 2002,112)

Sedangkan untuk variabel dependen kinerja guru BK. Langkah terakhir dalam analisis deskriptif adalah menghitung maximum, modus/mean, minimum, range dan standar deviasi. Untuk menghitungnya dengan menggunakan analisis program software SPSS versi 16.00 for MS windows melalui program computer dan analisis koefisien determinasi dengan bantuan

software LISREL versi 8,51 Windows application melalui media komputer dengan program AMOS (Ghozali-2005).

(15)

computer; (3) entry data, yaitu peneliti memasukkan data ke dalam computer yang sebelumnya telah ditetapkan kode pada masing-masing jawaban responden, dan (4) analisis data, yaitu menerapkan rumus analisis statitika deskriptif yang terdapat dalam program SPSS 12 for Windows untuk mengetahui frekuensi dan prosentase masing-masing jawaban responden.sesudah di print out data diperoleh, selanjutnya dideskrepsikan sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini.

Pendeskrepsian data di dasarkan pada kriteria berikut:

Tabel .. Kategori jawaban indikator penelitian:

Determinasi Kinerja Guru BP

No. Kategori Jawaban Persentase Berdasarkan Mean dan SD

1. Sangat tinggi 81 – 100 Mean + 3 SD

2. Tinggi 61 – 80 Mean + 2 SD

3. Sedang 41 - 60 Minus 1 SD s.d Mean + 1 SD

4. Rendah 21 – 40 Minus 2 SD dari Mean

2. Sangat rendah 0 – 20 Minus 3 SD dari Mean

3.5.2 Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kontribusi variabel independen pengaruhnya terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien kolerasi berganda (R²) yang dalam penggunaannya dinyatakan dalam (%). Dalam analisis koefisien determinasi ini dilakukan dua tahap yaitu sebagai berikut: 1. Menguji kebenaran model dengan melihat apabila terdapat perbedaan signifikan

antara model dengan data (model fit).

2. Jika ada kesesuaian antara teori dan data, maka dapat dilakukan pengujian atas hipotesis tentang hubungan struktural dalam model tersebut (koefisien regresi dalam skala/true score)

3.5.3 Teknik Analisis Persamaan Struktur/Latent (Struktural Equation Modelling)

Dalam LISREL tidak terdapat signifikansi yang langsung memberitahu apakah hubungan antara variabel dengan variabel lain signifikan, untuk itu maka nilai-t harus lebih besar dari nilai tabel. Dalam LISREL terdapat tiga informasi yaitu koefisien regresi, standar error, dan nilai-t (Ghozali – 2005:40). Nilai t yang diperoleh digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis tentang parameter model, yaitu koefisien korelasi. Sedangkan Non-Normed Fit index (NNFI), digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model. Tetapi, karena NNFI adalah “non-normed”, nilainya dapat lebih dari I, sehingga susah untuk diinterprestasikan. Meskipun ketiga Index indeks tersebut dihasilkan pada output ISREL, tetapi Bentler (1990) menganjurkan penggunaan CFI sebagai ukuran fit.

Incremental Fix (IFI), yang diperkenalkan oleh Bollen (1989), digunakan untuk mengatasi masalah parsimony dan ukuran sampel, dimana hal tersebut berhubungan dengan NFI. Batas

cut-off IFI adalah 0,09 (Byrne, 1998). Sedangkan Relative Fit index (RFI), digunakan untuk mengukur fit dimana nilainya adalah 0 sampai 1 dimana nilai yang lebih besar menunjukkan adanya superior fit.

Dari hasil pengujian tersebut akan terinformasikan variabel independen mana yang memiliki koefisien korelasi yang signifikan.

Persamaan untuk mengukur variabel laten eksogen ξ (ksi) Dengan menggunakan variabel X sebagai indikatornya adalah:

X= × ξ + δɅ Dimana :

× =

Ʌ matrik muatan faktor (faktor loading) variabel X Untuk mengukur variebel laten (konstruk)

(16)

Persamaan yang sama untuk pengukuran variabel laten endogen η (eta), dengan menggunakan Y sebagai indikatornya adalah :

Y= yη + , Ʌ ɛ Dimana :

y

Ʌ = matrik muatan faktor variabel Y untuk mengukur variabel laten ƞ =

ɛ vektor komponen kesalahan pengukuran (residu)

Persamaan model struktural yang menggambarkan pengaruh variabel laten terhadap suatu variabel laten lainnya adalah :

η = βη + rξ + ϛ

= vektor variabel laten endogen (

ƞ effect)

ξ = vektor variabel laten eksogen (cause)

= matrik koefisien menggambarkan pengaruh dari suatu variabel endogen(η) ϛ

r = matrik koefisien yang menggambarkan pengaruh suatu variabel eksogen ξ terhadap variabel endogen (η)

Model yang diuji adalah teori yang menyatakan bahwa kinerja guru BK dipengaruhi oleh kompetensi guru BK, diklat guru BK, budaya sekolah, kinerja kepengawasan, pada guru SMP Negeri Kota Semarang.

Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah : 1. Persamaan struktur : η = γ ξ + ζ

η (eta) : variabel endogen (laten terikat)

γ (gamma) : koefisien lintas variabel eksogen Ksi dan variabel endogen Eta ξ (Ksi) : variabel eksogen (laten beban)

ζ (zeta) : galat structural eta

2. Persamaan pengukuran untuk variabel eksogen : X = λ ξ + δ X : variabel pengukuran dan Ksi

λ (lambda) : muatan faktor/faktor load variabel eksogen ksi dan variabel pengukuran X.

δ (delta) : galat pengukuran X

3. Persamaan pengukuran untuk variabel endogen : Y = λη + є

λ (lamda) : muatan faktor/faktor load variabel endogen eta dan variabel pengukuran Y.

η (eta) : variabel endogen (laten terikat) є (epsilon) : galat pengukuran Y

3.5 Tahapan Dalam SEM

Untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian maka teknik statistic yang sesuai adalah SEM karena ada tiga alasan mengapa SEM digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. SEM dapat menjawab secara langsung pertanyaan sejauh mana pengukuran yang dilakukan dapat merefleksikan konstruk yang diukur.

(17)

Dari konseptualisasi model diagram alur disusun seperti tampak pada Gambar

Diagram Alur Pengaruh diterminasi Kompetensi, Diklat, Budaya Sekolah, Kinerja Keguru BKan terhadap Kinerja Guru BK SMP Kota semarang

Keterangan:

ξ (ksi) = variabel-variabel laten eksogenus ф (phi) = interkorelasi antar variabel eksogen η (eta) = variabel laten endogen

(gamma)

Ὑ = hubungan langsung variabel eksogen dengan endogen

ζ (zeta) = kesalahan dalam persamaan antara variable eksogen dan/auat endogen terhadap variable endogen

λ (lamda) = hubungan antara variable laten dengan indikatornya

ε (epsilon) = kesalahan pengukur (measurement eror) dari indicator variable endogen.

(18)

ξ1 = Kompetensi Guru BK terdiri X1 = kompetensi Paedagogik; X2 = kompetensi Pribadi; X3 = kompetensi Sosial; X4 = kompetensi Profesional ξ2 = Diklat Guru BK terdiri X5 = partisipasi; X6 = Relevansi; X7 =

Kesesuaian;

ξ3 = Budaya Sekolah terdiri X8 = Kerjasama Tim; X9 = Jujur ; X10 = Disiplin; X11 = Empati; X12 = Pengetahuan Dan Kesopanan

ξ4 = Kinerja Kepengawasan terdiri X13 = mensupevisi; X14 = Advis; X1 5 = memantau; X1 6= Mengkoordinir

Gambar

Gambar 2Kerangka Berfikir, Hubungan Antar Variabel yang Diteliti
Tabel 7 Penelitian Guru SMP Negeri dan Swasta  Kota Semarang(sumber Data, Diknas Kota semarang, 2010Sampel)
Tabel 8 Variabel Pengukur dan Butir Kuesioner
Tabel .. Kategori jawaban indikator penelitian: Determinasi Kinerja Guru BP
+2

Referensi

Dokumen terkait

231 semakin besar bilangan Reynolds yang diberikan maka titik separasi yang terjadi dapat ditunda karena peralihan dari aliran laminer keturbulen lebih jauh dari titik

Selain karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP pemindahbukuan dapat dilakukan juga jika terdapat kesalahan pengisian data pembayaran pajak melalui

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

etika-etika profesional lain yang perlu dipahami dan diikuti, dengan kemampuan intelektualnya, seorang engineer akan dapat menemukan etika- etika tsb selama mengembangkan

pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa peran Agama dalam Antropologi sebagai panduan untuk membimbing manusia untuk memiliki moral dan perilaku sesuai dengan

sedikitpun fungsionalitas dari sistem. Artinya, dalam proses refactoring dilakukan modifikasi program untuk memperbaiki struktur, mengurangi kompleksitas, atau untuk

[r]

heterokedastisitas antara saham sebelum dan sesudah stock split, pada pengujian autokrelasi menunjukan nilai 0,808 sehingga nilainya diatas +2 sehingga