• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip prinsip legal dalam praktek kepe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prinsip prinsip legal dalam praktek kepe"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Prinsip-prinsip legal dalam praktek keperawatan

1. Malprakte

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek kedokteran juga dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yg menangani sebuah kasus telah melanggar undang -undang hukum pidana. perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan,

pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai dan tindakan pelecehan seksual pada pasien..

Malpraktek adl kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim di pergunakan untuk merawat klien atau orang yang terluka menurut ukuran lingkungannya yang sama. (Hanafiah dan Amir, 1999)

f.Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril. g. Kesalahan prosedur operasi

3.Dampak malpraktek

a. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen b. Bagi petugas kesehataan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah c. Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana

d .Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat e .Dari segi agama mendapat dosa

f. Dari etika keperawatan melanggar etika keperawatan bukan tindakan professional. 4.Kelalaian

kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini akan digolongkan sebagai kelalaian berat.

Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari beberapa hal : a.Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan kewajiban profesinya untuk

mempergunakan segala ilmu dan keterampilanya.

b.Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan.

c.Adanya hub sebab akibat yaitu adanya hub lngsng antara penyebab dgn kerugian yang dialami pasien sbgai akibatnya.

(2)

jawab untuk mengikuti standar asuhan keperawatan dalam praktek. Dalam kasus atau gugatan civil malpraktek pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara:

a.Cara langsung

Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolak ukur. · Kewajiban

· Penyimpangan dari kewajiban · Penyebab langsung

· Kerugian b.Cara tidak langsung

Cara pembuktian yang mudah pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita oleh sebagai hasil layanan perawatan yang dapat diterapkan, apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria :

· Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai · Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan.

· Fakta itu terjadi tanpa ada konstribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada gugatan pasien

ELEMEN-ELEMEN PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM (LIABILITY)

yang harus di tetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktek atau kelalaian telah terjadi (vestal, 1991) :

1.Kewajiban (duty)

Pada saat terjadi cedera terkait dengan kewajiban yaitu kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaian untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban

penderitaan pasien berdasarkan standar profesi. contoh :

Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk :

· Pengkajian yang aktual bagi pasien yg ditugaskan untuk memberikan asuhan keperawatan · Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan profesional untuk mengubah kondisi klien

· Kompoten melaksanakan cara-cara yang aman untuk pasien.

2.Breach of the duty (tidak melaksanakan kewajiban)

Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajiban, artinya menyimpang dari apa yg seharusnya dilakukan menurut standar profesinya.

Contoh :

a. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari pasien, seperti tingkat kesadaran pada saat masuk

b.Gagal dalam memenuhi standar keperawatan yang di tetapkan sebagai kebijakan rumah sakit c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara-cara pengamanan yg tepat (pengamanan tempat Tidur).

3.Proximate caused (sebab-akibat)

Pelanggaran terhadap kewajiabannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang di alami klien.

(3)

cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien atau gagal menggunakan cara pengaman yang tepat yang menyebabkan klien jatuh dan menyebabkan fraktur.

4.injury (cedera)

a.Seseorang mengalami cedera atau kerusakan dapat di tuntut secara hukum.

contoh : faktur panggul, nyeri, waktu rawat nginap lama dan memerlukan rehabilitasi. PERTANGGUNGGUGATAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN.

a.Pertanggunggugatan adl suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.

contoh : ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yg diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka pihak keluarga pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.

b.PERTANGGUNG JAWABAN

adalah suatu konsekwensi yang harus diterima seseorang atas perbutannya. contoh :

jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien maka, dokter akan bertanggung jawab attidak terima karena kondisi semakin parah as kesalahan atau kelalaian.

Prinsip-prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan,, 1.Latar Belakang Masalah

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.

Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah

mengubah sistem pelayanan kesehatan.

Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

HAK ASASI MANUSIA

Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam beberapa jenis (Prakosa, 1988), yaitu :

1.Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)

(4)

4.Political Rights (hak asasi politik)

5.Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan) 6.Procedural Rights.

HAK PASIEN ANTARA LAIN :

• Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur

• Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu

• Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai dgn peraturan yang berlaku di RS

• Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap penyakitnya • “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya

• Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik, alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.

• Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat.

• Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri

• Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis • Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya

• Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan • Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual • Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter • Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987) KEWAJIBAN PERAWAT :

• Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP • Menghormati hak pasien

• Merujuk kasus yang tidak dpt ditangani

• Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-undangan • Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan

• Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien baik scr tertulis maupun lisan

• Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yg berlaku • Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik • Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK

• Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dg kewenangan

• Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat • Mentaati semua peraturan perundang-undangan

• Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota tim kesehatan lainnya.

HAK-HAK PERAWAT 1.Hak perlindungan wanita.

(5)

3.Hak mendapat upah yang layak. 4.Hak bekerja di lingkungan yang baik 5.Hak terhadap pengembangan profesional.

6.Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan. 2. Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1.Malpraktek

2.Kelalaian

3.Pertanggunggugatan dan pertanggungjawaban 4.Situasi yang harus dihindari oleh perawat.

PRINSIP-PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN 1. Malpraktek

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran juga dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual pada pasien.

Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.

Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau

berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap malpraktek dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.

Tindakan yang termasuk dalam malpraktek : 1.Kesalahan diagnosa.

2.Penyuapan.

3.Penyalahan alat-alat kesehatan. 4.Pemberian dosis obat yang salah.

5.Alat-alat yang tidak memenuhi standart kesehatan atau tidak steril. Dampak yang terjadi akibat malpraktek :

1.Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen. 2.Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah. 3.Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.

4.Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat . 5.Dari segi agama mendapat dosa.

(6)

Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi,jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini dapat digolongkan sebagai kelalaian berat (culpa lata).

Kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati - hati yang pada umumnya wajar dilakukan oleh seseorang dengan hati - hati, dalam keadaan tersebut itu merupakan suatu tindakan seseorang yang hati - hati dan wajar tidak akan melakukan didalam keadaan yang sama atau kegagalan untuk melakukan apa orang lain dengan hati – hati yang wajar justru akan melakukan di dalam keadaan yang sama.

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat ketidak sengajaan, kurang teliti, kurang hati - hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini

diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius dan criminal. 3 Pertanggunggugatan dan Pertanggungjawaban

1. PERTANGGUNG GUGATAN

Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu. Contoh:

Ketika dokter member instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.

2.PERTANGGUNG JAWABAN

Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas perbuatannya. Contoh:

Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien tidak terima karena kondisi pasien semakin parah maka, dokter akan bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya.

3.Situasi yang harus dihindari oleh perawat a.Kelalaian

Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.

b.Pencurian

(7)

c.Fitnah

Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.

d.False imprisonment

Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.

e.Penyerangan dan pemukulan

Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

f.Pelanggaran privasi

Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum. g.Penganiayaan

Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.

Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan.

Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

2. Hak berserikat dan berkumpul

3. Hak mengendalikan praktek keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum

4. Hak mendapat upah yang layak

5. Hak bekerja di lingkungan yang baik

(8)

7. Hak menyusun standar praktek dan pendidikan keperawatan

Informed Consent

Ada 3 hal yang menjadi hak mendasar dalam Menyatakan Persetujuan

Rencana Tindakan Medis yaitu hal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to health care), hak untuk mendapatkan informasi (the right to information), dan hak untuk ikut

menentukan (the right to determination)

Hak atas informasi

1. Sebelum melakukan tindakan medis baik ringan maupun berat.

2. Pasien berhak bertanya tentang hal-hal seputar rencana tindakan medis yang akan diterimanya tersebut apabila informasi yang diberikan dirasakan masih belum jelas,

3. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan dari dokter lain untuk memperjelas atau membandingkan informasi tentang rencana tindakan medis yang akan dialaminya,

4. Pasien berhak menolak rencana tindakan medis tersebut

5. Semua informasi diatas sudah harus diterima pasien SEBELUM rencana tindakan medis dilaksanakan. Pemberian informasi ini selayaknya bersifat obyektif, tidak memihak, dan tanpa tekanan. Setelah menerima semua informasi tersebut, pasien seharusnya diberi waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan keputusannya.

Informasi yang diperoleh: 1. Bentuk tindakan medis

2. Prosedur pelaksanaannya

3. Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya

4. Resiko dan efek samping dari pelaksanaannya

(9)

6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan medis itu, termasuk keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif tersebut

Kriteria pasien yang berhak

1. Pasien tersebut sudah dewasa. batas 21 tahun.

2. Pasien dalam keadaan sadar.

Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar dan lancar.

3. Pasien dalam keadaan sehat akal.

Jadi yang paling berhak untuk menentukan dan memberikan pernyataan persetujuan terhadap rencana tindakan medis adalah pasien itu sendiri. Namun apabila pasien tersebut tidak memenuhi 3 kriteria tersebut diatas maka dia akan diwakili oleh wali keluarga atau wali hukumnya.

Hak suami/istri pasien

Untuk beberapa jenis tindakan medis yang berkaitan dengan kehidupan berpasangan sebagai suami-istri. Misalnya tindakan terhadap organ reproduksi, KB, dan tindakan medis yang bisa berpengaruh terhadap kemampuan seksual atau reproduksi dari pasien tersebut.

Dalam Keadaan Gawat Darurat

Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan rencana tindakan medis ini bisa saja tidak dilaksanakan oleh dokter apabila situasi pasien tersebut dalam kondisi gawat darurat. Dalam kondisi ini, dokter akan mendahulukan tindakan untuk penyelamatan nyawa pasien. Prosedur penyelamatan nyawa ini tetap harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan / prosedur medis yang berlaku disertai profesionalisme yang dijunjung tinggi. Setelah masa kritis terlewati dan pasien sudah bisa berkomunikasi, maka pasien berhak untuk mendapat informasi lengkap tentang tindakan medis yang sudah dialaminya tersebut.

Tidak berarti kebal hukum

Pelaksanaan informed consent ini semata-mata menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya yang sah) telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan medis itu sendiri tetap harus sesuai dengan standar proferi kedokteran. Setiap kelalaian,

(10)

1. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.

UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan

kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

3. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.

Pada pasal 2, ayat (3)dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga

kesehatan akademis, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.

5. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta.

6. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

(11)

Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.

Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya

7. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

1. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

2. Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :

3. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

4. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya

5. Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.

Namun kenyataannya

Pengambilan Keputusan Legal Etis Keperawatan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS

Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik secara umum ataupun secara khusus.

TEORI DASAR PEMBUATAN KEPUTUSAN 1. Teori Teleologi

2. Teori Deontologi

TELEOLOGI

(12)

Teleologi dibedakan menjadi : 1. Rule Utilitarianisme

2. Act Utilitarianisme

DEONTOLOGI

Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu apakah suatu tidakan benar atau salah.

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat , terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun institusi individu tersebut bekerja.

Dalam Sumijatun(2009), dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik. Pendapat Kepner dan George tentang pengambilan keputusan adalah “A decision is always choice between various ways of getting a particular thing done on end accomplished”. Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau kemungkinan.

Pengambilan keputusa dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara membangun model dari beberapa disiplin ilmu antara lain ekonomi, filosofi, politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan, dan ilmu kperawatan itu sendiri.

Berpikir Kritis

Untuk dapat mengambil keputusan yang benar perawat harus dapat menerapkan pola berpikir kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan elemen-elemen yang yang berasal dari dimensi dasar yang memberikan logika umum untuk suatu alasan mengapa kegiatan tersubut dilakukan. Elemen-elemen tersebut meliputi tujuan, pusat masalah atau pertanyaan yang mengarah pada isu yang berkembang, sudut pandang atau kerangka referensi, dimensi empiris, dimensi konsep, asumsi, implikasi dan konsekuensi yang ada, serta kesimpulan.

Analisis Kritis

Analisis kritis merupakan instrumen yang digunakan dalam berpikir kritis dengan mengembangkan beberapa pertanyaan tentang isu yang ada dan validitasnya, karena pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu dalam menganalisis tahap-tahap dalam pengambilan keputusan.

(13)

2. Asumsi apa yang paling utama?

3. Apakah ada bukti nyata yang valid dan dapat dipercaya? a. Yang harus dicari

Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa berpikir logis dan kreatif mempunyai keuntungan-keuntungan seperti memaksimalkan proses-proses pemecahan masalah secara kreatif, membiarkan otak kanan bekerja pada situasi-situasi yang menantang, memahami peran paradigma pribadi dalam proses-proses kreatif, mempelajari bagaimana curah-gagasan(brain Storming) dapat memberikan pemecahan inovatif bagi berbagai masalah, dan menemukan keberhasilan dalam “berpikir tentang hasil(outcome thinking)”.

Pemecahan Masalah

Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009) menyatakan bahwa mekanisme berpikir dari otak manusia telah dikonsepkan dalam dua sisi, sisi kanan adalah intuitif dan konseptualyang digunakan untuk mendorong kreativitas berpikir; sedangkan sisi kiri adalah analisis dan rangkaian-rangkaian.

Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa pemecahan masalah dikenal adanya 7 istilah yang sering digunakan, yakni berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, strategis, berpikir tentang hasil, dan juga berpikir kreatif.

Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan keputusan, yang didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup ara pemecahan masalah, situasi dari permasalahan dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan keputusan merupakan hal yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang bermasalah, dengan demikian situasi sangat bergantung dari norma yang diacu masyarakat seperti etika, interaksi sosial, dan situasional kontekstual.

Prinsip Etik sebagai Panduan Pengambilan Keputusan

(14)

nuraninya. Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi pelayanan yang lebih bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat akan berpegang teguh pada pola pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku.

· Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien · Mengacu pada nilai yang dianut

· Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan, komitmen, penggunaan waktu, kurangnya pengalaman, ketidaktahuan atau kecemasan terhadap hukum, dan adanya loyalitas terhadap publik.

2. Potter dan Perry (2005)

· Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai maksud yang baik untuk menjelaskan masalah yang ada.

· Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu didengar pendapatnya.

· Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data tentang pilihan klien, sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis, pertimbangan sosial, dan dukungan lingkungan.

· Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting · Mengusulkan tindakan alternatif

· Melakukan tindakan terpilih

Kode Etik Perawat Indonesia

Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor: 09/MUNAS-VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia. Perry(1997) dan juga PPNI (2003) dalam Sumijatun (2009), prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Respek

Perilaku perawat yang menghormati klien dan keluarganya. 2. Otonomi

(15)

3. Beneficence (Kemurahan Hati) 4. Non-malaficence

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada kliennya.

5. Veracity (Kejujuran)

6. Konfidensialitas(Kerahasiaan) 7. Fidelity (kesetiaan)

8. Justice (Keadilan)

Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan 1. Mengidentifikasi masalah.

2. Mengumpulkan data masalah.

3. Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative

4. Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. 5. Membuat keputusan

6. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis Dalam Praktik Keperawatan

1. Factor agama dan adat istiadat 2. Factor sosial

3. Factor IPTEK

4. Factor Legislasi dan eputusan yuridis 5. Factor dana atau keuangan

(16)

Daftar Pustaka

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model diklat partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi Guru Biologi SMA adalah pada tahap

Iklan Baris Iklan Baris Mobil Dijual SSYANGYONG PROTON SUZUKI OPEL PEUGEOT. OPEL BLAZER ‘1997 (LT) Amry Green “Keren SngtTerawat” Full Sound+Variasi BanBesar / Irit

Kajian Penambahan Tetes Sebagai Aditif Terhadap Kualitas Organoleptik dan Nutrisi Silase Kulit Pisang.Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.. Suryani, Y.,

From some series of activities using students’ senior authentic writings in the second meeting, finally, the students came to much better understanding about the

18 Tepung panir Kemasan plastic, 1 bungkus berat 1 kg, warna kuning, tidak ada kotoran, serangga, benda asing, tidak menggumpal, baunya tidak apek, asam atau berbau

akan tetapi dalam pelaksanaannya menggunakan metode sistem penggantian/refund/reimbursement dimana untuk biaya transportasi peserta seleksi dari tempat domisili ke

Menurut Heward (2003) dalam(Vani et al., 2015) menyatakan bahwa efektivitas berbagai program penanganan arti efektivitas sendiri adalah suatu

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha