• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEPSI MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEPSI MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEPSI MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA TENTANG PENGAJARAN KIMIA DI SEKOLAH MENENGAH

Makalah

Dibentangkan dalam UPSI-UPI Conference,

University Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, 25-27 November 2008

Harry Firman

Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRACT

This study explored new pre-service chemistry teachers’ conceptions about several aspects of teaching secondary school chemistry as well as qualitative comparison of their conceptions with what senior pre-service chemistry teachers’ held. Preconceptions brought by new pre-service students with regard to teaching was thought need to be identified as a basis for designing and delivering effective professional courses for pre-service chemistry teacher in teacher education program at university. Six new and three senior pre-service teachers were selected as partiscipants in this study. When this study was carried out, those new pre-service teachers had been enrolled for one month in the program, whereas senior pre-service teachers had completed four month full time school based professional training (student teaching period) in final year of teacher education program. An about sixty minutes recorded interview was conducted to each subject independently to reveal his/her conceptions about some aspects of teaching chemistry at secondary school, particularly function of teaching, characteristics of a good chemistry teacher, factors support learning process, and the role of laboratory work in teaching chemistry as well. Data analysis uncovered that new pre-service teachers conceptualized that: (1) Teaching as an effort to transmit knowledge from the teacher to his/her students; (2) Curriculum content need to be explained by teacher as complete and detail as possible in order to become learnable for the students; (3) Effectiveness of teaching process depending more on good interpersonal relationships between teacher and students rather than academic aspect of teaching tasks; (4) Laboratory work functions mainly to verify theoretical knowledge taught in class. It could be concluded that there was a strong tendency for pre-service teachers to hold a traditional conception about chemistry teaching. In addition, it was found that some aspects of traditional conception about chemistry teaching still held by senior pre-service teachers, which indicate that those conceptions are quite resistance to change.

LATAR BELAKANG

(2)

Permasalahan di atas menunjukkan pentingnya konsepsi tentang pengajaran kimia diangkat sebagai isu krusial dalam penyelenggaraan pendidikan pra-jabatan (pre-service teacher training). Yang dimaksud dengan konsepsi dalam konteks ini adalah gagasan personal tentang pengajaran yang berkembang sebagai kesimpulan dari yang diamati dan dirasakannya (Nyaumwe, 2004).

Pendidikan guru harus membekali calon guru dengan pengetahuan dan kecakapan calon guru tentang kaidah dan teknik penggunaan metode dan pendekatan pengajaran yang berpusat pada pelajar. Lebih dari itu pendidikan guru harus pula menumbuhkan keyakinan (beliefs) pada diri calon guru betapa pentingnya pengajaran berpusat pada pelajar sangat untuk meningkatkan kualitas murid-muridnya. Upaya untuk mengembangkan pendidikan guru sebagaimana diharapkan di atas berhadapan dengan tantangan utama, yaitu mahasiswa baru calon guru memasuki program pendidikan guru dengan konsepsi-konsepsi awal ( pre-conceptions) tentang mengajar dan belajar. Konsespsi-konsepsi awal ini terbentuk dalam pikiran mereka sebagai buah dari pengalaman-pengalaman belajar ketika mereka masih menjadi pelajar sekolah (Chong, Wong, & Lang, 2004). Merujuk pada pandangan konstruktivis tentang belajar, pra-konsepsi ini kritikal pada bagaimana mahasiswa memaknai apa yang dipelajarinya. Sesuai dengan pandangan ini jika konsepsi-konsepsi tentang mengajar yang dibawa mahasiswa baru calon guru sangat tradisional, maka akan lebih sukar untuk mengkoreksi pra-konsepsi tersebut dalam program pendidikan guru. Mengingat pentingnya pra-konsepsi mahasiswa baru calon guru tentang pengajaran untuk pengembangan program pendidikan guru yang efektif, maka pra-konsepsi tersebut perlu diidentifikasi, sehingga dapat menjadi sebagai profil pangkal (baseline profile) tentang input program pendidikan guru, yang selanjutnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pengembangan program pendidikan guru kimia yang efektif. Di samping itu untuk mengembangkan program pendidikan guru kimia yang efektif diperlukan pula informasi tentang konsepsi-konsepsi tentang pengajaran yang sulit berubah, sehingga perlu penanganan yang lebih khusus.

TUJUAN PENYELIDIKAN

Penyelidikan ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan konsepsi yang dipegang mahasiswa baru calon guru kimia tentang berbagai aspek belajar dan mengajar kimia, yang meliputi antara lain tujuan pengajaran, strategi mengajar, buku pelajaran, dan peran kegiatan laboratorium dalam pengajaran kimia. Kedua, membandingkan konsepsi mahasiswa baru dengan mahasiswa senior pendidikan guru kimia dalam aspek-aspek pengajaran kimia tersebut, untuk mengungkap konsepsi-konsepsi pengajaran mana yang sukar berubah (robust). Sesuai dengan tujuan ini, rumusan operasional masalah utama dalam penyelidikan ini adalah:

1. Konsepsi-konsepsi apakah yang ada pada diri mahasiswa baru program studi

pendidikan kimia UPI mengenai berbagai aspek mengajar dan belajar kimia, baik fungsi mengajar, karakteristik guru yang baik, kondisi dan sarana penunjang proses belajar, serta peran kegiatan praktikum dalam proses belajar kimia kimia?

2. Dalam aspek-aspek pengajaran kimia apa konsepsi mahasiswa baru dan mahasiswa senior program studi pendidikan kimia menunjukkan kesamaan?

(3)

mengembangkan konsepsi modern tentang pengajaran kimia. Kedua, menjadi informasi pangkal untuk penyelidikan longitudinal lebih lanjut mengenai teori pengubahan konsepsi tentang pengajaran kimia dalam konteks pendidikan guru kimia.

KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan guru membawa misi transisional dari pelajar menjadi pengajar (guru). Peralihan ini pada dasarnya merupakan proses yang mendasar dan sukar. Mahasiswa calon guru memasuki program pendidikan guru dengan sejumlah pikiran awal (existing ideas), yakni konsepsi, persepsi, keyakinan, dan sikap, baik tentang isi pengetahuan dan keterampilan yang diajarkannya maupun sifat dan tujuan belajar, mengajar, serta peran-peran pelajar dan guru dalam kegiatan belajar-mengajar (Uzuntiryaki & Boz, 2007; Gunstone & Northfield, 1992). Dari sudut pandang konstruktivisme, segala macam pikiran awal itu terbentuk karena pelajar secara aktif membangun pengetahuan dan pandangan berdasarkan pengalaman personalnya (Chong, Wong, & Lang, 2004; Doyle, 1990). Pengalaman calon guru berinteraksi dengan guru-gurunya ketika berada dalam jenjang pendidikan menengah, membentuk pandangannya mengenai belajar, mengajar, serta peran guru dan pelajar dalam proses belajar-mengajar. Perbedaan pengalaman antarindividu mengakibatkan adanya keragaman pada pra-konsepsi di kalangan mahasiswa baru calon guru.

Dari waktu ke waktu pikiran awal mahasiswa calon guru dapat mengalami konflik dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya, sehingga terjadi perubahan konsepsi. Laju perubahan konsepsi sangat bergantung pada dua faktor, yakni sifat pikiran awal yang ada pada diri mahasiswa dan terjadinya konflik kognitif dalam pembelajaran. Oleh karena itu program akademik dalam pendidikan guru yang berhasil membawa misi pengubahan konsepsi tentang belajar dan mengajar, mempersyaratkan perhatian pada konsepsi-konsepsi yang telah dimiliki mahasiswa ketika memasuki program pendidikan, dan disain program pendidikan yang berorientasi pada upaya pengubahan konsepsi.

Berbagai penyelidikan tentang pra-konsepsi mengenai belajar dan mengajar telah dilakukan pakar pendidikan guru di luar negeri. Beberapa di antaranya dikemukakan berikut ini. Weinstein (1989) melakukan studi tentang pra-konsepsi mahasiswa baru calon guru sekolah menengah di Universitas Rutgers (US) mengenai guru yang baik (good teacher). Ditemukan bahwa para calon guru mengkonseptualisasi titik sentral efektifitas guru dari sudut kemampuan mengembangkan hubungan antar-pribadi yang baik. Mereka lebih menekankan variabel sosial-afektif dari tindakan mengajar, seperti misalnya peduli dan akrab dengan pelajar. Sementara itu perhatian pada dimensi akademik dari tindakan mengajar sangat rendah, seperti tidak memiliki pandangan bahwa mengajar sebagai upaya memfasilitasi pelajar menangkap bahan pelajaran.

(4)

Secara singkat dapat diungkapkan berbagai studi yang pernah dilakukan di berbagai negara menunjukkan bahwa pikiran awal tentang mengajar yang ada pada diri mahasiswa ketika memasuki program pendidikan guru mempunyai pengaruh yang tidak kecil pada pertumbuhan pengetahuan tentang mengajar dalam diri individu calon guru. Temuan ini memberikan penjelasan pada keragaman kualitas guru sebagai hasil dari proses pendidikan guru yang sama. Temuan itu pula yang memperkuat pandangan akan sangat pentingnya melakukan penelaahan profil pangkal mahasiswa calon guru, sebab ternyata mempunyai implikasi praktis di samping implikasi teoretisnya.

METODE

Partisipan studi ini terdiri atas sembilan mahasiswa program studi pendidikan kimia UPI, yang terdiri atas enam mahasiswa baru dan tiga mahasiswa senior. Pada saat penyelidikan dilakukan mahasiswa baru telah mengikuti satu bulan perkuliahan, sedangkan mahasiswa senior tahun keempat yang baru menyelesaikan internship empat bulan kegiatan pelatihan profesi (student teaching) di sekolah-sekolah mitra.

Pada penyelidikan ini interviu semi-berstruktur digunakan sebagai prosedur pengumpulan data. Kepada semua partisipan penelitian diberikan delapan pertanyaan inti dengan tujuan untuk menggali konsepsi-konsepsi mereka tentang berbagai aspek belajar dan mengajar kimia di sekolah menengah. Pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut mencakup tugas guru dalam pengajaran kimia, cara mengajar kimia yang efektif, sikap guru dalam memfasilitasi siswa belajar, keterampilan mengajar yang diperlukan guru, kondisi lingkungan belajar yang kondusif, peranan kegiatan laboratorium, buku pelajaran yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi capaian belajar. Respon masing-masing partisipan dalam interviu direkam pada kaset, agar analisis data dapat dilakukan secara lebih cerma.

Langkah pertama analisis data adalah penyusunan transkripsi wawancara, untuk kemudian dilakukan inferensi konsepsi-konsepsi masing-masing parisipan tentang setiap aspek pengajaran kimia berdasarkan transkripsi wawancara tersebut. Lebih lanjut dilakukan kategorisasi konsepsi-konsepsi partisipan penyelidikan berdasarkan kesamaan di antara konsepsi-konsepsi partisipan.

HASIL-HASIL

Konsepsi tentang mengajar

Mahasiswa baru yang menjadi partisipan penyelidikan ini memandang pekerjaan mengajar sebagai upaya untuk mentransfer pengetahuan kepada siswa dengan jalan menjelaskan secara rinci. Terhadap pertanyaan tentang arti mengajar dan tugas guru dalam kelas, terdapat respon-respon sebagai berikut:

P1 : Menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. P2 : Memberikan apa diketahui guru kepada muridnya. P3 : Mentransfer informasi kepada siswa.

P4 : Menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. P6 : Mengalihkan pengetahuannya kepada siswa.

(Catatan: P1 berarti partisipan ke-1, P2 berarti partisipan ke-2, dan seterusnya).

(5)

untuk memperkuat pemahaman siswa. Cara mengevaluasi apakah siswa telah menguasai materi pelajaran adalah melalui kemampuannya menyelesaikan soal-soal.

Terhadap pertanyaan: "Bagaimana cara mengajarkan kimia yang baik dalam arti memungkinkan pelajar belajar?”, partisipan memberikan respon sebagai berikut.

P1 : Menurut saya materi pelajaran harus dijelaskan secara rinci dan ada latihan pemecahan soal.

P2 : Menurut saya, cara guru menerangkan harus jelas. Pokoknya rinci, diberi contoh soal, kemudian diberikan latihan-latihan.

P3 : Materi pelajaran dijelaskan secara rinci, kemudian hal-hal penting dituliskan pada papan tulis. Latihan-latihan banyak dilakukan.

P4 : Di kelas materi pelajaran dijelaskan secara rinci, dan ada kesempatan untuk latihan memecahkan soal-soal.

Mahasiswa senior yang menjadi partisipan penelitian ini memiliki konsepsi berbeda tentang tugas guru dalam pengajaran kimia, sebagaimana terIihat pada segmen transkripsi wawancara berikut ini.

P7 : Mengupayakan agar pelajar mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru ketika menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

P8 : Menyampaikan materi pelajaran agar dimengerti dan dapat diterapkan pelajar dalam kehidupan sehari-hari.

P9 : Memberikan materi pelajaran, memotivasi belajar, serta membimbing pelajar menarik kesimpulan.

Sikap guru dalam pengajaran

Faktor kepribadian guru diyakini mahasiswa baru yang menjadi partisipan kepentingannya dalam menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar. Mereka yakin bahwa materi pelajaran lebih mudah dimengerti pelajar jika mereka menyukai gurunya, sedangkan karakteristik guru yang disukai siswa yang terungkap dari wawancara adalah sebagi berikut.

P1 : Harus dekat pada pelajar, memberikan perhatian pada pelajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

P2 : Harus akrab dengan pelajar, ada komunikasi yang baik antara guru dan pelajar.

P3 : Dekat dengan pelajar, dalam arti banyak memberikan perhatian pada pelajar. P4 : Akrab dengan pelajar.

P5 : Saya kira umumnya murid menyukai guru yang dekat dengan murid, tidak galak.

Partisipan memandang keterampilan mengajar yang diperlukan seorang guru mencakup kemampuan untuk menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sehingga tidak monoton, kemampuan berkomunikasi verbal sehingga uraiannya jelas, memahami bahan pelajaran yang akan diajarkan, menyesuaikan tempo mengajar dengan kecerdasan murid-muridnya, serta berwawasan luas dalam penerapan pengetahuan kimia yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Terhadap pertanyaan yang menyangkut hal ini, subyek memberikan respon sebagai berikut.

(6)

P2 : Pertama, guru harus mengerti karakter muridnya. Kedua, guru harus mampu menciptakan suasana santai tetapi serius, tidak tegang, serta membuat selingan-selingan humor.

P3 : Cara mengajarnya tidak monoton, misalnya mengaitkan materi pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di sekitar kita, misalnya ketika membahas kimia lingkungan disinggung pula masalah lingkungan kita sehari-hari, misalnya sampah dan air limbah pabrik, dll.

P4 : Guru harus bisa membuat suasana rileks, tidak menegangkan.

P5 : Pertama, bahan pelajaran harus dikuasai guru. Kedua, guru perlu menguasai cara berkomunikasi, maksud saya menyampaikan materi pelajaran.

P6 : Pengetahuan diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, maksud saya setelah belajar teori tertentu, murid diajak membuat sesuatu yang berguna untuk mereka sendiri, contohnya membuat sabun.

Upaya yang perlu dilakukan guru ketika mengajar dipandang oleh mahasiswa senior adalah mengupayakan agar materi pelajaran dapat dimengerti atau "diserap" pelajar. Atas dasar itu keterampilan penting yang perlu dimiliki guru kimia mencakup kemampuan mengolah materi pelajaran yang akan disajikan atas dasar pemahaman pada tingkat penalaran murid, agar konsep-konsep abstrak dalam materi pelajaran kimia menjadi lebih kongkrit, misalnya dengan menggunakan ana1ogi.

P7 : Menggunakan analogi dalam menanamkan konsep. Menurut pengalaman saya analogi banyak berhasil, dan juga menjadi selingan dalam mengajar, kadang-kadang membuat segar suasana belajar.

P8 : Harus tahu jalan pikiran anak, serta mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

P9 : Harus sistematik, serta menggunakan analogi dalam menamkan konsep.

Cara mengajar yang berpusat pada guru masih diyakini mahasiswa senior sebagai cara yang baik untuk mengajarkan kimia, sebagaimana terlihat dari respon yang diberikannya pada pertanyaan tentang cara mengajar kimia yang baik.

P7 : Matei pelajaran dijelaskan secara rinci. Ilustrasi diberikan melalui gambar-gambar, di samping itu contoh-contoh banyak diberikan, dan guru banyak memberikan latihan memecahkan soal.

P8 : Bagi saya, cara mengajar yang baik adalah memperhatikan jalan pikiran anak, dan berupaya agar mereka menggali sendiri konsep-konsep, bukan diberikan guru. Mengaktifkan anak bertanya merupakap pula ciri kegiatan belajar-mengajar yang baik, sebab memberikan umpan balik kepada guru tentang materi yang belum dikuasai murid.

Suasana belajar yang kondusif

Mahasiswa baru yang menjadi partisipan penyelidikan ini meyakini pentingnya keberadaan kondisi lingkungan belajar. Belajar yang kondusif, agar kegiatan belajar-mengajar dalam kelas berjalan efektif, khususnya suasana yang tenang yang memungkinkan terkonsentrasinya pikiran siswa. Sehubungan dengan hal itu disiplin dalam kelas dipandang sangat penting keberadaannya, sebagaimana terungkap dari respon partisipan pada pertanyaan yang menyangkut suasana kelas yang kondusif bagi proses belajar-mengajar.

P1 : Murid tidak terlalu banyak sehingga ada kesempatan untuk bertanya jika belum mengerti. Guru harus berwibawa sehingga tidak ada murid yang ribut, karena ribut itu mengganggu konsentrasi belajar.

P3 : Suasana tenang, tidak berisik.

(7)

Aspek hubungan interpersonal dipandang oleh mahasiswa senior kontributif pada kesenangan murid belajar kimia, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pelajar belajar secara optimal, sebagaimana terlihat pada jawaban mahasiswa senior pada pertanyaan tentang guru yang disukai.

P7 : Tidak membuat tegang, tidak ada gap dengan siswa, ramah dan tidak galak. Agar materi pelajaran dapat diserap anak, saya kira hanya satu, yaitu anak jangan dibuat tegang atau takut dalam kelas. Guru harus terbuka, sehingga anak berani bertanya apabila ada yang belum dimengertinya.

P8 : Guru bertindak sebagai pembimbing, seolah-olah sebagai teman sehingga siswa berani bertanya. Guru yang senang guyon dan ramah menurut pengamatan saya banyak disukai murid-muridnya.

P9 : Tidak membuat tegang, tanya jawab hidup dalam kelas, dan diskusi di antara para pelajar sering terjadi.

Peran praktikum (kegiatan lab)

Praktikum dalam kegiatan belajar-mengajar kimia dipandang mahasiswa baru berperan sebagai upaya untuk menunjukkan fakta-fakta peristiwa atau gejala kimia secara nyata, sebagai pembuktian atau pengkongkritan fakta-fakta yang diajarkan. Respon mahasiswa baru terhadap pertanyaan sekitar manfaat atau peranan kegiatan praktikum dalam proses belajar-mengajar kimia adalah berikut ini.

P1 : Saya kira praktikum itu gunanya untuk memberikan fakta-fakta nyata kepada pelajar sebagai pengkongkritan hal-hal yang dijelaskan guru.

P2 : Untuk mengkongkritkan materi pelajaran sehingga lebih jelas dan dimengerti pelajar karena reaksi kimia itu terlihat secara langsung.

P3 : Melatih cara-cara menggunakan alat-alat laboratorium.

P4 : Untuk penerapan teori-teori, pembuktian kebenaran teori yang diberikan guru dalam kelas, misalnya tentang kecepatan reaksi dimana praktikum menunjukkan kebenaran apa yang telah dikatakan guru bahwa temperatur meningkatkan kecepatan reaksi.

P5 : Mengamati secara langsung kejadian kimia yang sesungguhnya, serta mempraktekan teori.

P6 : Membuktikan teori sehingga pelajar tahu secara langsung peristiwa kimia yang dipelajarinya.

Sementara itu praktikum dalam proses belajar-mengajar kimia diyakini mahasiswa senior kepentingannya sebagai upaya untuk memperjelas materi pelajaran.

P7 : Saya kira fungsi praktikum terutama untuk mengkongkritkan konsep abstrak sehingga mudah ditangkap anak. Untuk keberhasilan atau kelancaran praktikum, anak harus telah tahu dasarnya terlebih dahulu.

P8 : Memperjelas materi pelajaran karena dapat mengkongkritkan yang abstrak. P9 : Untuk memperjelas teori.

Buku pelajaran yang efektif

(8)

P1 : Bahasanya harus sederhana, memuat yang penting-penting saja, bergambar, serta ada contoh-contoh pemecahan soal.

P2 : Yang saya rasakan buku seperti itu berisi banyak soal dan solusinya, serta penjelasannya tidak berbelit-belit, ringkas-ringkas saja.

P3 : Yang penjelasannya pendek, padat, ringkas, serta banyak contoh-contoh soal. Uraian yang panjang-panjang akan menjemukan.

P4 : Yang langsung penerapannya, yaitu soal-soal, tidak banyak kata-kata, hanya memuat yang paling pokok saja agar penggunaan waktu belajar lebih efisien sebab selain kimia masih banyak lagi pelajaran lain sehingga terpaksa belajar harus cepat.

P5 : Yang mudah dicerna, teorinya singkat, ada banyak pertanyaan dan pembahasan soal supaya kita yang belajar tahu apakah cara kita salah atau benar.

P6 : Tidak bertele-tele, langsung pada rumus-rumus, to the point.

Konsepsi mahasiswa senior tentang buku pelajaran kimia yang baik tidak berbeda dari konsepsi mahasiswa baru, yakni uraiannya singkat, bahasanya sederhana, memuat butir-butir penting saja, serta ada gambar-gambar yang memperjelas konsep.

P7 : Isi dan urutan materinya harus sesuai dengan silabus, bahasanya sederhana sehingga mudah dipahami secara cepat, tidak perlu harus dibaca berulang-ulang.

P8 : Bergambar, membuat point-point penting secara singkat, tidak bertele-tele. P9 : Bahasanya sederhana, memuat yang penting-penting saja, bergambar, serta

ada banyak contoh pemecahan soal.

Faktor yang berpengaruh pada hasil belajar

Mahasiswa baru yang menjadi subyek penelitian ini yakin bahwa prestasi belajar kimia dipengaruhi banyak faktor, sehingga terdapat keragaman pada capaian belajar murid. Faktor-faktor yang diyakini berdampak pada prestasi belajar adalah kecerdasan, minat belajar, usaha, serta kondisi kejiwaan ketika ujian dilaksanakan. Terhadap pertanyaan "mengapa hasil belajar siswa berbeda-beda ?", partisipan memberikan respon berikut ini.

P1 : Karena saya kira satu sama lain berbeda dalam minat, kerajinan belajar di rumah, kecerdasan, dll. Adanya masalah psikologis yang dihadapi pelajar dapat saja mengganggu konsentrasi belajar.

P2 : Saya kira karena daya tangkap pelajar berbeda. Demikian pula dengan wakta latihan di rumah, juga fasilitas belajar yang dipunyai berbeda-beda.

P3 : Karena pelajar mempunyai kecerdasaran berbeda-beda. Dalam suatu kelas itu ada murid yang pintar, yang bagi mereka soal-soal itu mudah, tetapi bagi yang lain sulit sehingga otomatis hasilnya pun berbeda.

P4 : Karena keragaman pelajar itu sendiri. Yang paling menentukan adalah konsentrasi pada pelajaran dan kebiasaan untuk membaca dari sumber-sumber lain.

P5 : Karena daya pikir atau daya tangkap pelajar berbeda-beda, demikian pula minat dan usaha yang dilakukan untuk memahami materi pelajaran.

P6 : Karena berbeda dalam bakat dan minat. Daya serap bergantung pada kemampuan dan kemauan.

(9)

P7 : Saya kira faktor kecerdasan dan keaktifan bertanya dalam kelas menentukan kecepatan murid belajar. Kecerdasaan menentukan daya tangkap, dan keberanian bertanya menyebabkan guru berupaya lebih jauh agar materi diajarkan lebih jelas lagi. Pada prinsipnya pengetahuan dapat ditransfer dari guru ke murid, hanya saja kecepatannya berbeda, ada yang lambat dan ada yang cepat.

P8 : Yang aktif dalam kelas umumnya berhasil. Materi pelajaran tidak bisa dimengerti seluruhnya oleh anak karena kemampuan siswa, kondisi belajar, dll.

PEMBAHASAN

Terdapat berbagai butir penting yang menarik untuk dibahas lebih lanjut dari temuan-temuan penyelidikan ini. Masing-masing adalah:

Konsepsi mahasiswa baru tentang mengajar kimia

Mahasiswa baru yang menjadi partisipan penyelidikan ini mengkonsepsikan belajar sebagai proses transfer pengetahuan dari otak guru ke otak anak. Sebagai konsekuensi dari konsepsi ini mahasiswa baru yakin bahwa makin rinci informasi "diradiasikan" dari guru dalam kegiatan belajar mengajar, makin besar peluang bagi pengetahuan tersebut ditangkap pelajar. Hal ini yang menyebabkan mahasiswa baru memandang dominasi guru dalam kegiatan belajar-mengajar, yang diekspresikan dalam uraian rinci guru dan banyaknya contoh-contoh yang diberikan, merupakan cara yang efektif untuk mengajar (mentransfer pengetahuan). Keberadaan konsepsi belajar dan mengajar seperti ini menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan bagi muridnya. Sejalan dengan hal ini suasana belajar yang dikonsepsikan kondusif oleh mahasiswa baru adalah suasana yang tenang, yang memungkinkan siswa merekam informasi yang disampaikan guru. Tentu saja hal ini perlu diperhatikan sebab konsepsi mahasiswa ini merupakan miskonsepsi, apabila dihubungkan dengan asas belajar dan mengajar berlandaskan faham konstruktivisme. Menurut faham ini belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan dalam diri anak berdasarkan pengalaman-pengalamannya. Dalam pada itu peran yang dapat dimainkan guru dalam mengajar hanyalah membantu siswa dalam mengkonstruk pengetahuan tersebut, dengan cara menyediakan kegiatan-kegiatan belajar yang diprediksikan dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan anak mengkonstruk pengetahuan.

Konsepsi mahasiswa baru tentang tindakan mengajar

(10)

Perbedaan kualitatif konsepsi mahasiswa baru dan mahasiswa senior tentang belajar dan mengajar kimia

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kualitatif antara konsepsi mahasiswa baru dan mahasiswa senior tentang berbagai aspek belajar dan mengajar kimia. Sekalipun belum terpisah secara nyata, pada konsepsi mahasiswa senior (yang berpengalaman mengajar) telah ada unsur-unsur lain selain penyerapan pengetahuan sebagai capaian hasil belajar, yakni kemampuan-kemampuan berpikir dengan pengetahuan yang telah diakuisisinya. Mahasiswa senior telah ada yang memiliki konsepsi bahwa kemampuan mengolah materi pelajaran, baik dalam mengatur struktur materi maupun penyampainnya sebagai kecakapan (skills) penting dalam mengajar. Sebagai bukti, mereka menyatakan pentingnya pemahamam pada jalan pikiran murid, penggunaan analogi, serta sistematisasi materi pelajaran. Namun, dalam beberapa aspek belajar-mengajar kimia, dapat ditunjukkan tidak adanya perbedaan antara kualitas konsepsi mahasiswa baru dan mahasiswa senior.

Hal yang paling menonjol adalah konsepsi tentang fungsi praktikum dan buku pelajaran. Baik mahasiswa baru maupun mahasiswa senior memiliki konsepsi yang sama tentang fungsi praktikum sebagai “verifikasi" informasi faktual yang dikemukakan guru dalam kelas. Mereka tidak mengkonsepsikan peran praktikum dari dimensi pengembangan keterampilan proses (process skills) serta penumbuhan sikap dan minat. Demikian halnya dengan buku pelajaran yang dikonseptualisasi efektif jika hanya memuat butir-butir penting saja, itu pun secara singkat dan tidak bertele-tele. Fenomena ini berkaitan erat dengan adanya konsepsi dalam benak mahasiswa baru dan senior tentang tujuan pengajaran kimia sebagai akuisisi pengetahuan faktual. Konsepsi ini yang menyebabkan mereka berpandangan bahwa makin ringkas pengetahuan itu dikemas dalam buku makin mudah diingat pelajar, dan itulah yang terbaik.

Konsepsi yang tangguh (robust)

Dari analisis terhadap beberapa kesamaan konsepsi mahasiswa baru dan mahasiswa senior tentang berbagai aspek belajar mengajar kimia di SMA dapat disimpulkan bahwa ada beberapa konsepsi yang tangguh (robust) atau resisten untuk berubah, khususnya mengenai fungsi praktikum dan buku pelajaran. Hal ini dapat dipandang wajar oleh karena konsep mahasiswa terbentuk atas dasar pengalamannya. Sangat mungkin mereka hanya bersentuhan dengan praktikum berpola verifikatif dan tidak berkesempatan mengamati pola-pola discovery, baik ketika menjadi pelajar sekolah maupun mahasiswa, bahkan merekapun menyelenggarakan praktikum verifikatif semasa mengikuti internship latihan profesi. Demikian halnya dengan konsepsi tentang buku pelajaran yang berkembang karena partisipan hanya membaca tipe buku-buku pelajaran yang ringkas dan mengutamakan potongan fakta dan konsep secara salingterpisah. Dalam jangka panjang upaya untuk mengubah konsepsi-konsepsi seperti ini perlu direncanakan dan dilaksanakan secara baik, karena upaya ini berperan penting dalam mengubah situasi belajar-mengajar di sekolah menengah di masa depan.

KESIMPULAN

(11)

agar pikiran murid terkonsentrasi dipandang dapat meningkatkan capaian hasil belajar; (b) Drill dipandang sebagai teknik mengajar yang efektif; (c) Hubungan interpersonal antara guru dan murid sebagai faktor utama yang menjamin keberhasilan belajar siswa sekolah menengah; (d) Praktikum sebagai medium untuk verifikasi pengetahuan faktual yang disampaikan guru dalam kelas: (e) Buku pelajaran yang efektif adalah buku pelajaran yang menampilkan pengetahuam faktual (materi pelajaran) dalam kemasan yang padat, ringkas, dan "to the point", serta menyediakan contoh pemecahan soalan dan sarana untuk melaksanakan latihanlatihan dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Terdapat perbedaan kualitatif antara konsepsi mahasiswa baru mahasiswa senior mengenai belajar-mengajar dan fungsi mengajar. Mahasiswa senior mengkonsepsikan belajar lebih berupa pengembangan kemampuan pelajar, dan tindakan mengajar sebagai upaya untuk mengolah materi pelajaran agar tercerna siswa. Sebaliknya, terdapat beberapa kesamaan konsepsi mahasiswa baru dan mahasiswa senior dalam memandang fungsi praktikum dan kualitas buku pelajaran yang efektif. Semua partisipan penyelidikan ini mengonseptualisasi praktikum hanya sebagai alat verifikasi pengetahuan faktual yang telah dipresentasikan di kelas. Sementara itu karakteristik buku pelajaran yang efektif adalah yang ringkas dan dapat dihapal secara cepat. Hal ini menunjukan bahwa konsepsi-konsepsi tersebut sukar berubah pada diri mahasiswa walaupun telah mempelajari teori kependidikan dan internship pelatihan profesi di sekolah.

RUJUKAN

Carter, K. (1990). Teachers’ knowledge and learning to teach. Dalam W. R. Houston, et al. (Eds.), Handbook of research on teacher education (pp. 291-310). New York: Macmillan.

Chong, S., Wong, I., & Lang, Q. C. (2004). Pre-service teachers’ beliefs, attitudes and expectations: A review of the literature. Retrieved June 5, 2007 from http://www.elearnjourney.com/covert/ab00613.pdf

Doyle, W. (1990).Themes in teacher education research. In W. R. Houston et al. (Eds.), Handbook of Research on Teacher Education (pp. 3-24). New York: Macmillan. Gunstone, R.F., & Northfield, J. (1992). Conceptual change in teacher education: the

centrality of metacognition. Paper presented in symposium on conceptual change approach in teacher education, San Fransisco, April 1992. Dokumen ERIC No. ED 348342.

Kyriacou, C. (1993). Research on the development of expertise in classroom teaching during initial training and the first year of teaching. Educational Review, 45, 1, 79-87. Nyaumwe, L. (2004). The impact of full time student teaching on preservice teachers’

conceptions of mathematics teaching and learning. Mathematics Teacher Education and Development, 6, 16-30.

Uzuntiryaki, E., & Boz, Y. (2007). Turkish pre-service teachers’ beliefs about the importance of teaching chemistry. Australian Journal of Teacher Education, 32, 1-16. Weinstein, C. S. (1989). Teacher education students’ preconceptions of teaching. Journal of

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai padaumur 20, 40dan 60 hari setelah tanam dengan nilai teritinggi dijumpai pada tingkat pengolahan tanah maksimum

keberadaan suatu pihak pada suatu kontrak anjak piutang yang muncul dari kontrak penjualan barang-barang antara seorang pemasok barang dengan debitor dari negara yang berbeda

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan akibat penurunan

5 Matrik jarak genetik Fusarium oxysporum sampel Tanah Karangploso dengan beberapa Gen dari spesies lain tergabung dalam Genus Fusarium yang terdata

[r]

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan bahwa watak atau karakteristik yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone

Banyuasin Laporan Kegiatan Harian Manggala Agni Daops Banyuasin* Hari/ Tanggal : Kamis/ 16 Maret 2017.. Early

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang hubungan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada remaja di panti asuhan Kota Martapura menunjukkan ada