BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
tingkah laku yang terjadi pada siswa setelah menjalani suatu pengalaman/pembelajaran yang membuat siswa dari tidak tahu menjadi tahu, kreativitas dapat digunakan untuk memprediksi prestasi belajar siswa.
Hal ini berarti kreativitas juga dapat menjadi tolak ukur hasil belajar siswa. Perkembangan pendidikan di Indonesia dinilai belum mendidik tingkat kreativitas anak karena hanya mengukur kepintaran mereka melalui besaran nilai studi di masing-masing sekolahnya (Zainudin Maliki, 2011). Hal ini berarti masih lemahnya kesadaran tentang pentingnya kreativitas bagi peserta didik, sehingga kreativitas di Indonesia masih kurang optimal. Sedangkan hasil UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) menunjukkan nilai mata pelajaran MATEMATIKA lebih rendah dibandingkan nilai mapel Bahasa Indonesia dan IPA, yaitu 7,50 untuk Bahasa Indonesia, 7,46 untuk IPA, dan 7,00 untuk MATEMATIKA.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran matematika bagi siswa Kelas VIII SMP Swasta Budisatrya terlihat bahwa 70% dari seluruh siswa yang ada tidak mau bertanya pada saat pembelajaran, hanya 30% dari seluruh siswa bertanya pada saat pembelajaran, hal ini terjadi karena dimungkinkan pembelajaran kurang dapat merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga kurang motivasi. 80% dari seluruh siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, hanya 20% dari seluruh siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru hal ini terjadi dimungkinkan karena siswa tidak tahu jawabannya, atau mungkin siswa tidak mendengarkan gurunya. 70% dari seluruh siswa bermain sendiri pada saat guru menerangkan dan tidak bersemangat pada saat mengikuti pembelajaran, hal itu terlihat dari posisi duduk yang meletakkan kepalanya di atas meja, pada saat guru menunjuk siswa, siswa tidak mau maju ke depan, pembelajaran lebih didominasi oleh guru bukan siswa. Dampak yang muncul dari kondisi tersebut adalah siswa menjadi terbiasa untuk tidak aktif sehingga tidak dapat berfikir kritis dan siswa kurang kreatif. Sedangkan untuk hasil belajar siswa kelas VIII SMP Swasta Budisatrya masih rendah. Hasil belajar diambil dari nilai Ulangan Harian Semester I yaitu 40% siswa memiliki nilai diatas KKM, sedangkan 60% siswa yang lain mendapat nilai dibawah KKM, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70.
pemberian tugas. Sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran cenderung terpusat pada guru. Hal ini menyebabkan kreativitas dan hasil belajar matematika sangat rendah.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP Swasta Budisatrya khususnya pada mata pelajaran matematika di kelas VIII, dimana peneliti masih melihat guru mempraktikan pembelajaran yang konvensional. Dimana, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa masih bersifat ceramah dan aktivitas siswa lebih banyak mengerajakan soal– soal yang diberikan guru, sedangkan
kesempatan siswa untuk bertanya tidak ada. Terkait dengan hasil observasi ini, perlu adanya suatu model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe decision making dalam pembelajaran matematika yang diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Masih kurangnya kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika 2. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
3. Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar
C. Batasan Penelitian Masalah
Batasan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Decision Making dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam belajar matematika.
2. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Budisatrya Medan T.P 2016/2017
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran Decision Making dapat meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017 ? 2. Apakah penggunaan model pembelajaran Decision Making dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017 ?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Bagaimana penggunaan model pembelajaran Decision Making dapat meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017
F. Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian ini Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Siswa
Diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran Decision Making
b. Bagi Guru
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembelajaran matematika melalui pembelajaran Decision Making agar pembelajaran lebih menarik dan bervariasi
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan sekolah dalam meningkatkan kualitas dan mutu sekolah
d. Bagi Peneliti
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas menurut Harris (2003) adalah suatu kemampuan, sikap, dan proses. Kreativitas sebagai suatu kemampuan adalah kemampuan untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada. Kreativitas sebagai suatu sikap, yaitu kemampuan menerima perubahan dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan untuk fleksibilitas pandangan, sifat menikmati kebaikan sambil mencari cara – cara untuk memperbaikinya. Kreativitas sebagai suatu proses, yaitu keinginan yang terus - menerus memperbaiki ide – ide dan solusi, dengan membuat perubahan yang bertahap dan memperbaiki karya – karya sebelumnya.
Adapun ciri-ciri orang kreatif menurut Harris (2003) adalah ingin tahu, selalu mencari masalah, menyukai tantangan, optimis, menunda keputusan, senang bermain dengan imajinasi, melihat masalah seperti kesempatan, melihat masalah sebagai sesuatu yang menarik, masalah dapat diterima secara emosional, asumsinya hebat, gigih dan bekerja keras.
kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan masalah dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
Ketiga tekanan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan untuk membuat kombinasi baru bedasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
b. Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
c. Kemampuan yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan/memperkaya/memerinci) suatu gagasan.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, karya nyata maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.
1.1 Indikator Kreativitas Belajar
Adapun indikator-indikator kreativitas belajar adalah sebagai berikut: 1. Rasa ingin tahu
2. Tekun dan tidak mudah bosan 3. Kaya akan inisiatif
5. Kritis terhadap pendapat
Dari ciri-ciri kreativitas di atas dapat diketahui indikator-indikatornya yaitu: 1. Rasa ingin tahu
a. Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak pertanyaan b. Mengajukan pertanyaan
2. Tekun dan tidak mudah bosan
a. Meminta kembali penjelasan yang kurang jelas b. Tidak mudah bosan menerima tugas dari guru 3. Kaya akan inisiatif
a. Dapat mencetuskan pendapatnya setelah pelajaran dijelaskan b. Memiliki ide atau pendapat yang berbeda dengan orang lain 4. Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
a. Memberikan jawaban atas pertanyaan guru b. Mencari alternatif pemecahan masalah 5. Kritis terhadap pendapat
1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar antara lain : a) Faktor internal siswa
b) Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar misalnya rajin membaca dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya. Tempat tinggal keluarga siswa, alat belajar, waktu belajar dan cuaca, faktor-faktor ini dipandang dapat menentukan tingkat kreativitas dan keberhasilan siswa.
c) Faktor instrumental
Yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (1989) yang menyebutkan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Harus diakui bahwa dalam proses belajar mengajar, terutama yang berkenaan dengan perubahan konsep lingkaran, sedikit sekali kemempuan yang berkenaan dengan sikap, yang lebih banyak adalah aspek kognitif dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif ada enam unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran tercermin dari hasil belajarnya.
2.1 Pengertian Hasil Belajar pada Ranah Kognitif
2.2 Indikator Hasil Belajar Ranah Kognitif
RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
Kode Kategori Jenis Perilaku
Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional
C1 Pengetahuan Mengetahui……… Misalnya : Istilah
Misalnya : Konsep
C3 Penerapan Memecahkan masalah Membuat bagan & grafik C4 Analisa Mengenali kesalahan
Membedakan………..
Misalnya: Fakta dari
C5 Sintesa Menghasilkan………
Membuat pola C6 Evaluasi Menilai berdasarkan norma
internal….
Misalnya : Hasil karya seni Mutu karangan Mutu ceramah Program penataran Menilai berdasarkan norma eksternal..
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor Internal
1. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
2. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
b. Faktor Eksternal
c. Faktor Instrumental.
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru
3. Model Pembelajaran Decision Making
Dewey (2004) pengambilan keputusan (decision making) tidak jarang disamakan dengan berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir logis serta berpikir selektif.
1. Berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai suatu kesimpulan diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada dalam pertanyaan itu.
2. Pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai pada kesimpulan diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan bagaimana masalah itu dapat diselesaikan/dipecahkan.
Dari ketiga pemikiran tersebut semuanya bermuara pada pengambilan keputusan untuk mendapatkan suatu pilihan yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk tindakan. Sementara itu menurut Mulyono (2008) pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah. Dengan demikian dalam pengambilan keputusan bukan semata-mata bertujuan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan tetapi juga dilandasi oleh pertimbangan secara nalar dan penilaian, serta tindakan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berpikir kritis dan kreatif.
Cara menentukan kelompok Model pembelajaran Pengambilan Keputusan (Decision Ma king) adalah:
a. Jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 5 orang. b. Pengelompokan siswa hendaknya heterogen c. Penetapan kelompok ditentukan oleh pendidik.
d. Penghargaan (hadiah) lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
3.1 Langkah – langkah Model Pembelajaran Decision Making Menurut Fatimah et. al. (2008) sebagai berikut:
a. Memberikan informasi, tujuan, dan rumusan masalah.
c. Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
d. Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan membuat alternatif pemecahannya.
e. Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya.
f. Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka memilih alternatif tersebut.
g. Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut.
h. Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
Sementara itu menurut Cooke et. al. (1991) menjelaskan sembilan tahap yang dilalui individu dalam mengambil keputusan yaitu:
1. Observasi, individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru atau kurang sesuai, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk memutuskan yang sedang terjadi dilingkungannya untuk memberikan informasi, tujuan dan rumusan masalah.
3. Menerapkan tujuan, berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu yang telah diobservasi, dengan sesuatu yang diharapkan.
4. Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk memahami secara benar permasalahan, yaitu mendiagnosa suatu permasalahan dan mengidentifikasi serta membuat alternatif pemecahannya.
5. Menentukan pilihan – pilhan, jika batas – batas telah diidentifikasidengan lebih sempit maka, pilihan – pilhan dengan sendirinya lebih mudah tersedia.
6. Mengevaluasi pilihan – pilihan, melibatkan penentuan yang lebih luas mengenai ketepatan masing – masing pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan berdasarkan pada wacana, gambar atau kasus yang disajikan.
7. Memilih, alternatif memilih pemecahan masalah dan mengemukakannya.
8. Menerapkan, efektivitas penerapan bergantung pada keterampilan dan kemampuan individu mencari penyebab terjadinya permasalahan.
9. Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya untuk melihat efektivitas dalam memecahkan masalah mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya permasalahan.
3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Decision Making
a. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. b. Meningkatkan kesetiakawanan sosial.
c. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. d. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan
informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan.
e. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
3.3 Kekurangan model Pembelajaran Decision Making menurut Lie (2002) yaitu:
1. Membutuhkan lebih banyak waktu. 2. Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.
3. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan. 4. Kurang kesempatan untuk individu.
5. Sering terjadi kegaduhan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Dian Yulia Puteri (2014) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa
dan menjadi 85% pada siklus ketiga. Sementara itu, hasil ulangan harian menunjukkan peningkatan dari rata-rata sebesar 5,48 pada ulangan harian pertama menjadi rata-rata 6,53 pada ulangan harian kedua dan menjadi rata-rata 7,33 pada ulangan harian ketiga.
C. Hipotesis Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Budisatrya Medan yang berlokasi di jalan letda sujono Kecamatan Medan Tembung dan penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII
2. Waktu
Semester genap dimulai pada bulan agustus T.P 2016/2017 sampai selesai.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Waktu Tahap Januari Februari Maret April 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan v v v
2 Penyusunan
Instrumen
v V v
3 Pelaksanaan v v v v
4 Analisis Data v v v
B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Budisatrya Medan T.P 2016/2017 yaitu sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 22 perempuan dan 14 laki-laki.
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “Upaya
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Decision Making”.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang terdiri atas rangkaian kegiatan berupa perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (act), obserasi (observe), dan refleksi (reflect).
D. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), maka peneliti memiliki tahap – tahap penelitian berupa suatu siklus. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah desain PTK berbentuk siklus. Berikut tahapan – tahapan prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Menyusun Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan tindakan berupa penyusunan rencana program pengajaran (RPP), penyusunan kegiatan pengamatan dan tindakan tes. Dalam penyusunan program pengajaran disesuaikan dengan kesulitan siswa yang didapat melalui tes awal, untuk itu diperlukan teknik pembelajaran dalam kegiatan mengajar yaitu dengan model pembelajaran Decision Making. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Menyusun dan mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan yaitu lembar kerja siswa (LKS)
3) Penyusunan soal tes berupa soal uraian 2. Melaksanakan Tindakan (action)
Di dalam tahap ini peneliti melakukan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP, dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.
Pada tahap ini peneliti mengamati perilaku siswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran, memantau kegiatan diskusi atau kerja sama antar kelompok, mengamati pemahaman tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan PTK.
4. Melakukan Refleksi (reflecting)
Gambar 1. Bagan alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2010: 137).
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan alat pengumpulan data yaitu tes dan lembar observasi.
1. Tes
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa maka dilakukan tes. Tes yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa soal untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran Decision Making dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa. Untuk melihat apakah ada peningkatan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa, maka dalam setiap
SIKLUS I
siklus diberikan tes. Tes diberikan setelah kegiatan pembelajaran dalam satu siklus dilaksanakan. Tes ini bertujuan untuk melihat peningkatan kreativitas siswa selama kegiatan pembelajaran dalam satu siklus terlaksana.
Tabel 1
Menentukan salah satu unsur lingkaran berdasarkan gambar
4,5 2
3
Menentukan unsur lingkaran yang dibatasi dua jari – jari dan sebuah busur
6,7 2
4
Menyebutkan rumus keliling lingkaran yang diketahui diameternya
5
Menentukan keliling lingkaran yang diketahui jari - jarinya
10,11 2
6
Menentukan panjang lintasan roda sepeda jika diketahui jari-jari roda dan banyaknya putaran roda
12,13 2
7
Menyebutkan rumus luas lingkaran dengan diameter diketahui
14,15 2
Keterangan:
C1 = Pengetahuan C4 = Analisis
C2 = Pemahaman C5 = Sintesis
2. Observasi
Tabel 2
Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Belajar Siswa Aspek yang
Diteliti
Indikator Banyak Butir
Soal
Nomor Butir Soal Kognitif ▪ Siswa antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
▪ Siswa dapat memahami
materi dengan lancar ▪ Siswa aktif dalam
menyusun pertanyaan dengan mengacu pada materi
▪ Siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan lancar ▪ Siswa mandiri dalam
menyelesaikan persoalan
C. Teknik Analisis Data
Untuk mendeskripsikan data dari variabel digunakan statistik deskriptif yaitu mendeskripsikan, mencatat, dan menganalisis data. Setelah data didapatkan, kemudian diolah dengan teknik analisis sebagai berikut:
1. Menghitung Nilai Rata-rata Kelas
fi fixi X
Dimana:
X = Nilai rata-rata
fixi= Nilai masing-masing siswa
fi= Banyak siswa2. Menghitung Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa
Skor rata-rata test klasikal dapat dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu:
�� = � �ℎ �� � � � ℎ ��
Keterangan :
NA : Nilai yang diperoleh siswa
diinterpretasikan ke dalam prosentase dengan rumus sebagai berikut :
� =� � %
Dimana :
P = Angka Persentase
F = Frekuensi/skor mentah yang sedang dicari persentase
N = Jumlah responden
Data yang diperoleh dari skor test siswa, kemudian ditetapkan kriteria
Tabel 3.2: Kriteria Nilai Siswa
Sedangkan analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di tentukan
dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan
a. Secara perorangan (individual) dianggap telah tuntas belajar apabila daya serap siswa mencapai 70.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
�� = � ℎ�� × %
b. Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 70.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
�� = � ℎ�� × %
Bila ketuntasan siswa lebih dari 80% maka pembelajaran yang dilaksanakan
guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar siswa kurang dari 80%
maka pengajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil.
3. Menganalisis Hasil Observasi
Perhitungan nilai akhir setiap observasi ditentukan berdasarkan:
i
B SY
NA ... (Soegito, 2011: 40)
Dimana:
NA : Nilai akhir