Logika Hati dalam Sastra “Kiri” Indonesia (1950-1965)
1Rhoma Dw i Aria Yuliant ri, M . Pd St af Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah Fakult as Ilmu Sosial, Universit as Negeri Yogyakart a
Email: ariayuliant ri@uny.a.id
Abstrak
Penelit ian hit oris ini mencoba melihat perkembangan sast ra “ kiri” yang berkembang di Indonesia pada t ahun 1950-1965. Penelit ian ini sangat pent ing karena memahami sast ra “ kiri” yang berkembang di Indonesia pada t ahun 1950-1965 t idak saja hanya melihat perkembangan karya sast ra, namum membuka jalan melihat polit ik, budaya, dan proses pembent ukan ident it as menjadi sebuah bangsa bernama Indonesia. Lepas dari salah benar ideologi “ kiri” t ersebut namun penelit ian ini menjadi pent ing unt uk menambah kekayaan w acana, refleksi sejarah khususnya sejarah sast ra yang pernah ada yang dapat membukakan pint u unt uk mengenal zaman pada masa it u.
Naiknya sast ra “ kiri” ke panggung kebudayaan Indonesia menjadi unik dan pent ing unt uk dikaji dalam rangka pembent ukan sebuah ident it as kebudayaan Indonesia. Pert ayaan yang muncul adalah bagaim ana perkembangan sast ra “ kiri” Bagaimana pengaruhnya t erhadap perkembangan sast ra Indonesia? Bagaimana penggaruh t okoh/ polit ikus part ai kiri (Part ai Komunis Indonesia) dalam perkembangan sast ra “ kiri? Pert anyaan-pert anyaan t ersebut yang akan dibahas dalam art ikel ini.
Dat a yang berhasil saya cat at di Riset ini bersandar pada sumber ut ama surat kabar Harian Rakjat (HR) karena dari dat a yang saya cat at sepanjang hari, sekira t ahun 1961, cerpen-cerpen maupun puisi-puisi sat raw an LEKRA maupun sat raw an yang sat u ideologi selalu di muat di HR. Selain it u penulis juga menggunakan sumber pendukung sepert i, w aw ancara dengan sat raw an LEKRA. Penggunaan sumber t ersebut t ent u berpengaruh dalam hasil penelit ian, yait u sast ra kiri menjadi “ nam pak” besar dalam perkembangan dan penggaruhnya.
Pada fase inilah seni budaya Indonesia dipandang sebagai produk proses polit ik. Polit ikus sekaligus t okoh int i Part ai Kom unis Indonesia, dan pendiri LEKRA, Njot o adalah salah sat u sosok yang memberikan penggaruh yang besar bagi
Definisi “ kiri” dalam polit ik adalah definisi yang kabur karena pada set iap
masa, t empat , dan kondisi t ert ent u “ kiri” bisa bermakna berbeda-beda.2 Pada
kont eks Indonesia, “ kiri” yang dimaksud seringkali mengacu pada oposan
pemerint ah. Pada masa Kolonial Belanda, kelompok “ kiri” yang dimaksud adalah
kaum oposisi bagi pemerint ah Hindia Belanda, baik it u kelompok agama,
nasionalis, sosialis, maupun komunis. Pada masa Soekarno yang dianggap
kelompok oposan adalah kaum imperialis dan ant i nasakom. Sedangkan pada
masa orde baru yang dianggap kiri adalah kelom pok “ komunis” .
Seorang ahli polit ik Klaus Von Beyme mengurut kan kelompok polit ik dar i
kiri ke kanan, menurut nya posisi sebelah kiri adalah kelompok komunis, sosialis.
Parni Hadi dalam buku Prahara Kebudayaan, menyat akan bahw a Lekra sebagai
pendukung realisme sosialis, sebagai kelompok kiri.3 M aka, “ kiri” dalam art ikel ini
yang dimaksud adalah seseorang/ sekelompok yang seideologi/ sat u rumpun
dengan sosialisme at au komunisme. Pada art ikel ini, mengkhususkan karya sast ra
yang seideologi dengan aliran t ersebut adalah karya sast ra sast raw an/ seniman
Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat ).
Pada era Soekarno yang diaw ali dengan diajukannya gagasan mengenai
Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) sangat mempengaruhi seluruh akt ifit as
polit ik dan kebudayaan. Pada kont eks ini kedudukan Lekra yang seideologi
dengan Komunis set idaknya menjadi unsur pent ing dalam poros Nasakom.4
Unsur pent ing lainnya5 dalam poros Nasakom di bidang kebudayaan yang
2
M unculnya istilah "kiri" dan "kanan" terjadi ketika Revolusi Perancis (1789) ketika anggota Majelis dibagi menjadi pendukung raja ke kanan presiden dan pendukung revolusi di sebelah kirinya.
3
D.S. M oeljant o dan Taufiq Ism ail, Prahara Kebudayaan; Kilas Balik Ofensif Lekra dan PKI,
Bandung: M izan dan HU Republika, 1995, p. 11. 4
Tanpa berm aksud m engesampingkan kelom pok kebudayaan lain, pada kont eks ini unsur pent ing lainnya dalam poros Nasakom di bidang kebudayaan yang dianggap m ew akili kelompok agam a adalah kehadiran Lesbum i, dan LKN (PNI) dari kelompok Nasionalis.
5
dianggap mew akili kelompok agama adalah kehadiran Lesbumi, dan LKN (PNI)
dari kelompok Nasionalis.
M asa demokrasi t erpimpin (1950-65) dipilih karena masa it u merupakan
masa-masa yang paling menarik. Pada saat it ulah proses ident it as kebudayaan
Indonesia t engah dibangun.
Kala it u cara membangun indent it as kebudayaan nasional sangat
beragam, namun yang paling menarik adalah media massa yang berafiliasi, at au
bersimpat i pada part ai polit ik t urut mempromosikan dan mempublikasikan karya
seni kebudayaan t ersebut . M edia massa yang berada digaris depan unt uk
mempublikasikan hasil karya-karya seniman-seniman Lekra adalah Harian Rakjat
(HR). Hal ini disebabkan karena HR diasuh oleh salah sat u pendiri Lekra yait u
Njot o sebagai kepala dew an redaksi. Selain HR, Bint ang Timur6dan Zaman Baru7
juga menjadi w adah bagi karya seniman-seniman Lekra. Pent ing dicat at dari
sekian banyak produksi naskah kreat if sast rawan Lekra sepert i, cerpen t idak
hanya dit uliskan t et api juga kemudian dicerit akan, naskah novel yang kemudian
dibacakan dengan hikmah. Naskah-naskah t ersebut dapat dit emui dalam edisi
Harian Rakjat (HR). HR sebagai harian polit ik dan bukan koran kebudayaan
memang sangat t idak lazim memberikan t empat yang sederajat ant ara berit a
reguler dan cerpen.
Publikasi lew at media massa masing-masing lembaga kebudayaan it ulah
yang sering kali memunculkan perdebat an polit ik dalam ranah kebudayaan. Pada
pembahasan ini t idak akan memfokuskan pada polimik t ersebut , karena sudah
banyak diulas oleh banyak penelit i. Tulisan ini akan membahas khusus mengenai
Lekra, karya-karya, sert a salah sat u sosok yang memberikan penggaruh polit ik
dalam karya sast ra seniman Lekra.
6
Pram oedya Anant a Toer dan S Rukiah Kert aparti m engasuh lem bar kebudyaan Lent era di
Bintang Timur.
7
Lestra W adah Sastraw an Lekra
Paska Revolusi Agust us 1945, Indonesia m encari identit as kebudayaan nasional.
Dalam perjalanannya m uncul sebuah organisasi kebudayaan, LEKRA, dideklarasikan D.N.
Aidit , M .S. Ashar, A.S. Dhart a, dan Njot o pada 17 Agust us 1950.8 LEKRA dim aksudkan
unt uk m enghim pun dan m em perkuat buhul kebudayaan nasional dan t eguh mendukung
Revolusi. Sikap ini sem akin jelas ket ika Sekret aris Um um LEKRA Joebaar Ajoeb9
m enyam paikan laporan um um Pengurus Pusat organisasi ini dihadapan pesert a Kongres
Nasional I LEKRA di Solo 1959:
LEKRA didirikan di t ahun 1950 dari kesadaran t ent ang hakekat Revolusi Agust us 1945 dan t ent ang hubungannja ant ara Revolusi it u dengan kebudajaan. Bahw a Revolusi it u besar sekali art inja bagi kebudajaan, dan bahw a sekaligus, sebaliknja, kebudajaan besar sekali art inja bagi Revolusi Agust us.10
M engenai sifat organisasinya, sejak aw al LEKRA sudah m enegaskan diri sebagai
organisasi t erbuka, dalam art i t erbuka t erhadap setiap aliran kesenian, dan t erbuka
unt uk bekerja sam a dengan organisasi kebudayaan lain yang sealiran.11 Hal ini diperjelas
dalam M ukadim ah LEKRA (1950).12
8
‘Laporan um um pengurus pusat LEKRA kepada Konggres Nasional ke I LEKRA’, Harian Rakjat , 31-1-1959. Lihat lebih lanjut Keit h Foulcher 1986:20 yang m enyebut enam anggot a Sekret ariat LEKRA pert am a: A.S. Dhart a, M .S. Ashar, Herm an Ardjuno, Henk Ngant ung, Njot o dan Joebaar Ajoeb. A.S. (Adhi Sidhart a) Dhart a (1924-2007), penulis yang juga m enggunakan banyak nam a sam aran t erm asuk Klara Akust ia and Jogasw ara, m enjabat Sekret aris Um um LEKRA yang pert am a, sam pai 1959. Set elah coup 1965, ia dit ahan 1965-78. Njot o (1925-65), m usikus dan penulis, diangkat m enjadi salah sat u dari lima anggot a Politbiro PKI pada t ahun 1951, t et api pada t ahun 1964, “ dipecat” dari jabat annya sebagai Wakil Ket ua II CC PKI. Pada t ahun 1965 dia lenyap, diperkirakan dibunuh. Pelukis Henk Ngant ung (1921-1991), m enjabat beberapa kedudukan di LEKRA, juga Gubernur Jakarta pada t ahun 1964. Set elah perist iw a 1965, ia t idak dit ahan.
9
Joebaar Ajoeb lahir 1926 di Bukit Tinggi, Sum atera Barat , dan m eninggal dunia 1996 di Bandung. Tahun 1959, ia diangkat oleh Presiden Soekarno m enjadi anggot a DPR-GR/ M PRS RI. Berdasarkan hasil Pleno I LEKRA, 28 Januari 1959 di Solo, Jaw a Tengah, dia t erpilih m enjadi sekret aris um um LEKRA. Sebelum t ahun 1959 Joebaar Ajoeb pernah m enjadi Anggot a Dew an Pertimbangan Pem uda Depart em en Pendidikan dan Kebudayaan, Anggot a Dew an Penasihat Siaran Radio Depart em en Penerangan Republik Indonesia, dan Anggota Dew an Film Departemen Penerangan Republik. Sejauh ini saya belum m enem ukan w akt u dan t ahun yang pasti t ent ang ket erlibat an Joebaar Ajoeb dalam lembaga-lem baga t ersebut . Set elah perist iw a 30 Sept em ber-1 Okt ober 1965, ia dit ahan t anpa proses hukum.
LEKRA m enem pat kan rakyat sebagai akar pencipt aan, sepert i yang t ercermin
Lem baga Sast era Indonesia, Lem baga Senirupa Indonesia, Lem baga Film Indonesia, dan
Lem baga Senidram a Indonesia. Ket iga lem baga kreat if lainnya, yait u Lem baga M usik
Indonesia (LM I), Lem baga Senit ari Indonesia, dan Lem baga Ilm u Indonesia, dibent uk
set elah sidang pleno LEKRA Agust us 1960.15
Lem baga Sast ra Indonesia (Lest ra) didirikan sekira M aret -April 1959. Sebagai
ket ua Bakri Siregar dan w akil ket ua Pram oedya Anant a Toer. Lest ra m elakukan Konfrensi
Nasional di M edan dari t anggal 22 sam pai 25 M aret 1963. Sidang Pleno dilaksanakan di
Palem bang pada t anggal 23 Februari 1964. Sidang ini m enjadi pent ing dicat at karena
salah sat u keput usan dalam sidang adalah penggayangan akt ivit as-akt ivit as kebudayaan
yang bersebrangan, t erm asuk M anikebu. Dua bulan berselang, M anikebu dilarang oleh
presiden Soekarno.
Banyak hal yang dilakukan dan dipikirkan oleh anggot a Lest ra dalam proses
pencarian indet it as nasional yang sesuai dengan jalur yang dianut organisasi Lekra.
Diant aranya adalah t indakan-t indakan unt uk mengubah “ pengajaran sast ra” yang dinilai
oleh anggot a Lest ra berbau Neokolonialis dan M anikebu. Perubahan ini dilakukan
dengan m endukung depart em en P.D. dan K unt uk merit ul buku-buku yang t idak sesuai
dengan sem angat M anipol dan TAVIP. Selain it u Lest ra m endesak agar pelajaran bahasa
(w aw ancara 4-9-2009). Tem an sekolah Njot o di Jem ber, Jaw a Tim ur, Anant aguna dit ahan set elah perist iw a 1965, dan di pulau Buru 1970-78.
12
Foulcher, Keit h, Social commit ment in lit erat ure and t he arts; The Indonesian inst itut e of people’s culture 1950-1965. Aust ralia: Sout heast Asian St udies, M onash Universit y, P. 212. 13
Ibid., P. 211.
14
Dalam Rhom a D. A. Yuliantri 2008:35-8 disebut kan bahw a LEKRA memiliki hanya 6 lembaga kreatif t anpa menyebut kan Lem baga Ilm u Indonesia. M engenai Lem baga Ilm u Indonesia, saya belum m enem ukan inform asi lebih lanjut.
15
Indonesia dikem balikan dalam kelom pok dasar susunan m at a pelajaran. Beberapa
t indakan lain yang diam bil unt uk m em perbaiki mat a pelajaran sast ra adalah: (1)
m elancarkan krit ik t erus m enerus akan bahaya lat en M anikebu, (2) koordinasi ant ar
elem en gerakan yang serasas, (3) perluasan pendapat um um dan usaha m enyeleksi
kem bali kelayakan buku ajar, (4) m em produksi karya sebanyak-banyaknya karya yang
diluar Balai Pust aka, (5) m enyusun buku ut am a sejarah sast ra (m odern) Indonesia yang
Indonesia-sent ris. Selain dalam pendidikan sast ra, lest ra juga m elet akan perhat ian pada
sat ra anak. Sast ra anak yang ideal m enurut garis Lest ra adalah sat ra anak yang m endidik
unt uk m em pert eguh sikap anak, m udah dim engert i, sederhana, dan dibuat kom pleks
sesuai dengan pert um buhan anak-anak. Salah sat u yang disorot dalam sast ra anak
adalah m embajirnya kom ik-kom ik t erjem ahan yang cerit anya dinilai kurang m endidik.
Selain it u kont ak-kont ak keset iaw akaw an sast raw an sast raw an dunia t erus
dijaga oleh para anggot a Lest ra dengan hadir dalam Konfrensi Sast raw an Asia pert am a
diadakan di Republik Sosialis Uzbekist an pada 7 Okt ober 1958, konfrensi ke dua
diadakan di M esir pada 13-20 Novem ber 1962, Konfrensi Sast raw an Asia Jepang (1958),
Konfrensi Sast raw an Berlin 1961, dan lainnya. Keikut sert aan anggot a Lest ra ini
m em bukt ikan bahw a sast raw an Indonesia secara akt if t erlibat dalam kancah
kesusast raan dunia.
Selain it u yang m enjadi salah sat u fokus dari Lest ra adalah sem angat unt uk
m erevit alisasi sast ra daerah. Sebagai cont oh, m elakukan revit alisasi dalam sast ra Jaw a
dengan m encegah bahasa-bahasa unt uk “ ngelm u klenik yang abst rak” , nam un t idak
m enghilangkan sast ra asli yang biasa m em akai bahasa sim bolik, w angsalan, parikan,
bebasan, saloka, paribasan, sendon, sesindiran, rum pakan, dan sebagainya. Sast ra
daerah diharapkan m enjadi sat ra yang berpihak kepada rakyat baw ah bukan elit is.
Agar sat raw an Lekra –dalam hal ini Lest ra- t erus m eningkat kan dan bergiat
dalam berkarya, HR memiliki andil dengan m em ilih puisi, cerit a bersam bung, naskah
lakon, esai, cerit a pendek dan naskah t erjem ahan t erbaik diset iap akhir m inggu. Selain
it u pergelaran m alam puisi juga acapkali diadakan, sebagai cont oh digelarnya acara
M alam Puis II di Dew an kesenian Djakart a, t anpa m em bat asi penam pil. Tidak hanya di
Jakart a acara-acara sepert i ini juga digelar di daerah-daerah sepert i, Yogyakart a,
Bandung, Palem bang, dan sebagainya. Acara-acara sepert i inilah yang menarik banyak
Garis M encipta Sastraw an Lekra
Rujukan bagi pekerja kreat if Lekra t ermasuk para sast raw an adalah 1-5-1
yang menempat kan “ Rakyat sebagai sat u-sat unya pencipt a kebudayaan” . “ Polit ik
adalah Panglima” dit empat kan sebagai asas dan basis dari lima kombinasi kerja;
(1) meluas dan meninggi. Kesenian dapat dimengert i masyarakat secara luas
t et api harus juga dipadukan dengan meninggi yang bert ujuan mendidik
masyarakat , (2) t inggi mut u ideologi dan t inggi mut u art ist ik. M ut u ideologi
dalam art i seni bert endensi yang berpihak pada rakyat namun art ist iknya juga
harus t inggi. (3) t radisi baik kekinian dan revolusioner. Bukan berart i
mengelap-ngelap budaya “ kuno” t et api mengambil dari yang baik dari budaya t ersebut lalu
memadukan dengan yang kekinian bersifat ilm iah. (4) kreat ifit as individual dan
kearifan massa. Kreat ifit as individual adalah anugrah alam yang harus disyukuri,
t et api harus digunakan dengan kearifan massa. Kreat ifit as individu yang t idak
dihubungkan dengan kreat ifan sosial dan polit ik menjadi subjekt ifisme dalam
berkesenian. Subjekt ifisme berart i berkesenian t anpa memperdulikan orang lain.
(5) realisme sosial/ realisme revolusioner dan t urun ke baw ah. Realisme
memerlukan pengert ian umum dan khusus, yang meliput i fakt or-fakt or t ipikal
dan karakt erist ik. Turun ke baw ah bukan berart i t urisme, t et api benar-benar
menjadi bagian dari masyarakat .
Namun, sejauh riset yang t elah saya lakukan rujukan 1-5-1 bagi pekerja
kreat if Lekra hanya dit erapkan oleh beberapa orang dan t idak konsep t ersebut
t idak diambil secara “ unt uh” . M enurut Anant aguna (sast raw an Lerkra) realisme
sosial sendiri merupakan “ t eologi” yang dianjurkan namun penafsirannya
berbeda-beda.16 Bahkan di t at aran anggot a Lekra paling baw ah (desa) konsep
1-5-1 ini t idak dikenal at au dipahami.
16
Karya bert endensi sejat inya merupakan hal biasa dalam karya sast ra. Jauh
sebelumnya pada masa Pujangga baru karya-karya sast ra juga bert endensi,
bahkan Chairil Anw ar juga memiliki t endensi dalam karyanya. Namun, yang
menjadi unik dalam karya Lekra t endes kadang-kadang diart ikan sebagai juru
bicara part ai PKI. Sebagai cont oh karya Kuslan Budiman, “ Ganyang Set an Pit u” ;17
Bung Njot o t erus sesorah
Ganyang lint ah darat
Ganyang t uw ant anah
M usnahkan bangsane kabir
Sirnake pejabat jahat
Ing pedesaan akeh set an
Tukang ngijo-bandit kepruk
Keparat t engkulak jahat
Ayo konco ayo kadang
Set an pit u kit a ganyang
Ganyang, ganyang!
Ayo ganyang!
Revolusi mest i menang.
Selain puisi yang bert endensi, ada pula puisi karya sast raw an Lekra yang
menggunakan bahasa ungkap yang jauh dari puisi fam plet , sebut saja Agam
Wispi, Risakot t a, Kusni Sulang, dan Amarzan. Sebagai cont oh, karya Agam Wispi
“ Suara dari Piano” :
dent ang penghabisan t elah t inggal bersama kelam
rakyat pekerja t elah keluar dari debu dan api
dent ang penghabisan t elah membuka pint u malam
dengan persahabat an t ak bert epi yang mat ang bersama hari
17
aduh-mak-oi manisnya pagi ini
sekaw an merpat i t erbang t inggi
Pint ubesar 30-9-58
Berdasarkan puisi yang saya himpun (sekira 300 puisi),18 t ema-t ema yang
diambil dalam puisi sast raw an Lekra sangat luas dari soal part ai, solidarit as A-A,
nasi, buruh, Konfrensi M eja Bundar, t uan t anah, jendral-jendral, pemodal asing
dan lainnya, karena pada konsepnya puisi t idak boleh jauh dari realit as rakyat .
Namun yang jauh dari rakyat dan realit as sosial diyakini sebagai puisi hanya
dipaham i oleh seniman it u sendiri dan hanya dijadikan sebuah monumen.
Puisi-puisi senim an Lekra selain dibacakan juga diadopsi sebagai syair lagu.
Sebagai cont oh dapat dipet ik dari kisah kom ponis lagu bernam a M ichael Karat em
(1929-...).19 Pada t ahun 1964, ia m engaransem en lagu dari syair Put u Oka Sukant a yang
berjudul Dikaki-kaki Tangkuban Perahu, dengan m em asukkan iram a khas daerah
Sunda.20 Puisi Njot o “ M erah Kesum ba” , kem udian diarasem en oleh Amir Pasaribu
sebagai sebuah lagu.
Berdasarkan cerpen-cerpen karya sast raw an Lekra (sebanyak 100 cerpen)
yang t elah saya himpun,21 secara umum cerpen-cerpen t ersebut berbasis
semangat revolusioner dan kerakyat an. Barangkali karena semangat “ polit ik
adalah panglima” , maka, banyak cerpen-cerpen menyerupai “ report ase” laporan
at as kondisi masyarakat sehingga karya t ersebut cenderung bergaya “ pamflet ” .
18
Lih. Rhom a Dwi Aria dan M uhidin Dahlan, Sehimpunan Puisi Lekra. 19
M ichael Karat em adalah m usisi yang banyak m encipt a lagu seperti Gugur ditanah garapan, Pemuda njalakan api Revolusi dan m engarasem en lagu Bunga merah, Djangan djamah Tukin, Ketaon dan lainnya.
20
Put u Oka Sukant a (1939- ) adalah sast rawan yang pernah bergabung dengan LEKRA. Ia dit ahan pada bulan Okt ober 1965 sam pai 1976. Dalam riset ini saya m enem ukan partit ur lagu
Dikaki-kaki Tangkuban Perahu yang diaransemen oleh Karat em. Lagu ini sem pat m enjadi lagu w ajib dalam perlom baan Bintang Radio, seriosa jenis barit on, pada t ahun 1967, pada saat Karat em dan Put u Oka di penjara. Lagu Dikaki-kaki Tangkuban Perahu juga m erupakan cerm inan kerjasam a ant ar penyair dan m usisi. Terim a kasih at as penguluran t angan Karat em , Tit ik dan Put u Oka yang telah m em beri ket erangan t ent ang lagu Dikaki Tangkuban Perahu.
21
Tema-t emannya t ent u saja merespon t ent ang bahaya imperialisme, sert a
rekaman-rekaman at as perist iw a polit ik yang t engah t erjadi. Sesuai dengan
konsep pandangan 1-5-1 maka dalam karya-karya t ersebut hampir t idak ada
cerit a yang berbau t ahayul, hant u-hant uan, rasial, at au t ema-t ema “ abst rak”
yang jauh dari masyarakat .
PENUTUP
Sast ra kerakyat an menemukan masa keemasan pada saat demokrasi
t erpimpin di baw ah penggaruh LEKRA. Pada saat it u sast ra sepenuhnya
diarahkan pada pemihakan yang jelas baik pemihakan pada rakyat yang t ert indas
maupun pemihakan secara polit ik. Part ai polit ik (Part ai Komunis Indonesia) juga
memberikan andil yang besar dalam perkembangan sast ra kiri saat it u dengan
memberikan ruang yang luas bagi seniman-seniman seideologi unt uk menulis
cerpen di halaman HR.
Sast ra “ kiri” mem iliki pandangan bahw a sast ra adalah ket erw akilan dari
suara kelas, berbicara t ent ang realit as dan suara at as keadaan rakyat . Baginya
sast ra adalah bagian dari polit ik yang t idak t erpisahkan. Seniman harus
menget ahui unt uk siapa karya it u dit ujukan.
Ket erlibat an t okoh polit ik sepert i Njot o, dalam bidang kebudayaan
(t ermasuk sast ra) membuat w arna kesusast raan Indonesia kian berw arna. Lepas
dari benar salahnya ideologi yang mereka anut , it ulah w arna sast ra yang pernah
hadir dan mew arnai sejarah sast ra Indonesia. Kini, sast raw an anggot a Lekra dan
simpat isannya di pojok-pojok dunia masih mengangsur hidup di bat as senja,
t et ap berkarya dan menambah keragaman sast ra Indonesia kini. M enuju proses
pembent ukan jat i diri sast ra nasional Indonesia.
D.S. M oeljant o dan Taufiq Ism ail, Prahara Kebudayaan; Kilas Balik Ofensif Lekra dan PKI,
Bandung: M izan dan HU Republika, 1995.
Foulcher, Keit h, Social commit ment in lit erat ure and t he art s; The Indonesian inst it ut e of people’s cult ure 1950-1965. Aust ralia: Sout heast Asian St udies, M onash
Universit y, 1986.
Rhom a D. A. Yuliant ri dan M uhidin M . Dahlan, Lekra Tidak M embakar Buku; Suara Senyap Lembar Kebudyaan Harian Rakjat 1950-1965, Yogyakart a: M erakesum ba, 2008.
, Gugur M erah; Sehimpunan Pusisi Lekra 1950-1965, Yogyakart a: M erakesum ba, 2008.
, Laporan dari Bawah; Sehimpunan Cerit a Pendek Lekra-Harian Rakjat 1950-65,
Yogyakart a: M erakesum ba, 2008.
S. M argana, Pujangga dalam Bayang-bayang Kolonial, Yogyakart a: Pust aka Pelajar, 2004.
Surat Kabar
Iram ani, ‘Pelukis Rakjat ” , Harian Rakjat 14 Agust us 1954.
‘Laporan um um pengurus pusat LEKRA kepada Konggres Nasional ke I LEKRA’, Harian Rakjat 31-1-1959.
‘Laporan Kusni Sulang melaw an m usik ngak-ngik-ngok m engem bangkan m usik jang kerajat an’, Harian Rakjat 2-1-1964.
Njoto didepan Konfer nas I LEKRA: Kesusastr aan r evolusioner dan ger akan r evolusioner , HR. 13 Apr il 1963.
Njoto. “Njoto; Galang per satu2an semua sater aw an patr iotik”. HR. 6 Apr il 1963.
Njoto. “Njoto; Galang per satu2an semua sater aw an patr iotik”. HR. 6 Apr il 1963. P. IV.
A.S. Dhar ta. “Ukur an Bagi Kr itik Sastr a Indonesia Dew asa Ini”.Zaman Bar u. No. 3 bulan Djuni 1950.
Njoto, “10 Tahun Lekr a: Per satuan Tenaga2 Kebudajaan Patr iotik dan Demokr atik”,
Zaman Bar u, No. 18-19 1960, Nomor Pleno Agustus.
Waw ancara dengan S. Anant aguna, 2009.