• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap KPR di Kecamatan Medan Helvetia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap KPR di Kecamatan Medan Helvetia"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah

Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya (UU RI No. 1, 2011). Sedangkan Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmanidan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu (WHO,2001). Menurut Suhar madi (1985). Rumah adalah tempat hunian atau berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas) serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.

(2)

1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melasanakan kewajiban sehari-hari.

2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.

3. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam. 4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat

ini.

5. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

2.1.1 Teori Permintaan

Menurut Sukirno (2005) permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan seorang konsumen akan suatu barang dapat dirumuskan sebagai :

Dx = f ( Y, Py, T, u ) Dimana :

Dx = Jumlah barang yang diminta Y = Pendapatan Konsumen Py = Harga Barang Lain T = Selera

U = Faktor-faktor Lainnya

(3)

lainnya. Dimana Dx adalah jumlah barang x yang diminta konsumen, Y adalah pendapatan konsumen, Py adalah harga barang selain X, T adalah selera konsumen dan u adalah Faktor-faktor lainnya. Dalam kenyataannya permintaan menggantikan barang yang mengalami kenaikan harga. Dalam jangka waktu lebih lama konsumen akan mencari barang alternatif untuk akan suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri namun juga oleh faktor-faktor lain.

Dapat disimpulkan bahwa, suatu permintaan hanya akan terjadi apabila terdapat keinginan dan kesediaan konsumen untuk membeli suatu barang dan jasa yang di dukung oleh daya beli atau kemampuan masyarakat. Permintaan yang didukung oleh daya beli disebut permintaan efektif sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolute atau potensial (Sudarsono,1986). Permintaan merupakan hubungan antara berbagai tingkat harga yang memungkinkan suatu produk dengan sejumlah produk dimana konsumen berkeinginan dan mampu untuk membeli selama periode tertentu dan faktor lain dianggap tetap. Dalam arti ekonomi adalah keinginan yang didukung daya beli atau kesediaan untuk membeli (Partadiredjo, 1985).

(4)

demand).Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah.Menurut Sukirno (2005:102) pengukuran elastisitas permintaan sangat bermanfaat bagi pihak swasta dan pemerintah. Bagi pihak swasta pengukuran elastisitas permintaan dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun kebijakan perekonomian yang akan dilaksanakannya seperti misalnya kebjakan impor komoditi yang akan mempengaruhi harga yang ditanggung rakyatnya. Pengukuran elastisitas permintaan kerap dinyatakan dalam ukuran koefisien elastisitas permintaan. Koefisien permintaan merupakan ukuran perbandingan persentase perubahan harga atas barang tersebut (Sukirno, 2005:104). Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto, 2005).

(5)

untuk menganalisis pengaruh berbagai faktor tersebut terhadap permintaan sesuatu barang. Oleh sebab itu, dalam membicarakan teori permintaan, ahli ekonomi membuat analisis yang lebih sederhana. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu, dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan terhadap suatu barang dengan harga barang tersebut.

2.1.2 Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atu pembagian hasil keungtungan. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

(6)

1. Berdasarkan Jangka Waktu

a. Kredit jangka pendek (short term loan) memiliki jangka waktu pengembalian kurang dari 1 tahun. Kredit jangka pendek acap digunakan untuk kelancaran operasi perusahaan, termasuk penyediaan dana untuk modal kerja.

b. Kredit jangka menengah (medium term loan) memiliki jangka waktu 1 hingga 3 tahun. Pada umumnya digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan kredit investasi.

c. Kredit jangka panjang (long term loan) memiliki jangka waktu jatuh tempo di atas 3 tahun. Sebagian besar kredit jangka panjang ini digunakan untuk membiayai investasi seperti pembiayaan proyek, ekspansi, dan rehabilitasi.

2. Berdasarkan Barang Jaminan (Collateral) a. Kredit dengan jaminan (secured loan) b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan) 3. Berdasarkan Segmen Usaha

Penggolongan kredit menurut segmen usaha misalnya pendanaan untuk perdagangan, otomotif, farmasi, tekstil, makanan, dan sebagainya.

4. Berdasarkan Tujuan Kredit

(7)

b. Kredit Konsumtif (consumer loan) diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif, seperti KPR/KPA, kredit kendaraan bermotor, dan lainnya.

c. Kredit Produktif dimaksudkan untuk membantu debitur dalam membiayai kebutuhan modal kerja sehingga dapat memperlacar produksi. Misalnya kredit digunkan untuk pembelian bahan baku, pembayaran upah, distribusi, dan sebagainya.

5. Berdasarkan Penggunaan Kredit a. Kredit Modal Kerja

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. Kredit modal kerja ini pada prinsipnya meliputi modal kerja untuk tujuan komersil, industri, konstruksi bangunan, dan lainnya.

b. Kredit Investasi

Kredit investasi diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk berinvestasi dengan memberi barang-barang modal.

(8)

Untuk melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, dikenal Prinsip “5 C” atau ada pula yang menyebutnya dengan Prinsip “6 C”. Konsep ini pada

dasarnya memberikan informasi kepada bank mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) calon debitur untuk melunasi pinjaman beserta bunganya. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Character

Kredit diberikan kepada debitur atas dasar kepercayaan, artinya adanya keyakinan dari pihak bank bahwa calon debitur mempunyai watak, kelakuan, dan tabiat dengan adanya itikad baik. Dengan melakukan penialain karakter calon debitur, diharapkan akan diketahui tingkat kejujuran, rasa tanggung jawab, dan integritas untuk memenuhi kewajiban.

2. Capacity

Yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan untuk membayar atas kredit yang diterima. Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian capacity adalah pendekatan historis, finansial, edukasional, yuridis, manajerial, dan teknis.

3. Capital

(9)

4. Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diserahkan oleh calon debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.Jaminan berfungsi sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal.Jaminan juga dapat sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian dalam kurun waktu kredit. Jaminan tidak selalu berbetuk benda, tetapi dapat berupa jaminan tidak berwujud kebendaan seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letters of comfort, rekomendasi, avalist, dan sebagainya. 5. Condition of Economy

Condition of Economy meliputi suatu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang memengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat atau kurun waktu tertentu yang kemungkinan dapat memengaruhi kelancaran usaha dari calon debitur.

6. Constraint

Constraint yang dimaksud merupakan batasan-batsan atau hambatan-hambatan yang memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat.Masalah constraint masih sukar didefinisikan karena tidak ada peraturan tertulis yang mengatur batasan-batasan ini, seringkali menyangkut masalah moral.

(10)

1. Personality

Menilai kepribadian calon debituratau tingkah laku sehari-hari maupun di masa lalu.Penilaian personality mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan debitur dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.

2. Party

Mengklasifikasikan calon debitur ke dalam klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga debitur akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda-beda dari bank.

3. Purpose

Yaitu mengetahui tujuan calon debitur dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.

4. Prospect

Menilai prospect berarti menilai usaha debitur di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak. Dengan kata lain, apakah usah tersebut memiliki prospek atau sebaliknya. Sebab jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa memiliki prospek, bukan hanya bank yang akan merugi namun juga debitur.

5. Payment

(11)

6. Profitabillity

Digunakan untuk menganalisis bagaimana kemampuan calon debitur dalam memperoleh laba.Profita bility diukur dari periode ke periode, apakah akantetap sama atau akan semakin meningkat, terlebih dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang, orang, atau asuransi.

(12)

kredit ketentuan secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut : (Simorangkir, 2004)

1. Lancar (pas)

Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila :

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu b. Memiliki mutasi rekening yang aktif

c. Sebagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) 2. Dalam perhatian khusus (special mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain : a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang

belum melampaui 90 hari b. Kadang-kadang jadi cerukan

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan d. Mutasi rekening relatif aktif

e. Didukung dengan pinjaman baru 3. Kurang lancar (substandard)

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari

b. Sering terjadi cerukan

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari

(13)

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur f. Dokumen pinjaman yang lemah

4. Diragukan (doubtful)

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari d. Terjadi kapitalisasi bunga

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan

5. Macet (loss)

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar

2.1.3 Teori Permukiman Kota

(14)

2001: 1673). Di negara dengan tingkat penghasilan warganya tinggi, elastisitas permintaan akan rumah relatif rendah, begitu pula sebaliknya. Keinginan memiliki rumah dibatasi oleh tingkat penghasilan serta biaya pembangunan perumahan.Tingkat penghasilan rendah serta biaya pembangunan tinggi mengakibatkan orang tidak dapat membangun rumah yang memenuhi syarat, meski kebutuhan permukiman merupakan kebutuhan primer. Kondisi ini akan menyebabkan munculnya rumah yang tidak memenuhi persyaratan kelayakan sebuah rumah (Sukanto, 2001: 77).

2.1.4 Teori Mobilitas Tempat Tinggal

(15)

sarana ekonomi, sarana pendidikan atau sarana peribadatan. Jumlah dan kualitas sarana tersebut tidaklah selalu perlu sama pada setiap lokasi, semua tergantung pada kebutuhan masyarakatnya.

2.1.5 Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya atau

mempercayai (truth atau faith), karena memang pada dasarnya kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang/pihak lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan kejujuran dari pihak peminjam. Arti percaya tersebut dari segi bank sebagai pemberi kredit (kreditur) adalah bank percaya kepada nasabah sebagai penerima kredit bahwa pinjaman yang diberikan pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit yang digunakan untuk membeli rumah atau untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dengan jaminan/agunan berupa rumah. Walaupun penggunaannya mirip, KPR berbeda dengan kredit konstruksi dan renovasi. Di samping itu, KPR atau Kredit Pemilikan Rumah adalah fasilitas yang diberikan pihak bank agar seseorang bisa memiliki rumah ataupun kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminan berupa rumah (Firtianto, 2010) (Baitulloh, 2010). Komponen utama KPR adalah sebagai berikut:

1. Kreditur KPR

(16)

2. Debitur KPR

Debitur adalah perseorangan atau badan hukum yang akan membeli objek KPR.

3. Objek KPR

Objek KPR merupakan lahan dan rumah yang akan dibeli atau diakuisisi oleh pihak debitur.

4. Jangka waktu KPR

KPR disebutsebagai kredit jangka panjang karena dapat dikatakan merupakan satu-satunya kredit yang memiliki waktu pelunasan terpanjang, yaitu mencapai 5-20 tahun.

Saat ini di Indonesia dikenal beberapa jenis KPR, dua diantaranya yaitu: 1. KPR Subsidi

Suatu kredit yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan papan perumahan atau merenovasi rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi berupa subsidi keringan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau renovasi rumah. Secara umum batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.

2. KPR Non-Subsidi

(17)

bunga berdasarkan suku pasar, namun bank swasta mungkin akan menawarkan suku bunga yang sedikit berbeda untuk menarik calon debitur.

2.1.6 Suku Bunga Kredit

Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang disepakati oleh kedua belah pihak (Subagyo, dkk, 2002). Dalam pengertian lain suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami defisit (unit surplus) pada unit ekonomi yang mengalami defisit (unit defisit) atas pinjaman yang diberikan dari dana yang berasal dari unit surplus. Yang dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank konvensional kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank ataupun harga yang harus dibayar oleh nasabah yang menerima pinjaman dari bank (Diulio, 1997).

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004) adalah sebagai daya tarik bagi para nasabah penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan, Suku bunga jugadapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang beredar dalam suatu perekonomian serta pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Hal ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

(18)

suatu kurs referensi tertentu seperti misalnya LIBOR (London Interbank Offered Rate) dimana cara perhitungannya dengan menggunakan sistem penambahan marjin terhadap kurs referensi. Suku bunga dapat berubah bila salah satu dari demand or supply uang tidak lagi tercapai keseimbangan. Misalkan saat perekonomian memasuki tahap ekspansi dari suatu siklus bisnis dan meningkatkan juga Real Gross Domestic Product (GDP ) maka akan meningkatkan transaksi keuangan yang akan mengakibatkan permintaan terhadap uang juga akan meningkat dimana supply nya tetap sama, dalam hal terjadi ketidakseimbangan ini maka interest rate akan bergerak agar tercapai kembali keseimbangan antara demand dan supply uang (Subagyo,dkk, 2002).

2.1.7 Uang Muka atau Loan To Value

Definisi loan to value menurut investopedia adalah a lending risk assessment ratio that financil institutions and others lenders examine before approving a mortgage and loan to value tells you how much of a property is being financed. It is a way to tell how much equity you have in a property. Jika dibahas secara sederhana, Uang Muka atau loan to value adalah angka rata-rata antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian kredit. Perhitungan rasio LTV dilakukan berdasarkan nilai kredit ditetapkan berdasarkan plafon kredit yang diterima oleh debitur sebagaimana tercantum dalam perjanjian kredit, serta nilai agunan ditetapkan sebagaimana nilai pengikatan agunan oleh bank (Arindam dan Asish Saha, 2009).

(19)

dikehendaki. Untuk itu, kebijakan uang muka (LTV) menjadi alternative kebijakan Bank Indonesia untuk mengatur segmen yang diinginkan. Selanjutnya, dengan memperhatikan kekurangan pasokan rumah, kebutuhan hunian oleh masyarakat dan program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan bagi kalangan masyarakat menengah kebawah. Oleh karena itu, Bank Indonesia memutuskan untuk tidak mengatur rumah/hunian yang menjadi program pemerintah dan rumah/hunian tipe rumah dengan luasan bangunan 70

kebawah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan antara lain untuk membantu pemenuhan kebutuhan papan untuk masyarakat umum atau dengan kata lain untuk mewujudkan Pembangunan nasional yang pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adil dan makmur secara merata disegala bidang khususnya dalam pemenuhan kebutuhan perumahan untuk masyarakat kalangan menengah kebawah (Bank Indonesia, 2012).

2.1.8 Teori Lokasi Perumahan

Pemilihan dan penentuan lokasi untuk properti perumahan bagi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan pertimbangan masing-masing individunya. Beberapa ahli membuat kesimpulan mengenai pemilihan lokasi properti perumahan sebagai berikut (Harry W. Richadson, 1978: 280-281) :

(20)

b) Hipotesis Tiebout (1956), Tiebout mengemukakakan bahwa seseorang memilih lokasi perumahan kota atau kabupaten yang pajaknya rendah atau pelayanan publiknya bagus.

c) Trade off Model oleh Alonso (1964) dan Solow (1972,1973), Secara sederhana diartikan sebagai adanya trade off aksesibilitas terhadap ruang yang dipilih rumah tangga sebagai lokasi untuk properti perumahan. Model ini juga mengasumsikan bahwa kota melingkar dengan sebuah pusat tenaga kerja dan transportasi yang tersedia dimana-mana, semua lokasi dipertimbangkan secara homogen kecuali jarak ke pusat kota. Rumah tangga akan bersedia membayar lebih untuk properti dengan lokasi yang lebih dekat dengan CBD karena biaya commuting lebih rendah.

d) Social Aglomeration Theory (1985), dikemukakan bahwa orang memilih rumah dengan pertimbangan utama bahwa dia akan nyaman bersama dengan kelompok sosial tertentu dimana kelompok ini bisa terbentuk berdasarkan ras, pendapatan, usia, dan lain sebagainya, yang kemudian timbul segregasi.

2.1.9 Teori Harga

(21)

sehingga tercapai keputusan maksimum. Kedua, mekanisme harga berpengaruh terhadap keputusan produsen dalam menentukan tingkat output yang akan dihasilkan, dan tingkat kombinasi penggunaan input-output untuk menghasilkan output tersebut. Jadi harga output dan input merupakan pegangan bagi para produsen untuk menentukan tingkat output yang menghasilkan keuntungan maksimum, dan tingkat serta kombinasi penggunaan input yang mempunyai biaya minimum (Boediono, 1982).

Mekanisme harga suatu permintaan barang dan jasa tergantung pada bentuk pasar. Secara teoritis, mekanisme harga yang efisien terjadi pada pasar persaingan sempurna. Sedangkan pasar monopoli merupakan pasar yang paling menghambat mekanisme harga. Akan tetapi untuk beberapa barang dan jasa memang diperlukan pengaturan mekanisme harga untuk tujuan distribusi pendapatan yang merata.

2.2 Penelitian Terdahulu

Indri Sedhana (2010) adalah penelitiannya yang berjudul “Analisis Permintaan Efektif Rumah Sederhana di Kabupaten Sidoarjo”. Penelitian ini

(22)

rumah.Sedangkan perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini adalah tidak digunakannya variabel suku bunga kredit dan uang muka dalam penelitian di atas.

Diah Nur.R (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Properti pada Bank Umum Di Indonesia periode 2003-2010”. Penelitian ini menggunakan model analisis Regresi Double Log Berganda, dimana variabel independennya antara lain : Pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, jumlah kantor bank, dan inflasi. Sedangkan variabel dependennya yaitu permintaan kredit property pada bank umum. Dari hasil penelitian menemukan bahwa secara keseluruhan variabel independen yaitu pendapatan per kapita, tingkat suku bunga kredit, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap permintaan properti, kecuali variabel jumlah kantor bank tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan property pada bank umum. Persamaan pada penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel tingkat suku bunga kredit dan berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit property. Sedangkan perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini membahas permintaan KPR dari sudut pandang konsumen atau masyarakat sedangkan pada penelitian di atas melihat dari sudut pandang pihak perbankan yang memberikan kredit property.

Rahma (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Permintaan Perumahan Tipe Cluster (Studi Kasus Perumahan Taman Sari di Kota Semarang)”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi

(23)

Majapahit Semarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga, fasilitas, lokasi, lingkungan, pendapatan dan harga substitusi berpengaruh terhadap keputusanpembelian rumah. Dari pengujian koefisien determinasi diketahui bahwa 68,6 % darivariasi yang terjadi di dalam variabel keputusan pembelian secara bersamasama dipengaruhi oleh variabel persepsi harga, fasilitas, lokasi, lingkungan, pendapatan danharga substitusi. Sedangkan sisanya sebesar 31,4 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa faktor fasilitas sangat berpengaruhdalam pembelian rumah. Dilihat dari besarnya koefisien yang mempengaruhi keputusan pembelian fasilitas sebesar 0,486; pendapatan sebesar 0,443; lokasi sebesar 0,340; lingkungan sebesar 0,296; harga substitusi sebesar 0,283; dan harga sebesar 0,268.

Budi S (2009) dalam penelitian berjudul “Analisis Permintaan Rumah

Sederhana Di Kota Semarang”, menemukan bahwa variabel pendapatan

konsumen, kecocokan harga dan Central Business District berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Rumah Sederhana Tipe 36. Suku Bunga Kredit dan Harga Sewa Rumah tidak berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Rumah Sederhana Tipe36.

2.3 Kerangka Konseptual

(24)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.4 Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2007). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah pustaka dan merupakan uraian sementara dari permasalahan yang perlu diuji kembali.

Adapun kesimpulan sementara yang dapat di peroleh adalah bahwa faktor pendapatan dan lokasi rumah berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan rumah (KPR). Sebaliknya faktor suku bunga kredit dan uang muka berhubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap permintaa kredit pemilikan rumah (KPR) di kecamatan Medan Helvetia.

PENDAPATAN ( )

SUKU BUNGA KREDIT ( ) UANG MUKA

( )

LOKASI RUMAH ( )

PERMINTAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan pada α 10%, sedangkan variabel harga surat kabar harian berpengaruh secara

Analisis Regresi Berganda digunakan untuk mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat yaitu keputusan permintaan KPR pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan (Y) dengan

Hanifah Humairah: Analisis Permintaan Kredit Pemilikan Rumah Oleh Masyarakat pada Bank Tabungan Negara...,2004... Hanifah Humairah: Analisis Permintaan Kredit Pemilikan Rumah

Sedangkan perbedaan mendasar antara KPR (Kebutuhan Pemilikan Rumah) BTN Kantor Cabang Syari’ah Surakarta dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) perbankan konvensional adalah bahwa

Variabel dependennya adalah Permintaan rumah sedangkan variabel independennya adalah lokasi rumah, jumlah fasilitas, harga rumah serta pertumbuhan penduduk.. Yang

3 Berapa kira-kira jarak lokasi perumahan dari tempat kerja Anda..

dibiayai oleh bank, salah satunya sektor perumahan melalui kredit pemilikan

Kemudian untuk melihat pengaruh variasi pendapatan, harga rumah dan suku bunga terhadap variasi permintaan KPR pada Bank BTN di Kota Palembang dapat dilihat dari nilai R 2