• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar Bebas AFTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar Bebas AFTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

ADI KUASA BOANG MANALU

090200024

(2)

2014

LEMBAR PENGESAHAN

PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI

DALAM KERANGKA PASAR BEBAS AFTA

Oleh

ADI KUASA BOANG MANALU 090200024

Disetujui Oleh

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

WINDHA, SH. M.Hum

NIP. 19750112 200501 2 002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum

NIP 195905111986011001 NIP. 197302202002121001

(3)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PASAR BEBAS AFTA

* Adi Kuasa Boang Manalu ** Budiman Ginting *** Mahmul Siregar

Perjanjian AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992 . Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN sebagai wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kerangka hukum perdagangan bebas AFTA. Bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap industri dalam negeri dalam kerangka perdagangan bebas AFTA. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia Dalam Melindungi Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Perdagagan Bebas AFTA. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif.

Pada tahun 1991 para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN atau yang dikenal dengan AFTA yang pembentukannya berlangsung selama 10 (sepuluh) tahun. Sebuah lembaga setingkat menteri dibentuk untuk mengawasi, mengkoordinasikan, dan mengkaji pelaksanaan program menuju AFTA. Adapun isi persetujuannya berupa kerangka dalam meningkatkan kerja sama ekonomi ASEAN (Framework Agreement on Exchanging ASEAN Economic Coorporation- FAEAEC) yang ditandatangani presiden dan perdana menteri tiap-tiap negara ASEAN pada bulan Januari 1992. Bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap industri dalam negeri adalah Proteksi adalah upaya pemerintah mengadakan perlindungan pada industri-industri domestic terhadap masuknya barang impor dalam jangka waktu tertentu. Proteksi bertujuan melindungi, membesarkan, atau mengecilkan kelangsungan indusri dalam negeri yang berlaku dalam perdagangan umum. Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri adalah melalui tindakan pengamanan (Safeguard) yaitu tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian.

Kata Kunci : Industri Dalam Negeri, Pasar Bebas AFTA

*Mahasiswa

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar

Bebas AFTA. Guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di

Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan Skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.

Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktunya kepada penulis.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya sehingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada kedua orang tua ayahanda Iskandar Boang Manalu dan ibunda Roslinda Munthe, dan Kakanda Mulyadi Boang Manalu, Abangda Hobibi Boang Manalu, Tumpak Boang Manalu serta abang ipar Suratman Cibro yang telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang.

8. Buat Rospita Siagian yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama penulis.

9. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Erikson Purba, Hendry Sitanggang, Fadly Ananda dan Priadi Hutapea, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Mei 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KERANGKA HUKUM PERDAGANGAN BEBAS AFTA ... 23

A. Tinjauan Umum Tentang Perdagangan Bebas ... 23

1. Sejarah dan Pengertian Perdagangan Bebas ... 23

2. Manfaat Perdagangan Bebas ... 31

3. Dasar Hukum Pengaturan Perdagangan Bebas ... 32

B. Tinjauan Umum Tentang AFTA ... 33

1. Sejarah dan Pengertian AFTA ... 33

2. Keanggotaan AFTA ... 39

(7)

C. Kerangka Hukum Perdagangan Bebas AFTA ... 43

1. Pengertian Tarif dan Perdagangan Bebas ... 43

2. Pengaturan Bidang Jasa ... 45

3. Penyelesaian Sengketa AFTA ... 52

BAB III BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PERDAGANGAN BEBAS ... 57

A. Pengaturan Industri Dalam Negeri ... 57

1. Pengertian Industri Dalam Negeri ... 57

2. Dasar Hukum Industri Dalam Negeri... 58

3. Perlindungan Hukum Industri Dalam Negeri ... 62

B. Perlindungan Hukum Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Perdagangan Bebas ... 64

1. Peran Pemerintah Indonesia dalam Perdagangan Bebas ... 64

2. Penerapan Standar Industri di Indonesia ... 67

3. Perlindungan Hukum Pemerintah terhadap Produk-Produk Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar Bebas AFTA 72 C. Instrumen Yang Digunakan untuk Melindungi Industri Dari Praktik Dumping ... 75

1. Anti Dumping ... 75

2. Subsidi ... 85

3. Safeguard ... 89

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM MELINDUNGI INDUSTRI DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PERDAGANGAN BEBAS ... 96

(8)

B. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam Melindungi

Industri Dalam Negeri dalam Kerangka Perdagangan Bebas ... 99

C. Pengaruh AFTA terhadap Kebijakan Perdagangan Indonesia .. 103

D. Kendala Pemerintah Republik Indonesia Terkait Pelaksanaan Perdagangan Bebas AFTA ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan.. Sementara

Pemerintah Jepang melakukan tindakan-tindakan pencegahan, rekonstruksi, dan revitalisasi untuk memulihkan industri perikanan pasca bencana alam yang terjadi di Jepang

Bea masuk tindakan pengaman ( safeguard ) yaitu bea masuk yang dipungut sebagai akibat tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan/atau

Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan.. Sementara

stambuk 2010.. PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD DITINJAU DARI UU NOMOR 7 TAHUN 2014. TENTANG PERDAGANGAN *) Melissa Ayu

Dengan menggunakan metode empiris ditemukan kesimpulan bahwa untuk melindungi Produk dalam negeri terhadap Produk dumping, Pemerintah melalui Deparemen Perindustrian dan

37/M-Dag/Per/9 Tahun 2008: “Tindakan pengamanan Safeguard adalah tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan/atau mencegah ancaman kerugian serius dari

"Aspek Hukum Kebijakan Pemerintah Melindungi Industri dalam Negeri Pasca Kesepakatan Perdagangan Regional Afta-China", Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 2019 Publication Submitted to