• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Stasiun Dan Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Darat Terhadap Penumpang (Studi Pada P.O SAMPRI Stasiun Kabanjahe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Stasiun Dan Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Darat Terhadap Penumpang (Studi Pada P.O SAMPRI Stasiun Kabanjahe)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum merupakan suatu aturan yang ada di seluruh dunia dan berada di

tengah-tengah masyarakat dimana hukum itu ada dikarenakan proses yang

berlangsung terus menerus. Hukum tersebut berwujud seperangkat aturan yang

baik tertulis maupun tidak untuk mengatur segala sesuatu yang menyangkut

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.2 Hukum yang berbentuk

peraturan-peraturan tersebut bersifat memaksa terutama dalam tingkah laku manusia

terhadap lingkungan masyarakat dimana peraturan-peraturan tersebut dibuat oleh

badan-badan yang resmi dan mempunyai akibat hukum jika terjadi pelanggaran

yang dilakukan oleh masyarakat.3 Adanya hukum yang berlaku dapat

meningkatkan keseimbangan dalam perkembangan baik itu perkembangan

ekonomi, sosial, politik maupun budaya, sehingga hukum merupakan hal umum

selalu diutamakan terutama dalam perkembangan suatu negara.

Demikian juga dalam hukum pengangkutan yang ada di seluruh dunia

terutama di Indonesia yang berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri

sebagai hukum yang terus bergerak dan membicarakan segala hal yang berkaitan

dengan ilmu hukum terhadap pengangkutan.

2

Hasim Purba, Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum, Cahaya Ilmu, Medan, 2006, hlm. 12.

3

(2)

“Menurut soekardono Pengangkutan merupakan keseluruhannya peraturan-peraturan , di dalam dan di luar kodifikasi (KUH Per, KUHD) yang berdasarkan asas dan tujuan untuk mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit karena keperluan pemindahan barang-barang dan/atau orang- orang dari suatu ke lain tempat untuk memenuhi perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian-perjanjian tertentu, termasuk juga perjanjian untuk memberikan

perantaraan mendapatkan pengangkutan.”4

Dalam hukum pengangkutan terdapat perjanjian timbal-balik antara

pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari satu tempat ke

tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan dirinya

untuk membayar uang angkutan.5 Pihak-pihak yang terdapat dalam pengangkutan

yaitu pengangkut dan pengirim. Pihak pengirim dapat dikatakan sebagai pemilik

barang dan juga sebagai penjual barang. Di dalam pengangkutan juga terdapat

perjanjian pengangkutan yang mana dalam perjanjian pengangkutan kedudukan

para pihak yaitu antara pengirim dengan pengangkut sama tingginya. Dalam

perjanjian pengangkutan para pihak yang mempunyai kedudukan sama disebut

dengan kedudukan yang berkordinasi. Peraturan mengenai hukum pengangkutan

diatur dalam KUHPerdata Buku ke III yaitu tentang perikatan dan KUHDagang

Buku ke II title ke V.6 Kemudian pemerintah juga mengeluarkan peraturan

Perundang-undangan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan yang menggantikan Undang-Undang No 14 Tahun 1992 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi,

perubahan lingkungan strategis dan kebutuhan penyelenggaraan Lalu Lintas dan

4

http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/hukum-pengangkutan.html, Prabusetiawan, Hukum Pengangkutan, Selasa 12 Mei 2009 Pukul 06.51.

5

H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta, 2008, hlm. 2.

6

(3)

Angkutan Jalan saat ini sehingga perlu digantikan dengan Undang-Undang yang

baru. Dalam pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkutan yang cukup

serta memadai, tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak akan

dapat tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi

suatu negara. Untuk setiap tingkatan perkembangan ekonomi diperlukan kapsitas

angkutan yang optimum.7 Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi itu

sehingga diperlukan undang-undang yang baik dan dapat bekerja secara optimal

maka dengan keluarnya Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan

Angkutan Jalan sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ini diharapkan dapat

mewujudkan:

1. Memajukan kesejahteraan umum dalam upaya mendukung pembangunan

dan integrasi nasional;

2. Pengembangan potensi dan peranan sistem transportasi untuk mewujudkan

keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu Lintas dan

Angkutan Jalan;

3. Perkembangan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai

dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta

akuntabilitas penyelenggaraan negara.

Seperti yang telah diuraikan di atas demikian juga Perusahaan Otobus

Samosir Pribumi atau disingkat dengan PO. SAMPRI sebagaimana yang di bahas

penulis dalam skripsi ini yang memberikan pelayanan jasa angkutan orang dan

barang dari satu tujuan ke tujuan lain sesuai dengan trayek yang telah ditentukan.

7

(4)

Dalam kegiatan pengangkutan ini perusahaan bertanggung jawab atas

keselamatan pengguna jasa dan barang yang diantarkan ketujuan yang tentunya

dengan kesepakatan yang terjadi terlebih dahulu antara pengangkut dan pengguna

jasa. Perusahaan Otobus ini mempunyai terminal dan Stasiun Pembantu pada

setiap titik-titik pemberhentian bus yang telah ditentukan oleh perusahaan. Setiap

Stasiun Pembantu memiliki wilayah hukum dan tanggung jawab berdasarkan

surat keputusan dari direksi perusahaan.

Pembagian wilayah hukum itu sering menimbulkan kelalaian, kecelakaan,

dan kehilangan yang menyebabkan kerugian kepada pengguna jasa yang

menuntut pertanggungjawaban atas kerugian yang dialami oleh pengguna jasa

tersebut. Mengenai ganti kerugian itu telah ditekankan dalam Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Tetapi ganti kerugian terhadap

kelalaian, kecelakan, dan kehilangan itu sering sekali diabaikan dan merugikan

penumpang, sehingga peranan dan tanggung jawab dari perusahaan pengangkutan

tersebut hanya sebagai penyedia jasa angkutan saja, tidak bertanggung jawab atas

kerugian dan keselamatan serta kenyamanan penumpang.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mempelajari, memahami dan

meneliti tentang hukum pengangkutan yang khususnya mengenai pengangkutan

darat. dalam hal ini pengguna jasa yang dimaksud adalah penumpang. Penulis

berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995

(5)

“PERANAN STASIUN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN

ANGKUTAN DARAT TERHADAP PENUMPANG” (Studi Pada PO.

SAMPRI Stasiun Kabanjahe).

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka terdapat

beberapa pokok permasalahan yang harus diselesaikan yaitu:

1. Bagaimana peranan Stasiun Pembantu PO. SAMPRI dalam

penyelenggaraan pengangkutan penumpang yang berada di Kabanjahe;

2. Bagaimana Tanggung jawab Hukum Stasiun Pembantu PO. SAMPRI

terhadap Penumpang;

3. Bagaimana Perlindungan Hukum dan Pemberian Ganti rugi oleh PO.

SAMPRI terhadap Kerugian yang Dialami oleh Penumpang.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain itu

berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang hendak

dicapai oleh penulis yakni:

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan dari Stasiun Pembantu PO.

SAMPRI dalam menyelenggarakan pengangkutan penumpang yang

(6)

2. Untuk mengetahui tanggung jawab yang diberikan oleh Stasiun Pembantu

PO. SAMPRI terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara pengangkut

dan penumpang; dan

3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Stasiun

Pembantu PO. SAMPRI dalam menyelesaikan masalah dan ganti kerugian

yang terjadi di wilayah hukum Kabanjahe yang menyangkut permasalahan

antara pengangkut dan penumpang.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yakni:

1. Sebagai penunjang untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai hukum

khususnya hukum pengangkutan. Memberikan penjelasan tentang stasiun

dan klasifikasi stasiun serta perlindungan hukum dan tanggung jawab yang

diberikan perusahaan pengangkutan darat kepada pengguna jasa, juga

untuk menjelaskan kepada perusahaan pengangkutan darat lebih

memahami dan mengerti tentang tanggung jawab dan perlindungan hukum

tersebut;

2. Sebagai ilmu yang secara khusus dikuasai oleh penulis dalam hukum

pengangkutan untuk memahami mengenai kegiatan penyelenggaraan

pengankutan darat, tanggung jawab hukum perusahaan, proses

penyelesaian permasalahan antara perusahaan dengan penumpang dan

ganti kerugian yang diberikan perusahaan kepada penumpang;dan

3. Sebagai penambah pengetahuan tentang ilmu hukum bagi masyarakat

khususnya untuk memberikan pengetahuan mengenai hak dan kewajiban

(7)

perlindungan hukum yang seharusnya diberikan oleh perusahaan

pengangkutan darat dalam penyelenggaraan pengangkutan.

D. Tinjauan Kepustakaan

Transportasi atau angkutan merupakan suatu sarana yang sangat berperan

penting dalam perpindahan dari satu tujuan ke tujuan yang lain. Transportasi ini

sangat berperan penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara,

dimana mana maju atau berkembangnya suatu negara dapat dilihat dari sarana

transportasi yang dibuat. Transportasi tentunya membutuhkan logistik dan

managemen yang bagus untuk meningkatkan pelayanan jasa terhadap penumpang

atau pengguna jasa, karena dengan adanya pelayanan yang baik dapat menarik

penumpang untuk menggunakan angkutan atau transportasi yang disediakan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik pelayanan yang diberikan oleh

perusahaan angkutan maka akan berkesinambungan dengan banyaknya

permintaan penggunaan jasa oleh penumpang.

Dalam pengangkutan terdapat aspek-aspek yang berkaitan dengan

penyelenggaraan pengangkutan, adapun aspek-aspek tersebut yaitu:

1. Pelaku

Pelaku merupakan orang yang melakukan pengangkutan. Dapat berupa Badan

Usaha seperti perusahaan pengangkutan, berupa manusia pribadi, seperti

buruh pengangkutan di pelabuhan.

(8)

Alat angkutan merupakan alat yang digunakan untuk kegiatan

penyelenggaraan pengangkutan. Alat ini digerakkan secara mekanik dan

memenuhi syarat undang-undang seperti kendaraan bermotor, kapal laut

dan darat;

3. Barang dan Penumpang

Barang dan penumpang merupakan muatan yang diangkut dalam kegiatan

penyelenggaraan pengangkutan. Barang yang diangkut merupakan barang

perdagangan yang sah menurut undang-undang. Dalam pengertian barang

hewan juga termasuk didalamnya;

4. Perbuatan

Perbuatan merupakan kegiatan mengangkut barang atau penumpang sejak

pemuatan sampai dengan penurunan di tempat tujuan yang ditentukan.

Dalam pengangkutan unsur alat adalah salah satu unsur pendukung yang

terpenting dalam pengangkutan, juga terdapat unsur angkut, pengangkut dan

penumpang, hal ini harus diartikan untuk mendapatkan pengertian pengangkutan

yang benar. “Alat” merupakan benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu,

dimana alat itu dipakai untuk mencapai maksud tertentu, sedangkan “alat angkut”

merupakan sesuatu yang digunakan untuk membawa muatan yang akan

dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain.8 Menurut UU Nomor22 Tahun

2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 1 ayat (25) “Penumpang”

merupakan orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak

8

(9)

kendaraan. “Pengangkut” merupakan alat atau orang yang mengangkut.9 Dari

pengertian-pengertian di atas maka dapat diartikan pengertian dari hukum

pengangkutan, sebelumnya diuraikan beberapa pengertian dari hukum

pengangkutan dari beberapa ahli hukum.

“Menurut Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Hari Pranomo “hukum

pengangkutan merupakan sebuah perjanjian timbal-balik, pada mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya (pengirim-penerima) berkeharusan unutk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk

pengangkutan tersebut.”10

“Menurut Soegijatna Tjakranegara “hukum pengangkutan merupakan

kegiatan dari transportasi (commodity of goods) dan penumpang dari satu tempat

ke tempat lain atau part of destination, maka dengan demikian pengangkut mengasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi

masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk

memindahkan/pengiriman barang-barangnya.”11

Dari pengertian di atas menurut hemat penulis hukum pengangkutan

merupakan suatu aturan yang berlaku berdasarkan perjanjian antara pengangkut

dan pengguna jasa, dimana pengangkut mengikatkatkan dirinya kepada pengguna

jasa untuk mengantarkan barang dan/atau orang dari satu tempat ke tempat lain

dengan selamat, dan terdapat juga hal-hal pertanggungan yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak. Hukum pengangkutan dapat diklasifiksikan menjadi tiga

bagian yaitu pengangkutan darat, pengangkutan laut dan pengangkutan udara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis lebih memfokuskan terhadap permasalahan

yang berkaitan dengan pengangkutan darat. Secara umum hukum pengangkutan

9

KBBI, Op.cit, hlm. 69. 10

Sution Usman Adji,Djoko Prakoso,Hari Pramono, Hukm pengangkutan Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 6-7.

(10)

juga memiliki perjanjian dan sifat perjanjiannya, perjanjian tersebut terbagi

menjadi tiga yaitu:

1. Perjanjian berkala yaitu perjanjian yang tidak bersifat tetap hanya kadang

kala, hubungan antara pengangkut dan pengirim hanya aka nada apabila

pengirim membutuhkan pengangkutan untuk mengirim. Dalam hal ini

hubungan pengangkut dan pengirim tidak berlangsung terus menerus

melainkan hanya berkala;

2. Perjanjian bersifat borongan yaitu pihak pemborong mengikatkan diri

untuk pekerjaan tertentu;

3. Perjanjian campuran yaitu perjanjian yang melakukan pelayanan berkala

dan penyimpanan. Perjanjian campuran ini dikatakan sebagai perjanjian

campuran karena terdapat unsur pekerjaan dan unsur dari penyimpanan,

hal ini karena setiap pengangkut selain mengantar barang dari satu tempat

ke tempat lain, pengangkut juga mengikatkan dirinya terhadap

penyimpanan barang sampai barang itu sampai ke pemiliknya.12

Perjanjian pengangkutan ini sangat penting bagi proses perkembangan

perekonomian dan perdagangan, sehingga perjanjian pengangkutan memiliki sifat

konsensuir atau berdasarkan kesepakatan yang artinya tidak disyaratkan tertulis,

busa dilakukan dengan lisan asalkan ada persetujuan dari kedua belah pihak.

Perjanjian pengangkutan yang dilakukan secara tertulis maupun lisan kedudukan

para pihak yaitu pengirim dan pengangkut sama tingginya tidak seperti dalam

perjanjian perburuhan yang para pihak yang tidak sama tingginya. Kedudukan

12

(11)

yang sama itu sering disebut dengan kedudukan yang koordinasi. Ketika

melaksanakan proses pengangkutan, pihak pengirim tentunya sangat

mengharapkan keamanan dari barang dan atau orang yang diangkut yang akan

diantar ke tujuan tertentu.

Kedudukan itu tentunya menghasilkan tanggung jawab yang dibebankan

kepada para pihak setelah terjadinya perjanjian pengangkutan. Secara umum

tanggung jawab berasal dari kata “Tanggung” yang artinya menanggung,

kemudian apabila kata tanggung di tambahkan dengan tambahan kata jawab yang

mengalami penyempitan makna yaitu “Tanggung Jawab” merupakan keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya atau fungsi menerima pembebanan, sebagai

akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain.13 Pada dasarnya tanggung jawab

memiliki makna yang sangat luas, begitu juga dengan tanggung jawab hukum

dalam pengangkutan yang seiring dengan perkembangan zaman dapat dibagi

menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Tanggung jawab hukum merupakan kesalahan, yang mana hal ini terdapat

dalam KUHPerdata pasal 1365 (based on fault liability) yang dikenal dengan

perbuatan melawan hukum yang berlaku umum bagi siapapun. Dalam

tanggung jawab ini pihak yang melakukan perbuatan melawan hukum

diwajibkan membayar ganti kerugian terhadap pihak ketiga yang mengalami

kerugian, namun pihak yang dirugikan haruslah mampu membuktikan bahwa

kerugian yang dideritanya benar akibat perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab atau pengangkut. Namun dalam

13

(12)

pengangkutan hal ini sukar dibuktikan oleh penumpang karena telah diatur

dalam berbagai aturan aturan khusus atau lex specialis apalagi pada angkutan

berteknologi canggih seperti pesawat udara;14

2. Tanggung jawab hukum praduga bersalah (presumpsion of liability) yaitu

pertanggungan yang harus dibayarkan oleh pihak yang terkait, namun hal ini

dapat dihilangkan apabila pihak yang terkait dapat membuktikan bahwa dia

tidak berasalah. Tanggung jawab ini biasanya berkaitan dengan kerugian

materil maupun imateril yang ditanggung oleh penumpang atau pengguna

jasa. Sehingga ganti kerugian tersebut akan tergantikan apabila kerugian itu

terjadi akibat dari kesalahan pengangkut;

3. Tanggung jawab hukum tanpa berasalah yang artinya pihak terkait wajib

memberikan tanggung jawab mutlak terhadap kerugian yang timbul yang

diderita pihak ketiga tanpa perlu membuktikan terlebih dahulu. Hal ini

merupakan menjadi kewajiban yang harus ditanggung oleh pengangkut tanpa

harus melihat siapa yang bersalah.15

Beban tanggung jawab hukum terhadap pengangkutan ini terdapat dalam

perjanjian pengangkutan, artinya proses ganti kerugian telah diatur dalam

perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Tanggung jawab ini haruslah

dipenuhi agar tidak menimbulkan perbuatan melawan hukum yang nantinya

berdampak buruk bagi pengangkut dan pengguna jasa atau penumpang.

E. Metode Penelitian

14

Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat ( jalan dan kereta api), Universitas Tri Sakti, jakarta 2009, hlm. 28.

15

(13)

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang telah dipilih penulis untuk menyelesaikan skripsi yakni

PO. SAMPRI Stasiun Pembantu Jalan Jamin Ginting Terminal Bawah

Kabanjahe Kabupaten Karo.

2. Jenis penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dibuat oleh penulis maka jenis

peneletian yang akan dilakukan adalah penelitian Normatif dan penelitian

Empiris atau Sosiologis. Di dalam penelitian Normatif penulis melakukan

penelitian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan. Sedangkan

penelitian Empiris penulis melakukan penelitian terhadap Stasiun Pembantu

PO. SAMPRI yang berada di Kota Kabanjahe Kabupaten Karo.

3. Sumber data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode pengumpulan data

primer dan pengumpulan data sekunder.

a. Pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

berbagai cara yang langsung diambil dari masyarakat;

b. Pengumpulan data sekunder dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1) Bahan hukum primer yaitu ketentuan ketentuan peraturan

undangan seperti KUHPerdata,KUHDagang, UU Nomor22 tahun

(14)

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang membantu untuk

mengumpulkan bahan hukum primer;

3) Bahan hukum tersier yaitu bahan yang membantu mengumpulkan

bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder.

4. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu:

a. Studi dokumen yaitu memahami berbagai bahan pustaka, pemilahan bahan

pustaka, peraturan perundang-undangan, catatan kuliah dan sebagainya

yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi;

b. Field research atau Studi lapangan yaitu melakukan suatu penelitian

dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu Stasiun Pembantu PO.

SAMPRI Kabanjahe dengan komunikasi langsung antara peneliti dengan

responden atau informan yang disebut sebagai wawancara. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui secara maksimal terhadap Tanggung Jawab

Hukum Stasiun Pembantu PO. SAMPRI sebagai Perusahaan Angkutan

Umum.

5. Analisis data

Analisis data yang digunakan penulis yaitu data kualitatif yang tidak

berbentuk angka yang artinya data ditulis dengan serangkaian kata-kata yang

telah diatur dengan baik dan sistematis sehingga menunjukkan data yang

berhubungan dengan skripsi ini.

(15)

Skripsi tentang Peranan Stasiun dan Tanggung Jawab Perusahaan

Pengangkutan Darat Terhadap Penumpang (Studi Pada Stasiun Pembantu PO.

SAMPRI Kabanjahe) belum pernah ada. Skripsi ini adalah murni gagasan,

pemikiran dan ide dari penulis yang dibantu dari peraturan perundang-udangan

dan panduan-panduan buku-buku yang berkaitan lainnya yang ditambah dengan

sumber riset yang diperoleh dari lapangan.

Telah dilakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara bahwa tidak ada yang sama denga judul seperti ini atau hamper

sama (mirip) kesamaan dengan skripsi lainnya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini disusun secara sistematis yang terbagi dalam

lima bab sesuai dengan permasalahan yang diuraikan secara tersendiri, untuk

mempermudah dan membantu pembaca dalam memahami isi dari skripsi ini.

Adapun bagian-bagiannya disusun secara sistematis dibagi dalam

beberapa bab dan setiap bab dibagi atas sub bab dengan perincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

tinjauan kepustakaan, metode penulisan, keaslian penulisan,dan

sistematika penulisan.

(16)

Tinjauan Umum Tentang Transportasi Darat yang meliputi ruang lingkup

transportasi darat, klasifikasi transportasi darat dan sarana prasarana,

transportasi sebagai penunjang kegiatan ekonomi, dan dasar hukum

tentang transportasi darat.

BAB III STATUS HUKUM STASIUN DALAM TRANSPORTASI DARAT

Status Hukum Stasiun dalam Transportasi Darat yang meliputi pengertian

stasiun dan fungsi dari transportasi darat, klasifikasi stasiun dalam

transportasi darat, perantara-perantara dalam penyelenggaraan

transportasi darat, dan status hukum stasiun dalam penyelenggaraan

transportasi darat.

BAB IV PERANAN STASIUN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN

ANGKUTAN DARAT TERHADAP PENUMPANG

Peranan Stasiun dan Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Darat

terhadap Penumpang yang meliputi peranan Stasiun Pembantu PO.

SAMPRI dalam penyelenggaraan pengangkutan yang berada di

Kabanjahe, tanggung jawab hukum Stasiun Pembantu PO. SAMPRI

terhadap penumpang, dan perlindungan hukum dan pemberian ganti

kerugian yang dialami penumpang.

BAB V PENUTUP

Meliputi Kesimpulan dan Saran serta di ikuti dengan Daftar Pustaka dan

Referensi

Dokumen terkait

Genetic Algorithm for Solving Location Problem in a Supply Chain Network with Inbound and Outbound Product Flows.. Suprayogi 1* , Senator Nur Bahagia 1 , Yudi

Krim ekstrak daun lamun dengan tipe A/M memenuhi uji kualitas krim yaitu uji homogenitas, uji daya sebar, uji pH dan uji daya serap.. Kata kunci : Syringodium isoetifolium,

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Almalia & Retrinasari (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada pengungkapan informasi wajib serta

Koesnadi Bondowoso yang bersumber dari Dana PAD Kabupaten Bondowoso Tahun Anggaran 2013 dengan nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Rp 217.800.000,- (Dua Ratus

[r]

[r]

Demi tuntutan zaman yang banyak menggunakan teknologi canggih dan permasalahan yang semakin kompleks dan selalu timbulnya masalah dari aplikasi manual, sehingga diperlukan aplikasi

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena berkat, pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasih karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan