• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pemegang Kartu Kredit Bank Mandiri Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pemegang Kartu Kredit Bank Mandiri Di Kota Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

19

2.1 Loyalitas Konsumen

Horton (Suryani, 1997) loyalitas menunjuk pada tingkat komitmen psikologis terhadap

suatu produk. Artinya, konsumen akan setia pada produk tertentu kalau merasa senang

dan menyukainya.

Definisi lain dikemukakan Jacoby dan Kryner (Ismarrahmini dan Brotoharsojo, 2005)

bahwa loyalitas merupakan pembelian yang bersifat acak, terungkap terus menerus oleh

unit pengambilan keputusan dengan memperhatikan satu atau beberapa produk

alternatif dari sejumlah produk sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis

(pengambilan keputusan, evaluatif). Menurut definisi ini, loyalitas selalu berkaitan

dengan kecenderungan konsumen dan pembelian aktual meskipun bobot relatif yang

diberikan pada kedua variabel itu dapat berbeda, bergantung pada bidang produk yang

terlibat dan faktor situasional yang ada pada saat pembelian tertentu dilakukan.

Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan loyalitas sebagai sejauhmana seorang

pelanggan menunjukkan sikap positif terhadap suatu produk, mempunyai komitmen

pada produk tertentu, dan berniat untuk terus membelinya di masa depan. Purwani dan

Dharmmesta (2002) loyalitas adalah sikap terhadap produk

berwujud yang diekspresikan oleh konsumen dalam bentuk keyakinan suka atau

tidak suka, dan memutuskan apakah ingin membeli produk tersebut atau tidak. Loyalitas

tinggi jika konsumen memiliki keteguhan pada produk yang dipilihnya, sedangkan

(2)

Griffin (2005) mendefinisikan loyalitas berdasarkan perilaku membeli, yaitu pelanggan

yang melakukan pembelian berulang secara teratur dan membeli antar lini produk dan

jasa. Pelanggan juga mereferensikan kepada orang lain dan menunjukkan kekebalan

terhadap tawaran menarik dari pesaing.

Menurut Suryani (1997) aspek-aspek yang membentuk loyalitas konsumen adalah :

1. Aspek kognitif

Aspek kognitif meliputi accessibility, confidence, centrality, dan clarity. Accessibility merupakan kemudahan bagi seseorang untuk mengingat kembali sikap yang sudah

terbentuk. Confidence merupakan derajat kepastian hubungan sikap atau penilaian.

Centrality menunjukkan keterkaitan antara sikap terhadap merek dengan sistem nilai. Clarity merupakan kejelasan pelanggan terhadap merek yang ditunjuk.

2. Aspek afektif

Aspek afektif meliputi emosi, moods, primary affect, dan kepuasan. Emosi akan mengarahkan seseorang untuk terlibat secara khusus dengan sesuatu hal dan bahkan

bila tidak terkendalikan dapat mengarah pada terbentuknya perilaku yang tidak

terkehendaki. Moods atau suasana hati, jika dibandingkan dengan emosi memiliki intensitas yang rendah. Primary affect merupakan kesan yang ditangkap oleh konsumen

atas merek produk tertentu. Kepuasan merupakan penilaian positif konsumen atas

merek produk tertentu.

3. Aspek konatif

Konasi merupakan kecenderungan yang ada pada diri konsumen untuk melakukan

suatu tindakan.

Dharmmesta (1999), serta Mowen dan Minor (2002) aspek-aspek yang membentuk

(3)

1. Keyakinan (kognitif) artinya informasi produk yang dipegang oleh konsumen harus

menunjuk pada produk superior dalam persaingan.

2. Sikap (afektif) artinya tingkat kesukaan konsumen harus lebih tinggi daripada

produk saingan, sehingga ada preferensi afektif yang jelas pada produk fokal.

3. Niat (konatif) konsumen terhadap produk fokal artinya konsumen harus

mempunyai niat untuk membeli produk fokal bukannya produk lain, ketika

keputusan beli dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa aspek-aspek dari loyalitas yang dikemukakan

tokoh-tokoh diatas memiliki kesamaan. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa

aspek loyalitas adalah kognitif, afektif, dan konatif.

2.2 Nilai Pelanggan

Tjiptono (2004) menekankan bahwa pemasaran berkaitan erat dengan upaya

menciptakan dan memberikan nilai kepada pelanggan. Secara sederhana, nilai

pelanggan ditentukan oleh selisih antara manfaat total dengan biaya total bagi

pelanggan.

Kotler dan Armstrong (2001) mendefinisikan nilai pelanggan sebagai perbedaan antara

nilai yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan

biaya untuk memiliki produk tersebut. Menurut Sweeney dan Soutar (Tjiptono, 2004),

dimensi dari nilai pelanggan adalah:

1. Nilai emosional adalah utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif (emosi

positif) yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.

2. Nilai sosial adalah utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk

(4)

3. Nilai kualitas kinerja produk adalah utilitas yang diperoleh dari persepsi

terhadap kualitas atau kinerja yang diharapkan dari atas produk.

4. Harga atau nilai biaya adalah utilitas yang didapatkan dari produk karena reduksi

biaya jangka pendek dan jangka panjang.

2.3 Daya Tarik Iklan

Promosi atau iklan merupakan program komunikasi yang berhubungan dengan

pemasaran (Payne, 2005). Dun dan Barban (1982) mengemukakan bahwa promosi

adalah semua bentuk penyajian komunikasi non personal tentang ide-ide produk yang

ditawarkan oleh produsen, dengan maksud untuk mempengaruhi konsumen agar mau

membeli produk yang ditawarkan. Melalui sebuah iklan, produsen menyatakan

keberadaan merek produk tersebut dan membujuk para konsumen untuk membelinya

dengan mengatakan bahwa merek produk tersebut memiliki atribut-atribut yang

bervariasi.

Menurut Sethi (2001), iklan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan

berbagai insentif yang dapat diukur untuk merangsang pembelian

produk dengan daya tarik, jangkauan serta frekuensi iklan. Bauran iklan yang dilakukan

perusahaan akan menciptakan suatu penilaian tersendiri pada pikiran konsumen

sehingga penilaian konsumen terhadap iklan produk secara langsung maupun tidak

langsung akan menciptakan image terhadap suatu produk.

Periklanan tidak hanya dimaksudkan untuk memberi dampak dalam jangka pendek

saja, tetapi sebagai dasar untuk jangka panjang. periklanan akan mempertinggi

keakraban dengan nama merek, yang mana akan berdampak di masa yang akan datang

(5)

pengulangan dan mencegah agar konsumen tidak lupa terhadap nama merek, yang

mana akan meningkatkan kemungkinan konsumen akan menggunakan produk/jasa

tersebut jika mereka membutuhkannya di masa yang akan datang (Tellis, dkk., 2000).

Kotler (2006) juga menjelaskan bahwa aktivitas iklan merupakan usaha pemasaran yang

memberikan berbagai upaya intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan

mencoba atau membeli suatu produk/jasa. Seluruh kegiatan iklan bertujuan untuk

mempengaruhi perilaku pembelian, tetapi tujuan iklan yang utama adalah

memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan.

Menurut Ells, dkk (1995), melalui iklan orang dapat mempunyai opini yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap produk yang diiklankan. Selain itu,

iklan juga mampu menciptakan daya tarik yang dapat membuat produk yang diiklankan

menjadi menarik bagi konsumen. Pesan dalam sebuah iklan dapat mempengaruhi

pengetahuan dan kesan/kesukaan seseorang secara bersamaan.

2.4 Kompetensi Tenaga Penjual

Menurut Ferdinand (2004) di dalam peningkatkan kinerja pemasaran terdapat juga

peningkatan kinerja penjualan dan tenaga penjualan. Selain itu ada asumsi bahwa layak

tidaknya sebuah bisnis dijalankan diukur dari kinerja tenaga penjualnya (Wren dan

Simpson, 1996). Rentz, dkk (2002) di mana kompetensi tenaga penjual terdiri dari (1)

interpersonal skills (kompetensi dalam pendekatan tenaga personal), seperti mengetahui bagaimana untuk mencakup semuanya dan mengatasi konflik; (2)

salesmanship skills (kompetensi melakukan aktivitas penjualan), seperti mengetahui bagaimana untuk membuat presentasi dan bagaimana menuntup penjualan; dan (3)

(6)

pengetahuan fitur dan benefit produk, engineering skills, dan prosedur yang dibutuhkan

oleh kebijakan perusahaan.

Cravens, dkk (1993) menyatakan bahwa kinerja tenaga penjual terbentuk dari tiga

indikator yang saling berhubungan, yaitu:

1. Salesforce nonselling behavioral performance merupakan aktivitas yang dilakukan oleh tenaga penjual pada waktu tidak melakukan aktivitas penjualan secara langsung. Misal menyediakan informasi bagi para outlet.

2. Salesforce selling behavioral performance merupakan aktivitas yang

dilakukan oleh tenaga penjual yang dapat berakibat langsung pada penjualan. Misal

melakukan presentasi penjualan. Kotler (2006) menjelaskan bahwa dalam

melakukan presentasi seorang tenaga penjual sebaiknya mengikuti rumus AIDA

guna memperoleh perhatian (attention), menimbulkan minat (interest),

membangkitkan keinginan (desire), dan menghasilkan tindakan (action). Selama

presentasi berlangsung, tenaga penjual perlu menekankan manfaat yang dapat diperoleh konsumen dengan memperlihatkan keistimewaan produk yang

ditawarkan.

3. Salesforce outcome performance merupakan hasil akhir yang ditunjukkan oleh

tenaga penjual sebagai penilaian atas kinerja selama ini. Kinerja tenaga penjual salah satu contohnya ditunjukkan dengan indicator volume penjualan total.

Liu dan Leach (2001) mengemukakan bahwa kompetensi tenaga penjualan adalah

keahlian tenaga penjualan dalam melakukan aktivitas penjualan. Keahlian tenaga

penjual adalah keyakinan akan adanya pengetahuan khusus yang dimiliki oleh tenaga

penjualan tersebut yang mendukung hubungan bisnis (Liu dan

(7)

Kristina (2005) menjelaskan bahwa kompetensi tenaga penjual adalah suatu bentuk

pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga penjual yang nantinya akan berpengaruh pada

hubungan bisnis. Kompetensi tenaga penjual lebih sering ditunjukkan melalui solusi yang

diberikannya dalam melayani pelanggannya. Kompetensi tenaga penjual

mengindikasikan adanya nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan. Hal ini berarti

semakin tinggi kompetensi tenaga penjual maka semakin tinggi pula nilai tambah yang

diberikannya kepada pelanggan tersebut. Kompetensi tenaga penjual ditunjukkan

dengan kinerja yang dihasilkannya selama ini.

Crosby, dkk (Kristina, 2005) menyebutkan bahwa kepercayaan terhadap tenaga penjual

merupakan suatu keadaan dimana konsumen dapat mengandalkan tenaga penjual

dalam memenuhi kebutuhannya dan menepati janji dalam waktu tertentu. Lebih jauh

dari itu, Foster dan Cadogan (Kristina, 2005) menyebutkan semakin tinggi nilai yang

ditempatkan konsumen pada suatu hubungan kerja maka konsumen tersebut lebih

menyukai untuk menjaga hubungan kepercayaan daripada risiko yang tidak pasti dari

suatu proses hubungan baru.

Hasil penelitian Doney dan Cannon (1997) mengungkapkan bahwa keahlian yang dimiliki

oleh tenaga penjual akan berpengaruh positif dengan kepercayaan terhadap tenaga

penjual dan pada akhirnya akan mempengaruhi keinginan konsumen membeli produk.

Hasil tersebut memperlihatkan bahwa keahlian tenaga penjual merupakan hal penting

dalam meningkatkan penjualan produk perusahaan.

Studi Rentz, dkk (2002) mengungkapkan bahwa tenaga penjual dengan tingkat keahlian

dan kekuatan referensi yang lebih tinggi dipandang lebih bisa dipercaya oleh pelanggan.

(8)

aktivitas penjualan, sering dicatat diantara kriteria yang paling penting dalam

menentukan aktivitas tenaga penjual terhadap pelanggan.

2.5 Motivasi

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau

mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan

untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi

adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai

motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam

kehidupan.

Faktor-faktor yang menyebabkan orang membeli dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Faktor rasional

2. Faktor emosional

Dalam kenyataan, kedua motif itu jarang sekali terjadi secara bersama-sama dalam

suatu pembelian. Biasanya hanya satu motif yang menyertai suatu pembelian. Motif

seseorang untuk membeli suatu produk dapat berbeda dengan motif orang lain yang

membeli produk yang sama. Di sini, tugas penjual adalah menentukan kombinasi motif

yang ada pada kelompok pembelinya atau segmen pasar yang dituju.

2.5.1. Motivasi Pembelian Rasional

Motivasi rasional adalah motivasi yang didasarkan pada fakta-fakta yang ditunjukkan

oleh suatu produk. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dapat berupa faktor ekonomi

seperti: faktor penawaran, permintaan, dan harga. Selain itu juga faktor kualitas,

(9)

keawetan, dapat dipercaya dan keterbatasan waktu yang ada pada konsumen (Fisardo

dkk, 1998).

Solomon (2004) menyebut motivasi pembelian rasional sebagai kebutuhan utilitarian

yaitu suatu hasrat untuk memperoleh keuntungan fungsional atau praktikal dari produk

yang dikonsumsi.

Schiffman & Kanuk (2004) menyatakan bahwa istilah rasional digunakan pada saat

konsumen bertindak rasional dengan secara hati-hati mempertimbangkan semua

alternative yang ada dan memilih alternative yang memberikan keuntungan terbesar.

Motif rasional juga menyangkut masalah seperti harga (price), biaya penggunaan (cost in

use), dan daya tahan (durability), lamanya pemakaian yang bermanfaat (length of useful usage), reliabilitas (reliablity), dan layanan (servicing).

Konsumen bertindak rasional pada saat menentukan secara hati-hati semua alternatif

dan pilihan terhadap suatu produk yang memberikan manfaat terbesar baginya. Dalam

konteks pemasaran, motivasi ini terjadi pada saat konsumen memilih tujuan pembelian

berdasarkan seluruh kriteria objektif seperti misalnya ukuran, berat, harga, atau ukuran

perkemasan (Schiffman & Kanuk 2004).

2.5.2 Motivasi Pembelian Emosional

Persahabatan, martabat, hak dan simbol status dapat mempengaruhi putusan

pembelian konsumen. Seringkali emosional lebih diutamakan daripada pertimbangan

rasional. Motivasi emosional adalah motivasi pembelian yang berkaitan dengan

perasaan atau emosi individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan,

kenyamanan, kesehatan, keamanan, dan kepraktisan. (Violitta dan Hartanti, 1996;

(10)

Schiffman & Kanuk (2004) menyatakan bahwa istilah emosional digunakan pada saat

pilihan pembelian ditentukan berdasarkan kriteria selektif yang subjektif. Beberapa

faktor yang termasuk dalam motivasi emosi adalah keamanan, kenyamanan,

ego, kebanggaan, rekreasi, seks, persaingan, kesehatan, kepraktisan, dan lain-lain

(Huey, 1991).

Menurut Swastha & Handoko (1982), motivasi emosional adalah pembelian yang

berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang dan bersifat subjektif seperti

pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, dan sebagainya.

Pembelian yang didasari motivasi emosional terjadi pada saat proses penyeleksian

barang atau jasa, didasari oleh alasan yang subjektif dan pribadi, seperti misalnya

kebanggaan, ketakutan, afeksi atau status.

Asumsi yang menggarisbawahi perbedaan antara motivasi pembelian emosional

dan motivasi pembelian rasional, adalah motivasi pembelian emosional seringkali

dianggap tidak memperhitungkan kegunaan atau kepuasan secara maksimal,

namun demikian cukup beralasan untuk mengatakan bahwa konsumen selalu

mencoba untuk menyeleksi alternatif-alternatif yang menurut mereka dapat

memberikan kepuasan yang maksimal. Cukup jelas bahwa ukuran kepuasan adalah

suatu hal yang sifatnya sangat personal, didasari oleh struktur kebutuhan dari masing-

masing individu, pengalaman masa lalu dan tingkah laku (yang dipelajari) dari

lingkungan. Apa yang terlihat tidak rasional bagi orang lain, dapat dianggap rasional

dalam pemikiran konsumen itu tersebut. Contoh seseorang yang melakukan operasi

plastik untuk terlihat lebih muda, terlihat menggunakan sumber daya ekonomi yang

(11)

resiko yang cukup besar jika terjadi kesalahan dalam pembedahan. Bagi orang

tersebut, tujuannya adalah terlihat lebih muda, dan semua biaya dan resiko yang

ditanggung adalah hal yang sangat rasional. Namun bagi banyak orang lain dalam

budaya yang sama, yang tidak terlalu menaruh perhatian terhadap usia, atau

penampilan, tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut tidak rasional (Schiffman dan

Kanuk 2004).

2.6 Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi suatu

pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Kepuasan pelangan merupakan

evaluasi alternative yang dipilih sekurang-kurangnya melampaui persepsi

pelanggan.

Seperti yang dikemukakan Cristopher H. Lovelock (2007) bahwa kepuasan

pelanggan adalah respon efektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang

spesifik atau evaluasi kesesuaian atau ketidaksesuaian yang dirasakan antara

persepsi sebelumnya dan kinerja aktual produk setelah pemakaian.

(12)

konsumen mencakup perbedaan terhadap persepsi terhadap hasil yang dirasakan

oleh konsumen atau pelanggan.

Kepuasan menurut Cravens (1996) dalam Foedjiwati (2005) lebih mengemukakan

pemuasan pelanggan harus disertai dengan pemantauan terhadap kebutuhan dan

keinginan mereka. Kepuasan pelanggan akan dipengaruhi oleh sistem pengiriman

produk, performa produk atau jasa, citra perusahaan/produk/merek, nilai harga

yang dihubungkan dengan nilai yang diterima pelanggan, prestasi karyawan,

keunggulan dan kelemahan pesaing.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kotler dan Keller (2011) yang menyatakan

kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Pelanggan

yang puas akan :

1.

Melakukan pembelian ulang

2.

Mengatakan hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain

(rekomendasi).

3.

Kurang memperhatikan merek dan iklan produk pesaing.

4.

Membeli produk lain dari perusahaan yang sama.

Menurut Fandy Tjiptono (2010) kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pembeli

dimana alternatif dipilih sekurang-kurangnya memberi hasil yang sama atau

melampaui persepsi pelanggan, sedangkan ketidakpuasan pelanggan timbul ketika

hasil (outcome) yang tidak sesuai dengan harapan.

(13)

1. Tidak ada keluhan atau keluhan yang teratasi.

2. Perasaan puas pelanggan pada keseluruhan produk

3. Kesesuaian dengan expectasi / persepsi pelanggan.

4. Persepsi pelanggan yang terlampaui.

Loyalitas pelanggan merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan

konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan

oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen di prusahaan tersebut.

Kepuasan konsumen merupakan bagian yang sangat penting dalam loyalitas

pelanggan. Kesetiaan pelanggan biasanya mengakibatkan pembelian berulang

(repeat buying) dan rekomendasi (recommendedbuying). Jika konsumen puas

akan suatu merek tertentu dan sering membeli produk tersebut maka dapat

dikatakan tingkat kesetiaan pelanggan itu tinggi, sebaliknya jika konsumen tidak

terlalu puas akan suatu merek tertentu dan cenderung untuk membeli produk

dengan merek yang berbeda-beda maka tingkat kesetiaan pelanggan terhadap

produk tersebut rendah (Foedjiawati, 2005). Karena itu setiap bagian dari

perusahaan harus dapat memahami bahwa kepuasan adalah hal yang harus

diberikan kepada pelanggannya. Bank Mandiri Tbk selaku penerbit kartu kredit

harus memberikan kepuasan bagi pelanggan pengguna kartu kreditnya.

2.7 Peneliti Terdahulu

Rajawali , elakuka pe elitia de ga judul Pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepuasan dan hubungannya dengan loyalitas konsumen Carrefour

di kota Medan . Kepuasa pela gga dite tuka dala aria el Tangible, Reliability,

(14)

Analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Variabel

Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan.

“iahaa , elakuka pe elitia de ga judul Pengaruh Kualitas

Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Tabungan Britama Pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Sidikalang . Kepuasa pela gga dite tuka

dalam variabel Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy. Metode

analisis yang digunakan adalah Analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : Variabel Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance dan

Empathy berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.

Cristie , elakuka pe elitia de ga judul Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Nasabah BPR Syariah Ri ja i Batu . Kepuasa pela gga dite tuka

dalam variabel Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy. Metode

analisis yang digunakan adalah Analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : Variabel Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance dan

Empathy berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.

Bahri , elakuka pe elitia de ga judul A alisis Pe garuh Nilai

Pelanggan, Kualitas Pelayanan dan Kedekatan Emosional terhadap Loyalitas Nasabah

Ba k BRI Ca a g Patti ura “e ara g . Lo alitas asa ah dite tuka dala aria el

nilai pelanggan, kualitas pelayanan dan kedekatan emosional. Metode analisis yang

digunakan adalah Analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

(1) Nilai pelanggan, kualitas pelayanan dan kedekatan emosional berpengaruh positif

signifikan terhadap loyalitas nasabah, baik secara parsial maupun simultan. (2) Kualitas

pelayanan memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas nasabah, sedangkan

(15)

memberikan pengaruh paling kecil terhadap loyalitas nasabah.

Peneliti terdahulu di atas dapat diuraikan pada tabel 2.1 di bawah ini :

(16)

Gambar

Tabel 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada zaman sekarang ini banyak terdapat perusahaan-perusahaan yang didirikan, untuk mendirikan perusahaan itu sendiri terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi salah satunya

Dengan hormat kami sampaikan bahwa panitia sertifikasi guru dalam jabatan PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang Tahun 2013 telah melakukan verifikasi berkas peserta PLPG

Pada dasarnya yang dimaksud dengan Perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa (what), siapa (who), kapan (when), dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana

Berkaitan dengan keadaan tersebut akan digunakan suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai dan menyelesaikan

reduksi, dan transposisi yang digunakan untuk menerjemahkan data; dan (3) kualitas terjemahan tindak tutur direktif bahasa Jepang dalam novel Nijuushi no Hitomi dan Dua Belas

Ketimpangan terus berlangsung sekalipun proses penyelenggaraan PJP-I telah dilampaui, bahkan telah mencapai awal penyelenggaraan PJP-II. Hal ini merupakan indikator bawwa strategi

Pada penelitian ini akan dikaji perihal pendaftaran hak tanggungan pada kantor pertanahan Kabupaten Pidie, hanya saja jaminan yang diberikan debitur