BAB1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terumbu karang merupakan biota perairan dengan karakter sangat spesifik yang juga membutuhkan lingkungan spesifik untuk mempertahankan hidupnya. Mulai dari faktor suhu, salinitas, pH, kandungan oksigen terlarut, kecerahan serta tingkat kedalaman yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya memiliki kriteria tertentu. Sebagai organisme sesil, hidupnya pun sangat bergantung pada keberadaan predator yang suka memangsa seperti ikan-ikan dari kelompok famili Chaetodontidae, maupun Acanthaster planci dari kelompok echinodermata. Hal-hal tersebut menjadi faktor pembatas bagi lingkungan hidup terumbu karang.
Tingginya paparan limbah, eksploitasi tak bijaksana serta meningkatnya intensitas pemanasan global menjadi hal-hal yang mengancam kelestarian terumbu karang sebagai individu organisme maupun sebagai ekosistem penopang hidup ribuan jenis biota perairan laut. Laju penurunan kualitas perairan laut tropis selalu diikuti dengan tajamnya laju kepunahan biota-biota penghuninya, khususnya terumbu karang di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Luas ekosistem terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km2 yaitu hanya sekitar 12 sampai 15 % dari luas terumbu karang dunia. Hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat hingga 2013, sebesar 5,3% terumbu karang di Indonesia dalam kondisi sangat baik, 27,18% baik, 37,25% cukup dan 30,45% mengalami kerusakan atau kurang baik(http://www.coremap.or.id/Kondisi-TK/, 2014).
Di perairan Indonesia terdapat sekitar 3000 spesies ikan yang termasuk ke dalam 17 ordo dan 100 famili (Kuiter, 1992). Ikan karang merupakan organisme yang jumlahnya terbanyak dan juga merupakan organisme besar yang mencolok yang dapat ditemui di terumbu karang. Keanekaragaman spesies ikan-ikan terumbu karang mirip karang. Salah satu penyebab tingginya
keanekaragaman spesies di terumbu karang adalah karena variasi habitatnya. Terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang saja, tetapi daerah berpasir, berbagai teluk dan celah daerah alga, dan juga perairan yang dangkal dan dalam serta zona-zona yang berbeda dalam melintasi karang. Habitat yang beraneka ragam ini dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan itu (Nybakken, 1992).
Saat ini Indonesia merupakan produsen perikanan terbesar ketiga dunia, setelah China dan Peru Produksi tangkapan laut Indonesia terus meningkat dari 51.800 ton pada 1950 menjadi 3.342.583 ton pada 2010 (KKP, 2013). Tetapi saat produksi perikanan Indonesia meningkat, yang juga terjadi di semua negara di dunia, Indonesia mengalami ancaman penurunan akibat krisis ganda dari degradasi ekosistem kelautan serta penangkapan ikan berlebih. Indonesia tergolong paling beresiko mengalami penurunan. Menurut penelitian pada 2012, dibanding dengan 27 negara produsen ikan lain, perikanan Indonesia paling rentan hancur berdasarkan indikator ketahanan pangan, situasi perikanan dan manajemen terumbu karang (Hughes et al., 2012).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merehabilitasi kerusakan di area terumbu karang adalah dengan transplantasi karang (Yap, 2003). Teknik transplantasi karang ini mampu meningkatkan persentase tutupan karang hidup yang menjadi habitat baru untuk ikan karang. Transplantasi karang yang dilakukan pada berbagai substrat telah menjadi habitat baru bagi sejumlah besar ikan. Peningkatan tutupan karang dan kompleksitas substrat pada sebuah kawasan perairan juga meningkatkan struktur komunitas ikan karang (Bowden-Kerby, 1997; Cabaitan et al., 2008).
Pulau Rubiah menjadi salah satu pusat kegiatan transplantasi karang di propinsi Aceh yang dilakukan oleh beberapa lembaga baik dari kelompok akademisi maupun lembaga-lembaga non pemerintah seperti Flora Fauna
International dan Rubiah Tirta Divers (RTD) sejak terjadinya kehancuran karang
akibat tsunami pada tahun 2004 silam. Fadli et al., (2012) menyatakan bahwa kawasan transplantasi terbesar di pulau Rubiah mencapai luasan lebih kurang 250 m2 dan merupakan hasil kerja dari RTD yang sudah dimulai sejak tahun 2005.
Lokasi transplantasi ini terletak di sisi Barat pulau Rubiah. Sementara di sisi Timur pulau ini, terdapat sebuah spot yang menunjukkan kondisi alami perairan karang dengan hamparan terumbu karang yang masih sangat baik, jauh lebih baik dari sisi Barat pulau Rubiah (http://www.coremap.or.id/Pulau_Rubiah, 2009).
Korelasi positif antara kondisi terumbu karang dengan keberadaan ikan di ekosistem terumbu karang sering menjadi alasan yang mendasari sejumlah tulisan dalam lingkup perairan karang. Sejauh ini, belum ditemukan laporan berkaitan dengan bagaimana perbandingan komposisi ikan karang di pulau Rubiah, antara kawasan ekosistem terumbu karang yang tumbuh alami dan kawasan yang terbentuk dari kegiatan transplantasi karang oleh masyarakat. Maka untuk alasan tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai “Studi Komparasi Komposisi Ikan Antara Lokasi Transplantasi Karang Dan Kawasan Terumbu Karang Alami di Pulau Rubiah, Aceh”.
1.2 Rumusan Masalah
Perairan pulau Rubiahmemiliki ekosistem terumbu karang yang masih cukup baik. Terdapat area yang mengalami kerusakan akibat hantaman gelombang tsunami pada tahun 2004 silam, namun di lokasi itu sudah mulai dilakukan rehabilitasi dengan teknik transplantasi karang sejak tahun 2005. Usaha rehabilitasi ini sudah menunjukkan hasil yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang dengan komposisi ikan karang yang juga mengalami peningkatan sejak dimulainya kegiatan transplantasi itu. Sampai saat ini, belum ada informasi tentang bagaimanaperbedaan komposisi ikan karang antara lokasi transplantasi karang dan kawasan terumbu karang yang tumbuh alami di pulau Rubiah, propinsi Aceh tersebut.
1.3 TujuanPenelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui perbandingan komposisi ikan antara kawasan transplantasi karang dan kawasan terumbu karang alami di pulau Rubiah, Aceh.
2. Mengetahui perbandingan kondisi luas (persentase) tutupan terumbu karang antara kawasan transplantasi karang dan kawasan terumbu karang alami di pulau Rubiah, Aceh.
3. Menganalisis pengaruh luas (persentase) tutupan terumbu karang terhadap komposisi ikan pada kawasan transplantasi karang dan kawasan terumbu karang alami di pulau Rubiah, Aceh.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sekaligus bahan kajian bagi pihak-pihak terkait untuk berbagai kepentingan guna pengembangan potensi serta upaya konservasi ekosistem laut pada perairan terumbu karang di Indonesia, khususnya pulau Rubiah, propinsi Aceh. Harapan lainnya semoga dengan adanya penelitian ini kesadaran kita akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang berikut seluruh komponen yang ada di dalamnya semakin meningkat agar kekayaan alam ini dapat terus kita nikmati untuk kurun waktu yang lebih lama.